PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penelitian
D.Manfaat Penelitian
Dengan harapan agar makalah ini bisa bermanfaat bagi semua yang membaca.Bisa
menjadi sumber pengetahuan tentang apa saja proses awal hingga akhir dari pemeriksaan
perkara dipengadilan,dan juga lebih memahami lagi tahap demi tahap.
1
BAB II
PEMBAHASAN KAJIAN TEORI
1
Hasan Burhanuddin,Sugiono Harinanto.2015.Hukum Acara Dan Praktik Peradilan Perdata.hal 64-67
2
BAB III
PEMBAHASAN ANALISIS
A. PERSIAPAN PEMERIKSAAN PERKARA
Kemudian setelah gugatan didaftar dan dibagikan dengan surat penetapan penunjukan
oleh ketua pengadilan negeri kepada hakim yang akan memeriksanya, maka Hakim yang
bersangkutan dengan surat penetapan menentukan hari sidang perkara tersebut sekaligus
menyuruh memanggil kedua belah pihak agar menghadap dipengadilan negeri pada hari
sidang yang telah ditetapkan dengan membawa saksi-saksi serta bukti-bukti yang diperlukan
(pasal 121 ayat 1 HIR,145 ayat 1 Rbg).2 3
Ketua majelis hakim memerintahkan kepada Panitera untuk memanggil kedua belah pihak
untuk hadir dipersidangan serta membawa saksi-saksi yang mereka minta dan membawa
surat-surat bukti yang diperlukan. 4
4
Muhamad,Abdulkadir.2015.Hukum Acara Perdata Diindonesia.Bandung.hal 85
3
kepada bupati dan selanjutnya surat panggilan tersebut ditempatkan pada papan pengumuman
dipengadilan negeri.Pasal 126 HIR (ps.150 Rbg) memberi kemugkinan untuk memanggil
sekali lagi tergugat sebelum perkaranya diputus oleh hakim. ketentuan ini adil dan bijaksana,
karena dalam perkara hukum perdata kepentingan kedua belah pihak yang bersangkutan (baik
itu penggugat ataupun tergugat)sama pentingnya dan harus diperhatikan.oleh karena
itu,tergugat harus dipanggil secara layak/patut.setelah jurusita melakukan penyerahan surat
panggilan kepada tergugat,jurusita harus mnyerahkan risalah panggilan kepada hakim sebagai
bukti bahwa tergugat telah dipanggil. 5
B. PEMERIKSAAN PERKARA
Pemeriksaan perkara di muka pengadilan dilakukan oleh satu tim hakim yang berbentuk
majelis hakim. Majelis hakim yang memeriksa perkara dibantu oleh panitera. Panitera
tersebut bertugas mengikuti seluruh sidang dan musyawaroh majelis hakim serta mencatat
semua hal yang dibicarakan dalam sidang tersebut.6
Untuk dapat mengambil putusan yang tepat hakim harus harus mendengar penjelasan
kedua belah pihak.akan tetapi tidak jarang mendengarkan penjelasan dari kedua belah pihak
itu selalu dilakukan sebab dalam sifat hukum perdata pelaksanaan pengambil keputusaan
diserahkan kepada kemauan yang berkepentingan sendiri.7
5
Mertokusumo,Sudikjo.2010.Hukum Acara Perdata Diindonesia.hal 144
6
Muhamad,Abdulkadir.2015.Hukum Acara Perdata Diindonesia.Bandung.hal 88
7
Projodikoro,Wirjono.1988.Hukum Acara Perdata Diindonesia.Bandung.hal 74
4
2. Sidang Terbuka untuk Umum
Setelah ketua majelis hakim menatakan sidang terbuka untuk umum, majelis hakim mulai
memeriksa pihak-pihak yang berperkara. Terlebih dahulu majelis hakim menanyakan
identitas pihak. Kemudian menanyakan kepada tergugat apakah sudah mengerti mengapa ia
dipanggil di persidangan dan apakah sudah menerima turunan surat gugatan yang
ditunjukkan kepadanya. Ketua membacakan isi surat gugatan penggugat kepada tergugat dan
seterusnya. Kemudian ketua menjelaskan kepada pihak-pihak tentang peroalan perkara
mereka guna menawarkan perdamaian. Setelah itu ketua majelis hakim mulai menanyakan
pokok perkara.8
Dalam pemeriksaan mungkin timbul hal-hal yang perlu dikemukakan akan tetapai tidak
pantas untuk didengar dan diketahui oleh umum. Dengan demikian ketua majelis hakim dapat
menyatakan sidang pemeriksaan perkara dilakukan dengan pintu tertutup. Akan tetapi perlu
diingat, yang tertutup itu hanya pemeriksaannya saja. Sedangkan putusannya harus diucapkan
dalam sidang terbuka untuk umum. Dikatakan tertutup artinya tidak boleh orang mendengar/
mengetahui kecuali pihak-pihak yang berperkara. Apabila pemeriksaan dengan pintu tertutup
sudah selesai maka, sidang berikutnya dinyatakan terbuka untuk umum kecuali jika terus
dilakukan secara tertutup.
Apabila pemeriksaan perkara belum selesai, majelis hakim menunda sidang dan akan
diteruskan pada sidang berikutnya. 9
Tentang pencabutan dan perubahan tuntutan ini tidak diatur dalam HIR akan tetapi
dalam Rv.Kalau pencabutan dilakukan sebelum perkara diperiksa dipersidangan atau sebelum
8
Muhamad,Abdulkadir.2015.Hukum Acara Perdata Diindonesia.Bandung.hal 89-90
9
Muhamad,Abdulkadir.2015.Hukum Acara Perdata Diindonesia.Bandung.hal 91-92
5
tergugat memberi jawabannya,maka tergugat secara resmi belum tahu akan adanya gugatan
itu,yang berarti bahwa secara resmi belum terserang kepentingannya.dalam hal ni tidak perlu
ada persetujuan dari pihak tergugat (Pasal 271Rv ).10
10
P.N.PEKALONGAN 11 DESEMBER 1971 NO.8/1971 NO.8/1971 NO.8/1971/BTG.LAW REPORT I 1973,HAL 95.
11
P.N.Brebes 11 Maret 1972 No.38/1972/Pdt.Law Report I 1973,Hal 94.
6
bahwa apabila tidak melampaui batas-batas materi pokok pertama yang dapat menimbulkan
kerugian pada hak pembelaan para tergugat dapat dikabulkan.12
12
M.A. 11 Maret No.454 K/Sip/1970.Yurisprudensi Jawa Barat 1969-1972 I,Hal 101.
13
Rvj Jakarta,20 Januari 1939,T 140.Hal.228,M.A. 6 Maret 1971 No.209 K/Sip/1970,J.I.Pen Iii/72.Hal.4.
14
Landr.Purwekerto 21 Juni 1973,T 146,Hal.182.
15
M.A. 28 Oktober 1970 No.546 K/Sip/1970,J.I.Pen.I/70,Hal.69.
16
Mertokusumo,Sudikjo.2010.Hukum Acara Perdata Diindonesia.hal 144-147
17
Taufik Makarao,Moh.2009.Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata.hal 54
7
3. Semua jawaban dan pertanyaan dari hakim harus melalui dan izin dari ketua majelis.
4. Pertanyaan dari hakim kepada pihak,yang bersifat umum atau policy arah
sidangnya,selalu oleh hakim ketua majelis.
5. Putusan Gugur
Tidak hadirnya satu pihak yang berpekara dalam perkara perdata dapat terjadi diputus
secara conservatior.suatu perkara diputus secara conservatior disebabkan karena apabila
kedua belah pihak yang hadir dalam persidangan dihari yang telah ditentukan,namun salah
satu pihak tidak hadir maka akan diputus diluar hadirnya salah satu pihak.adapun tujuan dari
putusan diluar hadir dilaksanakan karena untuk melealisir asas audi et alteram
partem(kepentinga kedua belah pihak yang harus diperhatikan).
18
Mardani.2017.Hukum Acara Perdata Pengadilan Agama Dan Mahkamah Syari’ah.
8
Namun ada saatnya pada hari siding dilaksanakan,seorang penggugat yang
mengajukan gugatannya tidak hadir atau tidak mengirim wakil yang bisa mewakilkannya
walaupun jurusita sudah memanggilnya dengan patut.Pasal 126 HIR (pasal 150 Rv) masih
memberi kesempatan untuk dipanggil sekali lagi.
Kehadiran penggugat dalam hari siding yang telah ditetapkan adalah sebuah
kepentingan.kalau seorang penggugat tidak hadir walau sudah dipanggil dengan
patut,sedangkan tergugat hadir,maka tetap harus adanya dijatuhkan putusan bagi
tergugat,karena tergugat sudah rela meluangkan waktunya untuk menjalani proses
persidangan.Dalam hal ini gugatan penggugat dinyatakan gugur serta dihukum untuk
membayar biaya perkara (Pasal 124 HIR,148 Rbg).
Kalau penggugat pada hari pertama siding datang,dan pada hari siding berikutnya
tidak datang,maka penggugat akan diperiksa secara conservator.19
6. Acara Verstek
Ada kemungkinan bahwa pada hari sidang tergugat tidak hadir ataupun mengirim wakil
untuk mewakilkannya walaupu sudah dipanggila dengan patut,dalam HIR tidak mewajibkan
tergugat datang pada hari persidangan: suatu Einlassungspflicht memang tidak dikenal
didalam HIR.
19
Mertokusumo,Sudikjo.2010.Hukum Acara Perdata Diindonesia.Yogyakarta.hal 108-109
9
Jika tergugat tidak datang setelah dipanggil oleh jurusita secara patut,maka tetap akan
dikabulkan gugatan tersebut dengan putusan diluar hadir atu verstek,kecuali jika gugatan
melawan hak atau tidak beralasan.
Tentang kapan dijatuhkannya sebuah putusan diluar hadir atau verstek,ada yang
berpendapat bahwa putusan verstek dijatuhkan pada hari sidang pertama yang berdasarkan
pada kata “ten dage dienende” dalam pasal 123 HIR (pasal 149 Rbg) yang diartikan sebagai
hari sidang pertama.adapun yang berpendapat bahwa kata “ten dage dienende” bisa juga
diartikan dengan “ten dage dat de zaak dient” yang berarti tidak hanya hari sidang pertama
saja.20 Pasal 126 HIR (pasal 150 Rbg) memberi kelonggaran untuk dipanggil sekali lagi.
Arti dari kata verstek adalah pernyataan bahwa tergugat tidak dapat hadir pada hari
sidang pertama.Ada kalanya tergugatn tidak datang akan tetapi mengirim surat jawaban yang
berupa tangkisan (eksepsi),bahwa pengadilan negeri tidak berwenang memeriksa
perkaranya.dalam hal ini hakim wajib memutuskan tentang eksepsi setelah mendengar
penggugat,sekalipun tergugat maupun wakilnya tidak hadir.Akan tetapi jika hakim merasa
dirinya berkuasa untuk memeriksa gugatan maka eksepsi akan ditolak dan akan dijatuhkan
putusan tentang pokok perkara.Eksepsi tidak berwenang seperti yang tercantum dalam Pasal
133 HIR (Pasal 159 Rbg) itu mengenai kompetesi relatif dan harus diajukan pada memulaan
sidang sebelum diajukan jawaban.
Putusan tidak diterima (n.o.) itu bermaksud menolak gugatan diluar pokok
perkara,yang artinya bahwasannya hakim belum memeriksa pokok perkara,sedangkan dalam
putusan menolak kebalikan dari putusan tidak diterima yaitu hakim sudah memeriksa pokok
perkara.jadi,putusan verspek tidak berarti gugatan penggugat selalu dikabulkan.
20
S.E.M.A. 9/1964 Tanggal 13 April 1964
10
Dalam putusan verspek dimana penggugat dikalahkan,penggugat dapat mengajukan
banding (Pasal 8 ayat 11 UU.20/1947,200 Rbg).putusan verspek dilakukan apabila dalam hari
sidang pertama tergugat tidak hadir,namun apabila pada hari pertama sidang tergugat hadir
dan pada sidang berikutnya tidak hadir maka perkaranya diperiksa secara conservator.
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
21
Muhamad,Abdulkadir.2015.Hukum Acara Perdata Diindonesia.hal109-112
11
Untuk dapat mengambil putusan yang tepat hakim harus harus mendengar penjelasan
kedua belah pihak.akan tetapi tidak jarang mendengarkan penelasan dari kedua belah pihak
itu selalu dilakukan sebab dalam sifat hukum perdata pelaksanaan pengambil keputusaan
diserahkan kepada kemauan yang berkepentingan sendiri.
Pemberian kesempatan bertujuan untuk memanggil kedua belah pihak untuk datang
menghadap hakim pada waktu yang telah ditentukan,panggilan ini menurut pasal 390
H.I.R.dan pasal 178 R.Bg.pemanggilan ini harus dilakukan oleh jurusita yang mana harus
berbicara langsung dengan yang berkaitan ditempat tinggalnya atau tempat yang biasa ia
berada,jika tidak berada juga maka jurusita bisa menyerahkan kepada kepala desa didaerah
tempat tinggal yang bersanggukatan.
Apabila tergugat tidak diketahui tempat tinggalnya,maka menrutut ayat 3 dari pasal 390
H.I.R.panggilan harus dilakukan dengan perantara bupati,dalam daerah yang bersangkutan
berada.pasal 718 ayat 3 R.Bg.menyebutkan “hoofd van plaatselijk bestuur,”atau biasa disebut
dengan bupati.
Jika kedua belah pihak telah dipanggil dengan patut,apabila pada hari sidang yang telah
ditentukan penggugat tidak hadir atau tidak mengirim wakilnya untuk hadir menurut pasal
124 H.I.R.dan pasal 148 R.Bg.gugatannya dianggap gugur dan penggugat harus membayar
biaya perkara.namun apabila tergugat yang tidak hadir atau tidak pula mengirim wakilnya
untuk hadir maka permohonan gugat dikabulkan diluar hadir tergugat,kecuali apabila
menurut hakim gugatan itu harus ditolak dengan alasan menurut hukum atau menurut
keadaan yang diajukan oleh penggugat dalam permohonan gugat,(pasal 125 ayat 1 H.I.R.dan
pasal 149 ayat 1 R.Bg.).
Putusan hakim diluar hadir tergugat atau verstek harus diberitahukan kepada tergugat,dan
jika akan diadakannya perlawanan maka tergugat akan mendapat tempo selama 14 hari jika
pemberitahuannya disampaikan pribadi kepada tergugat,namun jika pemberitahuan putusan
disampaikan melalui kepala desa atau bupati maka tergugat hanya mempunyai tempo selama
8 hari sesudah putusan hakim mulai dijalankan (pasal 129 H.I.R.dan pasal 153
R.Bg.).perlawana ini akan berakibat untuk memanggil kedua belah pihak kembali.
Dan apabila sesudah tergugat mengajukan perlawanan pada panggilan kedua kalinya tidk
hadir lagi,maka perkara akan diputus lagi diluar hadir tergugat dan tidak boleh lagi
mengajukan perlawanan kembali.tapi tergugat masih bisa mendapat permohonan banding
dimuka pengadilan tinggi yang bersangkutan.
B.Saran
Dalam pemeriksaan perkara dipengadilan penggugat harus lebih teliti lagi dalam
mengajukan gugatannya agar tidak ada hal semacam pencabutan gugatan,perubahan
gugatan.penambahan gugatan,pengurangan gugatan,dan pertahanan gugatan. Kerna apabila
12
dalam pemeriksaan dalam persidangan tidak ada hal yang demikian maka akan
mempermudah bagi hakim untuk memutuskan suatu putusan.
Daftar Pustaka
Muhamad,Abdulkadir.2015.Hukum Acara Perdata Diindonesia.Bandung.PT CITRA
ADITYA BAKTI.
13
Mertokusumo,Sudikjo.2010.Hukum Acara Perdata Diindonesia.Yogyakarta.Universitas
Atma Jaya Yogyakarta
14