Anda di halaman 1dari 46

Implementasi Keuangan Dalam Organisasi Sektor Publik

“Organisasi Partai Politik”

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah


Akuntansi Sektor Publik
Dosen Pengampu : Marti Dewi Ungkari

Disusun Oleh Kelompok 1


Anggota :
Sinta Ayu Adira 24021120037
Yuswan Aditia Saputra 24021120038
Silvia Santia Sari 24021120039
Fitriani Nurjanah 24021120040
Larosa Alpianuri Mirozi 24021120041
Oktri Nuraeni 24021120042
Rizki Amelia 24021120043
Hilda Meliani Putri 24021120044
Salsa Sindia Putri 24021120045

Program Studi Akuntansi D3


Fakultas Ekonomi Universitas Garut
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Atas berkat rahmat dan izinnya sehingga proses penyusunan makalah ini bisa
selesai. makalah yang berjudul “Aplikasi Pengolahan Tulisan” ini kami berharap bisa berguna
bagi kita semua.

Adapun yang mendorong dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini karena
dilatarbelakangi oleh suatu tugas pada mata kuliah Pengantar Komputer. Kami menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, walaupun penulis telah
mengupayakan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang penulis miliki.

Lebih jauh dari itu, penulis sangat mengharapkan kritik ataupun saran-saran dari
bapak/ibu dosen maupun rekan-rekan guna kesempurnaan makalah ini. Sehingga pada masa
yang akan datang menjadi petunjuk serta penuntun bagi penulis bila dihadapkan pada tugas
tugas lain yang akan datang.

Demikian kata pengantar dari kami, semoga bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan terlebih-lebih bagi penulis sendiri di masa yang akan datang. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh

7 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan .........................................................................................................2

2.1 Keuangan Partai Politik...............................................................................................3

2.1.1 Uang Dan Politik..................................................................................................3

2.1.2 Dimensi Transfaransi Dan Akuntabilitas Partai Politik.......................................3

2.1.3 Prinsip Dana Partai Politik...................................................................................4

2.1.4 Hak Keungan Partai Politik .................................................................................5

2.1.5 Kewajiban Keuangan Partai Politik .....................................................................5

2.2 Mekanisme Laporan Keuangan...................................................................................8

2.2.1 Sumber Dana Partai Politik..................................................................................8

2.2.2 Proses Pengajuan Dana Partai Politik ................................................................12

2.2.3 Penggunaan Dana Partai Politik.........................................................................14

2.2.4 Pelaporan Dana Partai Politik ............................................................................15

2.2.5 Pemeriksaan Dana Partai Politik........................................................................16

2.2.6 Permasalahaan Dana Partai Politik ....................................................................17

2.3 Laporan Keuangan Partai Politik ..............................................................................20

2.3.1 Tujuan Laporan Keuangan.................................................................................20

2.3.2 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan.......................................................20

2.3.3 Jenis Laporan Keuangan Yang Dihasilkan ........................................................21

2.3.4 Pertanggungjawaban Atas Laporan Keuangan ..................................................22

ii
BAB III PENUTUP................................................................................................................23

3.1 Kesimpulan................................................................................................................23

3.2 Saran..........................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laporan keuangan merupakan media bagi entitas untuk mempertanggungjawabkan
kinerja keuangan kepada publik sehingga laporan keuangan harus mampu menyajikan
laporan yang berkulitas dan memenui karakteristik relevan, handal, dapat dibandingkan,
dan dapat dipahami.
Reformasi keuangan pemerintah berdampak pada meningkatnya tuntutan masyarakat
akan suatu pemerintahan yang bersih dan dapat mempertanggungjawabkan keuangan
daerahnya secara transparan serta memberikan informasi yang berkualitas. Harus disadari
bahwa terdapat banyak pihak yang akan mengandalkan informasi laporan keuangan yang
disusun oleh pemerintah sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. (Yuliani et al, 2010).
Pada kenyataannya, sulit sekali melepaskan partai politik dari pengaruh kelompok
kepentingan karena kehidupan partai politik justru tergantung pada sumbangan yang
diterimanya. Sangat mudah bagi kelompok kepentingan untuk mempengaruhi partai politik
melalui sumbangan yang diberikannya. Bila ini terjadi, orientasi partai politik bukan lagi
kepada rakyat melainkan kepada kepentingan para donaturnya. Oleh karena itu,
pembatasan sumbangan kepada parpol mutlak diperlukan.
Selain itu, laporan keuangan yang transparan dan bertanggungjawab dapat
menghindari terjadinya politik uang karena setiap pemasukan dan pengeluaran keuangan
akan tercatat dan diinformasikan dengan jelas.
Akibatnya, para pelaku politik tidak akan bisa mengalokasikan uang partai politik
untuk tujuan- tujuan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan atau yang melawan peraturan
dan perundangan yang berlaku. Kejadian di mana para pelaku politik membagi-bagikan
uang untuk mempengaruhi para pemilih tidak mungkin lagi terjadi.
Laporan keuangan yang transparan dan bertanggungjawab juga akan menghindari
pemakaian fasilitas publik untuk kepentingan partai politik tertentu karena laporan
keuangan seperti ini seharusnya memisahkan dan merinci setiap dana/fasilitas yang
diperoleh.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa itu uang dan partai politik ?
2. Bagaimana Transfaransi dan akuntabiltas partai politik ?
3. Apa saja prinsip dana partai politik ?
4. Apa yang menjadi hak dan kewajiban keuangan partai politik ?
5. Bagaimana mekanisme laporan keuangan organisasi partai politik?
6. Seperti apa pelaporan laporan keuangan Partai Politik ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui transfaransi dan akuntabiltas partai poliik
2. Untuk mengetahui prinsip dana yang digunakan partai politik
3. Untuk mengetahui hak dan kewajiban keuangan pada partai politik
4. Untuk mengetahui mekanisme penyusunan laporan keungan pada partai politik
5. Untuk mengetahui bagaimana bentuk laporan keuangan partai politik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keuangan Partai Politik


2.1.1 Uang Dan Politik
Politik dan uang merupakan pasangan yang sangat sulit untuk dipisahkan.
Aktivitas politik memerlukan uang (sumber daya) yang tidak sedikit, terlebih dalam
kampanye pemilu. Uang adalah sumber utama bagi kekuatan politik dalam
memenangkan kekuasaan atau tetap mempertahankan kekuasaan. Uang dalam
politik merupakan hal yang instrumental dan signifikansinya terletak pada
bagaimana ia digunakan untuk memperoleh pengaruh politik dan digunakan untuk
mendapatkan kekuasaan. Karena uang tidak terdistribusi dengan merata, akibatnya
kekuasaan juga tidak terdistribusi secara merata dalam masyarakat.

2.1.2 Dimensi Transfaransi Dan Akuntabilitas Partai Politik


Crinis adalah alat riset yang dikembangkan oleh Transparency International
untuk mengukur transparansi dan akuntabilitas partai politik dalam mengelola
keuangan mereka. Crinis melakukan pendekatan inovatif untuk menunjukkan
permasalahan dalam korupsi di (dalam) politik. Pendekatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut :

1. Memusat pada ketransparanan seperti kombinasi pelaporan


rekening/tanggungjawab keuangan kepada pemerintah dan internal partai dan
membuka informasi seperti tersebut juga kepada keseluruhan masyarakat.

2. Riset Crinis menilai tidak hanya tingkat kecukupan dari perundangundangan


keuangan politik tetapi juga praktek pelaksanaan undang-undang tersebut.
Karena tujuan itu, Crinis bersandar pada data wawancara dari para aktor kunci
seperti, akuntan partai politik, politikus yang dipilih, hakim/komisioner, badan
pengawas pemilu, masyarakat pemantau, auditor publik dan kelompok bisnis.

3
2.1.3 Prinsip Dana Partai Politik

Prinsip Pengaturan Dana Parpol Posisi partai politik sebagai penentu posisi
politik dan satu-satunya pintu masuk ke kekuasaan menyebabkan pengaturan dana
parpol menjadi sangat penting. Pengaturan ini secara ideal didasarkan pada beberapa
pertimbangan penting sebagai berikut:

 Mendorong Kemandirian Parpol dan menjamin terlaksananya fungsi Parpol sebagai


salah mekanisme formal demokrasi.

 Adanya hak menarik iuran anggota

 Hak menerima santunan penyumbang

 Hak mendapatkan subsidi negara.

 Menghindari Kooptasi berlebihan dari luar Parpol dan segelintir elit Parpol

 Adanya pengaturan batasan sumbangan individu dan badan hukum

 Larangan menerima sumbangan dari sumber asing, sumbangan tanpa identitas


yang jelas dan sumbangan dari hasil kejahatan.

 Pembatasan sumbangan dari Politisi dan Kandidat yang diusung oleh Partai
Politik.

 Pemisahan rekening dana parpol dan dana kampanye.

 Adanya pengaturan tentang penggunaan dana Parpol.

 Menghindari Kooptasi Parpol terhadap departemen/instansi pemerintah dan


perusahaan pemerintah

 Larangan meminta/menerima sumbangan dari instansi pemerintah

 Larangan meminta/menerima sumbangan dari BUMN/BUMD / BUMDES

 Adanya pengaturan tersendiri tentang subsidi APBN/APBD terha dap Parpol.

4
 Meningkatkan Transparansi

 Adanya keterbukaan atas catatan identitas penyumbang, jumlah sumbangan dan


pengeluaran Parpol.

 Adanya waktu yang periodik dalam mengumkan ke publik.

 Adanya media yang jelas dalam mengumumkan ke publik.

 Adanya keterbukaan atas hasil audit dana penyumbang dan dana dari APBN/
APBD.

 Meningkatkan Akuntabilitas

 Adanya standar pencatatan dan pelaporan dana Parpol

 Adanya bagian khusus di internal Parpol yang bertanggung jawab atas kewajiban
pencatatan dan pelaporan

 Adanya kewajiban audit atas dana penyumbang dan dana dari APBN/APBD.

 Adanya tindak lanjut dari hasil audit yang bermasalah


 Adanya penegakan hukum
 Adanya institusi yang menjamin terjadinya pertanggung gugatan atas pelanggaran
aturan pendanaan parpol.
 Adanya sanksi yang jelas dan tegas atas pelanggaran pengaturan dana Parpol.

2.1.4 Hak Keungan Partai Politik

Ketentuan tentang hak mendapatkan dukungan dana dari anggota, kader dan
masyarakat belum masuk sebagai bagian dari hak Parpol di dalam UU Parpol. Hak
yang dimasukan hanya terkait hak atas subsidi negara (APBN/APBD).

2.1.5 Kewajiban Keuangan Partai Politik

Pengaturan tentang kewajiban keuangan Parpol lebih mundur dibandingkan


dengan UU 31 tahun 2002. UU sebelumnya lebih rinci di dalam mengatur laporan
keuangan, yaitu harus mencakup neraca keuangan, dilakukan terhadap semua
entitas sumbangan dan diaudit oleh akuntan publik serta dilaporkan ke KPU. UU

5
yang lama juga lebih rinci dalam pengaturan tentang rekening dana kampanye.

Berikut beberapa catatan atas pengaturan kewajiban Keuangan Parpol:

 Dana parpol tidak wajib dilaporkan dan fungsi pengawasan instansi terhadap
parpol dihilangkan Implikasi:

- Tidak ada pengawasan eksternal dari instansi dan semata bergantung pada
penilaian dan mungkin sanksi dari konstituen. Hal ini semakin buruk karena
konstituen parpol belum betul-betul jelas, selain yang diketahui adalah
pengurus Parpol.

- Publik dan konstituen Parpol tidak mendapatkan jaminan transparansi dan


akuntabilitas dana parpol, karena semuanya bergantung pada AD/ART Parpol
yang dijalankan pengurus Parpol.

- Hal ini menuai kritik dengan tidak didefinisikannya model transparansi


terhadap dana Parpol.

 Pelaporan cenderung hanya sebatas dana yang bersumber dari APBN/APBD


Implikasi:

- Tertutupnya laporan penyumbang parpol dari perusahaan dan perorangan


sehingga pelanggaran batasan sumbangan dan penerimaan dana dari sumber
dilarang (penyumbang tidak jelas, hasil kejahatan, dana asing) dapat dengan
mudah ditutup-tutupi.

- Parpol dapat menjadi tempat pencucian uang.

 Tidak disebutkan secara jelas standar yang digunakan dalam kewajiban


membuat pembukuan. Beberapa pertanyaan terkait pembukuan

- Siapa yang bertanggungjawab melakukan pencatatan penerimaan dan


pengeluaran parpol? - Belum jelasnya pengaturan mengenai Kas Umum Dana
Parpol: Apakah kas Partai juga dibuat di setiap tingkatan organisasi parpol?

- Bagaimana juga dengan pengaturan belanja?

6
 Apa dasar dari pengaturan model pengelolaan di internal Parpol (lewat
AD/ART)? Implikasi:

- Parpol dapat menempuh cara masing-masing dalam melakukan pembukuan.

- Pembukuan parpol yang diatur secara internal lewat AD/ART parpol dapat
dibuat sangat longgar dan tertutup.

 Tidak ada pengaturan pelaporan dana yang terkonsolidasi Implikasi:

- Pelaporan keuangan Parpol akan terpisah-pisah per-daerah

- Sulit mendapatkan laporan Parpol yang menggambarkan keseluruhan


penerimaan dan belanja Parpol dalam kurun 1 tahun.

 Audit menggunakan Audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Implikasi:

- Audit menggunakan standar pemeriksaan umum, tidak dikaitkan dengan


tujuan pengaturan keuangan parpol, karena hanya terfokus pada persoalan
administratif. Contoh: Audit hanya akan fokus pada apa yang dilaporkan saja,
tidak ada penelusuran kewajaran penerimaan dana parpol keseluruhan dengan
pengeluarannya, tidak mempermasalahkan soal pelanggaran batasan
sumbangan dan penerimaan dana dari sumber terlarang karena bukan
merupakan entitas audit BPK.

 Kewajiban audit oleh Akuntan Publik dihilangkan Implikasi:

- Lebih mundur dari UU Parpol No. 31 2002 yang mengatur standar audit
parpol menggunakan PSAK 45.

- Pencatatan dan pelaporan tidak akan mengikuti standar audit yang ada.
Sebelumnya menggunakan Pernyataan Standar Audit Keuangan No. 45
(PSAK 45).

- Tidak ada jaminan hasil audit akan dibuka ke publik.

- Tidak akan ada konsekuensi administratif maupun hukum untuk laporan


parpol yang amburadul.

7
 Tidak ada pengaturan waktu pertanggungjawaban Implikasi:

- Publik dan konstituen akan sulit mengontrol keuangan Parpol karena


memiliki periodisasi pelaporan yang tidak jelas.

 Model keterbukaan tidak didefinisikan Implikasi:

- Laporan keuangan akan sulit diakses karena model keterbukaannya


bergantung pada masing-masing Parpol, bahkan pada masing-masing
tingkatan kepengurusan Parpol.

- Laporan dapat tidak diumumkan ke publik.

2.2 Mekanisme Laporan Keuangan

2.2.1 Sumber Dana Partai Politik

Mekanisme Bantuan Keuangan untuk Partai Politik Bantuan keuangan dari


negara kepada partai politik merupakan hal yang wajar dalam era demokrasi
modern. Beberapa contoh negara yang memberi bantuan keuangan kepada partai
politik dapat dilihat pada tabel berikut.

Nama Pengaturan

Amerika a. Kandidat Partai Republik dan Partai Demokrat yang


Serikat memenangkan nominasi untuk pemilihan presiden
mendapatkan dana untuk kebutuhan kampanye pemilu. Dana
tersebut diberikan mulai dari $20 juta dan disesuaikan dengan
tingkat inflasi pada setiap tahun pemilihan. Pada 2008,
dananya mencapai $84.1 juta. Mereka yang menerima dana
negara harus setuju untuk tidak menerima dana kontribusi dari
swasta (individu atau komite partai) dan membatasi
pengeluaran kampanye sejumlah dana publik yang mereka
terima. Dana tersebut hanya digunakan untuk pengeluaran
kampanye.

b. b. Partai politik yang teregistrasi harus memberikan laporan


audit aset dan akuntabilitas keuangan dalam waktu 6 bulan

8
setelah registrasi; audit tahunan pajak/fiskal, laporan setiap
tiga bulan pendapatan partai; dan laporan audit pengeluaran
partai dalam waktu 6 bulan setelah hari pemilihan

c. Asosiasi pemilu distrik yang teregistrasi harus melaporkan


aset dan akuntabilitas dalam 6 bulan setelah registrasi; dan
laporan pajak/fiskal tahunan (dengan laporan audit bila
menerima dana atau mengeluarkan dana di atas $5,000 dalam
satu periode pajak)

d. Kandidat harus melaporkan pengeluaran selama kampanye,


nama-nama penyumbang, pinjaman dan transfer dalam kurun
waktu 4 bulan setelah hari pemilihan.

e. Nominasi kontestan harus memberikan laporan keuangan


dalam waktu 4 bulan setelah tanggal penominasian bila
menerima dana atau mengeluarkan dana lebih dari $1,000
(dengan laporan audit)

f. Kontestan kepala daerah memberikan laporan dana yang


diterima sebelum mendaftar sebagai kontestan, laporan
keuangan mingguan sejak 4 minggu kampanye sebelum hari
pemilihan dan 3 minggu setelahnya. Laporan sumbangan dana
dan pengeluaran selama masa kampanye (dengan laporan
auditor jika lebih dari $1,000).

g. Pengeluaran tidak sesuai atau laporan yang tidak sesuai: denda


maksimal $10.000, atau hukuman penjara maksimal 5 tahu

Inggris a. The Electoral Commission (EC) sesuai dengan undang-


undang The Political Parties, Elections and Referendums Act
2000, bertugas untuk menyalurkan dana Policy Development
Grants (PDGs) kepada partai politik yang berhak. Alokasi
dana yang diberikan mulai dari £2 juta setiap tahun, bertujuan
membantu proses pembuatan kebijakan. Alokasi dana 2 juta
pounds tersebut dibagikan kepada partai-partai di legislatif
yang memiliki minimal dua kursi dalam House of Commons

9
b. b. Partai politik harus memberikan laporan atas sumbangan
dan pinjaman yang mereka terima dan dikirimkan ke nomor
rekening mereka untuk dipublikasikan oleh komisi pemilihan.

c. Semua partai yang teregistrasi pada komisi pemilihan harus


menyerahkan laporan tahunan atas rekening mereka untuk
dipublikasikan. Partai yang pendapatan kotor dan total
pengeluarannya di bawah £250,000 harus menyerahkan
laporan keuangan. Unit keuangan partai yang pendapatannya
di atas £25,000 juga harus memberikan laporan kepada komisi
pemilihan. Partai dan unit keuangan partai yang pendapatan
atau pengeluarannya di atas £250,000 harus menyertakan
bukti audit keuangan. Partai politik yang melanggar deadline
untuk menyerahkan laporan keuangan denda £500, dan untuk
unit keuangan yang melanggar deadline dikenakan denda
£100.

d. Batas waktu 30 hari untuk menyatakan bahwa penyumbang


atau pemberi pinjaman itu diperbolehkan sesuai dengan
peraturan dari hari sumbangan diterima. Tapi bila tidak sesuai,
maka uang yang diterima tersebut harus dikembalikan dalam
waktu 30 hari dari tanggal penerimaan. Apabila sumbangan
tersebut sudah diterima, dan kemudian baru diketahui berasal
dari donor yang tidak diperbolehkan maka sumbangan
tersebut disita oleh the Consolidated Fund. Apabila pinjaman
atau kredit diketahui berasal dari sumber yang tidak
diperbolehkan, maka transaksi tersebut dibatalkan.

e. Partai yang telah terdaftar harus melaporkan sumbangan dan


pinjaman setiap 3 bulan sekali dalam 30 hari setelah akhir
kalender. Laporan keuangan juga dilakukan setiap minggu
selama pemilu untuk parlemen. Komisi pemilihan
mempublikasikan laporan keuangan partai politik dalam
Registrasi Sumbangan dan Pinjaman untuk Partai Politik.

f. Untuk England and Wales atau Scotland, sanksi denda

10
£20,000 atau penjara 12 bulan. Untuk Northern Ireland, denda
£20,000 atau 6 bulan

Korea a. The National Election Commission (NEC) memberikan subsidi


Selatan nasional kepada partai politik, mendistribusikan dana politik
dan mengawasi kegiatan partai untuk menjamin tranparansi
keuangan. Bagi partai politik yang mencalonkan kandidat
perempuan secara representatif untuk pemilihan legislatif
nasional dan daerah mendapatkan tambahan subsidi dari
negara.

b. Partai mempunyai kewajiban membuat laporan tahunan di tahun


bukan masa pemilu (1 Januari – 31 Desember pada tahun
tersebut dan paling lambat diserahkan 15 Februari tahun
berikutnya). Laporan pada tahun pemilu sejak 1 Januari sampai
20 hari sebelum hari pemilihan dan paling lambat 30 hari
setelah pemilihan diserahkan. Laporan keuangan dalam bentuk
laporan penerimaan dan pengeluaran partai, serta laporan aset
kekayaan partai disertakan dengan laporan audit keuangan,
bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran serta rekening koran.

Jepang a. Subsidi negara diberikan kepada partai politik yang


memperoleh suara (minimal 5 kursi). Total subsidi 30 triliun
yen, dengan perhitungan 250 yen per suara dari jumlah populasi
penduduk jepang.

b. Partai politik harus melaporkan penerimaan dalam kegiatan


fundrising yang dilakukan secara berkala setiap tahun pada 31
Desember lengkap dengan rincian identitas penyumbang yang
memberikan sumbangan di atas 50.000 yen pada tahun tersebut.

c. Laporan keuangan dilengkapi dengan daftar aset kekayaan


termasuk harta bergerak, tabungan, pinjaman, hutang ds
Dalam konteks Indonesia, bantuan keuangan dari negara kepada partai politik
bukan hal baru dalam penataan sistem kepartaian Indonesia. Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik, yang merupakan Undang-Undang
pertama mengatur partai politik di Indonesia, menyebutkan bahwa sumber keuangan

11
partai politik dan golongan karya adalah iuran anggota, sumbangan yang tidak
mengikat, usaha lain yang sah, dan bantuan dari negara/pemerintah.

Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011, keuangan partai politik


bersumber dari iuran anggota, sumbangan yang sah menurut hukum, dan bantuan
keuangan dari APBN/APBD.

