Anda di halaman 1dari 24

PERILAKU KEORGANISASIAN

Makalah Ini Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Dari Mata Kuliah
Perilauk Keorganisasian

Dosen Pengajar:
Dra. Hj. Rohani Gultom M.Si

Disusun Oleh
Kelompok I
Ekonomi Manajemen C:
1. Ananda Eka Pratamaa Siahaan (17510233)
2. Cindy Annisa Prayad (17510191)
3. Dinda Hardiyanti Ivana (17510173)
4. Dwi Syahreza Damastito (17510343)

PROGRAM STUDI EKONOMI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DHARMAWANGSA
2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiratan Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat,


karunia, dan ridha-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah ini yang berjudul“Perilaku Organisasi”. Adapun tujuan pembuatan
makalah ini adalah sebagai salah satu tugas kelompok pada mata kuliah “Perilaku
Keorganisasian”.
Dalam kesempatan ini Penulis tidak lupa mengucapkan Terima Kasih
kepada Dosen pembimbing Dra. Hj. Rohani gultom,M.Si serta semua pihak yang
telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran perbaikan
dari semua pihak yang terkait. Sehingga kekurangan yang ada dapat diperbaiki dan
disempurnakan.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis berharap semoga makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat sebagaimana mestinya, khususnya bagi mahasiswa.

Medan, 25 September 2019

Tim Penyun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................. i


Daftar Isi........................................................................................ ii
Daftar Gambar ............................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang .................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah ............................................................. 2
1.3.Tujuan Penulisan Makalah ................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1.Definisi Perilaku Organisasi ............................................. 3
2.2. Karakteristik Organisasi ................................................... 4
2.3.Pengertian Perilaku Organisasi dan Aspek-aspeknya ....... 8
2.4.Ruang Lingkup Perilaku Organisasi ................................. 9
2.5.Kerangka Dasar Konsep Perilaku Organisasi ................... 10
2.6.Tingkatan Analisis dalam Perilaku Organisasi ................. 10
2.7.Karakteristtik Dalam Perilaku Organisasi ......................... 11
2.8.Sumbangan Beberapa Bidang Ilmu .................................. 12
2.9.Tujuan Mempelajari Perilaku Organisasi .......................... 13
2.10.Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku organisasi .. 14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...................................................................... 18
B. Saran .................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 ....................................................................................... 16

Gambar 2 ...................................................................................... 16

Gambar 3 ...................................................................................... 17

Gambar 4 ...................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Organisasi merupakan kumpulan dari beberapa orang bahwa kelompok
semua orang atau kelompok dalam sebuah organisasi sudah pasti memiliki tujuan
dan pandangan masing-masing dari kerjanya dalam organisasi. Mereka bersaing
untuk mencapai kepentingannya masing-masing dalam organisasi tersebut. Hal ini
juga ditandai dengan perbedaan yang ada mengenai segala macam sifat daam
anggota organisasi.
Perbedaan-perbedaan yang ada akan menimbulkan perselisihan paham antara
para anggota organisasi. Perselisihan paham ini dinamakan konflik. Konflik ini bisa
muncul secara terus menerus apabila manajer dalam organisasi tersebut tidak bisa
menciptakan situasi sepaham dalam semua anggota organisasi. Konflik tidak dapat
dihindari dalam suatu organisasi karena disebabkan oleh perbedaan-perbedaan
yang datangnya dari dalam sifat manusia. Sifat manusia ini bukanlah hal yang
dengan mudah bisa diubah.
Munculnya konflik dalam sebuah organisasi tidak selalu bersifat negatif.
Konflik bisa dijadikan alasan untuk mengadakan perubahan dalam keorganisasian.
Perubahan ini dapat terjadi apabila manajer mengadakan evaluasi terhadap
perbedaan pandangan antar elemen-elemen organisasi. Evaluasi ini bisa
menimbulkan berbagai kesimpulan dan ditemukannya cara-cara baru untuk
memecahkan masalah-masalah yang timbul akibat dari konflik yang terjadi.
Penemuan cara-cara baru ini dapat memperbaiki pengambilan keputusan. Apabila
konflik yang ada bisa dikembangkan menjadi hal tadi maka munculnya konflik bisa
berdampak positif terhadap organisasi. Akan tetapi, apabila munculnya konflik
menyebabkan adanya diskusi-diskusi panjang tanpa menemukan kata sepakat
antara para anggota organisasi dan tidak adanya prioritas-prioritas keorganisasian
maka konflik berdampak negatif terhadap organisasi. Hal ini bisa menyebabkan
organisasi dalam keadaan terpuruk dan penghambatan dalam pengambilan
keputusan aktual.

1
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat ditarik suatu rumusan masalah yaitu,
bagaimana pembahasan tentang ruang lingkup dari perilaku keorganisasian?

1.3. Tujuan Penulisan Makalah


- Untuk mengetahui tentang ruang lingkup perilaku keorganisasian dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya
- Untuk mengetahui aspek-aspek apa saja yang terdapat dalam ruang
lingkup perilaku keorganisasian.
- Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca
terkait dengan pembahasan yang tulis
- Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah perilaku keorganisasian

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Organisasi


Organisasi sering didefinisikan sebagai sekelompok manusia (group of
people) yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama (common
goals). Meski definisi ini cukup populer karena mudah dipahami, banyak ahli
mengatakan bahwa definisi ini terlalu sederhana. Masih ada beberapa unsur penting
yang seharusnya menjadi bagian dari esensi dasar organisasi, tetapi belum
terungkap dalam definisi di atas. Definisi yang lebih komprehensif misalnya
diberikan oleh Stephen F. Robbinssebagai berikut. Organisasi adalah unit sosial
yang sengaja didirikan untuk jangka waktu yang relatif lama, beranggotakan dua
orang atau lebih yang bekerja bersama-sama dan terkoordinasi, mempunyai pola
kerja tertentu yang terstruktur, serta didirikan untuk mencapai tujuan bersama atau
satu set tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sejalan dengan definisi di atas,
David Cherrington (1989) juga memberikan definisi organisasi yang kurang lebih
sama sebagai berikut. Organisasi adalah sistem sosial yang mempunyai pola kerja
yang teratur dan yang didirikan oleh manusia serta beranggotakan sekelompok
manusia dalam rangka mencapai satu set tujuan tertentu.
Kedua definisi di atas pada dasarnya mempunyai kesamaan, kecuali satu hal,
yakni dalam kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai organisasi. Definisi yang
diberikan Robbins masih terdapat istilah “tujuan bersama” sebagai tujuan
organisasi. Yang dimaksudkan dengan tujuan bersama adalah adanya anggapan
bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing anggota organisasi tidak
berbeda dengan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi itu sendiri. Anggapan ini
didasarkan pada suatu asumsi bahwa tujuan didirikannya organisasi adalah para
anggotanya bisa mencapai tujuan yang dikehendaki. Oleh karena itu, selama
mereka masih mau bergabung dengan organisasi, itu berarti mereka mau saling
membantu mencapai tujuan masing-masing. Keinginan saling membantu mencapai
tujuan itulah yang oleh Stephen Robbins disebut sebagai tujuan bersama. Sementara
itu, Cherrington tidak sependapat dengan istilah tujuan bersama karena istilah
tersebut dianggap menyesatkan (misleading). Cherrington beranggapan bahwa

3
alasan seseorang mau menjadi anggota sebuah organisasi bisa saja berbeda.
Seseorang mau bergabung dengan sebuah organisasi mungkin beralasan bahwa ia
bisa memperoleh penghasilan yang cukup untuk menghidupi keluarga. Yang lain
mungkin beranggapan bahwa ia bisa mengaktualisasikan dirinya ketimbang harus
bergabung dengan organisasi lain. Sementara itu, anggota yang lain mungkin
merasa bahwa organisasi tempat ia terlibat akan memberi kebanggaan baginya dan
masih banyak alasan lain mengapa seseorang mau bergabung dengan organisasi.

2.2. Karakteristik Organisasi


Definisi di atas juga menegaskan bahwa secara umum organisasi mempunyai
lima karakteristik utama, yakni (1) unit/entitas sosial, (2) beranggotakan minimal
dua orang, (3) berpola kerja yang terstruktur, (4) mempunyai tujuan yang ingin
dicapai, dan (5) mempunyai identitas diri. Penjelasan masing-masing karakteristik
sebagai berikut.
a. Unit/Entitas Sosial Organisasi
Adalah rekayasa sosial hasil karya manusia (man-made) yang bersifat
tidak kasat mata (intangible) dan abstrak sehingga organisasi sering
disebut sebagai artificial being. Karena sifatnya tersebut, organisasi
dengan demikian lebih merupakan realitas sosial ketimbang sebagai
realitas fisik. Meski bukan sebagai realitas fisik, bukan berarti bahwa
organisasi tidak membutuhkan fasilitas fisik. Fasilitas fisik, seperti
gedung, peralatan kantor, ataupun mesin-mesin, masih tetap dibutuhkan
(meski tidak harus dimiliki) karena dengan fasilitas fisik inilah sebuah
organisasi bisa melakukan kegiatannya. Di samping itu, dari fasilitas fisik
ini pula, orang luar mudah mengenali adanya entitas sosial. Meski begitu,
tidak berarti pula bahwa hanya dengan semata-mata merujuk pada
keberadaan fasilitas fisik kita bisa mendefinisikan adanya sebuah
organisasi. Sebagai contoh, sebelum ditutup pemerintah, Bank BHS bisa
disebut sebagai organisasi karena merupakan realitas sosial. Namun,
setelah itu, meski gedung-gedungnya masih berdiri megah dan logo BHS
masih menempel di gedung tersebut, Bank BHS sebagai realitas sosial
sudah berakhir dan yang tinggal hanyalah realitas fisik yang tidak lagi

4
bisa disebut sebagai organisasi. Sebagai entitas sosial, organisasi
umumnya didirikan untuk jangka waktu yang relatif lama, bisa berumur
puluhan tahun atau ratusan tahun bahkan bisa mencapai waktu yang tidak
terbatas. Keberadaan sebuah organisasi tidak terkait dengan masih
ada/tidaknya pendiri organisasi tersebut. Sekalipun para pendiri sudah
tidak lagi terlibat dengan organisasi karena meninggal dunia atau karena
alasan lain, hal itu tidak menyebabkan organisasi tersebut dengan
sendirinya bubar. Sebagai contoh, Matsushita Electric Industrial (MEI)—
perusahaan elektronik terkenal dari Jepang yang didirikan pada tahun
1930- an—sampai sekarang masih eksis meski pendirinya Kenosuke
Matsushita sudah lama meninggal dunia. Organisasi kadang-kadang juga
sengaja didirikan untuk jangka waktu tertentu (bersifat ad hoc) dan
dengan sendirinya bubar atau dibubarkan setelah kegiatan yang berkaitan
dengan pendirian organisasi tersebut berakhir. Kegiatan sebuah proyek
atau kepanitiaan misalnya merupakan beberapa jenis organisasi yang
mempunyai umur terbatas. Panitia pesta pernikahan, panitia
penyelenggaraan pekan olahraga nasional (PON), atau panitia
pembangunan masjid segera dibubarkan manakala kegiatan pernikahan,
kegiatan olahraga, atau kegiatan pembangunan masjid tersebut selesai
dikerjakan.
b. Beranggotakan Minimal Dua Orang
Sebagai hasil karya cipta manusia, organisasi bisa didirikan oleh
seseorang yang mempunyai kemampuan, pengetahuan, dan sarana
lainnya. Kadang-kadang juga didirikan oleh dua orang atau lebih yang
sepakat dan mempunyai ide yang sama untuk mendirikan organisasi.
Tanpa melihat siapa yang mendirikan atau berapa pun banyaknya pendiri
sebuah organisasi, yang pasti manusia dianggap sebagai unsur utama dari
organisasi. Tanpa keterlibatan manusia, sebuah entitas sosial tidak bisa
dikatakan sebagai organisasi. Bahkan, secara ekstrem bisa dikatakan
bahwa tidak ada satu pun organisasi yang tidak melibatkan manusia dalam
kegiatannya. Artinya, keterlibatan manusia dalam organisasi adalah
sebuah keharusan. Istilah populernya adalah organization is by people for

5
people—organisasi didirikan oleh manusia untuk kepentingan manusia.
Namun, untuk dikatakan sebagai organisasi, seseorang tidak bisa bekerja
sendirian, misalnya hanya dibantu mesin-mesin atau robot, tetapi harus
melibatkan orang lain—satu orang, dua orang, tiga orang, atau lebih yang
bekerja sama dalam satu ikatan, baik dalam ikatan fisik, tempat kerja yang
sama, maupun dalam satu jaringan kerja. Dengan kata lain, salah satu
persyaratan agar sebuah entitas sosial disebut organisasi adalah harus
beranggotakan dua orang atau lebih agar kedua orang tersebut bisa saling
kerja sama, melakukan pembagian kerja, dan terdapat spesialisasi dalam
pekerjaan.
c. Berpola Kerja yang Terstruktur
Prasyarat bahwa organisasi harus beranggotakan minimal dua orang
menegaskan bahwa berkumpulnya dua orang atau lebih belum dikatakan
sebagai organisasi manakala berkumpulnya dua orang atau lebih tersebut
tidak terkoordinasi dan tidak mempunyai pola kerja yang terstruktur.
Sebagai contoh, ketika terjadi kebakaran di sebuah kampung, biasanya
para tetangga secara sukarela membantu memadamkan kebakaran
tersebut. Ada di antara mereka yang mengambil air, menyelamatkan
barang-barang dari amukan api, menolong orang dari jebakan api,
menyiramkan air ke tempat yang terbakar, atau bahkan ada sebagian
orang yang hanya melihat kejadian dan mungkin ada wartawan yang
meliput kejadian tersebut. Berkumpulnya beberapa orang tetangga dalam
kaitannya dengan upaya mereka untuk memadamkan kebakaran belum
cukup untuk mengatakan bahwa kegiatan tersebut adalah organisasi,
paling tidak karena mereka sekadar bekerja bersama-sama, bukan bekerja
sama dengan pola kerja yang terstruktur.
d. Mempunyai Tujuan Organisasi
Didirikan bukan untuk siapa-siapa dan bukan tanpa tujuan. Manusia
adalah pihak yang paling berkepentingan terhadap didirikannya sebuah
organisasi. Organisasi didirikan karena manusia sebagai mahluk sosial
sukar untuk mencapai tujuan individualnya jika segala sesuatunya harus
dikerjakan sendiri. Kalau toh dengan bekerja sendiri, tujuan individual

6
tersebut bisa dicapai, tetapi akan lebih efisien dan efektif jika cara
pencapaiannya dilakukan dengan bantuan orang lain melalui sebuah
organisasi. Artinya, didirikannya sebuah organisasi bertujuan agar
sekelompok manusia yang bekerja dalam satu ikatan kerja lebih mudah
mencapai tujuannya ketimbang mereka harus bekerja sendiri-sendiri.
Dalam hal ini, harus dipahami bahwa meski ada kerja sama di antara
sekelompok orang dalam satu ikatan kerja, tidak bisa diinterpretasikan
bahwa tujuan mereka sama. Ada kemungkinan tujuan masing-masing
individu berbeda, tetapi kesedian mereka berada dan bergabung dalam
sebuah organisasi menunjukkan bahwa mereka mempunyai kesepakatan
untuk saling membantu dalam mencapai satu set tujuan, baik tujuan
masing-masing individu (tujuan anggota organisasi) maupun tujuan
organisasi itu sendiri (tujuan para pendiri organisasi).
e. Mempunyai Identitas Diri Ketika sepotong besi dipadukan dengan besi
lain, perpaduan besi tersebut bisa menjadi sebuah mesin yang berbeda
dengan mesin lainnya. Jika beberapa suara di-aransir, jadilah sebuah lagu
yang berbeda dengan lagu lainnya. Demikian juga jika sekelompok
manusia diorganisasi untuk melakukan kegiatan, jadilah sekelompok
manusia tersebut sebagai entitas sosial yang berbeda dengan entitas sosial
lainnya. Sebuah mesin mudah dibedakan dengan mesin lainnya melalui
tampilan fisiknya dan sebuah lagu berbeda dengan lagu lainnya melalui
nada suaranya, tetapi tidak demikian dengan organisasi. Perbedaan satu
entitas sosial dengan entitas sosial lainnya sulit untuk diduga karena
beberapa alasan. Pertama, sifat organisasi yang intangible dan abstrak
menyulitkan seseorang untuk melihat atau menyentuh organisasi. Kedua,
organisasi sebagai subsistem dari sistem sosial yang lebih besar
memungkinkan para anggotanya saling berinteraksi dengan anggota
masyarakat di luar organisasi. Bahkan, ketiga, sering terjadi bahwa
seseorang menjadi anggota lebih dari satu organisasi sehingga batasan
organisasi seolah-olah menjadi kabur kalau batasan tersebut hanya dilihat
dari keanggotaan seseorang. Meski demikian, bukan berarti sebuah
organisasi tidak mempunyai batasan dan identitas diri. Identitas diri

7
sebuah organisasi secara formal misalnya bisa diketahui melalui akta
pendirian organisasi tersebut yang menjelaskan siapa yang menjadi
bagian dari organisasi dan siapa yang bukan, kegiatan apa yang dilakukan,
bagaimana organisasi tersebut diatur, atau siapa yang mengaturnya. Di
samping itu, organisasi juga dapat diidentifikasikan melalui variabel yang
sifatnya informal dan sulit dipahami, tetapi keberadaannya tidak
diragukan. Variabel tersebut biasa disebut sebagai budaya. Seorang
antropolog dari Filipina F. Landa Jocano bahkan menegaskan bahwa
sekelompok orang yang bekerja sama tidak akan dikatakan sebagai
organisasi manakala kelompok tersebut tidak mempunyai budaya. Jadi,
budaya dalam hal ini dianggap sebagai variabel yang menjadi
karakteristik sebuah organisasi dan membedakan organisasi tersebut
dengan organisasi lainnya

2.3. Pengertian Perilaku Organisasi Dan Aspek- Aspek


Perilaku organisasi adalah suatu studi yang mempelajari tingkah laku
manusia dimulai dari tingkah laku secara individu, kelompok dan tingkah laku
ketika berorganisasi, serta pengaruh perilaku individu terhadap kegiatan organisasi
dimana mereka melakukan atau bergabung dalam organisasi tersebut. Perilaku
organisasi merupakan suatu bidang studi yang mengamati tentang pengaruh
perilaku individu, kelompok dan perilaku dalam struktur organisasi dengan maksud
untuk mendapatkan pengetahuan guna memperbaiki keefektifan organisasi.
Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana
seharusnya perilaku tingkat individu, tingkat kelompok, serta dampaknya terhadap
kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun organisasi).
Pengertian prilaku organisasi menurut beberapa ahli,sebagai berikut :
 Toha (2001) bahwa yang dimaksud perilaku organisasi adalah suatu studi yang
menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau
suatu kelompok tertentu.
 John (1983) yang menyebutkan bahwa perilaku organisasi merupakan suatu
istilah yang agak umum yang menunjukkan kepada sikap dan perilaku individu
dan kelompok dalam organisasi, yang berkenaan dengan studi sistematis tentang

8
sikap dan perilaku, baik yang menyangkut pribadi maupun antar pribadi di dalam
konteks organisasi.
 James L. Gibson, John. M. Ivancevich, James. H. Donelly Jr. (1986)
menyebutkan bahwa yang dimaksud perilaku organisasi adalah studi tentang
perilaku manusia, sikapnya dan hasil karyanya dalam lingkungan
keorganisasian.
 Robbin (2001) bahwa perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang
menyelidiki dampak perorangan, kelompok dan struktur pada perilaku dalam
organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan semacam itu untuk
memperbaiki keefektifan organisasi.
 Prof.Joe.Kelly , perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang mempelajari
sifat-sifat organisasi, termasuk bagaimana organisasi di bentuk, tumbuh dan
berkembang.
 Drs. Adam Indrawijaya, perilakuorganisasi adalah suatu bidang studi yang
mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan tindakan manusia, baik aspek
pengaruh anggota terhadap organisasi maupun pengaruh organisasi terhadap
anggota.
 Drs. Sutrisna Hari, MM, perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang
mempelajari dinamika organisasi sebagai hasil interaksi dari sifat khusus
(karakteristik) anggota dan sifat khusus (karakteristik) para anggotannya dan
pengaruh lingkungan.
 Larry L Cummings bahwa perilaku organisasi adalah suatu cara berpikir, suatu
cara untuk memahami persoalan-persoalan dan menjelaskan secara nyata hasil-
hasil penemuan berikut tindakan-tindakan pemecahan.

2.4. Ruang Lingkup Prilaku Organisasi


Perilaku Organisasi, sesungguhnya terbentuk dari perilaku-perilaku
individu atau kelompok yang terdapat dalam organisasi tersebut. Oleh karena itu –
sebagaimana telah disinggung diatas – pengkajian masalah perilaku organisasi jelas
akan meliputi atau menyangkut pembahasan mengenai perilaku individu atau
kelompok. Dengan demikian dapat dilihat bahwa ruang lingkup kajian ilmu
perilaku organisasi hanya terbatas pada dimensi internal dari suatu organisasi.

9
Dalam kaitan ini, aspek-aspek yang menjadi unsur-unsur, komponen atau sub
sistem dari ilmu perilaku organisasi antara lain adalah : motivasi, kepemimpinan,
stres dan atau konflik, pembinaan karir, masalah sistem imbalan, hubungan
komunikasi, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, produktivitas dan
atau kinerja (performance), kepuasan, pembinaan dan pengembangan organisasi
(organizational development), dan sebagainya.Sementara itu aspek-aspek yang
merupakan dimensi eksternal organisasi seperti faktor ekonomi, politik, sosial,
perkembangan teknologi, kependudukan dan sebagainya, menjadi kajian dari ilmu
manajemen strategik (strategic management). Jadi, meskipun faktor eksternal ini
juga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan organisasi dalam
mewujudkan visi dan misinya, namun tidak akan dibahas dalam konteks ilmu
perilaku organisasi.

2.5. Kerangka Dasar Konsep Perilaku Organisasi


Kerangka dasar pada perilaku organisasi adalah terletak pada dua komponen
yaitu individu-individu yang berperilaku, baik itu perilaku secara individu, perilaku
kelompok, dan perilaku organisasi.
Komponen yang kedua adalah organisasi formal sebagai wadah dari perilaku
itu. Yaitu sebagai sarana bagi ndividu dalam bermasyarakat ditandai dengan
keterlibatannya pada suatu organisasi. Dan, menjalankan perannya dalam
organisasi tersebut.

2.6. Tingkatan Analisis Dalam Perilaku Organisasi


Menganalisis perilaku organisasional dalam tingkatan individu. Individu
merupakan salah satu komponen dalam organisasi. kumpulan dari individu itulah
yang nantinya saling bekerjasama dalam satu tujuan yang kemudian disebut dengan
organisasi. Setiap individu memiliki ciri, karakter serta watak masing – masing.
Karena keseragaman itulah sering terjadi perbedaan pendapat didalam organisasi.
Walaupun berbeda namun tujuan setiap individu adalah sama dalam suatu
organisasi, karena setiap individu dituntut untuk menjalankan tugasnya di bidang
masing – masing untuk tercapainya rencana yang telah di rancang dan di sepakati
sebelumnya dalam organisasi

10
Kejadian-kejadian atau permasalahan yang terjadi dalam organisasi dapat
dianalisis dari tiga tingkatan analisis, yaitu : tingkat individu, kelompok dan
organisasi.
a) pada tingkat individu, kejadian yang terjadi dalam organisasi dianalisis dalam
hubungannya dengan perilaku seseorang dan interaksi kepribadian dalam
suatu situasi. Masing-masing orang dalam organisasi memiliki sikap,
kepribadian, nilai dan pengalaman yang berbeda bedayang
mempengaruhinya dalam berperilaku.
b) Pada tingkat kelompok, perilaku anggota kelompok dipengaruhi oleh
dinamika anggota kelompok, aturan kelompok, aturan kelompok dan nilai-
nilai yang dianut oleh kelompok.
c) Pada tingkat organisasi, kejadian-kejadian yang terjadi dalam kontek struktur
organisasi, struktur dan posisi seseorang dalam organisasi membawa
pengaruh pada setiap interaksi sosial dalam organisasi.

Struktur organisasi mempengaruhi bagaimana informasi dikomunikasikan


dan keputusan tersebut. Faktor lingkungan eksternal memiliki pengaruh yang kuat
pada masing-masing tingkatan analisis. Misalnya rendahnya produktivitas,
karyawan yang malas/tidak masuk kerja. Kelambanan dalam penyelesaian unjuk
rasa dan dipihak lain banyaknya desakan factor lingkungan yang mempengaruhi
efektifitas organisasi.

2.7. Karakteristik Dalam Perilaku Organisasi


a) Perilaku, fokus dari perilaku keeorganisasian adalah perilaku individu dalam
organisasi, oleh karenanya harus mampu memahami perilaku berbagai
individu dan organisasi.
b) Struktur, Struktur berkaitan dengan hubungan yang bersifat tetap dalam
organisasi, bagaimana pekerjaan dalam organisasi dirancang, dan bagaimana
pekerjaan diatur. Struktur Organisasi berpengaruh besar terhadap perilaku
individu atau orang dalam organisasi serta efektifitas organisasi.
c) Proses, proses organisasi berkaitan dengan interaksi yang terjadi antara
anggota organisasi. Proses organisasi meliputi : komunikasi, kepemimpinan,

11
proses pengambilan keputusan dan kekuasaan. Salah satu pertimbangan
utama dalam merancang struktur organisasi adalah agar berbagai proses
tersebut dapat berjalan secara efektif dan efisien

2.8. Sumbangan Beberapa Bidang Ilmu Terhadap Perilaku Organisasi


Beberapa bidang ilmu yang ikut memberikan kontribusi dalam
perkembangan Ilmu Perilaku Organisasi adalah: Psikologi, Sosiologi, Antropologi,
Ekonomi, Ilmu Politik, dan sejarah yaitu.
 Psikologi
Psikologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk
mengukur, menjelaskan dan kadang-kadang mengubah prilaku manusia.
Sumbangan psikologi yang nyata didasarkan prilaku organisasional berkaitan
dengan proses belajar keperibadian, konseling. Secara sfesifik, sumbangan
psikologi terhadap prilaku organisasional berkenaan dengan masalah-
masalah kebosanan, kelelahan, kondisi kerja, persepsi, kepribadian, latihan,
emosi, efektifitas pengambilan keputusan, kepemimpinan, motivasi,
pengambilan keputusan dan pengurangan sikap.
 Sosiologi
sosiologi adalah sebagai studi keilmuan mengenai interaksi manusia. Maka
dengan demikian, sosiologi lebih mentitik beratkan kepada kelompok.
Sumbangan terpenting ilomu sosiologi terhadap perilaku organisasi adalah
kajian tentang dinamika kelompok, tim kerja, komunikasi, kekuasaan, konflik
dan perilaku antar kelompok.
 Antropologi
Antropologi adalah studi tentang masyarakat untuk mempelajari manusia dan
kegiatan mereka. Karya antropolog tentang budaya dan lingkungan telah
membantu kita memahami perbedaan nilai-nilai fundamental, sikap dan
perilaku diantara orang-orang pada organisasi dan Negara yang berbeda yaitu
tentang nilai komparatif, sikap komparatif, analisis lintas budaya, budaya
organisasi, dan lingkungan organisasi.

12
 Ilmu politik
Perilaku organisasi juga dikembangkan dari disiplin ilmu politik. Ilmu politik
mempelajari perilaku individu dan kelompok dalam lingkungan politik.
Kajian terpenting yang berkaitan dengan perilaku organisasi adalah konflik,
politik, intera organisasi dan kekuasaan, termasuk bagaimana orang
memanipulasi kekuasaan untuk kepentingan individu. Salah satu tipologi
kekuasaan yang sering digunakan dalam organisasi adalah yang
dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard (1982). Menurut mereka terdapat
tujuh basis kekuasaan yaitu kekuasaan paksaan, kekuasaan koneksi,
kekuasaan penghargaan, kekuasaan legitimasi, kekuasaan personal (leferent),
kekuasaan informasi dan kekuasaan keahlian.
 Ilmu ekonomi
Ilmu yang mempelajari prilaku manusia dalam memilih dan menciptakan
kemakmuran atau peraturan,aturan hokum secara manajemen rumah tangga
 Ilmu sejarah
Ilmu yang digunakan untuk mempelajari pristiwa penting masalalu manusia,
pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan kejadian-kejadian yang sudah
lampau serta pengetahuan akan secara berfikir secara historis

2.9. Tujuan Mempelajari Perilaku Organisasi


 Memahami perilaku yang terjadi dalam organisasi.
Hal ini berarti Perilaku Organisasi diharapkan dapat mengerti segala
perilaku-perilaku baik anggota maupun dari organisasi itu sendiri
 Dapat meramalkan kejadian-kejadian yang terjadi.
Dalam hal ini Perilaku Organisasi berperan penting dalam memprediksi
setiap peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam organisasi, apakah kejadian
tersebut nantinya akan membuat organisasi tersebut menjadi lebih baik atau
tidak.
 Dapat mengendalikan perilaku-perilaku yang terjadi dalam organisasi.
Hal ini berarti Perilaku Organisasi diharapkan dapat mengurangi terjadinya
kesalahan-kesalahan yang akan terjadi dari individu-individu dalam suatu
organisasi.

13
2.10. Faktor-Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Perilaku
Organisasi Beserta Contohnya
a. Faktor Internal
Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh
faktor yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor intern yang dimaksud antara lain jenis
ras/keturunan, jenis kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan intelegensia.
Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah ini
1. Jenis Ras/ Keturunan
Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas.
Tingkah laku khas ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri.
Ciri perilaku ras Negroid antara lain bertemperamen keras, tahan menderita,
menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras Mongolid mempunyai ciri ramah, senang
bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan sering mengadakan upacara ritual.
Demikian pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang berbeda pula.
2. Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian,
melakukan pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini
bisa dimungkikan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian
tugas. Wanita seringkali berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-
laki cenderug berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional.
3. Sifat Fisik
Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang berdasarkan tipe
fisiknya. Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah berlemak adalah tipe
piknis. Orang dengan ciri demikian dikatakan senang bergaul, humoris, ramah dan
banyak teman.
4. Kepribadian
Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya
yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang
datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu
merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian
tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya.

14
5. Bakat
Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan
suatu latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan
khusus, misalnya berupa kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan
sebagainya.

b. Faktor Eksternal
1. Pendidikan
Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari
proses belajar mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian
pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang
berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan
rendah.
2. Agama
Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan
nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya.
3. Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban
manusia. Tingkah laku seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan
orang yang hidup pada kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa
dengan tingkah laku orang Papua.
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk
mengubah sifat dan perilaku individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan
atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya. Individu terus berusaha
menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan dapat dikuasainya
5. Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini
akan mempengaruhi perilaku seseorang

15
CONTOH ORGANISASI
Gambar 1.
Organisasi WHO (World Health Organization)

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) adalah


salah satu badan PBB yang bertindak sebagai sebagai koordinator kesehatan umum
internasional dan bermarkas di Jenewa, Swiss. WHO didirikan oleh PBB pada 7
April 1948. WHO mewarisi banyak mandat dan persediaan dari organisasi
sebelumnya yaitu Organisasi Kesehatan yang merupakan agensi dari LBB. Tujuan
WHO adalah pencapaian tingkat kesehatan yang tertinggi untuk seluruh umat
manusia di dunia, dimana kesehatan didefinisikan sebagai kesejahteraan yang
seutuhnya baik fisik, mental maupun sosial.

Gambar 2.
Kelompok Variabel Psikologis

Kelompok variable psikologis terdiri dari variable persepsi, sikap, kepribadian,


belajar dan motivasi. Variabel ini menurut Gibson (1987) :

Banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat variabel, pengalaman kerja


sebelumnya dan variable demografis.

16
Gambar 3
Perilaku Kelompok

Perilaku Kelompok adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh dua atau lebuh
individu yang berinteraksi dan saling mempengaruhi dan saling bergantung untuk
menghasilkan prestasi yang positif baik untuk jangka panjang dan pertumbuhan
diri. Sedangkan Komunikasi Interpersonal adalah proses pertukaran informasi
diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara
dua orang yang dapat diketahui balikannya.

Gambar 4
Perilaku Keorganisasian

Perilaku Keorganisasian merupakan bidang studi yang mempelajari


tentang interaksi manusia dalam organisasi, meliputi studi secara sistimatis tentang
prilaku, struktur dan proses dalam Organisasi. Organisasi diciptakan oleh manusia
untuk mencapai suatu tujuan, dan pada saat yang sama manusia juga membutukan
Organisasi untuk mengembangkan dirinya. Oleh sebab itu, antara organisasi dengan
manusia memiliki hubungan yang saling membutuhkan dan menguntungkan.

17
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Iklim organisasi adalah persepsi individu terhadap praktek dan prosedur yang
berasal dari pengalamannya berinteraksi di lingkungan organisasinya, dalam
hubungannya dengan kesejahteraan mereka dan dapat mempengaruhi perilakunya
di organisasi.
Kualitas pelayanan merupakan bentuk performansi yang identik dengan
perilaku karyawan di perusahaan. Perilaku karyawan tersebut di perusahaan dapat
dipengaruhi oleh iklim organisasi. Iklim organisasi yang positif terwujud ketika
karyawan mempersepsi positif suasana, dimensi-dimensi, praktek, dan prosedur di
tempat kerjanya. Hasilnya yaitu sikap dan perilaku karyawan yang timbul pun
positif dan mendukung ke arah pemberian pelayanan yang berkualitas.
Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa iklim
organisasi memiliki sumbangan efektif terhadap kualitas pelayanan sebesar
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diungkap dalam
analisis ini.

3.2. SARAN
1. Bagi Karyawan
Dilihat dari hasil kualitas, sebaiknya karyawan harus lebih konsisten dan
disiplin lagi dalam menjalankan standar kualitas pelayanan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Untuk perbaikan iklim organisasi, sebaiknya
untuk Direktur sebisa mungkin mewujudkan iklim oragnisasi yang positif
atau menyenangkan karyawannya.
2. Bagi Perusahaan
Tim manajemen sebagai tim pelaksana perusahaan sebaiknya menciptakan
praktek-praktek kerja dan situasi kerja yang kondusif dan menyenangkan
karyawannya. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mewujudkan iklim
organisasi tersebut yaitu memberikan kesempatan kepada karyawan untuk
lebih maju, naik jabatan, dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan di
perusahaan. Perusahaan sebaiknya meninjau dan meningkatkan kesejahteraan

18
karyawan. Pelaksanaan usaha-usaha tersebut akan membuat karyawan
merasa bahwa perusahaan memperlakukan mereka dengan baik dan
memenuhi kebutuhan mereka sehingga tercipta iklim organisasi yang positif.
Untuk peningkatan kualitas pelayanan, tim manajemen dapat
menyelenggarakan kompetisi pelayanan, yaitu karyawan yang memberikan
pelayanan terbaik dan konsisten menjalankan Six Steps Service akan
diberikan reward.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Shobirin. 2013. Perilaku Organisasi. Jurnal. hal : 1.6-1.12. Terakhir diakses
pada 22 September 2019 dari http://repository.ut.ac.id/4581/1/EKMA5101-
M1.pdf

Wayan Gede Suprahata, Desak Ketut Sintaasih. 2017. Perilaku Organisasi (Teori,
Aplikasi dan Penelitian). e-Book. hal 6-10. Terakhir diakses pada 22
September 2019 dari
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/b9ca64feeb1d962d5d0
6f51ea4d7577b.pdf

Marita Ahdiyana. 2017. Perilaku Organisasi. Skripsi Universitas Negeri


Yogyakarta. Hal 02-05. Terkahir diakses pada 22 September 2019 dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/marita-ahdiyana-sip-
msi/diktat-perilaku-organisasi.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai