Anda di halaman 1dari 7

SURAT GUGATAN

Solo, 24 Januari 2020

Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang
Jalan Abdulrahman Saleh No.89, Kalibanteng Kulon,
Kota Semarang, Jawa Tengah 50145.

Perihal : Gugatan Tata Usaha Negara

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini saya :
1. Nama : Ahmad Pararigi
Kewarganegaraan : Indonesia
Tempat/Tanggal Lahir : Solo, 23 Maret 1964
Alamat : Desa Karangasem
Pekerjaan : Petani

2. Nama : Sri Ningsih


Kewarganegaraan : Indonesia
Tempat/Tanggal Lahir : Solo, 15 April 1983
Alamat : Kec. Kademen
Pekerjaan : Wirausahawan

3. Nama : Parjo
Kewarganegaraan : Indonesia
Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 4 April 1977
Alamat : Desa Wareng Keket
Pekerjaan : Petani

4. Nama : Bejo Sutejo


Kewarganegaraan : Indonesia
Tempat/Tanggal Lahir : Solo, 23 Maret 1964
Alamat : Kec. Kedaton
Pekerjaan : Wirausahawan

Berdasarkan surat kuasa khusus Nomor: 07/SKK.TUN/I/2020 tertanggal 1 Desember 2020


(Vide bukti P-1), memberikan kuasa kepada:
1. Nama : Triani Hana Sofia, S.H, LL.M., CIArb.
Kewarganegaraan : WNI
Pekerjaan : Advokat, Kantor Advokat Schinder; Beralamat Kantor di
Jl. Untung Surapati No.61, Desa Karangasem

2. Nama : Melindya, S.H., M.H.


Kewarganegaraan : WNI
Pekerjaan : Advokat, Kantor Advokat Schinder; Beralamat Kantor di
Jl. Untung Surapati No.61, Desa Karangasem

Untuk selanjutnya disebut sebagai ---------------------------------------------------------


PENGGUGAT.

Dengan ini, PENGGUGAT mengajukan gugatan terhadap:

BUPATI REMBANG, berkedudukan di Jl. Pangeran Diponegoro No.90, Rembangan,


Tasikagung, Kec. Rembang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah 59212.

Untuk selanjutnya disebut sebagai ----------------------------------------------------------


TERGUGAT.

I. OBJEK SENGKETA:
1. Objek yang disengketakan merupakan objek yang dapat diselesaikan
permasalahannya di Pengadilan Tata Usaha Negara. Hal ini karena TERGUGAT
selaku pejabat Tata Usaha Negara telah mengeluarkan keputusan yang bersifat
konkret, individual, dan final, yang telah menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
dengan uraian sebagai berikut:
A. Konkret, yaitu objek yang diputuskan dalam Keputusan Tata Usaha Negara itu
tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat ditentukan sebagaimana
dinyatakan dalam penjelasan Pasal 1 dan 3 UU PTUN. OBJEK SENGKETA
bersifat konkret yang tercermin dari wujudnya yang tidak abstrak dan nyata
melalui penerbitan Keputusan Bupati Rembang Nomor: 712/19/2019 tentang
pembentukan tim untuk pembebasan tanah di lokasi pembangunan pabrik tekstil
kepada PT. Segara Alam diatas tanah seluas 210 hektar di Desa Negara Merdeka
dan Desa Karangasem, Kecamatan Kademen, dan Desa Wareng Keket,
Kecamatan Kedaton.
B. Individual, yaitu individual memiliki art bahwa KTUN tidak ditunjukkan untuk
umum, tetapi tertentu baik alamat maupun hal yang dituju sebagaiman Penjelasan
Pasal 1 angka 3 UU PTUN. Dalam hal ini OBJEK SENGKETA telah bersifat
individual, yang tercermin dari Keputusan Tata Usaha Negara tersebut secara
spesifik ditunjukkan kepada Bupati Rembang
C. Final, yaitu Keputusan Tata Usaha Negara tersebut tidak lagi memerlukan
persetujuan dari instansi tertentu baik secara horizontal maupun vertical serta
telah menimbulkan akibat hukum. OBJEK SENGKETA telah memenuhi sifat
final, karena telah berlaku dan menimbulkan kerugian bagi PARA PENGGUGAT
oleh karena adanya pengambilan Hak Milik atas Tanah yang menyebabkan
kerugian bagi PARA PENGGUGAT, dimana PARA PENGGUGAT tidak
mendapatkan ganti rugi atas Pembangunan Pabrik Tekstil milik PT. SEGARA
ALAM di atas tanah PARA PENGGUGAT.
2. Bahwa dengan Demikian, OBJEK SENGKETA merupakan suatu Keputusan Tata
Usaha Negara yang telah memenuhi ketentuan dalam Pasal 1 angka 9 UU PTUN;
3. Bahwa berdasarkan Pasal 54 UU PTUN, gugatan sengketa Tata Usaha Negara
diajukan kepada pnegadilan yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi daerah
hukum TERGUGAT. Dalam hal ini, TERGUGAT berkedudukan di Jl. Pangeran
Diponegoro No.90, Rembangan, Tasikagung, Kec. Rembang, Kabupaten Rembang,
Jawa Tengah, yang termasuk kedalam wilayah hukum Pengadilan Tata Usaha Negara
Semarang
4. Bahwa dengan demikian, PARA PENGGUGAT telah tepat dalam mengajukan
gugatan a quo ke Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang yang merupakan
pengadilan yang berwenang dalam memeriksa, memutus dan menyelesaikan Tata
Usaha Negara ini.

II. TENGGANG WAKTU GUGATAN


1. Bahwa pada tanggal 24 Desember 2019 Objek Sengketa diterbitkan dan
PENGGUGAT langsung mengetahui hal tersebut.
2. Bahwa pada tanggal 24 Januari 2020 PENGGUGAT mengajukan gugatan kepada
Tata Usaha Negara Semarang
3. Bahwa Gugatan yang diajukan oleh PENGGUGAT masih dalam tenggang waktu 90
(sembilan puluh) hari sebagaimana diatur dalam Pasal 55 UU PERATUN, yang
berbunyi: “Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu sembilan puluh
hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara”.
4. Bahwa dalam Pasal 6 PERMA 6 Tahun 2018, dinyatakan “Tenggang waktu
pengajuan gugatan di pengadilan 90 (sembilan puluh) hari sejak keputusan atas
upaya administrasi diterima oleh warga masyarakat atau diumumkan oleh
badan/atau penjabat Administrasi Pemerintahan yang menangani penyelesaian
upaya administrative”. Sehingga mengenai tenggang waktu setelah menempuh upaya
administratif adalah 90 (Sembilan puluh) hari.
5. Bahwa berdasarkan fakta hukum diatas, gugatan a quo diajukan dalam tenggang
waktu sesuai dengan Pasal 55 UU Peradilan Tata Usaha Negara. Dikarenakan
keputusan TUN dikeluarkan pada 24 Desember 2019 dan gugatan diajukan pada
tanggal 24 Januari 2020 atau 32 (tiga puluh dua) hari, maka gugatan tersebut tidak
melewati tenggang waktu.

III. KEPETINGAN PENGGUGAT YANG DIRUGIKAN


1. Bahwa PENGGUGAT I merupakan Pemilik Tanah berdasarkan Surat Hak Milik No.
23 Tahun 1990 yang dibuat pada tanggal 27 Januari 1990 di hadapan Notaris Jennie
Sukaesih S.H., M.Kn., Notaris Kota Solo.
2. Bahwa PENGGUGAT II merupakan Pemilik Tanah berdasarkan Surat Hak Milik No.
27 Tahun 1997 yang dibuat pada tanggal 5 September 1997 di hadapan Notaris Jennie
Sukaesih S.H., M.Kn., Notaris Kota Solo
3. Bahwa PENGGUGAT III merupakan Pemilik Tanah berdasarkan Surat Hak Milik
No. 28 Tahun 1998 yang dibuat pada tanggal 8 Oktober 1998 di hadapan Notaris
Jennie Sukaesih S.H., M.Kn., Notaris Kota Solo
4. Bahwa PENGGUGAT IV merupakan Pemilik Tanah berdasarkan Surat Hak Milik
No. 24 Tahun 1994 yang dibuat pada tanggal 10 Februari 1994 di hadapan Notaris
Jennie Sukaesih S.H., M.Kn., Notaris Kota Solo
5. Bahwa PARA PENGGUGAT merasa dirugikan karena TERGUGAT dalam sengketa
ini melakukan pencabutan hak milik atas tanah PARA PENGGUGAT.
6. Bahwa Dalam Keputusan Bupati Rembang Nomor: 712/19/2019 tentang
pembentukan tim untuk pembebasan tanah di lokasi pembangunan pabrik tekstil
kepada PT. Segara Alam diatas tanah seluas 210 hektar di Desa Negara Merdeka dan
Desa Karangasem, Kecamatan Kademen, dan Desa Wareng Keket, Kecamatan
Kedaton, TERGUGAT mengambil tanah PARA PENGGUGAT tanpa memberikan
suatu pembayaran atau ganti rugi kepada PARA PENGGUGAT.

IV. POSITA/ALASAN GUGATAN


1. Bahwa pada tanggal 18 September 2019 PT Segera Alam yang dimilik Tuan Segara
Alam dipilih oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk membangun bisnis
garmennya di Daerah Jawa Timur. Lebih tepatnya di daerah Desa Negara Merdeka
dan Desa Karangasem, Kecamatan Kademen, dan Desa Wareng Keket, Kecamatan
Kedaton.
2. Bahwa, pada tanggal 18 Oktober 2019 PT Segara Alam mengirimkan surat kepada
Bupati Rembang yang berisikan permohonan pembebasan tanah di Desa Negara
Merdeka dan Desa Karangasem, Kecamatan Kademen, dan Desa Wareng Keket,
Kecamatan Kedaton.
3. Bahwa, pada tanggal 24 Desember 2019 Pemerintah Kabupaten Rembang
mengeluarkan Surat Keputusan No. 712/19/2019 tentang pembentukan tim untuk
pembebasan tanah di lokasi pembangunan pabrik tekstil kepada PT. Segera Alam
diatas tanah seluas 210 hektar di tanah Desa Negara Merdeka dan Desa Karangasem,
Kecamatan Kademen, dan Desa Wareng Keket, Kecamatan Kedaton.
4. Bahwa berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri No.15 Tahun
1975 dinyatkan bahwa yang dimaksud dengan pembebasan tanah adalah melepaskan
hubungan hukum yang semula terdapat diantara pemegang hak penguasa tas tanahnya
dengan cara memeberikan ganti rugi. Sehingga, pihak pemerintah membebaskan
tanah yang bersangkutan dari hak kekuasaan si pemegang haknya dan si pemegang
hak dapat melepaskan hak atas tanah secara sukarela seetelah ua mendapat ganti rugi
yang layak. Kemudian, pembebasan tanah hanya dapat dilakukamn atas dasar
persetujuan dari pemegang hak baik mengenai teknis pelaksanaanya maupun
mengenai besar dan bentuk ganti rugi yang diberikan terhadap tanahnya.
5. Bahwa dikarenkan pembebasan tanah ini dilakukan untuk kepentingan swasta maka
peraturan yang dapat dijadikan acuan adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri
(PMDN) No.15 Tahun 1975 tentang pembebasan tanah untuk kepentingan swasta.
6. Bahwa berdasarkan Pasal 1 ayat 5 PMDN No.15 Tahun 1975 tanah yang dibebaskan
deengan mendapatkan ganti rugi adalah Tanah yang telah mempunyai sesuatu hak
berdasarkan Undang-undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960 dan tanah masyarakat
hukum adat. Dikarenakan tanah PARA PENGGUGAT adalah tanah mempunyai
suatu berdasarkan undang-undang, maka seharusnya PARA PENGGUGAT
mendapatkan ganti rugi untuk pembebasan hak milik.
7. Bahwa dalam berdasarkan Pasal 1 PMDN No.15 Tahun 1975 dinyatakan; “(1) : Yang
dimaksud dengan pembebasan tanah ialah melepaskan hubungan hukum yang semula
terdapat diantara pemegang hak/penguasa atas tanahnya dengan cara memberikan
ganti rugi.” Sehingga, TERGUGAT seharusnya memberikan ganti rugi terhadap
PARA PENGGUGAT yang dibebaskan hak milik atas tanahnya. Akan tetapi,
TERGUGAT selaku pemerintah tidak memberikan ganti rugi terhadap tanah PARA
PENGGUGAT dan langsung melakukan pembentukan tim untuk pembebasan tanah
PARA PENGGUGAT.
8. Bahwa, berdasarkan Pasal 6 PMDN No.15 Tahun 1975 yang menyatakan: “Ayat 1 :
Di dalam mengadakan penafsiran/penetapan besarnya ganti rugi, panitia pembebasan
tanah harus mengadakan musyawarah dengan para pemilik/pemegang hak atas tanah
dan atau benda plus tanaman yang ada di atasnya berdasarkan harga umum
setempat.” Sehingga, ganti rugi atas pembebasan hak milik atas tanah PARA
PENGGUGAT harus dinilai terlebih dahulu dan tidak bisa langsung dihargai tanpa
penelitian harga tanah, benda dan tanaman yang ada diatasnya. Kemudian, panitia
pembebasan tanah harus mengadakan musyawarah dengan para pemilik/ pemegang
hak tanah. Akan tetapi, pada kasus a quo TERGUGAT bahkan tidak melakukan ganti
rugi terhadap pembebasan tanah PARA PENGGUGAT ataupun melakukan
musyawarah kepada PARA PENGGUGAT selaku pemilik hak atas tanah.
9. Bahwa berdasarkan Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik terdapat Asas
Kepentingan Umum yang dimana Asas ini mendahulukan kesejahteraan dan
kemanfaatan umum dengan cara aspiratif, akomodatif, slektif dan tidak diskriminatif.
Dalam Kasus a quo TERGUGAT selaku pemerintah daerah setempat, tidak
memikirkan Kepentingan Umum dikarenkan pada saat TERGUGAT mengakomodir
pembuatan pabrik tekstil di lahan PARA PENGGUGAT sebesar 210 hektar.
TERGUGAT tidak memikirkan dampak dari pendirian Pabrik Tekstil tersebut dari
mulai limbah, polusi Udara, dan polusi air pencucian limbah yang akan merugikan
masyarakat. Terlebih, Kawasan tersebut masih dekat dengan perumahan penduduk.
Sehingga, dengan dikeluarkan Surat Keputusan No. 712/19/2019 untuk pembebasan
hak tanah untuk pendirian Pabrik Tekstil. Hal ini, menunjukan PENGGUGAT tidak
meninggikan Asas Kepentingan Umum dalam AAUPB.
10. Bahwa berdasarkan Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik terdapat Asas
Kemanfaatan dimana manfaat yang harus diperhatikan secara imbang antara
kepentingan pemerintah dan masyarakat, dimana TERGUGAT selaku pemerintah
memiliki kepentingan agar PT Segera Alam dapat mendirikan pabrik dan
menghasilkan laba. Serta masyarakat Desa Negara Merdeka dan Desa Karangasem,
Kecamatan Kademen, dan Desa Wareng Keket, Kecamatan Kedaton yang akan
tinggal dengan polusi dari Pabrik Tekstil dan tanah PARA PENGGUGAT yang
dibebaskan hak miliknya tanpa ganti rugi, yang seharusnya dapat dijadikan lahan
pertanian atau perkebunan bagi PARA PENGGUGAT menjadi lahan untuk pabrik.
Dengan ini, TERGUGAT diyakini tidak menimbang kemanfaatan pendirian pabrik
tekstil PT. Segera Alam dengan dampak negatif yang lebih banyak kepada
masyarakat Desa Negara Merdeka dan Desa Karangasem, Kecamatan Kademen, dan
Desa Wareng Keket, Kecamatan Kedaton.
11. Bahwa Surat Keputusan Surat Keputusan No. 712/19/2019 tidak dibuat berdasarkan
Asas-asas yang ada dalam AAUPB dan pelaksanaannya tidak sesuai dengan
Perundang-undangan yang berlaku.

V. PETITUM

Dalam Pokok Perkara/Sengketa:


1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya;
2. Menyatakan batal atau tidak sah keputusan penolokan fiktif negative dari Tergugat
atas surat Penggugat No.
3. Mewajibkan Tergugat untuk menerbitkan surat keputusan TUN sesuai dengan surat
permohonan penggugat No. Tanggal. Perihal.
4. Menghukum Tergugat membayar biaya perkara;
Hormat Kami,
Kuasa Hukum Penggugat

Triani Hana Sofia S.H., LL.M., CIArb.

Melindya Santoso Putri, S.H., M.H.

Anda mungkin juga menyukai