Anda di halaman 1dari 2

Sejak tahun 1900 hingga tahun 2020 pelajar smu a dan pelajar smu b saling bermusuhan tanpa

sebab,pada tanggal 1 Februari 2020 2 pelajar smu a sepulang sekolah berboncengan mengendari
sepeda motor melintas di jalan wates km 5 berpapasan dengan 2 pelajar smu b, kemudian pelajar
smu b berbalik arah dan mengejar pelajar smu a dengan mengacungkan pedang, pelajar smu a
dan smu b saling berkejaran, karena takut pelajar smu a tancap gas kemudian hilang kendali dan
menabrak kendaraan pelajar smu b, naas bagi pelajar smu a tidak dapat mengendalikan
kendaraannya kemudian menabrak pelajar smu c yang sedang berkerumun di depan sekolah.
Pelajar smu a mencoba melarikan diri dari kerumunan pelajar smu c namun tidak bisa kemudian
menjadi bulan – bulanan dikeroyok pelajar smu c sehingga kedua pelajar smu a menderita luka –
luka untungnya pihak kepolisian segera datang dan mengamankan situasi dan membawa 2
pelajar smu a serta 1pelajar smu c ke RS terdekat.
3 hari berlalu satu pelajar smu a meninggal dunia, 1 pelajar smu a dan 1 pelajar smu c masih
menjalani perawatan di rumah sakit, siapa yg harus didampingi, mengapa didampingi, dan apa
dasar hukum yang digunakan ???

Jika melihat perihal kejadian tersebut diawali dengan berpapasan kedua kubu sekolah yang tidak
sengaja berpapasan dan tanpa unsur niat untuk berkelahi namun keduanya memiliki sejarah
permusuhan kedua sekolah tersebut tanpa ada kejelasan duduk perkara yang menyebabkan
permusuhan tersebut, melihat sejarah tersebut memicu pelajar smu b untuk mengancungkan
pedang dalam hal ini mengancungkan pedang merupakan sudah sebuah ancaman bagi sekolah a,
mengingat keduanya memiliki sejarah permusuhan dan ancungan pedang dari pihak sekolah b
hal ini otomatis menimbulkan sebuah ancaman bagi sekolah a yang mengakibatkan pelajar
sekolah a tancap gas dan secara tidak sengaja menabrak pelajar b dan menabrak pelajar c. setelah
itu pelajar a mencoba kabur nammun tidak bisa dan menjadi bulan-bulanan pelajar c yang
mengakibatkan kedua pelajar a dan satu pelajar c dibawa kerumah sakit.
Jika dilihat runtutan kejadian tersebut yang harus di damping adalah sekolah B karena sebagai
Tersangka dapat dilihat diawali dari munculnya masalah yaitu pada sekolah B yang mengancam
sekolah A yang mengakibatkan sekolah A menabrak sekolah B dan C yang berakibatkan pelajar
sekolah A menjadi bulan-bulanan,Menurut saya yang harus didampingi adalah dari pihak
sekolah B karena di awal sudah terjadi ancaman dari pihak B jika dilihat menurut KUHP
demikian, akibat kelalaiannya mengakibatkan seseorang terluka atau meninggal dunia, namun
jika dilihat dari Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang LLAJ hal ini sebuah peristiwa
kecelakaan dilihat dari sebab akibatnya.selain itu menganut pada Pasal 58 ayat (1) Undang-
Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusi yang berbunyi “Setiap anak berhak untuk
mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental ”. Mengapa
mendampingi sekolah B karena sekolah B menjadi terdakwa akan kasus tersebut karena di awali
dari sekolah B hal ini dapat dilihat pada ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(“KUHAP”) dan UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat (”UUA”) yang mana Pihak yang
dapat melakukan advokasi atau pembelaan atau bantuan hukum terhadap tersangka dan terdakwa
dalam semua tingkat pemeriksaan adalah advokat. Selain perlindungan dari terdakwa juga
terhadap korban yang mana mengacu pada dalam Pasal 18 UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak dan juga pada saksi dalam Pasal 5 ayat (2) UU No. 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban diatur bahwa dalam kasus-kasus tertentu sesuai dengan
keputusan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, saksi berhak mendapatkan nasihat hukum,
meski tidak diatur oleh KUHAP saksi  dapat  saja didampingi oleh advokat jika diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai