Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Manajemen Pendidikan dan Organisasi Pendidikan


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Dasar
Dosen Pengampu Eka Mahargiani R, M.Pd.I.

Oleh:
Sem. 3/S1 PGMI
1. Muhammad Naufal Hilmi (2220019)

PROGRAM PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH
JURUSAN TARBIYAH
INISNU TEMANGGUNG
2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan hidayah Nya dan memberi saya kesempatan dalam menyelesaikan tugas
makalah ini tanpa suatu halangan apapun.
Makalah ini disusun sebagai dasar penilaian tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan
Dasar bagi mahasiswa jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI) Institut Islam Nadhlatul Ulama (INISNU) Temanggung Tahun Ajaran
2021/2022. Makalah ini berisi tentang Manajemen Pendidikan dan Organisasi
Pendidikan.
Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak terkait yang telah
memberi dukungan demi terselesaikannya makalah ini. Ucapan terimakasih saya tujukan
kepada Ibu Eka Mahargiani R, M.Pd.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen
Pendidikan Dasar.
Makalah ini sudah disusun sebaik-baiknya, jika terdapat kekurangan dalam
penulisan, isi dan segalanya penulisan, saya meminta maaf setulusnya. Kritik dan saran
masih saya perlukan untuk memperbaiki dalam pembuatan makalah dengan senang hati
akan saya terima.

Temanggung, 9 Oktober 2021

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................i

Daftar Isi.......................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Maksud dan Tujuan.....................................................................................1

BAB II Pembahasan

A. Pengertian Organisasi..................................................................................3
B. Konsep Organisasi Pendidikan....................................................................4
C. Prinsip-prinsip Dasar Organisasi.................................................................6
D. Keterkaitan Organisasi dengan Manajemen................................................12
E. Bentuk-bentuk Sistem Manajemen Pendidika.............................................13

BAB III Penutup

Simpulan......................................................................................................15

Daftar Pustaka.......................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah dipandang sebagai suatu sistem


“dimana komponen-komponen sistem itu saling ketergantungan sehingga berhubungan
dan saling menentukan keberhasilan suatu sistem, kegagalan suatu sekolah diakibatkan
oleh gangguan sub sistem itu. Kepala sekolah yang menjalankan kepemimpinannya
harus mampu mengatasi kegagalan/hambatan sub sistem agar tercapai kesempurnaan
sistem itu.

Hal ini didukung oleh pakar pendidikan Prof. Dr. Oteng Sutisna, M,Sc. Guru
besar FKIP dalam bukunya “Berpikir System” terbitan 1984, hal. 76. Perkembangan
Ilmu pengetahuan dan teknologi dari negara-negara maju sangat cepat, sangat cepat
pula merubah pola pikir masyarakat, hal ini mengakibatkan program pendidikan dan
pengajaran lebih ketinggalan bila dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat, hal ini
merupakan tantangan bagi penyelenggaraan pendidikan agar tidak statis dalam
menambah wawasan dari berpikir dinamis untuk menghasilkan tamatan yang
berkualitas.

Pengaruh kepemimpinan bisa diartikan, dampak akibat kebijakan dan keputusan


yang dilakukan oleh seorang pimpinan dalam hal ini kepala sekolah. Bila dalam
menentukan keputusan dan kebijaksanaan salah maka akan terjadi dampak-dampak
negatif yang berakibat kegagalan dalam mencapai tujuan. Yang biasanya muncul
permasalahan seperti konflik antar personil, semangat kerja menurun, disiplin kerja
rendah, tidak merasa memiliki dan merasa tanggung jawab bersama, tidak muncul
keteladanan, fungsi-fungsi manajemen tidak diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari,
iklim kerja tidak menyenangkan, dan persoalan dan permasalahan tertutup.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian organisasi pendidikan?


2. Apa kaitannya manajemen pendidikan dengan organisasi pendidikan?
3. Bagaimanakah bentuk-bentuk sistem manajemen pendidikan?

C. Tujuan

1. Memahami pengertian organisasi pendidikan.


2. Memahami kaitannya manajemen pendidikan dengan organisasi pendidikan.
3. Memahami bentuk-bentuk sistem manajemen pendidikan

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Organisasi
Secara bahasa organisasi berasal dari istilah Latin “organum” yang dapat
berarti alat, bagian, anggota, badan. Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai
organisasi, ada yang cocok sama satu sama lain, dan ada pula yang berbeda.
Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang
berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi,
terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya
(uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain
sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
organisasi. Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut:

1. Organisasi Menurut Stoner

Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-


orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.

2. Organisasi Menurut James D. Mooney

Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan


bersama.

3. Organisasi Menurut Chester I. Bernard

Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih.

Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek


seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan
eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang
dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh
masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan

3
sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga
menekan angka pengangguran.1

Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan


yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur
hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan
di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota,
orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.

B. Konsep Organisasi Pendidikan


Organisasi adalah keseluruhan perpaduan unsur manusia dan non manusia
yang masing-masing memiliki fungsi dan berinteraksi dalam mencapai tujuan. Secara
sederhana dijelaskan oleh Bayle, et al (1986:10) bahwa :”organization is a collection
of people working together in a division of labour to achieve a common purpose”.
Maka dalam definisi ini ada keluasan ragam bentuk perkumpulan orang, di antaranya
kelompok persaudaraan, klub olah raga, organisasi sukarela, organisasi agama, seperti
halnya juga bisnis, sekolah, lembaga pemerintah, rumah sakit, serta lembaga lain yang
eksis di masyarakat.
Menurut Hicks dan Gullett dalam Wahab (2011:2), ada lima fakta umum yang
terdapat pada setiap organisasi, yaitu:
1. Organisasi selalu berisi orang-orang
2. Orang-orang tersebut saling terlibat dan melalui cara-cara tertentu mereka itu
saling berinteraksi
3. Interaksi-interaksi tersebut selalu dilakukan secara teratur atau ditentukan oleh
sejenis struktur
4. Semua orang dalam organisasi mempunyai tujuan-tujuan pribadi dan beberapa
diantaranya itulah mendasari tindakan-tindakan mereka. Setiap orang
mengharapkan bahwa partisipasi mereka dalam organisasi akan membantu
mencapai tujuan-tujuan individual
5. Interaksi-interaksi tersebut dapat juga membantu mencapai tujuan-tujuan yang
memiliki keterkaitan yang mungkin berbeda tetapi berhubungan dengan
tujuan-tujuan pribadi.2

1 Sutarto, Dasar-dasar Organisasi (Yogyakarta: Gadjah Mada University press, 2001)


2 Syarifuddin, Manajemen Organisasi Pendidikan (Medan: Perdana Publishing, 2015), hlm. 25

4
Organisasi secara sistemik adalah sistem yang bersifat terbuka, seperti halnya sistem
sosial. Sebab organisasi mencakup orang dan tujuan-tujuan yang bergantung atas usaha
orang untuk mencapai kinerja, hasil, yang menjadi arah yang benar sebagai sistem sosial.
Bahkan melalui perpaduan usaha orang maka organisasi lebih dari sekedar perkumpulan
orang belaka. Organisasi juga merupakan usaha orang yang dinamis dengan memanfaatkan
mesin, peralatan, bahan mentah, fasilitas dan uang yang memungkinkan orang-orang
menghasilkan sejumlah barang dan pelayanan. Tegasnya dalam organisasi ada sejumlah
sumberdaya manusia dan material yang didayagunakan secara terpadu oleh manajer untuk
mencapai tujuan organisasi yang disepakati. Oleh sebab itu, manajer, staf, pegawai dan
pihak stakeholders memanfaatkan sumberdaya materil pula untuk menggerakkan organisasi
sehingga terkoordinasikan semua yang menjadi potensi untuk menghasilkan kinerja yang
baik bagi pelayanan dan produksi organisasi.
Organisasi merupakan perpaduan kerjasama sumberdaya fisik dan manusia. Selain
itu di dalamnya juga ada tujuan, pembagian kerja, dan hirarki kewenangan. Unsur-unsur
organisasi tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan suatu organisasi adalah untuk menghasilkan barang dan pelayanan.
Organisasi non profit, sebagai contoh: menghasilkan pelayanan dengan keuntungan
masyarakat, seperti pemeliharaan kesehatan, pendidikan, proses keadilan, dan
pemeliharaan jalan. Bisnis menghasilkan barang konsumsi dan pelayanan seperti
mobil, perumahan, peluang rekreasi, perhotelan, lembaga keuangan dan restoran.
2. Esensi suatu organisasi adalah usaha manusia, proses melaksanakan pekerjaan ke
dalam suatu komponen kecil yang melayani tujuan organisasi dan untuk melakukan
oleh individu atau kelompok disebut pembagian kerja. Pembagian kerja ini
berlangsung untuk memobilisasi organisasi dalam pekerjaan banyak orang untuk
mencapai tujuan umum organisasi dan tujuan individu-individu.
3. Kewenangan adalah hak untuk bertindak dan memerintah pribadi orang lain. Para
manajer memiliki kewenangan terhadap bawahannya. Bila organisasi membagi
pekerjaan ke dalam bagian kecil, beberapa hal harus dikerjakan untuk
mengkoordinasikan usaha menjamin bahwa hasil pekerjaan mencapai tujuan
organisasi. Hirarki kewenangan adalah bila posisi kerja ditata agar pembagian
kewenangan meningkat, memudahkan koordinasi. Seorang yang memiliki
kewenangan tinggi dapat membuat keputusan yang berhasil dalam koordinasi lebih
baik dan mengarahkan aktivitas kerja pada level rendah.

5
C. Prinsip-prinsip Dasar Organisasi

Dalam pengelolaan sebuah organisasi, hal yang sangat perlu menjadi fokus
perhatian adalah prinsip-prinsip yang harus dijadikan pola dasar sebuah organisasi,
kehadirannya semakin menjadi sebuah kebutuhan kalau pelaksanaan kegiatan selalu
ada tuntutan kerja secara kolektifitas. Oleh karena prinsip-prinsip tersebut menjadi
acuan untuk terlaksananya program-program kegiatan (rencana kerja) dalam rangka
tercapainya tujuan organisasi itu sendiri. Dalam kamus besar bahasa Indonesia,
dikatakan bahwa prinsip adalah dasar berfikir, bertindak dan sebagainya.

Menurut Max Weber sebagaimana dikutip oleh Ibnu Syamsi bahwa prinsip
organisasi adalah:

1. Semua kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi harus


didasarkan keahlian, sehingga pemegang jabatan mampu menjalankan tugas
dengan baik.

2. Pelaksanaan tugas pekerjaan harus sesuai dengan kebijaksanaan, peraturan dan


prosedurnya.

3. Setiap pelaksanaan tugas pekerjaan harus dapat dipertanggungjawabkan


kepada atasan melalui mata rantai tingkat unit dalam organisasi.

4. Semua keputusan harus diambil secara formal dan tidak ada pertimbangan
yang bersifat pribadi.

5. Hal-hal yang menyangkut bidang kepegawaian harus didasarkan pada sistem


kecakapan (Merit Sistem).3

Dari sejumlah prinsip-prinsip organisasi yang telah dikemukakan di atas,


penulis ingin lebih memperjelas dengan merujuk kepada pandangan beberapa ahli
sebagai berikut:

1. Kejelasan tujuan yang ingin dicapai.

Menurut Ibnu Syamsi bahwa, tujuan harus terinci dan jelas, termasuk juga
jelas batas-batasnya, perumusan tujuan tersebut dalam prakteknya dijabarkan pada

3 Syamsi Ibnu, Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen (Jakarta: Renika Cipta, 2004), hlm. 147

6
tugas pokok. A.S. Wahyudi bahwa penentuan tujuan sangat penting dilakukan agar
langkah-langkah yang hendak dilakukan menjadi terarah (tidak tersesat) akhirnya
dapat melakukan efesiensi dalam pelaksanaannya.

Oleh karena merupakan landasan dan arah setiap kegiatan organisasi. Tujuan
merupakan landasan untuk menentukan kebijaksanaan organisasi, dalam
membentuk struktur yang akan dicapai, tata kerja serta aktivitas-aktivitas yang
harus dilaksanakan. Perumusan tujuan harus jelas, menurut Djatmiko artinya
bahwa tujuan ini harus dipahami dan diterima oleh semua pihak.

2. Pemahaman tujuan oleh para anggota organisasi.

Persoalan yang termasuk penting dalam hal ini adalah adanya tujuan yang
dapat dipahami oleh setiap orang dalam organisasi, berhubung karena tujuan
dapat dipahami, pada gilirannya akan memudahkan tujuan organisasi tersebut akan
diterima

Menurut Sodang P. Siagian, dinyatakan dengan cara lain, yakni Persoalan


yang termasuk penting dalam hal ini adalah adanya tujuan yang yang jelas dan
dapat dipahami oleh setiap orang dalam organisasi, berhubung karena tujuan yang
jelas dan dapat dipahami, pada gilirannya akan memudahkan tujuan organisasi
tersebut akan diterima Persoalan yang termasuk penting dalam hal ini adalah
adanya tujuan yang jelas dan dapat dipahami oleh setiap orang dalam organisasi,
berhubung karena tujuan yang jelas dan dapat dipahami, pada gilirannya akan
memudahkan tujuan organisasi tersebut akan diterima harus terjadi harmonisasi
antara tujuan-tujuan pribadi dari setiap anggota organisasi dengan tujuan organisasi
bersangkutan. Oleh karena demikian, maka yang perlu mendapat perhatian adalah
bahwa tujuan organisasi harus menampung pula tujuan-tujuan pribadi dari setiap
dan semua anggota organisasi sebagai keseluruhan.

3. Penerimaan tujuan oleh para anggota organisasi.

Ada beberapa hal diterimanya tujuan organisasi menurut Widjaja yakni:


Pertama, Mengetahui apa yang diharapkan oleh organisasi dari masing-masing
mereka. Kedua, dapat memahami apa yang mereka harapkan dari organisasi. Ketiga,

7
dapat menilai apakah tujuan organisasi itu selaras dengan tujuan pribadi mereka.
Keempat, jika belum selaras, maka dapat meneruskan apakah mereka akan
tingkatkan organisasi tersebut.

4. Adanya kesatuan arah.

Untuk maksud tersebut, tujuan yang ingin dicapai perlu dinyatakan dengan
jelas dan eksplisit karena apapun yang kemudian terjadi dalam organisasi dan
kegiatan apapun yang diselenggarakan, harus berkaitan langsung dengan tujuan yang
telah ditentukan. Oleh karena itu, adanya kejelasan tujuan yang akan dicapai sebuah
organisasi, kemudian adanya pemahaman anggota-anggota dan kelompok dalam
organisasi tersebut, akan mengikat individu dan kelompok-kelompok yang
dimaksud, yang pada gilirannya akan mendorong adanya kesatuan arah.

5. Kesatuan perintah.

Menurut Ibnu Syamsi, bahwa setiap bawahan memang sebaiknya hanya


mempunyai satu atasan yang boleh memerintah sekaligus wajib memberikan
pengarahan. Kalau yang memerintah seorang bawahan, maka kemungkinan besar
akan terjadi kebingungan, apalagi kalau perintahnya saling bertentangan.
Kenyataannya ada juga satu bawahan yang mempunyai lebih dari satu atasan.
Misalnya pucuk pimpinan yang bersifat kolegial, mempunyai seorang pesuruh.
Dalam hal yang demikian itu, kalau memberikan perintah harus diatur sedemikian
rupa hingga tidak saling bertentangan.

Bahwa dalam setiap organisasi terdapat satuan kerja tertentu yang secara
fungsional bertanggungjawab atas penyelesaian tugas-tugas tertentu pula.
Penerapan prinsip ini sangat bermanfaat untuk berbagai kepentingan seperti:

a). mencegah timbulya tumpang tindih,

b). mencegah timbulnya duplikasi.

8
c). mempermudah pelaksanaan kordinasi antar satuan keja karena satuan
kerja yang secara bertanggung jawab atas kegiatan tertentulah yang berperan
sebagai koordinator, memperlancar jalannnya pengawasan.

7. Deliniasi berbagai tugas.

Yang dimaksud dengan prinsip ini ialah adanya perumusan yang jelas dari
uraian tugas, bukan hanya dari satuan-satuan kerja yang terdapat dalam organisasi
akan tetapi juga uraian tugas setiap anggota organisasi. Sarana kerja apa yang
diperlukan dan kepada siapa ia mempertanggung jawabkan hasil pekerjaannya.
Disamping keuntungan di atas, ada manfaat lain yang dapat dipetik, yang sifatnya
psikologis. Yang dimaksud ialah bahwa para anggota organisasi diberi kesempatan
untuk menggunakan daya inovasi dan kreativitasnya dalam pelaksanaan tugas yang
sangat teknis sekalipun karena adanya kejelasan tentang apa yang diharapkan dari
padanya.

8. Keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab.

Wewenang merujuk pada hak-hak yang melekat dalam sebuah posisi


manajerial untuk memberikan perintah yang harus ditaati. Organisasi memberikan
kepada setiap posisi manajerial dalam struktur organisasi suatu tempat dalam rantai
komando, dengan menganugerahi setiap manajer dengan kadar wewenang tertentu
untuk memenuhi tanggung jawabnya.

9. Pembangian tugas.

Bila ada kejelasan tentang siapa mengerjakan apa, maka kelompok akan lebih
berhasil guna dan berdaya-guna karena baik cara kerjanya.

Pengalaman menunjukkan bahwa tugas-tugas yang harus dikerjakan dalam


dan oleh satu organisasi beranekaragam. Seperti terlihat dimuka, berbagai kegiatan
itu dapat dikategorikan kepada dua jenis utama, yaitu kegiatan-kegiatan yang berupa
tugas pokok dan kegitan-kegiatan penunjang. Kesemuanya itu diserahkan
pelaksanaannya kepada satuan-satuan kerja dalam organisasi yang jumlah dan
strukturnya disesuaikan dengan beban kerja yang harus dipikul.

9
10. Kesederhanaan struktur.

Sesungguhnya prinsip ini berkaitan erat dengan pemilihan tipe organisasi


yang dipandang paling tepat digunakan sebagai wadah penyelenggaraan bebagai
kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan. Yang perlu ditekankan sekarang ialah
bahwa penstrukturan berbagai kegiatan organisional harus disesuaikan dengan
berbagai hal, seperti:

1. Beban tugas yang diemban.

2. Tingkat kematangan teknis para tenaga pelaksana.

3. Jenis teknologi yang digunakan.

4. Sifat kegiatan yang perlu dilaksanakan, apakah lebih bersifat rutin dan
repetitif ataukah menuntut daya inofatif dan kreatif yang tinggi.

5. Kebijaksanaan pimpinan organisasi tentang pola pengambilan


keputusan, apakah sentralistik atau desentralisrtik.

Yang jelas struktur organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan kebutuhan dan usaha koordinasi dapat berjalan dengan lancar.[16]

11. Pola dasar organisasi yang relatif permanen.

Merupakan kenyataan bahwa organisasi selalu menghadapi berbagai jenis


perubahan, baik karena faktor-faktor internal maupun karena faktor-faktor eksternal.
Berbagai faktor itu dapat berakibat pada mekarnya organisasi. Misalnya karena
otomasi atau robotisasi, berkurangnya kegiatan, pengurangan jumlah tenaga kerja,
melemahnya kegiatan ekonomi, perubahan dibidang politik dan lain-lain sebagainya.

12. Adanya pola pendelegasian wewenang.

Untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka kepada para petugas
atau pejabat yang harus dilimpahi wewenang. Sebagai konsekuwensi itu harus
disertai pertanggung jawaban yang sepadam. Wewenang yang dilimpahkan itu
meliputi wewenang untuk menjalankan tugasnya, wewenang untuk memerintah
bawahannya dan wewenang untuk menggunakan fasilitas/peralatan yang

10
dibutuhkan. Atasan harus percaya sepenuhnya bahwa bawahan yang dilimpahi
weweanng ia mampu untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.

13. Rentang pengawasan.

Merupakan hal yang sangat sukar dan bahkan tidak mungkin untuk
menentukan secara oksiomatik jumlah orang yang dapat diawasi oleh seorang
manejer secara efektif dalam melaksanakan semua jenis kegiatan disemua jenis
organisasi. Yang jelas kemampuan seorang manejer melakukan pengawasan selalu
terbatas. Akan tetapi dengan keterbatasan kemampuan itu dapat dinyatakan bahwa
rentang pengawasan bersifat elastic. Artinya, jumlah bawahan yang dapat diawasi
secara efektif oleh seorang manajer berbeda pada satu situasi ke situasi yang lain,
dan dari satu organisasi ke organisasi yang lain.

14. Jaminan pekerjaan

Para manajer diharapkan untuk tidak memperlakukan para bawahannya


dengan semena-mena, misalnya melakukan pemutusan kerja tanpa dasar yang sangat
kuat. Dengan perkataan lain, selama seorang melakukan tugasnya sesuai dengan
berbagai ketentuan yang berlaku dalam organisasi, ada jaminan bahwa seseorang
tidak akan kehilangan pekerjaan yang menjadi sumber mata pencaharian baginya
yang pada gilirannya memungkinkan akan memuaskan bebagai kebutuhannya
terutama yang bersifat kebendaan dan social.

15. Keseimbangan antara jasa dan imbalan.

Jika balas jasa yang diterima karyawan semakin besar, pemenuhan kebutuhan
yang dinikmatinya semakin banyak pula. Dengan demikian maka kepuasan kerja
juga semakin-baik.

Menurut Siagian, bahwa sistem imbalan yang mengandung prinsip keadilan


yang dimaksud bahwa secara internal para pegawai yang melaksanakan tugas yang
sejenis mendapat imbalan yang sama pula.4

4 Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 117

11
Berdasarkan uraian yang telah diemukakan di atas dapat dipahami bahwa
prinsip organisasi yang dimaksud adalah pola dasar sebagai acuan, baik berfikir
berbuat, bertidak dalam pelaksanaan kegiatan secara kolektifitas, agar pegelolaan
dan pencapaian tujun bisa efesien dan efektif serta produktif.

D. Keterkaitan Organisasi dengan Manajemen

Untuk hubunganya sendiri Manajemen organisasi memiliki hubungan yang


sangat erat. Organisasi yang baik untuk mencapai tujuanya perlu Manajemen yang baik
begitupun sebaliknya untuk mendapatakan manajemen yang terbaik diperlukan sebuah
Organisasi yang memiliki orang-orang yang terampil, kreatif serta mampu bekerja
secara tim untuk mewujudkan cita-cita yang ingin dicapai oleh organisasi.

Sehingga dapat diambil kesimpulan apabila organisasi dan manajemen


dilakukan dengan kerjasama yang baik, pemanfaatan sumber-sumber dan waktu yang
ada dapat dilakukan secara tepat dan lebih terordinir sesuai dengan proses kegiatan
yang ditetapkan maka untuk mencapai tujuan akan dapat hasil yang lebih efsien dan
efektif serta lebih maksimal. Karena keduanya jika dilakukan sesuai dengan tugasnya
maka hubungan timbal balik itu akan saling menguntungkan untuk keduanya.

Eratnya hubungan atau hubungan timbal balik antara kedua hal tersebut adalah
sebagai berikut :

1. Manajemen: proses kegiatan pencapaian tujuan melalui kerja sama antar


manusia.

2. Organisasi: alat bagi pencapaian tujuan tersebut dan alat bagi pengelompokkan
kerja sama.5

5 Ibnu Syamsi, Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen (Jakarta: Renika Cipta, 2004), hlm. 147

12
E. Bentuk-bentuk Sistem Manajemen Pendidikan

Pada umumnya Manajemen Pendidikan dipaparkan melalui beberapa


komponen dan elemen yang berupa perencanaan pendidikan, pengorganisasian dan
pengolahan pendidikan, kepemimpinan dan pengarahan pendidikan, pelaksanaan
pendidikan, pengendalian atau pengawasan pendidikan. Seorang pakar pendidikan pun
mengemukakan bahwa manajemen pendidikan merangkum sub-sub komponen yaitu
diantaranya :

1. Perencanaan, adalah proses mempersiapkan kegiatan secara sistematis yang


dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan meliputi :

a. Pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi.

b. Penentuan strategi, kebijakan, program, prosedur, metode, sistem, anggaran


dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2. Komponen sistem, meliputi pengembangan kurikulum, pengelolaan layanan


siswa, pengelolaan guru, pengelolaan fasilitas.

3. Administrasi, meliputi manajemen keuangan :

(1) prosedur anggaran;

(2) prosedur akuntansi keuangan;

(3) pembelajaran, pergudangan, dan prosedur pendistribusian;

(4) prosedur investasi; dan

(5) prosedur pemeriksaan.

Dalam pelaksanaannya, manajemen keuangan ini menganut asas pemisahan


tugas antara fungsi otorisator, ordonator dan bendaharawan. Otorisator adalah pejabat
yang diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan
pengeluaran anggaran. Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian
dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan
otorisasi yang ditetapkan. Adapun bendaharawan adalah pejabat yang berwenang

13
melakukan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga
lainnya yang dapat dinilai dengan uang serta diwajibkan membuat perhitungan dan
pertanggungjawaban.6

4. Penerimaan tenaga pendidikan atau tenaga pengajar. Hal ini sama pentingnya
dalam manajemen sistem pendidikan, untuk mendapatkan tenaga pengajar yang
berkompeten dalam bidangnya, sebuah manajemen pendidikan mengelola dan
memilah-milah guru mana yang pantas untuk dipekerjakan agar kualitas mengajar guru
tidak diragukan lagi kemahirannya dalam mengajar.

5. Sistem evaluasi (adanya kontrol yang terpusat) terkait dengan evaluasi


pembelajaran. Untuk mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai materi yang
diajarkan oleh guru, dan hasil evaluasi sebagai penentuan apakah metode yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar berhasil atau tidak.

BAB III

6 Wahyudi, Manajemen Strategi, Pengantar, Proses Berpikir Strategi (Jakarta: Bina Rupa Aksara,
2006), hlm. 38

14
PENUTUP

Kesimpulan

. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-
orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi,
terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya
(uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain
sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Suatu organisasi mempunyai unsur-unsur yang mendukung organisasi tersebut.


Unsur-unsur organisasi meliputi: manusia (man), kerja sama (team work), tujuan
bersama, peralatan, lingkungan, kekayaan alam dan kerangka konstruksi mental
organisasi itu sendiri.

Semua kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi harus


didasarkan keahlian, sehingga pemegang jabatan mampu menjalankan tugas dengan
baik. Pelaksanaan tugas pekerjaan harus sesuai dengan kebijaksanaan, peraturan dan
prosedurnya. Setiap pelaksanaan tugas pekerjaan harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada atasan melalui mata rantai tingkat unit dalam organisasi. Semua keputusan
harus diambil secara formal dan tidak ada pertimbangan yang bersifat pribadi. Hal-hal
yang menyangkut bidang kepegawaian harus didasarkan pada sistem kecakapan (Merit
Sistem).

Hubungan manajemen dengan organisasi bahwa manajemen proses kegiatan


pencapaian tujuan melalui kerja sama antar manusia dan organisasi: alat bagi
pencapaian tujuan tersebut dan alat bagi pengelompokkan kerja sama.

Manajemen Pendidikan dipaparkan melalui beberapa komponen dan elemen yang


berupa perencanaan pendidikan, pengorganisasian dan pengolahan pendidikan,
kepemimpinan dan pengarahan pendidikan, pelaksanaan pendidikan, pengendalian atau
pengawasan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

15
Sutarto. 2001. Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University press.
Syafaruddin. 2015. Manajemen Pendidikan Organisasi. Medan: Perdana Publishing.
Ibnu Syamsi. 2004. Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Renika Cipta.
Hasibuan Malayu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyudi. 2006. Manajemen Strategi, Pengantar, Proses Berpikir Strategi. Jakarta: Bina
Rupa Aksara.

16

Anda mungkin juga menyukai