Yth.
Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang
Jalan Abdulrahman Saleh No. 89
Semarang, Jawa Tengah
Dengan hormat,
1. Perwakilan Kelompok I
Kewarganegaraan : Indonesia
2. Perwakilan Kelompok II
Tempat Tinggal : Jalan Anjasmara Utara No. 23, Desa/Kel Wereng Keket, Kec.
Kewarganegaraan : Indonesia
Tempat Tinggal : Jalan Sopo Loro No. 74, Desa/Kel Wereng Keket, Kec. Kedaton,
Bersama-sama bertindak sebagai wakil kelompok yang mewakili kepentingan anggotanya yakni
warga Desa Negara Merdeka, Desa Karangasem, dan Desa Wareng Keket yang terletak di Kec.
Kedemen dan Kec. Kedaton, Kab. Rembang Jawa Tengah, dengan ini berdasarkan surat kuasa
khusus Nomor 1234/SKK/RSR/II/2020 tanggal 14 Februari 2020 memberikan kuasa kepada:
Kesemuanya merupakan warga negara Indonesia, pekerjaan Advokat, pada kantor hukum RONI
SUTRISNO, SH & Rekan yang berkedudukan di Jalan Imogiri Timur Km. 7 Grojogan, Bantul,
Yogyakarta, Indonesia, yang untuk selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT;--------------------
Dengan ini PENGGUGAT mengajukan gugatan terhadap:
I. Objek Sengketa:
Surat Keputusan Bupati Rembang No. 712/19/2019 tertanggal 24 Desember 2019 tentang
Pembentukan Tim untuk Pembebasan Tanah di Lokasi Pembangunan Pabrik Tekstil PT Segara
Alam, yang berlokasi di Desa Negara Merdeka dan Desa Karangasem, Kecamatan Kademen,
dan Desa Wareng Keket, Kecamatan Kedaton dengan total luas tanah 210 hektar (“Objek
Sengketa”).
IV. Kepentingan Hukum dan Kedudukan Hukum Para Penggugat (Legal Standing)
1. Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (“UUD 1945”) kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar.
2. Selanjutnya, Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 ditegaskan bahwa negara Indonesia adalah
negara hukum sehingga sistem penyelenggaraan pemerintahan negara Republik
Indonesia harus berdasarkan atas prinsip kedaulatan rakyat dan prinsip negara hukum
3. Oleh karena itu, segala bentuk Keputusan dan/atau Tindakan Administrasi
Pemerintahan harus berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan hukum yang merupakan
refleksi dari Pancasila sebagai ideologi negara, bukan berdasarkan kekuasaan yang
melekat pada kedudukan penyelenggara pemerintahan itu sendiri;
4. Terbitnya UU AP telah memberikan Legal Standing kepada Warga Masyarakat yang
merasa dirugikan dengan Keputusan dan/atau Tindakan Pejabat Pemerintahan atau
Atasan Pejabat yang menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan,
yang mana definisi Warga Masyarakat berdasarkan Pasal 1 Angka 15 UU AP adalah
seseorang atau badan hukum perdata yang terkait dengan Keputusan dan/atau Tindakan;
5. Warga Desa Negara Merdeka, Desa Karangasem, dan Desa Wareng Keket adalah
perseorangan yang dirugikan kepentingannya secara langsung karena Objek Sengketa
yang dikeluarkan oleh TERGUGAT.
6. Warga Desa Negara Merdeka, Desa Karangasem, dan Desa Wareng Keket diwakili
kepentingannya oleh perwakilan anggota I, II, dan III yang secara bersama-sama disebut
sebagai PENGGUGAT.
V. Posita/Alasan Gugatan
1. Bahwa pada tanggal 18 September 2019, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo
mengeluarkan Keputusan Gubernur Nomor: 036/48 Tahun 2018 tentang penunjukan
PT. Segara Alam untuk membangun pabrik tekstil. PT Segara Alam;
2. Menindaklanjuti surat tersebut, Divisi Hukum PT Segara Alam, mengirimkan surat
kepada Bupati Rembang dengan surat nomor 004/PTSA.teks.008/2019, tertanggal 18
Oktober 2019 yang isi surat tersebut adalah permohonan pembebasan tanah di Desa
Negara Merdeka dan Desa Karangasem, Kecamatan Kademen, dan Desa Wareng
Keket, Kecamatan Kedaton;
3. Permohonan pembebasan tanah tersebut diterima oleh Bupati Rembang dengan
dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati Rembang No. 712/19/2019 tentang
pembentukan tim untuk pembebasan tanah di lokasi pembangunan pabrik tekstil kepada
PT. Segara Alam diatas tanah seluas 210 hektar di Desa Negara Merdeka dan Desa
Karangasem, Kecamatan Kademen, dan Desa Wareng Keket, Kecamatan Kedaton;
4. Pembebasan tanah untuk pembangunan pabrik teksti PT Segara Alam yang dilakukan
telah tidak melibatkan partisipasi warga Desa Negara Merdeka, Desa Karangasem, dan
Desa Wareng Keket sebagai warga yang bermukim di lokasi tersebut sehingga memiliki
dampak secara langsung jika pabrik tersebut beroprasi;
5. Berdasarkan Pasal 1 Angka 17 UU AP, Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik
(AUPB) adalah prinsip yang digunakan sebagai acuan penggunaan Wewenang bagi
Pejabat Pemerintahan dalam mengeluarkan Keputusan dan/atau Tindakan dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Oleh karena itu, TERGUGAT dalam mengeluarkan
Objek Sengketa tidak berdasarkan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik;
6. AUPB berdasarkan Pasal 10 UU AP meliputi asas:
a. kepastian hukum;
b. kemanfaatan;
c. ketidakberpihakan;
d. kecermatan;
e. tidak menyalahgunakan kewenangan;
f. keterbukaan;
g. kepentingan umum; dan
h. pelayanan yang baik.
Asas-asas umum lainnya di luar AUPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diterapkan sepanjang dijadikan dasar penilaian hakim yang tertuang dalam putusan
Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
selain merujuk kepada Undang-Undang Nomor 30 tahun 2014, asas-asas umum
pemerintahan yang baik dapat dijumpai didalam Pasal 53 UU Nomor 9 Tahun 2004
yang merupakan perubahan dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan TUN. Didalam Pasal tersebut menyebutkan:
7. Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah:
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas
umum pemerintahan yang baik.
a. Kepastian hukum;
b. tertib penyelenggaraan negara;
c. keterbukaan;
d. proporsionalitas;
e. profesionalitas; dan
f. akuntabilitas
8. Dengan demikian, berdasarkan penjelasan diatas, Objek Sengketa yang dikeluarkan
TERGUGAT telah melanggar asas-asas AUPB yang diantaranya:
Asas Kepastian Hukum adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan
Penyelenggara Negara. Bahwa tindakan TERGUGAT yang tidak melibatkan
PENGGUGAT terhadap pembebasan lahan di pemukiman PENGGUGAT maka telah
tidak sesuai prosedur yang diamanatkan undang-undang. Perundang-undangan yang
dilanggar adalah antara lain:
a. Undang-Undang Dasar Tahun 1945
b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
c. Undang-Undang Nomor 26 tentang Tata Ruang (sebagaimana telah diubah dalam
UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja)
d. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah untuk
Kepentingan Umum
Melanggar “Asas Keterbukaan” adalah asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif
tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak
asasi pribadi, golongan dan rahasia negara. Bahwa atas tindakan TERGUGAT yang
tidak memberitahukan sama sekali mengenai lokasi pabrik PT Segara Alam yang akan
dibangun diatas tanah pemukiman PENGGUGAT juga tidak dapat berpartisipasinya
PENGGUGAT dalam Konsultasi Publik dan mempertahankan hak-haknya sebelum
diterbitkannya Objek Sengketa, dengan demikian merupakan pelanggaran asas
Keterbukaan.
Melanggar “Permainan yang Layak (Fair Play)” Adalah asas yang mengkehendaki
agar warga negara diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mencari kebenaran
dan keadilan serta diberi kesempatan untuk membela diri dengan memberikan
argumentasi-argumentasi sebelum diberikannya putusan administrasi. Bahwa
berdasarkan fakta yang terjadi TERGUGAT tidak memberikan kesempatan kepada
PENGGUGAT beserta warga lainnya dalam berpartisipasi memajukan lingkungannya
terlebih PENGGUGAT adalah masyarakat yang cenderung akan terdampak dan
dirugikaan
Melanggar “Asas Kecermatan” adalah asas yang mengandung arti bahwa suatu
Keputusan dan/atau Tindakan harus didasarkan pada informasi dan dokumen yang
lengkap untuk mendukung legalitas penetapan dan/atau pelaksanaan Keputusan
dan/atau Tindakan sehingga Keputusan dan/atau Tindakan yang bersangkutan
dipersiapkan dengan cermat sebelum Keputusan dan/atau Tindakan tersebut ditetapkan
dan/atau dilakukan. Bahwa tindakan TERGUGAT yang menerbitkan Objek Sengketa a
quo tidak cermat dalam melihat peraturan perundangan mengenai Rencana Tata Ruang
secara terpadu, mulai dari nasional hingga daerah. Serta Hukum Formal juga tidak
dilalui oleh TERGUGAT sehingga TERGUGAT tidak cermat dalam mengambil
keputusan;
VII. Petitum/Tuntutan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, PENGGUGAT memohon
kepada Yang Mulia Ketua Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya untuk
menindaklanjuti gugatan ini, dan yang Mulia Majelis Hakim kiranya berkenan untuk
memeriksa dan memutus perkara ini dengan amar putusan sebagai berikut:
1. Mengabulkan gugatan PENGUGGAT untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Batal atau Tidak Sah Objek Sengketa yang diterbitkan TERGUGAT, yakni
Surat Keputusan Bupati Rembang No. 712/19/2019 tertanggal 24 Desember 2019 tentang
Pembentukan Tim untuk Pembebasan Tanah di Lokasi Pembangunan Pabrik Tekstil PT
Segara Alam, yang berlokasi di Desa Negara Merdeka dan Desa Karangasem, Kecamatan
Kademen, dan Desa Wareng Keket, Kecamatan Kedaton;
3. Meminta ganti rugi sebesar Rp45.000.000 (empat puluh juta rupiah) atas biaya reklamasi
pengerukan tanah yang dilakukan oleh Tim Pembebasan Lahan TERGUGAT; dan
4. Menghukum TERGUGAT untuk membayar biaya perkara yang timbul sebagai akibat
dikeluarkannya putusan atas Gugatan ini.
Atau apabila Yang Mulia Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya
berpendapat lain, mohon untuk diberikan putusan yang seadil-adilnya (ex quo et bono).
Hormat Kami,
Kuasa Hukum Penggugat,
Roni Sutrisno, S. H.
Ahmad Assegaf, S. H. Rini Setyowati, S. H. Bintang Pradana, S.
H.
Arief Permana, S. H.