Bantuan keuangan dari APBN/APBD diberikan oleh Pemerintah


Pusat/Pemerintah Daerah setiap tahun secara proporsional kepada Partai Politik
yang mendapatkan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang
penghitungannya berdasarkan jumlah perolehan suara.Partai politik mendapat
bantuan keuangan sesuai tingkatannya. Untuk partai politik di tingkat pusat yang
mendapatkan kursi di DPR diberi bantuan keuangan dari APBN, untuk partai
politik di tingkat provinsi yang mendapatkan kursi di DPRD provinsi, diberi
bantuan keuangan yang bersumber dari APBD provinsi,an untuk partai politik di
kabupaten/kota yang mendapatkan kursi di DPRD kabupaten/kota, diberi bantuan
keuangan yang bersumber dari APBD kabupaten/kota.18 Besarnya bantuan
keuangan yang diberikan kepada partai politik berdasarkan pada jumlah perolehan
suara hasil Pemilu DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/ kota19 yang
ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

2.2.2 Proses Pengajuan Dana Partai Politik

Untuk mendapat bantuan keuangan, pengurus partai politik mengajukan


permohonan tertulis kepada Pemerintah/Pemerintah Daerah untuk menyalurkan
dana bantuan keuangan ke rekening kas umum partai politik.Permohonan
bantuan keuangan diajukan oleh:

1. Pengurus pusat partai politik kepada Pemerintah melalui Menteri Dalam


Negeri;

2. Pengurus daerah partai politik tingkat provinsi kepada gubernur; dan

3. Pengurus daerah partai politik tingkat kabupaten/kota kepada


bupati/walikota.

12
Permohonan tersebut ditandatangani oleh:

1. Ketua umum dan sekretaris jenderal atau sebutan lain yang terdaftar di
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (sekarang Kementerian Hukum
dan HAM) bagi DPP partai politik;

2. Ketua dan sekretaris atau sebutan lain bagi DPD partai politik tingkat
provinsi; dan

3. Ketua dan sekretaris atau sebutan lain bagi DPC partai politik tingkat
kabupaten/kota

Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 menyatakan bahwa untuk pengajuan


permohonan bantuan keuangan harus dilengkapi dengan persyaratan administrasi
sebagai berikut.

1. Penetapan perolehan kursi dan suara hasil pemilu oleh KPU;

2. Susunan kepengurusan partai politik yang sah;

3. Rekening kas umum partai politik;

4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) partai politik;

5. Rencana penggunaan dana bantuan keuangan partai politik; dan

6. Laporan realisasi penerimaan dan penggunaan bantuan keuangan tahun


anggaran sebelumnya.

Sementara itu, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009


memberi tambahan syarat administrasi selain syarat sebagaimana disebutkan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009. Untuk pengajuan permohonan
bantuan keuangan partai politik tingkat nasional dilakukan dengan menggunakan
kop surat dan cap stempel partai politik dengan melampirkan kelengkapan
administrasi berikut dalam dua rangkap,berupa:

1. Foto copy akte notaris pendirian yang memuat anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga partai politik;

2. Foto copy surat keterangan kepengurusan partai politik yang telah terdaftar
dan disahkan oleh Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia yang
dilegalisir oleh pejabat Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia;

13
3. Foto copy surat keterangan NPWP;

4. Nomor rekening kas umum partai politik yang dibuktikan dengan pernyataan
pembukaan rekening dari bank yang bersangkutan;

5. Surat keterangan autentikasi hasil penetapan perolehan kursi dan suara hasil
pemilihan umum DPR-RI yang dilegalisir oleh ketua atau wakil ketua atau
Sekretaris Jenderal KPU;

6. Rencana penggunaan dana bantuan keuangan partai politik;

7. Laporan realisasi penerimaan dan penggunaan bantuan keuangan tahun


anggaran sebelumnya; dan

8. Surat pernyataan partai politik yang menyatakan bersedia dituntut sesuai


peraturan perundang-undangan apabila memberikan keterangan yang tidak
benar

2.2.3 Penggunaan Dana Partai Politik

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011, bantuan keuangan dari


APBN/APBD diprioritaskan untuk melaksanakan pendidikan politik bagi anggota
partai politik dan masyarakat.

Pendidikan politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak,


kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.Pendidikan politik tersebut berkaitan dengan kegiatan:

1. Pendalaman mengenai empat pilar berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila,


UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI);

2. Pemahaman mengenai hak dan kewajiban warga negara Indonesia dalam


membangun etika dan budaya politik;

3. Pengkaderan anggota Partai Politik secara berjenjang dan berkelanjutan

Sementara itu, kegiatan operasional sekretariat yang boleh diselenggarakan


dengan menggunakan bantuan keuangan adalah yang berkaitan dengan
administrasi umum, berlangganan daya dan jasa, pemeliharaan data dan arsip, dan
pemeliharaan peralatan kantor.Termasuk dalam kategori administrasi umum
antara lain belanja keperluan alat tulis kantor, rapat internal sekretariat partai

14
politik, dan ongkos perjalanan dalam rangka mendukung kegiatan operasional
sekretariat partai politik. Sementara itu, yang dimaksud dengan daya dan jasa
antara lain telepon, listrik, air minum, jasa pos dan giro, dan surat menyurat

2.2.4 Pelaporan Dana Partai Politik

Atas bantuan keuangan yang diterima dari APBN/APBD, partai politik wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban terhadap penerimaan dan
pengeluaran yang dilakukannya kepada BPK secara berkala 1 (satu) tahun sekali
untuk diperiksa paling lambat 1 (satu) bulan setelah tahun anggaran
berakhir.Laporan pertanggungjawaban terdiri dari:

1. Rekapitulasi Realiasi Penerimaan dan Belanja bantuan keuangan partai


politik dan rincian Realisasi Belanja Dana Bantuan Keuangan Partai Politik
Per Kegiatan; dan

2. Barang Inventaris/Modal (Fisik), Barang Persediaan Pakai Habis dan


Pengadaan/ Penggunaan Jasa.

3. Untuk membuat laporan pertanggungjawaban tersebut, partai politik wajib


melaksanakan pembukuan dan memelihara bukti penerimaan dan
pengeluaran atas dana bantuan keuangan.

BPK melakukan pemeriksaan atas laporan tersebut 3 (tiga) bulan setelah


tahun anggaran berakhir .Hasil pemeriksaan atas laporan pertanggungjawaban
penerimaan dan pengeluaran tersebut disampaikan kepada partai politik paling
lambat 1 (satu) bulan setelah pemeriksaan. Setelah selesai diperiksa BPK, paling
lambat 1 (satu) bulan partai politik wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban tersebut kepada Pemerintah. Laporan pertanggungjawaban
tersebut disampaikan kepada:

1. Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri oleh ketua umum atau sebutan lain
partai politik tingkat pusat;

2. Gubernur oleh ketua atau sebutan lain partai politik tingkat provinsi; dan

3. Bupati/walikota oleh ketua atau sebutan lain partai politik tingkat


kabupaten/kota. Laporan pertanggungjawaban tersebut terbuka untuk
diketahui masyarakat.Partai politik yang tidak menyampaikan laporan
pertanggungjawaban dikenai sanksi administratif berupa penghentian

15
bantuan keuangan APBN/APBD sampai laporan diterima oleh Pemerintah
dalam tahun anggaran berkenaan.

2.2.5 Pemeriksaan Dana Partai Politik

Hampir semua negara mewajibkan partai politiknya untuk mengumumkan


laporan keuangannya kepada publik, terutama terkait jumlah bantuan keuangan
dan daftar bantuan keuangan yang diterima. Namun demikian, terdapat beberapa
pengecualian. Misalnya, Argentina membolehkan bantuan keuangan dan daftar
bantuan keuangan tidak diumumkan sampai jangka waktu 3 tahun setelah pemilu
berlalu. Afrika Selatan tidak mewajibkan keterbukaan ini tetapi publik bisa
mendapatkan informasi mengenai keuangan partai politik lewat Undang-Undang
Hak atas Informasi.

