Anda di halaman 1dari 12

Studi Kasus :

Pelanggaran Nilai Pancasila


1. Embriani Dewi Lestari
2. Muhammad Fandu Kencana
3. Wika Ayu Shinta Bela
4. Yoga Bayu Savira
MI 1D

Bullying
APA ITU ‘BULLYING?

Bullying berasal dari kata Bully, yaitu suatu


kata yang mengacu pada pengertian adanya
“ancaman” yang dilakukan seseorang terhadap
orang lain, yang menimbulkan gangguan fisik
atau psikis, atau keduanya
Bullying Siswi SMP di Tamrin City
Kronologi Kejadian
Peristiwa tersebut terjadi Korban cekcok mulut sama salah
pada Jumat, 14 Juli 2017 satu terduga pelaku yang cewek.
sekitar pukul 13.30 WIB Besoknya, korban dihadang di
di lantai 3A Thamrin City. dekat sekolah dan disuruh datang

02
ke Thamrin City.

01 03 04
Setibanya korban di Thamrin City,
Kejadian tersebut bermula ternyata ada teman-teman pelaku
ketika korban yang berinisial yang menunggunya terjadilah
SB terlibat percekcokan kekerasan terhadap SB oleh para
dengan salah satu pelaku. pelaku. Pada akhir video, siswi
tersebut disuruh mencium tangan
siswa dan siswi yang mem-bully-
nya.
AKIBAT YANG DITIMBULKAN

Dikeluarkan Sekolah,
sanksi pengeluaran siswa itu sudah
sesuai dengan tata tertib sekolah
dan keputusan soal mengembalikan
Mencabut Kartu Jakarta
siswa kepada orang tua juga sesuai Pintar (KJP)
dengan Instruksi Gubernur Nomor Dinas Pendidikan mencabut Kartu
16 Tahun 2015 Dalam instruksi Jakarta Pintar (KJP) yang mereka
tersebut, dijelaskan mengenai miliki pelaku aksi bullying yang
konsekuensi bagi siswa yang merupakan pelajar SMP dan SD
terlibat aksi tawuran dan bullying tersebut akan diberi sanksi
tambahan. Sanksi itu berupa
penarikan Kartu Jakarta Pintar.
Dasar Hukum

Pancasila Sila ke-2


“Kemanusiaan yang adil dan
beradab”
Nilai Instrumental (Norma
Hukum) Pancasila
Pasal 28 I ayat 2 :
“Setiap orang berhak bebas dari
Pembullyan dalam perlakuan diskriminasi atas dasar
sekolah
Pasal 54 UU 35 Tahun 2014 apapun dan berhak mendapat
nomor 1 perlindungan dari perlakuan
diskriminatif tersebut”
Pencegahan Bullying secara umum :
1. Sosialisai anti bullying kepada siswa, guru, orang tua siswa dan segenap
civitas akedemika di sekolah.
2. Penerapan aturan di sekolah yang mengakomodasi aspek anti bullying .
3. Membuat aturan anti bullying yang disepakati oleh siswa, guru, intitusi
sekolah dan segenap civitas akedemika di sekolah.
4. Penegakan aturan/sanksi/disiplin sesuai kesepakan institusi sekolah dan
siswa, guru dan sekolah.
5. Membangun komunikasi dan interaksi antar civitas akademika.
6. Meminta depdiknas memasukkan muatan kurikulum pendidikan
nasional yang sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif anak atau
siswa agar tidak terjadi learning difficulties.
Pencegahan Bullying secara umum :

7. Pendidikan parenting agar orang tua memiliki pola asuh yang benar.
8. Mendesak depdiknas memasukkan muatan kurikulum institusi
pendidikan guru yang mengakomodasi anti bullying.
9. Muatan media cetak, elektronik, film, dan internet tidak memuat
bullying dan mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengawasi
siaran yang memasukkan unsur bullying .
10. Perlunya kemudahan akses orang tua atau public, lembaga terkait, ke
institusi pendidikan/sekolah sebagai bentuk pengawasan untuk
pencegahan dan penyelesaian bullying atau dibentuknya pos pengaduan
bullying.
Pencegahan untuk anak yang menjadi
korban bullying :
1. Bekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri,
terutama ketika tidak ada orang dewasa/guru/orang tua.
2. Bekali anak dengan kemampuan menghadapi beragam situasi tidak
menyenangkan yan mungkin ia alami dalam kehidupannya.
3. Walau anak sudah diajarkan untuk mempertahankan diri dan dibekali
kemampuan agar tidak menjadi korban tindak kekerasan, tetap
beritahukan anak kemana ia dapat melaporkan atau minta pertolongan
atas tindakan kekerasan.
4. Upayakan anak mempunyai kemampuan sosialisasi yang baik dengan
sebaya atau dengan orang yang lebih tua.
Penanganan untuk anak yang menjadi
pelaku bullying :
1. Segera ajak anak bicara mengenai apa yang ia lakukan. Jelaskan bahwa
tindakannya merugikan diri dan orang lain
2. Cari penyebab anak melakukan hal tersebut. Penyebab menjadi penentu
penanganan. Anak yang menjadi pelaku karena rasa rendah diri tentu
akan ditangani secara berbeda dengan pelaku yang disebabkan oleh
dendam karena pernah menjadi korban. Demikian juga bila pelaku
disebabkan agresifitasnya yang berbeda
3. Posisikan diri untuk menolong anak dan bukan menghakimi anak
Terima Kasih
Atas Perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai