Dalam membicarakan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara, akan dikemukakan 4 hal
menyangkut :
Berbicara tentang Putusan PTUN merujuk pada Hukum Acara PTUN yang diatur oleh UU No. 5
thn 1986 jis UU No. 9 thn 2004 dan UU No. 51 thn 2009 tentang Perubahan UU, PTUN.
Dalam Pasal 108 s.d Pasal 114 diatur tentang Hukum Formil menyangkut Putusan PTUN
Berdasarkan Ketentuan Pasal 108 UU. No 5 thn 1986, yang dimaksud dengan Putusan
Pengadilan Tata Usaha Negara adalah Pernyataan Hakim PTUN yang diucapkan dalam
persidangan, dan dinyataan secara terbuka untuk umum, yang dimaksudkan untuk menyelesaikan
sengketa yang sedang dihadapi.
Sebelumnya, Pengambilan Putusan oleh Hakim dilakukan secara tertutup, secara musyawarah
dengan mempertimbangkan segala hal yang berkaitan dengan sengketa yang ada.
Musyawarah dipimpin oleh Ketua Majelis Hakim untuk mendapatkan Putusan atas
permufakatan bulat. Jika tidak dapat dicapai dengan Putusan Musyawarah bulat, Putusan diambil
dengan suara terbanyak.
1
II Jenis Putusan PTUN.
Menurut Ketentuan Pasal 97 ayat(7) UU, No. 5 thn 1986, Putusan PTUN berupa :
1. Gugatan ditolak.
2. Gugatan dikabulkan
4. Gugatan gugur
Dalam hal gugatan dikabulkan, maka ada kewajiban – kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak
yang kalah dalam persidangan.
4. Putusan bahwa gugatan Gugur, tidak ada obyek yang harus diputuskan
2. Setelah pembacaan putusan, Ketua Majelis Hakim memberitahukan kepada para pihak
mengenai upaya hukum yang tersedia
3. Jika salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak hadir pada waktu putusan pengadilan
diucapkan, Hakim Ketua sidang memerintahkan salinan putusan disampaikan dengan surat
tercatat pada yang bersangkutan.
2
Prosedur pengucapan Putusan secara elektronik :
Putusan diucapkan oleh Ketua sidang secara elektronik dalam format PDF.
Pengadilan juga akan mempublikasikan putusan tersebut dalam sistem informasi pengadilan dan
direktori putusan Mahkamah Agung.
Amar Putusan
Bentuk dan isi putusan diatur di dalam Pasal 109 ayat (1) UU PTUN yang harus memuat :
a. Kepala putusan yang berbunyi : ``Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa``.
b. Nama, jabatan, kewarganegaraan, tempat kediaman, atau tempat kedudukan para pihak yang
bersengketa.
d. Pertimbangan dan penilaian setiap bukti yang diajukan dan hal yang terjadi dalam persidangan
selama sengketa diperiksa.
g. Hari, tanggal putusan, nama hakim yang memutus, nama panitera, serta keterangan tentang
hadir atau tidak hadirnya para pihak.
Ketentuan Pasal 109 ayat (1) UU No. 5 Th 1986 tersebut bersifat imperatif.
Dengan demikian tidak dipenuhinya salah satu ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
109 ayat (1) tersebut dapat mengakibatkan batalnya putusan pengadilan.