Anda di halaman 1dari 16

PERTANYAAN WAWANCARA OBSERVASI

TERKAIT JAWABAN, REPLIK, DAN KESIMPULAN


DENGAN IBU NOVY HAKIM PTUN JAKARTA
MATA KULIAH PRAKTEK PTUN
PERTANYAAN JAWABAN

1. Bagaimana prosedur tahap jawaban dalam PTUN yang menggunakan sistem e-


court? Bagaimana perbedaannya dengan prosedur tahap jawaban dalam
persidangan konvensional?
Ketentuan Teknis Persidangan Elektronik
a. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2019 tentang
Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik (Perma
No. 1 Tahun 2019)
b. Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor:
129/KMA/SK/VIII/2019 tentang Petunjuk Teknis Administrasi Perkara dan
Persidangan Di Pengadilan Secara Elektronik
c. Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha
Negara Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 307/Djmt/Kep/5/2018
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara
Elektronik
d. Persidangan dengan acara khusus masih memerlukan pedoman lebih lanjut
Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2019 tentang
Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik (Perma No. 1
Tahun 2019)
Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor:
129/KMA/SK/VIII/2019 tentang Petunjuk Teknis Administrasi Perkara dan
Persidangan Di Pengadilan Secara Elektronik
Prosedur tahap jawaban dalam PTUN yang menggunakan sistem e-court
a. Persidangan secara elektronik dilaksanakan pada Sistem Informasi Pengadilan,
sesuai jadwal persidangan yang telah ditetapkan.
b. Tergugat mengunggah dokumen Surat Jawaban pada website e-court dalam
format PDF dan RTF/DOC pada menu yang tersedia. Dokumen dapat dikirim
setelah terdapat tundaan sidang dan ditutup sesuai jadwal sidang.
c. Setelah sidang dibuka, Hakim Ketua Sidang menerima, memeriksa dan
meneruskan (verifikasi) dokumen Surat Jawaban kepada pihak Penggugat;
d. Verifikasi yang dilakukan oleh Hakim Ketua Sidang dapat dimaknai sebagai
pembacaan jawaban secara elektronik (ketentuan Pasal 74 ayat (1) dan analogi
Pasal 26 ayat (2) Perma No.1 Tahun 2019);
e. Apabila Tergugat tidak hadir dan/atau tidak menyerahkan jawaban, maka
mengacu pada Pasal 72 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986;
f. Manfaatkan semaksimal mungkin menu catatan persidangan (fungsi informatif
dan fungsi konfrontatif);
Perbedaannya dengan prosedur tahap jawaban dalam persidangan konvensional
adalah berdasarkan ketentuan dalam Pasal 74 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986
jelas diatur bahwa isi gugatan dan jawaban dibacakan oleh Hakim Ketua Sidang
pada sidang pertama yang terbuka untuk umum secara konvensional.
2. Pada tahap apa (sidang ke berapa) tergugat dapat mengajukan surat jawaban atas
gugatan yang diajukan?
Tergugat dapat mengajukan surat jawaban atas gugatan yang diajukan Penggugat
adalah pada tahap kedua setelah acara Pembacaan Gugatan/penyampaian
gugatan (vide Pasal 74 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986);
3. Bagaimanakah apabila Tergugat tidak memberikan jawaban pada waktu yang
sudah ditentukan?
Apabila Tergugat tidak memberikan jawaban pada waktu yang sudah ditentukan
dan terdapat alasan yang dapat dipertanggungjawabkan dan baru diberikan
kesempatan satu kali atau tidak terdapat alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan tetapi baru diberikan kesempatan satu kali maka Majelis
Hakim akan memberikan kesempatan lagi kepada Tergugat untuk memberikan
jawaban pada waktu yang sudah ditentukan. Bahwa kesempatan tersebut disertai
dengan adanya catatan dicantumkan Pasal 72 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986
4. Apabila tergugat belum juga mempersiapkan jawabannya, meskipun telah diberikan
kesempatan pada persidangan sebelumnya, Apakah yang akan dilakukan oleh
Hakim?
Apabila tergugat belum juga mempersiapkan jawabannya, meskipun telah diberikan
kesempatan pada persidangan sebelumnya maka yang dilakukan oleh Hakim
Ketua Sidang adalah melaksanakan Pasal 72 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986 yaitu Dalam hal tergugat atau kuasanya tidak hadir di persidangan dua kali
sidang berturut-turut dan/atau tidak menanggapi gugatan tanpa alasan yang dapat
dipertanggujawabkan meskipun setiap kali telah dipanggil dengan patut, maka
Hakim Ketua Sidang dengan Surat penetapan meminta atasan tergugat
memerintahkan tergugat badir dan/atau menanggapi gugatan.
Dalam hal setelah lewat dua bulan sesudah dikirimkan dengan Surat tercatat
penetapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak diterima berita, baik dari
atasan tergugat maupun dari tergugat, maka Hakim Ketua Sidang menetapkan hari
sidang berikutnya dan pemeriksaan sengketa dilanjutkan menurut acara biasa,
tanpa hadirnya tergugat.
Putusan terhadap pokok gugatan dapat dijatuhkan hanya setelah pemeriksaan
mengenai segi pembuktiannya dilakukan secara tuntas.
5. Apa sajakah yang harus dimuat dalam surat jawaban?
Hal-hal yag termuat dalam surat jawaban
a. Dalam Eksepsi
Dalam eksepsi seperti kewenangan mengadili, Penggugat tidak mempunyai
kepentingan Untuk Menggugat, Gugatan Penggugat diajukan telah Lewat
Waktu/Daluwarsa dan Upaya Administratif, dan lain-lain.
b. Dalam Pokok Perkara
Bahwa tergugat menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil Penggugat , kecuali
yang secara tegas diakui oleh Tergugat;
Bahwa dalil-dalil yang dikemukakan oleh penggugat adalah tidak benar dan
tidak berdasarkan hukum sebagaimana alasan hukum sebagai berikut :
c. Petitum
Hal-hal yang diminta atu dimohon oleh Tergugat kepada Majelis Hakim
6. Apakah jawaban dapat diajukan tanpa melalui proses mediasi?
Dapat karena di PTUN tidak dikenal proses mediasi.
7. Dalam praktek, apakah terdapat Tergugat yang melakukan perubahan alasan yang
mendasari jawaban Tergugat? Bagaimanakah prosedur Tergugat untuk melakukan
hal tersebut?
Tergugat dapat melakukan perubahan alasan yang mendasari jawaban Tergugat
sampai dengan Duplik. Bahwa Pasal 75 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986 mengatur Tergugat dapat mengubah alasan yang mendasari jawabannya
hanya sampai dengan duplik, asal disertai alasan yang cukup serta tidak merugikan
kepentingan penggugat dan hal tersebut harus dipertimbangkan dengan saksama
oleh Hakim.
Prosedur Tergugat untuk melakukan perubahan alasan yang mendasari jawaban
Tergugat adalah dengan mengajukan Duplik baik secara tertulis atau lisan di
persidangan.
8. Berapa lama waktu yang diberikan untuk perubahan tersebut?
Hakim Ketua Sidang/Majelis yang akan menentukan sesuai dengan agenda
persidangan yang telah ditentukan dan biasanya diberikan waktu selama 1 minggu.
9. Apakah pencabutan gugatan dapat dilakukan setelah diajukannya Jawaban?
Pencabutan gugatan dapat dilakukan setelah diajukannya Jawaban dengan
ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 76 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 yaitu Apabila tergugat sudah memberikan jawaban atas gugatan itu,
pencabutan gugatan,oleh penggugat akan dikabulkan oleh Pangadilan hanya
apabila disetujui tergugat.
10. Bagaimanakah tahapan (tata cara/teknis) proses persidangan pembacaan jawaban
oleh Hakim?
Tahapan (tata cara/teknis) proses persidangan pembacaan jawaban oleh Hakim
sebagaimana diatur dalam Pasal 74 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 yang
pada pokoknya Hakim Ketua Sidang membacakan Jawaban dan selanjutnya Hakim
Ketua Sidang memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk
menjelaskan seperlunya hal yang diajukan oleh mereka masing-masing.

PERTANYAAN REPLIK
1. Bagaimana tahapan para pihak yang bersengketa mengirimkan Replik secara
elektronik dan apa perbedaannya dengan persidangan secara konvesional?
Tahapan para pihak yang bersengketa mengirimkan Replik secara elektronik
adalah
• Proses sidang Replik pada prinsipnya sama dengan sidang gugatan dan
jawaban;
• Penggugat mengunggah dokumen Replik pada website e-court dalam format
PDF dan RTF/DOC pada menu yang tersedia. Dokumen dapat dikirim setelah
terdapat tundaan sidang dan ditutup sesuai jadwal sidang;
• Setelah sidang dibuka, Hakim Ketua Sidang menerima, memeriksa dan
meneruskan (verifikasi) dokumen Replik kepada pihak Tergugat;
• Apabila Penggugat tidak menyampaikan Replik sesuai jadwal persidangan tanpa
alasan yang sah, maka dianggap tidak menggunakan haknya, kecuali dengan
alasan yang sah maka sidang ditunda satu kali;
• Alasan Penggugat tersebut dapat disampaikan pada menu catatan persidangan,
surat elektronik terdaftar, surat konvensional, atau media komunikasi lainnya;
• Manfaatkan semaksimal mungkin menu catatan persidangan (fungsi informatif
dan fungsi konfrontatif);
Perbedaannya dengan prosedur tahap replik dalam persidangan konvensional
adalah replik secara hardcopy diserahkan langsung pada sidang yang terbuka
untuk umum secara konvensional kepada Majelis Hakim. Bahwa berdasarkan
ketentuan dalam Pasal 75 ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 jelas diatur
bahwa isi replik tidak wajib dibacakan oleh Hakim Ketua Sidang pada sidang yang
terbuka untuk umum secara konvensional. Bahwa acara Replik berbeda dengan
acara Pembacaan gugatan dan jawaban sebagaimana diatur dalam Pasal 74 ayat
(2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986. Untuk acara gugatan dan jawaban wajib
dibacakan oleh Hakim Ketua Sidang/Majelis sedangkan replik tidak ada kewajiban
untuk dibacakan oleh Hakim Ketua Sidang/Majelis