Keterbukaan informasi atas laporan keuangan partai politik sangat penting


bagi kelangsungan demokrasi di suatu negara. Banyak pihak yang berkepentingan
atas laporan keuangan partai politik, mulai dari pengurus, anggota, lembaga
pengawas partai politik, pemerintah, penyumbang, kreditur, dan publik atau
masyarakat luas, terutama konstituen partai politik. Sayangnya, saat ini laporan
keuangan partai politik belum tertib.

Hal itu diperparah dengan belum adanya standar akuntansi keuangan yang
komprehensif untuk partai politik. Standar yang dipakai saat ini (PSAK 45,
standar pelaporan keuangan untuk organisasi nirlaba) sangat tidak mencukupi
karena tidak mengakomodasi karakteristik partai politik yang berbeda dengan
organisasi nirlaba yang lain

Untuk di Indonesia, pemeriksaan atas laporan pertanggungjawaban dana


bantuan keuangan partai politik dilakukan oleh BPK. Tujuan pemeriksaan tersebut
adalah untuk menilai kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan terkait
dengan bantuan pemerintah dan efektivitas dan operasi penggunaan dana bantuan.
Pemeriksaan oleh BPK dilaksanakan berdasarkan Peraturan BPK Nomor 1 Tahun
2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). SPKN adalah
patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara

Dalam melakukan pemeriksaan bantuan keuangan kepada partai politik yang


bersumber dari APBN/APBD, pemeriksa BPK perlu mengecek apakah realisasi
16
penerimaan dan penggunaan bantuan keuangan sesuai dengan rencana
penggunaan dana bantuan keuangan sebagaimana dilampirkan oleh partai politik
saat mengajukan permohonan bantuan. Bila realisasi dan rencana tidak sesuai,
maka perlu dilakukan klarifikasi, karena partai politik sebagai lembaga publik
sudah sewajarnya dapat merencanakan kegiatannya dengan baik. Pemeriksa juga
perlu memastikan kewajaran pengeluaran dana bantuan keuangan dan buktibukti
pendukungnya. Selain itu, pemeriksa perlu memperhatikan apakah terdapat
pembebanan ganda pada pencatatan pengeluaran atas dana APBN/APBD, dengan
pencatatan pengeluaran atas dana yang didapat dari selain dana APBN/APBD
yang diperiksa oleh akuntan publik.

2.2.6 Permasalahaan Dana Partai Politik

Dalam melakukan pemeriksaan atas bantuan keuangan partai politik, terdapat


beberapa hal yang patut mendapat perhatian, antara lain:

1. Partai politik belum memahami dengan baik peraturan mengenai bantuan


keuangan

Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 telah menyebutkan secara


jelas peruntukan bantuan keuangan. Demikian pula format isian laporan
penggu naan dana bantuan telah dirinci dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 24 Tahun 2009. Jika kemudian partai politik mengalokasikan
dana bantuan tidak sesuai dengan kedua peraturan tersebut, maka ada
kemungkinan pengurus partai politik belum memahami dengan baik materi
kedua peraturan tersebut

Seringkali partai politik juga tidak konsisten mengelompokkan dan


mengklasifikasikan berbagai jenis biaya ke dalam masing-masing jenis
kegiatan. Mereka kesulitan untuk membebankan gaji/honor karyawan, dan
sewa kantor pada jenis kegiatan yang mana, dan masih tidak jelas
diperbolehkan atau tidak. Selain itu, partai politik juga belum memiliki
pemahaman apakah pembayaran asuransi diperbolehkan untuk dibebankan ke
biaya pemeliharaan peralatan kantor.Oleh karena itu, sosialisasi peraturan
mengenai bantuan keuangan partai politik tersebut harus diintensifkan kepada
pengurus partai politik.

17
2. Belum ada standar akuntansi keuangan partai politik

Pelaporan bantuan keuangan oleh partai politik saat ini sangat


sederhana sehingga belum informatif dan tidak bisa menjadi dasar
pengambilan keputusan bagi pengambilan kebijakan. Hal ini terjadi karena
memang format pelaporan bantuan keuangan diatur sangat sederhana oleh
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009

Saat ini belum ada standar akuntansi keuangan untuk partai politik,
yang secara khusus dapat dijadikan dasar penyusunan laporan keuangan bagi
partai politik. Ada pendapat yang menyatakan bahwa PSAK 45 – Pelaporan
Keuangan Entitas Nirlaba dapat digunakan sebagai standar akuntansi
keuangan partai politik, karena karakter partai politik mirip dengan karakter
organisasi nirlaba. Namun ada beberapa hal yang membedakan partai politik
dengan entitas nirlaba. Karakteristik khusus partai politik tersebut antara lain:
jika pada organisasi nirlaba pada umumnya terdapat kejelasan jenis barang
dan/atau jasa yang dihasilkannya, maka tujuan utama partai politik adalah
dalam rangka meraih kekuasaan politik; perjuangan utama partai politik
dilakukan melalui pemilu, kepentingan publik yang lebih besar; dan adanya
kegiatan besar lima tahunan yaitu kegiatan kampanye. Di samping itu,
beberapa peraturan yang secara khusus mengatur partai politik sehingga
menyebabkan kekhususan pada keuangan partai politik

Dengan adanya perbedaan karakteristik, perbedaan kepentingan


pemakai laporan keuangan dan adanya transaksi-transaksi khusus partai
politik dengan entitas lain, diperlukan adanya standar akuntansi keuangan
khusus yang mengatur pelaporan keuangan partai politik. Dengan
penyempurnaan standar akuntansi keuangan ini diharapkan laporan keuangan
partai politik dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dapat
diandalkan dan memiliki daya banding yang tinggi. Laporan keuangan yang
dihasilkan dapat dipergunakan oleh para pengguna laporan keuangan dan
tidak menyesatkan. Dengan demikian, transparansi di bidang keuangan dapat
diwujudkan yang pada gilirannya penyalahgunaan dan pelanggaran keuangan
oleh partai politik serta politik uang dapat dicegah atau setidaknya dikurangi

18
Dengan standar akuntansi yang baik, dan informasi yang bisa diakses
masyarakat luas, maka kendali masyarakat terhadap partai politik akan layak
dilakukan. Kontrol publik akan mencegah terjadinya politik uang dalam
proses politik dan proses pengambilan keputusan atau kebijakan di kalangan
pemerintah

3. Peraturan mengenai bantuan keuangan partai politik belum mengakomodasi


belanja partai politik.

Terdapat beberapa jenis belanja partai politik yang belum


terakomodasi oleh Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 dan Peraturan
menteri Dalam Negeri Nomor 24 TAhun 2009. Misalnya, banyak partai
politik yang masih membutuhkan inventaris seperti komputer dan meubelair.
Bahkan, terdapat DPD yang masih membebankan pembayaran cicilan
kendaraan roda empat.74 Namun demikian, ternyata pembelian inventaris
(aset tetap) tidak diperbolehkan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
24 Tahun 2009.

Pada kenyataan di lapangan, semua partai politik (terutama di tingkat


DPP dan DPD/DPW provinsi) memiliki karyawan untuk sekretariat dan
membayar honor/gaji karyawan sekretariat. Biaya gaji/honor bagi karyawan
Sekretariat Partai tidak jelas masuk ke kegiatan yang mana, karena Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tidak mengakomodasi biaya
tersebut.75 Selain itu, sewa kantor (terutama untuk DPD/DPW/DPC) juga
tidak diakomodasi, padahal hampir seluruh DPC belum memiliki gedung
kantor sendiri dan masih menyewa, dan gedung kantor sangat dibutuhkan
untuk mendukung operasional sekretariat
4. Banyak partai politik yang belum melaksanakan kewajiban perpajakan
Pemahaman mengenai perpajakan sangat lemah di kalangan pengurus
partai politik, khususnya dalam hal pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh
23) atas kegiatan sewa kantor dan pengenaan Pajak Penghasilan Pajak 21 (PPh
21) atas honorarium narasumber. Hal ini menjadi salah satu penyebab partai
politik tidak seluruhnya memenuhi kewajiban perpajakan. Untuk itu perlu
sosialisasi mengenai ketentuan perpajakan oleh Kesbangpol, baik di pusat
maupun di daerah

19
2.3 Laporan Keuangan Partai Politik

Laporan keuangan partai politik merupakan laporan keuangan yang disusun oleh partai
politik sebagai suatu entitas yang pendiriannya diakui oleh UU.

2.3.1 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan partai politik adalah menyajikan dan meng


ungkapkan informasi keuangan yang menyajikan posisi keuangan suatu partai
politik, arus kas, kinerja keuangan dan informasi lain yang relevan sehingga
pengguna laporan keuangan dapat mengambil informasi dalam rangka
pengambilan keputusan atau pertanggungjawaban.

Laporan keuangan sebagai suatu entitas diperlukan partai politik untuk


mendapatkan informasi lengkap mengenai kekayaan dan kewajiban partai politik
serta kinerja aktivitasnya dalam kurun waktu tertentu. Selain itu laporan keuangan
partai politik disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi para stakeholder
partai politik antara lain anggota partai politik, penyumbang, pemerintah, LSM,
akademisi dan masyarakat secara umum

2.3.2 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Agar tujuan penyusunan laporan keuangan partai politik tersebut diatas dapat
tercapai maka laporan keuangan partai politik harus memiliki karakteristik
kualitatif sebagai berikut:

a. Dapat difahami: bahwa semua informasi yang terkandung dalam laporan


keuangan harus mudah difahami oleh para penggunanya.

b. Relevan: yaitu informasi yang disajikan dalam laporan keuang an harus


relevan untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna.

c. Dapat diandalkan, yaitu informasi yang disajikan dalam laporan keuangan


harus bebas dari salah saji material, tidak menyesatkan, dan obyektif.

d. Tepat waktu, yaitu laporan keuangan harus disusun tepat waktu sehingga
pengambilan keputusan dapat dilakukan secara cepat dan tepat.

20
2.3.3 Jenis Laporan Keuangan Yang Dihasilkan

Laporan keuangan partai politik meliputi:

a. Laporan keuangan tahunan partai politik Yaitu laporan keuangan partai


politik untuk tahun tertentu yang mencakup laporan dana kampanye, laporan
bantuan keuangan pemerintah dan laporan dari sumber keuangan iuran
anggota, sumbangan pihak ketiga dan penghaslan lainnya. Laporan tersebut
di susun dengan melakukan eliminasi untuk menghilangkan transaksi antara
dana kampanye, bantuan pemerintah, dan sumber dana lainnya sehingga
suatu transaksi tidak disajikan dua kali.

Tujuan laporan ini adalah untuk menyajikan seluruh transaksi keuang


an yang terjadi dalam suatu periode tertentu dalam suatu partai politik.
Laporan keuangan ini mencakup neraca, laporan aktivitas dan laporan arus
kas serta catatan atas laporan keuangan. Sebaiknya partai politik menyusun
laporan keuangan gabungan (laporan keuangan konsolidasi) yaitu laporan
keuangan yang disusun setiap tahun yang mencakup seluruh transaksi-
transaksi yang terjadi dalam suatu partai politik baik di tingkat pusat, tingkat
provinsi maupun tingkat kabupaten /kota serta tingkat dibawahnya. Selain
laporan keuangan tahunan, partai politik dapat menyusun laporan bulanan,
tri wulanan atau semesteran sesuai dengan kebutuhannya. Audit terhadap
laporan keuangan tahunan ini dilakukan oleh auditor independen yaitu
Kantor Akuntan Publik.

b. Laporan pertanggungjawaban bantuan keuangan partai politik Laporan


pertanggungjawaban bantuan keuangan partai politik merupakan laporan yang
disusun oleh suatu partai politik untuk setiap tingkatan yang menerima bantuan
keuangan dari pemerintah melalui mekanisme APBN/APBD. Setiap tingkatan
partai politik yang menerima bantuan keuangan dari suatu pemerintah daerah
harus menyusun laporan pertanggungjawaban bantuan keuangan partai politik
sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kemudian dipertanggungjawabkan
melalui mekanisme APBD masing-masing daerah. Audit terhadap laporan
keuangan pertanggungjawaban bantuan keuangan ini dilaksanakan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan sesuai dengan kewenangannya dalam UU.

21
c. Laporan dana kampanye pemilu Laporan dana kampanye pemilu merupakan
laporan penerimaan dan pengeluaran yang disusun oleh partai politik peserta
pemilu legis lative untuk memenuhi ketentuan UU Pemilu. Laporan ini disu
sun pada saat partai politik mengikuti pemilihan umum dan dilaporkan kepada
Komisi Pemilihan Umum pada saat masa kampanye. Laporan dana kampanye
ini meliputi penerimaan dan pengeluaran dana kampanye yang mencakup
penerimaan dari partai politik, pene rimaan dari anggota dan sumbangan dari
pihak lain Partai politik setiap tingkatan harus menyusun laporan penerimaan
dan pengeluaran dana kampanye sebagai salah salah satu bentuk
pertanggungjawaban partai politik sebagai peserta pemilu. Laporan tersebut
harus diserahkan kepada masing-masing KPU/KPUD untuk kemudian
dilakukan audit oleh Kantor Akuntan Publik. Laporan dana kampanye harus
dipublikasikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku termasuk hasil audit dana
kampanye tersebut.

2.3.4 Pertanggungjawaban Atas Laporan Keuangan

laporan keuangan Laporan keuangan yang mencakup seluruh informasi yang


disajikan termasuk laporan pertanggungjawaban bantuan keuangan partai politik dan
laporan dana kampanye merupakan tanggungjawab pimpinan partai politik. Sebagai
bentuk pertanggungjawaban setiap pimpinan partai politik yang menerbitkan
laporan keuangan baik laporan bulan, triwulanan, semesteran, laporan dana
kampanye dan laporan tahunan pimpinan partai politik disetiap level harus
menandatangani surat pernyataan tanggung jawab atas laporan keuangan beserta
seluruh informasi didalamnya.

22
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut kelompok kami peran BPK RI dalam memeriksa pengelolaan dana partai
politik dirasa penting karena pemerintahan yang bersih, transparan dan akuntabel diawali
dari partai politik yang juga bersih, transparan dan akuntabel. Namun, perlu disadari bahwa
yang lebih mempunyai kewajiban untuk mewujudkan pengelolaan keuangan partai politik
yang bersih, transparan dan akuntabel adalah partai politik itu sendiri. Untuk itu partai
politik perlu mempunyai pemahaman yang memadai tentang bagaimana pengelolaan dana
partai politik yang baik, khususnya dalam pengelolaan dana bantuan keuangan yang
didapat dari APBN/APBD.
Perlu digarisbawahi bahwa partai politik merupakan institusi publik yang
mempunyai peran besar dalam menjaga demokrasi dan penyelenggaraan pemerintahan
yang bersih, jujur, dan bebas korupsi. Karena itu, transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan partai politik menjadi hal yang penting untuk diwujudkan.
Dukungan dari segenap pihak menjadi syarat mutlak untuk mewujudkan tujuan tersebut.
3.2 Saran
Saran yang dapat kami sampaikan yaitu bahwa partai politik diwajibkan untuk selalu
transpransi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan agar tidak mengakibatkan
munculnya dugaan korupsi yang dilakukan oleh partai politik.Oleh karena itu perlu
dilakukan reformasi pengaturan keuangan partai politik kedepannya yang memenuhi
prinsip transparansi dan akuntabilitas.
Prinsip transparansi dan akuntabilitas keuangan partai politik bisa dicapai dengan cara
mewajibkan setiap partai politik membuat laporan keuangan atas sumber-sumber dana
yang diterima oleh partai,baik dana yang bersumber dari anggota partai,dari APBN/APBD
maupun dari sumbangan-sumbangan dari pihak lain.Pembuatan laporan keuangan tersebut
juga perlu ada pedoman/standar laporan keuangan partai,sehingga akan terjadi
keseragaman pemahaman antar partai politik.

23
DAFTAR PUSTAKA

“Pemeriksaan Bantuan Keuangan Partai Politik Dalam Rangka Mewujudkan Pengelolaan


Keuangan Partai Politik Yang Transparansi dan Akuntabel”
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://jdih.bpk.go.id/wp-
content/uploads/2013/04/Tulisan-Bantuan-
Parpol.pdf&ved=2ahUKEwjs0OSW0aj1AhWlTGwGHYBmAHgQFnoECAoQAQ&usg=AO
vVaw1MrgISJQYWRMj-pELgdO0J

“Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Partai Politik”


https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ti.or.id/wp-
content/uploads/2021/02/modul-Pelatihan-dana-
kampanyeOK.pdf&ved=2ahUKEwjulNq_0aj1AhVBSGwGHTV3AMkQFnoECAcQAQ&us
g=AOvVaw3nMFZxV53kiskTleRbU5Cd

“Mendorong Transparansi dan Akuntabilitas Pengaturan Keuangan Partai Politik”


https://media.neliti.com/media/publications/114250-ID-mendorong-transparansi-dan-
akuntabilitas.pdf

24
LAPORAN KEUANGAN
Organisasi Partai Politik

Kelompok 1

1. Sinta Ayu Adira 24021120037 5. Larosa Alpianuri Mirozi 24021120041


2. Yuswan Aditia Saputra 24021120038 6. Oktri Nuraeni 24021120042
3. Silvia Santia Sari 24021120039 7. Rizki Amelia 24021120043
4. Fitriani Nurjanah 24021120040 8. Hilda Meilani Putri 24021120044
9. Salsa Sindia Putri 24021120045
01
Keuangan
Partai Politik
Keuangan Partai Politik
Uang dan Politik
01 Uang adalah sumber utama bagi kekuatan politik dalam memenangkan kekuasaan atau tetap
mempertahankan kekuasaan. Uang dalam politik merupakan hal yang instrumental dan
signifikansinya terletak pada bagaimana ia digunakan untuk memperoleh pengaruh politik dan
digunakan untuk mendapatkan kekuasaan. Karena uang tidak terdistribusi dengan merata,
akibatnya kekuasaan juga tidak terdistribusi secara merata dalam masyarakat. Pertanyaan
penting yang harus diajukan adalah “bagaimana dan dari siapa politisi atau partai
memperoleh dana serta bagaimana membelanjakan dana kampanyenya.

Dimensi Transparansi dan Akuntabilitas Partai Politik.


02 Crinis adalah alat riset yang dikembangkan oleh Transparency International untuk
mengukur transparansi dan akuntabilitas partai politik dalam mengelola keuangan
mereka. Crinis melakukan pendekatan inovatif untuk menunjukkan permasalahan
dalam korupsi di (dalam) politik. Dimensi transparansi yang terdapat dalam Crinis
diantaranya Partai politik dan pembukuan internal, pelaporan kepada KPU dan
Pemerintah, Cakupan kelengkapan laporan, kedalaman laporan, keandalan dan
mekanisme kontrol, pengungkapan informasi kepada publik, pencegahan, sanksi,
Pengawasan oleh pemerintah, pengawasan publik
Keaungan Partai Politik
Prinsip Dana Partai Politik
03 • Mendorong Kemandirian Parpol dan menjamin terlaksananya fungsi Parpol sebagai
mekanisme formal demokrasi.
• Menghindari Kooptasi berlebihan dari luar Parpol dan segelintir elit Parpol
• Menghindari Kooptasi Parpol terhadap departemen/instansi pemerintah dan perusahaan
pemerintah
• Meningkatkan Transparansi
• Meningkatkan Akuntabilitas
• Adanya penegakan hukum

Hak Keuangan Partai Politik


04 Ketentuan tentang hak mendapatkan dukungan dana dari anggota, kader dan
masyarakat belum masuk sebagai bagian dari hak Parpol di dalam UU Parpol.
Hak yang dimasukan hanya terkait hak atas subsidi negara (APBN/APBD).

Kewajiban Keuangan Partai Politik


05 Partai politik berkewajiban membuat laporan keuangan tahunan di tahun
Bukan masa pemilu.
02
Mekanisme
Laporan Keuangan
A.Sumber Dana keuangan Partai Politik

Bantuan keuangan dari negara kepada partai politik merupakan hal yang wajar dalam era demokrasi modern
Beberapa contoh negara yang memberikan bantuan keuangan kepada Partai Politik Indonesia salah satunya :
• Amerika Serikat
Kandidat partai republik dan partai demokrat yang memenangkan nominasi untuk pemilu presiden mendapatkan
dana untuk kebetuhan kampanye pemilu . Dana tersebut diberikan mulai dari $20 juta dan disesuaikan dengan
tingkat inflasi pada setiap tahun pemilihan.

• Korea Selatan
The National Election Commission (NEC) memberikan subsidi nasional kepada partai politik, mendistribusikan
dana politik dan mengawasi kegiatan partai untuk menjamin tranparansi keuangan. Bagi partai politik yang
mencalonkan kandidat perempuan secara representatif untuk pemilihan legislatif nasional dan daerah
mendapatkan tambahan subsidi dari negara.

• Jepang
Subsidi negara diberikan kepada partai politik yang memperoleh suara (minimal 5 kursi). Total subsidi 30 triliun
yen, dengan perhitungan 250 yen per suara dari jumlah populasi penduduk jepang. Laporan keuangan dilengkapi
dengan daftar aset kekayaan termasuk harta bergerak, tabungan, pinjaman, hutang dsb.
Sumber Dana Keuangan Partai Politik
Dalam konteks Indonesia, bantuan keuangan dari negara kepada partai politik bukan hal baru
dalam penataan sistem kepartaian Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik,
yang merupakan Undang-Undang pertama mengatur partai politik di Indonesia, menyebutkan bahwa sumber
keuangan partai politik adalah iuran anggota, sumbangan yang tidak mengikat, usaha lain yang sah, dan
bantuan dari negara/pemerintah.

Keuangan partai politik bersumber dari sumbangan yang sah menurut hukum, dan
bantuan keuangan dari APBN/APBD.Bantuan keuangan dari APBN/APBD diberikan oleh Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah setiap tahun secara proporsional kepada Partai Politik yang mendapatkan kursi di
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota yang penghitungannya berdasarkan jumlah perolehan suara. Besarnya bantuan keuangan
yang diberikan kepada partai politik berdasarkan pada jumlah perolehan suara hasil Pemilu DPR, DPRD
provinsi, dan DPRD kabupaten/ kota19 yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
B. Proses Pengajuan Dana
Partai Politik
Untuk mendapat bantuan keuangan, pengurus partai politik
mengajukan permohonan tertulis kepada
Pemerintah/Pemerintah Daerah untuk menyalurkan dana
bantuan keuangan ke rekening kas umum partai
politik.Permohonan bantuan keuangan diajukan oleh

1. Pengurus pusat partai politik kepada Pemerintah


melalui Menteri Dalam Negeri;
2. Pengurus daerah partai politik tingkat provinsi kepada
gubernur; dan
3. Pengurus daerah partai politik tingkat kabupaten/kota
kepada bupati/walikota

Permohonan tersebut ditandatangani oleh:


1. Ketua umum dan sekretaris jenderal atau sebutan
lain yang terdaftar di Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia (sekarang Kementerian Hukum dan
HAM) bagi DPP partai politik;
2. Ketua dan sekretaris atau sebutan lain bagi DPD partai
politik tingkat provinsi; dan
3. Ketua dan sekretaris atau sebutan lain bagi DPC partai
politik tingkat kabupaten/kota
B. Proses Pengajuan Dana
Partai Politik
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 menyatakan
bahwa untuk pengajuan permohonan bantuan keuangan
harus dilengkapi dengan persyaratan administrasi sebagai
berikut. :

1. Penetapan perolehan kursi dan suara hasil pemilu oleh


KPU;
2. Susunan kepengurusan partai politik yang sah;
3. Rekening kas umum partai politik;
4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) partai politik;
5. Rencana penggunaan dana bantuan keuangan partai
politik; dan
6. Laporan realisasi penerimaan dan penggunaan
bantuan keuangan tahun anggaran sebelumnya.
B. Proses Pengajuan Dana
Partai Politik
Untuk pengajuan permohonan bantuan keuangan partai
politik tingkat nasional dilakukan dengan menggunakan kop
surat dan cap stempel partai politik dengan melampirkan
kelengkapan administrasi berikut dalam dua rangkap,
berupa :
1. Foto copy akte notaris pendirian yang memuat anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga partai politik;
2. .Foto copy surat keterangan kepengurusan partai politik
3. Nomor rekening kas umum partai politik
4. Foto copy surat keterangan NPWP;
5. Surat keterangan autentikasi hasil penetapan perolehan
kursi dan suara hasil pemilihan umum DPR-RI yang
dilegalisir oleh ketua atau wakil ketua atau Sekretaris
Jenderal KPU.
6. Rencana penggunaan dana bantuan keuangan
7. Laporan realisasi penerimaan dan penggunaan bantuan
C. Penggunaan Dana Partai Politik
Pendalaman mengenai empat pilar berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila, UUD
1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Pemahaman mengenai hak dan kewajiban warga negara Indonesia dalam membangun
etika dan budaya politik

Pengkaderan anggota Partai Politik secara berjenjang.

Digunakan untuk kegiatan operasinal yang berkaitan dengan administrasi umum, berlangganan
daya dan jasa, pemeliharaan data dan arsip, dan pemeliharaan peralatan kantor.49 Termasuk
dalam kategori administrasi umum antara lain belanja keperluan alat tulis kantor, rapat internal
sekretariat partai politik, dan ongkos perjalanan dalam rangka mendukung kegiatan
operasional sekretariat partai politik..
D. Pelaporan Dana Partai Politik
Atas bantuan keuangan yang diterima dari APBN/APBD,
partai politik wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban terhadap penerimaan dan pengeluaran Laporan pertanggungjawaban tersebut
yang dilakukannya kepada BPK secara berkala 1 (satu) tahun disampaikan kepada:

sekali untuk diperiksa paling lambat 1 (satu) bulan setelah 1. Pemerintah melalui Menteri Dalam
tahun anggaran berakhir. Laporan pertanggungjawaban terdiri Negeri oleh ketua umum atau sebutan
lain partai politik tingkat pusat;
dari: 2. gubernur oleh ketua atau sebutan lain
Rekapitulasi Realiasi Penerimaan dan Belanja bantuan partai politik tingkat provinsi; dan
3. Bupati/walikota oleh ketua atau sebutan
keuangan partai politik dan rincian Realisasi Belanja Dana lain partai politik tingkat kabupaten/kota.
Bantuan Keuangan Partai Politik Per Kegiatan; dan
Laporan pertanggungjawaban tersebut
Barang Inventaris/Modal (Fisik), Barang Persediaan Pakai
terbuka untuk diketahui masyarakat. Partai
Habis dan Pengadaan/ Penggunaan Jasa.
politik yang tidak menyampaikan laporan
membuat laporan pertanggungjawaban tersebut, partai
pertanggungjawaban dikenai sanksi
politik wajib melaksanakan pembukuan dan memelihara
administratif berupa penghentian bantuan
bukti penerimaan dan pengeluaran atas dana bantuan
keuangan APBN/APBD sampai laporan
keuangan
diterima oleh Pemerintah dalam tahun
E. Pemeriksaan Laporan Dana Partai Politik
Untuk membuat laporan pertanggungjawaban tersebut, partai politik wajib melaksanakan pembukuan dan
memelihara bukti penerimaan dan pengeluaran atas dana bantuan keuangan. BPK melakukan pemeriksaan atas
laporan tersebut 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Hasil pemeriksaan atas laporan pertanggungjawaban
penerimaan dan pengeluaran tersebut disampaikan kepada partai politik paling lambat 1 (satu) bulan setelah pemeriksaan.
Setelah selesai diperiksa BPK, paling lambat 1 (satu) bulan partai politik wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban tersebut kepada Pemerintah.
Dalam melakukan pemeriksaan bantuan keuangan kepada partai politik yang bersumber dari
APBN/APBD, pemeriksa BPK perlu mengecek apakah realisasi penerimaan dan penggunaan bantuan keuangan sesuai
dengan rencana penggunaan dana bantuan keuangan sebagaimana dilampirkan oleh partai politik saat mengajukan
permohonan bantuan. Bila realisasi dan rencana tidak sesuai, maka perlu dilakukan klarifikasi, karena partai politik sebagai
lembaga publik sudah sewajarnya dapat merencanakan kegiatannya dengan baik. Pemeriksa juga perlu memastikan
kewajaran pengeluaran dana bantuan keuangan dan bukti- bukti pendukungnya. Selain itu, pemeriksa perlu
memperhatikan apakah terdapat pembebanan ganda pada pencatatan pengeluaran atas dana APBN/APBD, dengan
pencatatan pengeluaran atas dana yang didapat dari selain dana APBN/APBD yang diperiksa oleh akuntan publik.
03
Evaluasi Proses
Pendanaan Partai Politik
Permasalahan Partai Politik
01 02
Partai politik belum memahami dengan Peraturan mengenai bantuan
baik peraturan mengenai keuangan partai politik belum
bantuan keuangan. mengakomodasi belanja
- Jumlah bantuan keuangan dari partai politik.
APBN/APBD sangat kecil

03 04
Belum ada standar akuntansi
Banyak partai politik yang belum
keuangan partai politik
melaksanakan kewajiban perpajakan
- Pencairan dana bantuan
- Belum ada sanksi keras terhadap
keuangan mendekati akhir
partai politik
tahun anggaran
Kesimpulan
Menurut kelompok kami peran BPK RI dalam memeriksa pengelolaan dana partai politik dirasa
penting karena pemerintahan yang bersih, transparan dan akuntabel diawali dari partai politik yang juga bersih,
transparan dan akuntabel. Namun, perlu disadari bahwa yang lebih mempunyai kewajiban untuk mewujudkan
pengelolaan keuangan partai politik yang bersih, transparan dan akuntabel adalah partai politik itu sendiri.
Untuk itu partai politik perlu mempunyai pemahaman yang memadai tentang bagaimana pengelolaan dana
partai politik yang baik, khususnya dalam pengelolaan dana bantuan keuangan yang didapat dari APBN/APBD.

Perlu digarisbawahi bahwa partai politik merupakan institusi publik yang mempunyai peran besar dalam
menjaga demokrasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, jujur, dan bebas korupsi. Karena itu, transparansi
dan akuntabilitas pengelolaan keuangan partai politik menjadi hal yang penting untuk diwujudkan. Dukungan dari
segenap pihak menjadi syarat mutlak untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Laporan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai