Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AUDITING

“ STANDAR AUDITING ”

Dosen Pengampu: Dr. Arnestesa Trinandha, SE., MM., Ak, CA,CPA, CFrA

Disusun oleh :

Nabella Febriyani (E2B019328)

Maylina Zulfana Ahwa (E2B019381)

Nadila Zulfa (E2B019384)

S1 AKUNTANSI (Semester 4)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat,
karunia serta kasih sayangNya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
Tujuan, Bukti, Prosedur ini dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya
uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. tidak lupa pula saya ucapkan terima
kasih kepada Ibu Dr. Arnestesa Trinandha, SE, MM., Ak, CA, CPA. CFrA selaku
dosen mata kuliah Akuntansi Lanjutan.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat
kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun
dengan teknik pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku
para penulis usahakan.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.
Semarang, 31 Maret 2021
Penyusun

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Standar Audi (“SA”) ini mengatur tanggung jawab keseluruhan auditor independent
Ketika melaksanakan audit atas laporan keuangan berdasarkan SA. Secara khusus, SA ini
menetapkan tujuan keselurahan auditor independen, serta menjelaskan sifat ruang lingkup
suatu audit yang dirancang untuk memungkin auditor independent mencapai tujuan
tersebut. SA ini juga menjelaskan ruang lingkup, wewenang, dan struktur SA, serta
mengatur ketentuan untuk menetapkan tanggung jawab umum auditor Indpenden yang
berlaku untuk semua audit, termasuk kewajiban untuk mematuhi SA. Untuk selanjutnya
auditor independent disebut sebagai “auditor”. SA di tulis dalam konteks audit atas
laporan keuang yang dilakukan oleh auditor. Bila dipandang perlu, SA dapat diadaptasi
Ketika diterapkan dalam audit atas informasi keuangan historis lainnya. SA tidak
mengatur tanggung jawab auditor yang mungkin dalam legaslasi, peraturan atau dalam
hubungannya dengan, sebagai contoh, penawaran efek kepada publik, Tanggung jawab
tersebut dapat berbeda dari tanggung jawab yang ditetapkan dalam SA. Oleh karena itu,
meskioun auditor mungkin tetao bertanggung jawab untuk memastikan kepatuhan
terhadap seluruh kewajiban hukum, regulasi, atau profesi yang relevan.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa tujuan Standar Auditing?
2. Apa bukti Standar Auditing?
3. Bagaimana Prosedur Standar Auditing?

1.3.Tujuan Pembelajaran
1. Untuk dapat mengetahui tujuan Standar Auditing
2. Untuk dapat mengetahui bukti Standar Auditing
3. Untuk dapat mengetahui apa saja prosedur Standar Auditing

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Audit Atas Laporan Keuangan

Tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan tingkat keyakinan pengguna laporan keuang
yang dituju. Hal in dicapai melalui pernyataan suatu opini oleh auditor tentang apakah
laporan keuangan disusun, dalam semua hal ini yang material, sesuai dengan suatu kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku. Dalam hal kebanyakan kerangka bertujuan umum, opini
tersebut adalah tentang apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material sesuai dengan kerangka. Suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan SA dan
ketentuan etika yang relevan memungkinkan auditor untuk merumuskan opini.

Laporan keungan yang diaudit adalah milik entitas, yang disusun oleh manajemen entitas
dengan pengawasan dari pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. SA tidak mengatur
tanggung jawab manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata Kelola, serta
mengesampingkan peraturan perundang-undangan dan regulasi yang mengatur tanggung
jawab mereka. Namun, satu audit berdasarkan SA dilaksanakan dengan pemis bahwa
manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata Kelola, mengakui
tanggung jawab tertentu yang fundamental bagi pelaksanaan audit. Audit atas laporan
keuangan tidak melepaskan manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata Kelola
dari tanggung jawab mereka.

Sebagai basis untuk opini auditor, SA mengharuskan auditor untuk memperoleh keyakinan
memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan
penyajian material baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Keyakinan
memadai merupakan suatu tingkat keyakinan tinggi. Namun, keyakinan memadai bukan
merupakan suatu tingkat keyakinan absolut, karena terdapat keterbatasan inheren dalam audit
yang menghasilkan kebanyakan bukti audit, yang menjadi basis auditor dalam menarik
kesimpulan dan merumuskan opini, bersifat persuasif daripada konklusif.

3
2.1.1 Tujuan Keseluruhan Auditor:
Dalam melaksanakan suatu audit, atas laporan keuangan, tujuan keseluruhan auditor
adalah:
a. Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan
secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang
disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan oleh karena itu
memungkinkan auditor untuk menyatakan opini tentang apakah laporan
keuang di susun dalam semua hal yang material, sesuai dengan suatu
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
b. Melaporkan atas laporan keuangan dan mengkomunikasikannya
sebagaimana ditentukan oleh SA berdasarkan temuan auditor

Dalam hal memadai tidak dapat diperoleh dan suatu opini wajar dengan
pengecualian dalam laporan auditor tidak memadai dalam kondisi tersebut
untuk tujuan pelaporan kepada pengguna laporan keuangan yang dituju.
SA mengharuskan auditor untuk tidak menyatakan suatu opini atau
menarik diri (mengundurkan diri) dari perikatan, jika penarikan diri
dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan atau regulasi yang
berlaku.

2.1.2 Tujuan yang Dinyatakan Dalam Setiap SA

Auditor harus menggunakan tujuan yang dinyatakan dalam SA. Yang relevan dalam
merencanakan dan melaksanakan audit, dengan memperhatikan interelasi diantara SA,
untuk:

a. Menentukan apakah diperliukan prosedur audit lain selain prosedur audit yang
diharuskan oleh SA untuk mencapai tujuan yang dinyatakan dalam SA
b. Mengevaluasi apakah bukti audit yang cukup telah diperoleh
Setiap SA berisi satu atau lebih tujuan yang menyediakan suatu hubungan antara
ketentuan dan tujuan keseluruhan auditor. Tujuan setiap SA adalah untuk
mengarahkan auditor pada hasil yang dikehendaki oleh SA tersebut sementara cukup
spesifik untuk membantu auditor dalam:
 Memahami apa yang akan dicapai, dan juga diperlukan cara yang tepat untuk
mencapainya.

4
 Memutuskan apa diperlukan prosedur tambahan untuk mencapai tujuan SA
tersebut sesuai dengan kondisi yang ada dalam perikatan audit

Tujuan setiap SA harus dipahami dalam konteks tujuan keselruhan auditr yang
dinyatakan dalam SA ini.

Dalam menggunakan SA, auditor diharuskan untuk memperhatikan interelasi antar


SA. Hal ini dikarenakan sebagaimana ditunjukan dalam beberapa kasus, SA
mengatur tanggung jawab umum, dan kasus lainnya, mengatur penerapan tanggung
jawab tersebut dalam hal-hal tertentu

2.1.3 Penyusunan Laporan Keuangan


peraturan perundang-undangan atau regulasi dapat menetapkan tanggung
jawab manajemen dan jika relevan pihak yang bertanggungjawab atas
tatakelola, sehubungan dengan laporan keuangan namun luas tanggung jawab
tersebut, atau cara tanggung jawab tersebut dijelaskan, dapat berbeda diantara
yuridiksi. Walaupun terdapat perbedaan-perbedaan tersebut, suatu audit
berdasarkan SA dilaksanakan dengan premis bahwa manajemen dan relevan
pihak yang bertanggung jawab atas tata Kelola, mengakui dan memahami
kamu bahwa mereka memiliki tanggung jawab :
a. Menyusun laporan keuangan sesuai dengan kerangka laporan
keuangan yang berlaku, termasuk jika relevan penyajian wajar laporan
keuangan
b. Menetapkan dan menjalankan pengendalian internal yang dipandang
perlu oleh manajemen dan jika relevan pihak yang bertanggung jawab
atas tata Kelola untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan
yang bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan
oleh kecurangan maupun kesalahan
c. Menyediakan hal-hal dibawah ini bagi auditor
I. Akses keseluruh informasi yang disadari oleh manajemen dan
jika relevan pihak yang bertanggung jawab atas tata Kelola,
relevan dengan penyusuna laporan keuangan seperti catatan,
dokumentasi dan hal-hal lain

5
II. Informasi tambahan yang mungkin diminta oleh auditor dari
manajemen dan jika relevan pihak yang bertanggung jawab atas
tata Kelola untuk tujuan audit
III. Akses tidak terbatas dalam entitas yang dipandng oleh auditor
untuk memperoleh bukti audit

2.1.4 Bukti Audit yang cukup dan tepat serta resiko audit
Bukti audit yang cukup dan tepat
 Bukti audit diperlukan untuk medukung opini dan laporan auditor
bukti audit brsifat kumulatif dan terutama diperoleh dari prosedur audit
yang dilaksanakan selama audit
 Kecukupan dan ketetapan bukti audit saling berhubungan. Kecukupan
merupakan ukuran kuantitas bukti audit, kuantitas bukti audit yang
diperlukan dipengaruhi oleh pertimbangan auditor atas resiko
kesalahan penyajian ( semakin tinggi resiko yang dinilai semakin
banyak bukti audit yang dibutuhkan )
 Ketetapan merupakan ukuran kualitas dari bukti audit yaitu relevansi
dan keandalanya dalam mendukung kesimpulan yang mendasari opini
auditor. Keandalan bukti audit dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya
serta bergantung pada kondisi-kondisi dari bukti tersebut pada saat
diperoleh
 Hal mengenai bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh untuk
mengurangi resiko audit ketingkat rendah yang dapat diterima

Resiko audit
 Resiko audit merupakan resiko kesalahan penyajian material dan
resiko didteksi. Penilaian resiko didasarkan pada prosedur audit untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan untuk tujuan tersebut dan
bukti yang diperoleh sepanjang audit. Penilaian resiko merupakan
pertimbangan professional, dan bukan merupakan untuk mendapatkan
pengukuran yang tepat
 Resiko audit tidak termasuk resiko bahwa auditor mungkin
menyatakan bahwa opini bahwa laporan keuangan mengandung

6
kesalahan penyajian yang material padahal laporan keuangan tersebut
tidak mengandung kesalahan penyajian material. Resiko ini biasa tidak
signifikan disamping itu resiko audit merupakan istilah teknis yang
berkaitan dengan proses audit. Resiko audit tidak mengacu resiko
bisnis auditor seperti : kerugian litigasi, publikasi yang merugikan atau
istilah lain yang timbul sehubungan dengan audit laporan keuangan

2.1.5 Informasi yang di gunakan sebagai bukti audit


Pada waktu merancang dan melaksanakan prosedur audit, auditor
harus mempertimbangkan relevansi dan keandalan informasi yang digunakan
sebagai bukti audit.
Jika informasi yang digunakan sebagai bukti audit telah disusun dengan
menggunakan pekerjaan pakar manajemen , auditor, sejauh diperlukan, harus
mempertimbangkan signifikasi pekerjaan pakar tersebut untuk tujuan auditor,
dengan
1). Mengevaluasi kompetensi ,kapabilitas, dan objektivitas pakar tersebut;
2). Memperoleh pemahaman atas pekerjaan pakr, dan
3). Mengevaluasi pekerjaan kesesuaian pekerjaan pakar tersebut sebagai bukti
audit untuk asersi yang relevan.
Pada waktumenggunakan informasi yang di hasilkan oleh suatu entitas
,auditor harus mengevaluasi apakah informasi tersebut andal untuk tujuan
auditor termasuk jika relevan dalam situasi sebagai berikut :
 Memperoleh bukti audit tentang akurasi dan kelengkapan informasi
 Mengevaluasi apakah informasi tersebut cukup tepat dan rinci untuk
memenuhi tujuan auditor.

7
2.2. sumber bukti audit
Beberapa bukti audit diperoleh dengan melaksanakan prosedur audit untuk menguji
catatan akuntansi

B. tingkat kryakinan yang lebih tinggi umumnya di peroleh jika terdapat


konsitensi antara bukti audit yang di peroleh dari sumber- sumber yang atau
memiliki sifat-sifat yang berbeda

C. Informasi yang di peroleh dari sumber independen dari entitas yang


digunakan sebagai bukti audit dapat berupa koonfirmasi dari pihak
ketiga,laporan analisis, dan data pesaing yang dapat di perbandingkan(data
pembanding)

2.3. prosedur untuk memperoleh bukti audit

Seperti yang di isyarat kan dan di jelaskan lebih lanjut dalam SA 315 dan SA
330, bukti audit untuk menarik kesimpulan memadai sebagai basis opini
auditor dapat diperoleh dengan melasanakan:

(A) prosedur penilaian risiko;dan

(B) Prosedur audit lanjutan yang terdiri dari atas:

(i) Pengujian pengendalian ketika disyaratkan oleh SA atau


ketika auditor telah memilih untuk melakukan hal tersebut

(ii) Prosedur substantif, termasuk pengujian rinci dan


prosedur analisis substantif

Inspeksi:

1. Inspeksi mencakup pemeriksaan atas catatan atau dokumen, baik


internal maupun eksternal, dalam bentuk kertas, elektronik, atau media lain,
atau pemeriksaan fisik atas suatu aset. Inspeksi Atas catatan dan dokumen

8
memberikan bukti audit dengan beragam tingkat keandalan, bergantung pada
sifat dan sumber nya, serta, dalam kasus catatan dan dokumen internal,
efektivitas pengendalian atad penyusunan catatan atau dokumen tersebut.
Contoh inspeksi yang digunakan sebagai pengujian pengendalian adalah
inspeksi atas catatan bukti otorisasi.
2. Beberapa dokumen menunjukkan bukti keberadaan aset secara
langsung. Sebagai contoh, dokumen yang berupa instrumen keuangan seperti
saham atau obligasi. Namun, inspeksi atas dokumen semacam ini mungkin
tidak dapat memberikan bukti audit tentang kepemilikan atau nilai. Selain itu,
inspeksi terhadap sesuatu kontrak yang dilaksanakan dapat memberikan bukti
audit yang relevan tentang penerapan kebijakan akuntansi entitas, seperti
pengakuan pendapatan.
3. . Inspeksi atas aset berwujud dapat memberikan bukti audit yang andal
dalam hubungannya dengan keberadaannya, namun tidak dapat digunakan
untuk membuktikan asersi hak dan kewajiban suatu entitas, atau penilaian atas
aset tersebut. Inspeksi atas unsur-unsur persediaan dapat dilakukan bersamaan
dengan observasi terhadap perhitungan persediaan.

2.3.2 Observasi
Observasi terdiri dari melihat langsung suatu proses atau prosedur yang di lakukan
oleh orang lain , sebagi contoh observasi oleh auditor atas penghitungan
persediaan yang di lakukan oleh personal entitas . atau melihat langsung
pelaksanaan aktivitas pengendalian. Observasi memberikan bukti audit tentang
pelaksanaan suatu proses atau prosedur, namun hanya terbatas pada titik
waktu tertentu pada saat obsrvasi di laksanakan , dan fakta bahwa adanya
observasi atas aktivitas tersebut dapat mempengaruhi bagaimana proses atau
prosedur tersebut di laksanakan

9
2.3.3 pemilihan unsur untuk pengujian dalam memperoleh bukti audit

Suatu pengujian yang efektif memberikan bukti audit yang memadai, yang diambil
bersamaan dengan bukti audit lain yang telah atau akan diperoleh, sehingga
cukup untuk tujuan auditor. Dalam memilih unsur yang akan diuji, auditor
distaratkan dalam paragraf 7 untuk menetukan relevansi dan keandalan
informasi yang akan diginakan sebagai bukti audit; aspek lain efektivitas
(kecukupan) merumpakan suatu pertimbangan penting dalam memilih unsur
yang diuji. Cara-cara yang tersedia bagi auditor untuk memilih unsur untuk
pengujian adalah;

a) Memilih semua unsur (pemeriksaan 100%)

b) memilih unsur tertentu;dan

c) Sampling audit.

Penerapan salah satu atau kombinasi cara-cara diatas tergantung pada kondisi
tertentu,seperti, resiko kesalahan penyajian material yang berkaitan dengan
asersi yang di uji, kepraktisan, dan efisiensi berbagai cara yang berbeda
tersebut.

10
2.4. Memilih semua unsur

Auditor dapat memutuskan bahwamemeriksa seluruh popularitas unsur membentuk


suatu golongan transaksi atau saldo akun (atau suatu stata dalam populasi tersebut)
merupakan metode yang paling cocok. Pemeriksaan 100% biasanya tidak digunakan
dalam pengujian pengendalian; ujmumnya digunakan untuk pengujian rinci.
Pemeriksaan 100% tepat digunakan jika, sebagai contoh:

a) Populasi terdiri dari sejumlah kecil unsur yang masing-masing memiliki nilai
b) terdapat suatu risiko signifikan dan cara lain tidak dapat memberikan bukti audit yang
cukup dan layak
c) Sifat pengulangan suatu perhitungan atau proses lain yang dilakukan secara otomatis
oleh suatu sistem informasi membuat pemeriksaan 100%menjadi efektif dari segi
biaya

Auditor dapat memutuskan bahwamemeriksa seluruh popularitas unsur membentuk


suatu golongan transaksi atau saldo akun (atau suatu stata dalam populasi tersebut)
merupakan metode yang paling cocok. Pemeriksaan 100% biasanya tidak digunakan
dalam pengujian pengendalian; ujmumnya digunakan untuk pengujian rinci.
Pemeriksaan 100% tepat digunakan jika, sebagai contoh:

a) Populasi terdiri dari sejumlah kecil unsur yang masing-masing memiliki nilai
besar
b) terdapat suatu risiko signifikan dan cara lain tidak dapat memberikan bukti audit
yang cukup dan layak
c) Sifat pengulangan suatu perhitungan atau proses lain yang dilakukan secara
otomatis oleh suatu sistem informasi membuat pemeriksaan 100%menjadi
efektif dari segi biaya.

11
Memilih unsur spesifik

Auditor dapat memutuskan untuk memilih unsur spesifik dalam suatu populasi. Faktor
yang mungkin relevan dalam pengambilan keputusan ini mencakup pemahaman auditor atas
entitas, risiko yang telah di tentukan atas kesalahan penyajian material, dan karakteristik
populasi yang diuji. Pemilihan berdasarkan pertimbanganatas unsur spesifik ini tetap
memiliki risiko non-sampling. Unsur spesifik pilihan dapat meliputi:

 unsur-unsur kunci bernilai tinggi.auditor dapat memutuskan untuk memilih unsur


spesifik dalam populasi karena unsur tersebut memiliki nilai tinggi, atau karena unsur-
unsur tersebut memperlihatkan beberapa karakteristik lain, misalnya,
mencurigakan,tidak biasa, rawan risiko teertentu, atau memiliki jejak-rekam
kesalahan.
 semusemua unsur yang memiliki nilai di atas jumlah tertentu. Auditor dapat
medmutuskan untuk memerikds unsur-unsur yang mmiliki nilai tercatat melebihi
suatu nilai tertentu sehingga dapat di gunakan untuknmemverfikasi proporsi total
jumlah suatu golongan transaksi atau saldo akun.
 unsur-unsur untuk memperoleh informasi auditor dapat memeriksa unsur-unsur untuk
memperoleh informasi tentang hal-hal seperti sifat entitas atau sifat transaksi.
 Walaupun pemeriksaan secara selektif atas unsur spesifik suatu golongan transaksi
atau saldo akun sering kali akan menjadi suatu cara efisien dalam memperoleh bukti
audit, hal ini bukan merupakan sampling audit. Hasil prosedur audit yang diterapkan
untuk unsur-unsur yang telah dipilih melalui cara ini dapat diprojeksikan untuk
keseluruhan populasi; oleh karena itu, pemeriksaan secara selektif unsur-unsur
spesifik tidak memberikan bukti audit atas sisa populasi yang tidak diperiksa

12
Inkonsistensi atau keraguan atas ketidak andalan bukti audit

Pemerolehan bukti audit dari sumber berbeda atau dengan sifat berbeda dapat
mengindikasikan ketidakandalan suatu unsur bukti audit , misalnya Ketika bukti audit di
peroleh dari suatu sumber inkonsisten dengan bukti yang di peroleh dari sumber lain .

Prinsip umum suatu perikatan prosedur yang disepakat

Praktisi yang harus mematuhi kode etik profesi akuntan public yang ditetapkan oleh institute
akuntan public Indonesia. Prinsip etika yang mengatur tanggung jawab professional praktisi
untuk jenis perikatan adalah :

a) Integritas
b) Objektivitas
c) Kompetisi serta kecermatan dan kehati-hatian professional
d) Kerahasiaan
e) Perilaku professional
f) Standar teknis

Independensi bukan suatu persyarikatan untuk perikatan prosedur yang disepakati,


namun, syarat atau tujuan suatu perikatan atau standar profesi kemungkinan masyarakat
praktisi untuk mematuhi persyaratan independensi kode etik. Praktisi harus melaksanakan
suatu perikatan prosedur yang disepakati berdasarkan SJT dan kondisi perikatan

Penentuan kondisi perikatan

Praktisi harus memastikan dengan pihak yang mewakili entitas dan pada umurnya,
pihak lain yang disebutkan yang akan menerima salinan laporan prosedur yang disepakati,
bahwa terdapat suatu pemahaman yang jelas tentang prosedur yang disepakati dan kondisi
perikatan. Halhal yang disepakati mencakup sebagai berikut :

 Sifat perikatan termasuk fakta bahwa prosdur yang dilaksanakan bukan merupaka
suatu audit atau reviu dan oleh karena itu praktis tidak menyatakan keyakinan.
 Tujuan perikatan
 Identifikasi informasi keuangan yang akan diterapkan untuk prosedur yang
disepakati
 Sifat, saat dan luas prosedur spesifik yang akan diterapkan

13
 Bentuk laporan prosedur yang disepakati yang diantisipasi
 Pembatasan terhadap distribusi laporan prosedur yang disepakati. Bila
pembatasan ini bertentangan dengaan peraturan perundang-undangan, praktisi
tidak diperkenankan untuk menerima perikatan tersebut

Dalam kondisi tertentu, sebagai contoh bila suatu prosedur telah disepakati oleh badan
pengatur, wakil industry, dan wakil dari profei akuntan, praktisi mungkin tidak dapat
membahas prosedur tersebut dengan semua pihak yang akan menerima laporan
prosedur yang disepakati. Hal-hal yang harus dicantumkan dalam surat perikatan
mencakup sebagai berikut :

 Suatu daftar prosedur yang harus dilaksanakan yang disepakati diantara


berbagi pihak
 Suatu pernyataan bahwa pendistribusian laporan prosedur yang diepakati akan
dibatasi kepada pihak-pihak yang disebutkan yang telah menyepakati prosedur
yang harus dilaksanakan tersebut.

Perencanaan dan Dokumentasi


Praktisi harus merencanakan pekerjaannya sdemikian rupa sehingga perikatan dapat
dilaksankan secara efektif
Sedangankan Dokumentasi praktisi harus mendokumentasikan hal-hal penting yang
menjadi bukti yang mendukung laporan yang disepakati dan bukti bahwa perikatan
tersebut telah dilaksanakan berdasarkan SJT.

Prosedur dan Bukti


Praktisi harus melaksanakan prosedur yang disepakati dan menggunakan bukti yang
diperoleh ebagai dasar untuk melaporkan temuan faktual. Prosedur yang diterapkan
dalam suatu perikatan untuk untuk melaksanakan proedur yang disepakati dapat
mencakup sebagai berikut :
 Permintaan keterangan dan analisis
 Perhitungan ulang, perbandingan, dan pengecekan akurasi klerikal yang lain
 Observasi
 Inspeksi
 Pemerolehan konfirmasi

14
Lampiran 2 SJT ini adalah contoh laporan yang berisi suatu ilustrasi dan
prosedur yang dapat digunakan sebagai satu bagian dari perikatan prosedur
yang disepakati
Pelaporan
Laporan tentang perikatan prosedur yang disepakati pelu melaksanakan tujuan dan
prosedur yang disepakati dalam perikatan dengan cukup rinci yang memungkinkan
pembaca memahami sifat dan luas pkerjaan yang dilaksanakan. Laporan prosedur yang
disepakati harus berisi :
a) Judul
b) Pihak yang dituju ( biasanya klien yang membuat perikatan dengan praktisi
untuk melaksanakan prosedur yang disepakati )
c) Identifikasi informasi keuangan atau non-keuangan yang dijadikan objek
pelaksanaan prosedur yang disepakati
d) Suatu pernyataan bahwa prosedur yang dilaksanakan telah disepakati oleh
penerimaan laporan
e) Suatu pernyataan bahwa perikatan trsebut dilaksnakan berdasarkan tandar jasa
terkaityang ditetapkan oleh IAPI yang telah berlaku untuk perikatan prosedur
yang disepakati
f) Bila relevan, penyataan bahwa praktisi tidak independen terhadap entitas
g) Identifikasi tujuan yang hendak dicapai dan pelaksanaan prosedur yang
disepakati tersebut
h) Suatu daftar prosedur spesifik yang dilaksanakan
i) Suatu deskripsi temuan factual praktisi termasuk rincian yang memadai tentang
kesalahan dan penyimpangan yang ditemukan
j) Pernyataan bahwa prosedur yang dilaksanakan bukan merupakan suatu audit
maupun reviu dan oleh karena itu praktisi tidak menyatakan keyakinan
k) Suatu pernyataan bahwa jika praktisi melaksanakan prosedur tambahan suatu
audit aau reviu, hal-hal mungkin dapat diketauhi dan dilaporkan
l) Suatu pernyataan bahwa laporan tersebut dibatasi kepada pihakpihak yang telah
menyepakati prosedur yang harus dilaksnakan
m) Suatu pernyataan ( bila relevan ) bahwa laporan tersebut hanya berkaitan
dengan unsur, akun pos , atau informasi keuangan atau non-keuangan yang
disebutkan dan laporan tersebut tidak mencakup laporan keuangan secara
keseluruhan

15
n) Tanggal laporan
o) Alamat praktisi (Tanda tangan praktisi ( tanda tangan dilakukan oleh praktisi
yang telah memiliki nomor registrasi akuntan public, selain itu laporan juga
harus mencantumkan nama KAP, nama praktisi yang menandatangani laporan,
Nnomr izin usaha KAP jika tidak tercantum dalam kop surat, dan alamat KAP
jika tidak tercantum dalam kop surat KAP )

16
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Auditor harus merencanakan audit dengan memikirkan akhir audit tersebutdidalam


benaknya. Tujuan audit secara menyeluruh adalah memberikan pendapatatas laporan
keuangan yang dicapai melalui pengumpulan dan mengevaluasi bukti audit. Mereview
keputusan-keputusan penting yang harus dibuat oleh auditor berkenaan dengan sifat, saat,
serta luasnya prosedur audit maupun penetapan stafaudit. Selain itu, auditor harus dapat
menetapkan tujuan audit spesifik dari asersilaporan keuangan manajemen, karena setiap
tujuan audit biasanya memerlukanbukti dan prosedur audit yang berbada pula. Bagaimana
auditor menerapkanpertimbangan professional melalui pemilihan prosedur audit. Banyak
perusahaan mengirimkan, mengolah, serta menyimpanberbagai informasi penguat yang
penting dalam bentuk elektronik. Mereview pengaruh pemrosesan data elektronik pada
pertimbangan profesional dalamkaitannya dengan perencanaan serta pengumpulan bukti
audit. Akhirnya, proseduryang dilaksanakan, bukti yang diperoleh, serta evaluasi auditor atas
bukti tersebut harus didokumentasikan dalam program audit dan kertas kerja yang
harusmemberikan dukungan atas laporan auditor serta sebagai bukti kepatuhan auditor

17

Anda mungkin juga menyukai