2. Bagaimana prosedur pembacaan Replik dalam PTUN melalui aplikasi e-court serta
perbedaannya dengan persidangan secara konvesional?
Prosedur pembacaan Replik dalam PTUN melalui aplikasi e-court adalah Verifikasi
yang dilakukan oleh Hakim Ketua Sidang dapat dimaknai sebagai pembacaan
replik secara elektronik (ketentuan Pasal 75 ayat (1) dan analogi Perma No.1
Tahun 2019);
Perbedaannya dengan prosedur tahap replik dalam persidangan konvensional
adalah replik secara hardcopy diserahkan langsung pada sidang yang terbuka
untuk umum secara konvensional kepada Majelis Hakim. Bahwa berdasarkan
ketentuan dalam Pasal 75 ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 jelas diatur
bahwa isi replik tidak wajib dibacakan oleh Hakim Ketua Sidang pada sidang yang
terbuka untuk umum secara konvensional. Bahwa acara Replik berbeda dengan
acara Pembacaan gugatan dan jawaban sebagaimana diatur dalam Pasal 74 ayat
(2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986. Untuk acara gugatan dan jawaban wajib
dibacakan oleh Hakim Ketua Sidang/Majelis sedangkan replik tidak ada kewajiban
untuk dibacakan oleh Hakim Ketua Sidang/Majelis.
3. Jika terjadi perubahan kuasa hukum ditengah persidangan apakah bisa dilakukan
dalam e-court dan jika bisa bagaimana caranya?
Dapat dimungkinkan terjadi perubahan kuasa hukum ditengah persidangan dalam
e-court dengan menyampaikan terlebih dahulu kepada Hakim Ketua Sidang/Majelis
yang dapat disampaikan di catatan persidangan e-court adanya perubahan
tersebut. Catatan persidangan tersebut pemberitahuan selain kepada Majelis
Hakim juga kepada para pihak. Tindakan selanjutnya surat kuasa disampaikan
langsung ke petugas PTSP/pojok e-court yang selanjutnya akan dilakukan
perubahan surat kuasa di halaman ecourt. Jika terjadi perubahan domisili elektronik
maka petugas PTSP/pojok e-court akan merubah domisili elektronik ecourt sesuai
dengan yang disampaikan dalam perubahan surat kuasa tersebut.
4. Berdasarkan Pasal 22 huruf (a) PERMA Nomor 01 Tahun 2019 tentang
Administrasi Perkara dan Persidangan di pengadilan Secara Elektronik dinyatakan
bahwa Para pihak wajib mengrimkan dokumen elektronik paling lambat pada hari
dan jam sidang sesuai dengan jadwal yang ditetapkan, bagaimana jika dokumen
telah dikirimkan sesuai tenggat waktu akan tetapi terjadi kesalahan teknis (alasan
yang sah)
a. apa yang harus dilakukan?
Para pihak wajib mengrimkan dokumen elektronik paling lambat pada hari dan
jam sidang sesuai dengan jadwal yang ditetapkan namun jika dokumen telah
dikirimkan sesuai tenggat waktu akan tetapi terjadi kesalahan teknis (alasan
yang sah) maka hal tersebut sebaiknya disampaikan di catatan persidangan
untuk diketahui sebagai pemberitahuan selain kepada Majelis Hakim juga
kepada para pihak. Selain itu, para pihak tersebut dapat menghubungi
langsung petugas PTSP/pojok e-court agar dapat dicarikan solusinya apabila
tenggat waktu telah lewat di ecourt maka dapat disampaikan melalui domisili
elektronik kantor PTUN setempat atau melalui Fax kantor yang selanjutnya
akan disampaikan kepada para pihak melalui domisili elektronik yang telah
terdaftar di e-court.
b. apakah itu termasuk para pihak tidak menggunakan haknya?
Hal tersebut tidak termasuk para pihak tidak menggunakan haknya karena
kesalahan bukan dari para pihak tetapi karena kendala teknis atau kesalahan
teknis (alasan yang sah).
5. Apa sajakah kesalahan-kesalahan yang sering ditemukan dalam replik penggugat?
Hal-hal kesalahan-kesalahan yang sering ditemukan dalam replik penggugat adalah
sebagai berikut:
a. File replik Penggugat yang diupload di ecourt berbeda isinya antara file .pdf
dan .rtf
b. File replik Penggugat yang diupload di ecourt untuk perkara yang lain.
c. File replik Penggugat yang diupload di ecourt lewat tenggat waktu yang telah
ditetapkan
d. File replik Penggugat yang diupload di ecourt tidak ditandatangani untuk file .pdf.
e. File replik Penggugat yang diupload di ecourt tidak lengkap/gagal upload

PERTANYAAN KESIMPULAN
1. Bagaimana prosedur pembacaan kesimpulan dalam PTUN dalam e-litigasi? Serta
bagaimana perbedaannya dengan persidangan secara konvensional?
Prosedur pembacaan kesimpulan dalam PTUN dalam e-litigasi
• Proses sidang Kesimpulan pada prinsipnya sama dengan sidang gugatan,
jawaban, replik dan duplik;
• Penggugat, Tergugat/Tergugat II Intervensi mengunggah dokumen Replik pada
website e-court dalam format PDF dan RTF/DOC pada menu yang tersedia.
Dokumen dapat dikirim setelah terdapat tundaan sidang dan ditutup sesuai
jadwal sidang;
• Setelah sidang dibuka, Hakim Ketua Sidang menerima, memeriksa NAMUN
TIDAK meneruskan (verifikasi) dokumen Kesimpulan kepada para pihak;
• Apabila Para Pihak tidak menyampaikan Kesimpulan sesuai jadwal
persidangan maka dianggap tidak menggunakan haknya dan SIDANG
DILANJUTKAN DENGAN ACARA PUTUSAN;
• Manfaatkan semaksimal mungkin menu catatan persidangan (fungsi
informatif dan fungsi konfrontatif);

Perbedaannya dengan prosedur tahap kesimpulan dalam persidangan


konvensional adalah kesimpulan secara hardcopy diserahkan langsung pada
sidang yang terbuka untuk umum secara konvensional kepada Majelis Hakim.
Bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 97 ayat (1) Undang-Undang No. 5
Tahun 1986 jelas diatur bahwa isi kesimpulan tidak wajib dibacakan oleh Hakim
Ketua Sidang pada sidang yang terbuka untuk umum secara konvensional. Bahwa
acara kesimpulan berbeda dengan acara Pembacaan gugatan dan jawaban
sebagaimana diatur dalam Pasal 74 ayat (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986.
Untuk acara gugatan dan jawaban wajib dibacakan oleh Hakim Ketua
Sidang/Majelis sedangkan kesimpulan tidak ada kewajiban untuk dibacakan oleh
Hakim Ketua Sidang/Majelis
2. Bagaimana tata cara proses persidangan pembacaan kesimpulan oleh Hakim?
(daftar observasi tahapan persidangan (pembacaan kesimpulan))?
Bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 97 ayat (1) Undang-Undang No. 5
Tahun 1986 jelas diatur bahwa isi kesimpulan tidak wajib dibacakan oleh Hakim
Ketua Sidang pada sidang yang terbuka untuk umum secara konvensional. Bahwa
acara kesimpulan berbeda dengan acara Pembacaan gugatan dan jawaban
sebagaimana diatur dalam Pasal 74 ayat (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986.
Untuk acara gugatan dan jawaban wajib dibacakan oleh Hakim Ketua
Sidang/Majelis sedangkan kesimpulan tidak ada kewajiban untuk dibacakan oleh
Hakim Ketua Sidang/Majelis
3. Apakah masyarakat umum dapat melihat pembacaan kesimpulan secara e-court?
Jika ya, bagaimana prosedurnya?
Masyarakat umum tidak dapat melihat pembacaan kesimpulan secara e-court
kecuali para pihak saja yang menjadi pihak dalam perkara tersebut.
4. Dalam persidangan konvensional umumnya pembacaan kesimpulan dianggap telah
dibacakan atau tidak dibacakan kemudian sidang ditunda untuk Majelis Hakim
bermusyawarah dan menyiapkan putusan, apakah yang mendasari hal tersebut?
Serta, apakah dalam e-litigasi juga tidak dibacakan demikian?
Bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 97 ayat (1) Undang-Undang No. 5
Tahun 1986 jelas diatur bahwa isi kesimpulan tidak wajib dibacakan oleh Hakim
Ketua Sidang pada sidang yang terbuka untuk umum secara konvensional. Bahwa
acara kesimpulan berbeda dengan acara Pembacaan gugatan dan jawaban
sebagaimana diatur dalam Pasal 74 ayat (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986.
Untuk acara gugatan dan jawaban wajib dibacakan oleh Hakim Ketua
Sidang/Majelis sedangkan kesimpulan tidak ada kewajiban untuk dibacakan oleh
Hakim Ketua Sidang/Majelis.
5. Apa saja kesalahan-kesalahan yang sering ditemukan dalam kesimpulan
penggugat/tergugat?
Hal-hal kesalahan-kesalahan yang sering ditemukan dalam kesimpulan para pihak
adalah sebagai berikut:
a. File kesimpulan para pihak yang diupload di ecourt berbeda isinya antara file .pdf
dan .rtf
b. File kesimpulan para pihak yang diupload di ecourt untuk perkara yang lain.
c. File kesimpulan para pihak yang diupload di ecourt lewat tenggat waktu yang
telah ditetapkan
d. File kesimpulan para pihak yang diupload di ecourt tidak ditandatangani untuk file
.pdf.
e. File kesimpulan para pihak yang diupload di ecourt tidak lengkap/gagal upload
6. Berapa lama waktu yang dibutuhkan Majelis Hakim untuk menyiapkan putusan,
sejak kesimpulan telah dibacakan?
Tidak ada ketentuan untuk lama waktu yang dibutuhkan Majelis Hakim untuk
menyiapkan putusan, sejak kesimpulan telah dibacakan. Namun pada umumnya
praktek persidangan yang terjadi di lapangan adalah 2 minggu sejak kesimpulan.
Bahwa waktu tersebut tidak hanya Majelis Hakim untuk menyiapkan putusan
namun waktu untuk Panitera Pengganti untuk meminutasi berkas perkara juga

Anda mungkin juga menyukai