Anda di halaman 1dari 5

Pemeriksaan Gugatan di Persidangan

1 Pendaftaran dan Panggilan


Pada prinsipnya pengajuan tuntutan hak melalui surat gugatan adalah inisiatif
Penggugat. Oleh karenanya, langkah pertama adalah dengan menyampaikan surat
gugatan ke Pengadilan (sesuai kompetensinya) agar didaftarkan ke kepaniteraan
untuk kemudian diberikan nomor perkara. Pendaftaran yang dilakukan oleh
Penggugat ini masih sejalan dengan salah satu asas yaitu Hakim bersifat
menunggu (iudex no procedat ex officio).

Selain asas tersebut, untuk pendaftaran juga terkait asas bahwa beracara dikenakan
biaya. Pada prakteknya, mekanisme pembayaran diatur ketentuan internal dari
kepaniteraan. yaitu didasarkan pada memo dari kasir pengadilan untuk kemudian
penggugat membayar melalui bank yang ditunjuk.

Biaya perkara ini dipakai untuk:


1. biaya kepaniteraan,
2. biaya panggilan,
3. biaya pemberitahuan,
4. biaya materai, dan lain-lain biaya yang memang diperlukan seperti misalnya biaya
pemeriksaan setempat.
Setelah pendaftaran dilakukan, maka dilanjutkan dengan penetapan susunan
Majelis Hakim pemeriksa perkara tersebut oleh Ketua Pengadilan. Kemudian ketua
Majelis Hakim akan menentukan hari dan tanggal persidangan, memerintahkan
kepaniteraan memanggil para pihak agar hadir pada jadwal yang sudah ditetapkan,
termasuk untuk menghadirkan saksi dan alat bukti surat yang akan digunakan
(sesuai Pasal 145 RBg/121 ayat (1) HIR).

Secara normatif, pemanggilan harus dilakukan dengan patut, hal itu dibuktikan
dengan adanya pengembalian risalah (relaas) panggilan itu kepada Majelis Hakim.
Pada prakteknya waktu untuk proses pemanggilan sekitar dua sampai empat
pekan bahkan mungkin lebih sejak perkara didaftarkan. Hal yang membuatnya
demikian biasanya karena tergugat yang dipanggil bertempat tinggal di luar
wilayah hukum pengadilan negeri yang memeriksa perkara yang bersangkutan.
Sehingga mekanismenya adalah panggilan dilakukan melalui Ketua Pengadilan
Negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal orang yang dipanggil
tersebut. Contohnya adalah ketika surat gugatan diajukan ke pengadilan dimana
objek sengketa berada, sementara tergugat tidak berada pada yurisdiksi yang sama
dengan lokasi objek tersebut.

Pemanggilan di atas dilakukan oleh juru sita, yaitu dengan menyerahkan surat
panggilan (exploit, berita acara pemanggilan). Kemudian khusus untuk tergugat
selain panggilan juga akan disertai salinan surat gugatan yang diajukan oleh
Penggugat.

2 Putusan Karena Ketidakhadiran Pihak


Meski panggilan sudah dilakukan secara patut oleh juru sita. Kehadiran para pihak
bisa saja tidak terpenuhi. Oleh karenanya, untuk kondisi demikian perlu ada
pengaturan, agar:
1. Pengadilan menjalakan asas mendengarkan kedua belah pihak (audi et alteram
partem)
2. mendorongpara pihak agar mematuhi tata tertib beracara
3. menghindari itikad tidak baik dari para pihak, khususnya tergugat yang dapat
menghambat proses penyelesaian perkara karena tidak hadir meski sudah
dipanggil secara patut.
Berdasarkan hal di atas maka terdapat dua kondisi, yaitu:
1. Pihak Penggugat tidak hadir pada sidang pertama
Bila penggugat yang telah dipanggil dengan sepatutnya tidak datang menghadap
dan juga tidak menyuruh orang mewakilinya, maka gugatannya dinyatakan gugur
dan penggugat dihukum untuk membayar biayanya, dengan tidak mengurangi
haknya untuk mengajukan gugatan lagi setelah melunasi biaya tersebut (Pasal 148
RBg / 124 HIR)

Meski demikian, Pasal 150 RBg / Pasal 126 HIR masih memberi kesempatan. Majelis
Hakim memerintahkan kembali juru sita untuk memanggil penggugat satu kali lagi
agar hadir. Selain itu juga memanggil pihak yang sebelumnya telah hadir (tergugat)
untuk menghadap lagi pada hari persidangan berikutnya yang telah ditetapkan
untuk itu. Sehingga Majelis Hakim tidak menjatuhkan putusan pada persidangan
pertama.

Apabila penggugat telah dipanggil kedua kalinya, kemudian penggugat tidak juga
hadir pada persidangan yang telah ditetapkan tersebut, maka hakim akan
menjatuhkan putusan yang intinya menggugurkan gugatan penggugat serta
menghukum tergugat membayar biaya perkara.

Pada putusan yang menggugurkan gugatan penggugat tersebut, pokok perkara


dari gugatan tidak dipertimbangkan oleh majelis hakim. Hal ini karena pemeriksaan
perkara belum dilakukan.

2. Pihak Tergugat tidak hadir pada sidang pertama


1. Apabila tergugat tidak datang pada hari yang telah ditentukan meskipun sudah
dipanggil dengan patut, dan juga tidak mengirimkan wakilnya, maka gugatan
dikabulkan tanpa kehadirannya (verstek). Putusan verstek tidak dijatuhkan bila
ternyata menurut pengadilan negeri itu:
a. gugatannya tidak mempunyai dasar hukum, putusan pengadilan akan
menyatakan gugatan tidak diterima (nietonvankelijkeverklaard)
b. gugatan tidak beralasan, putusan pengadilan berupa menolak gugatan
penggugat

2. Apabila tergugat dalam surat jawabannya seperti dimaksud dalam Ps. 145 RBg /
Ps.121 HIR mengajukan sanggahan (eksepsi) terhadap kewenangan pengadilan
negeri itu, maka Majelis Hakim harus mengambil keputusan tentang sanggahan itu
(jika sanggahan itu tidak dibenarkan), mengambil keputusan tentang pokok
perkaranya (tentunya setelah mendengar penggugat), meskipun tergugat tidak
hadir.

3. Apabila gugatan dikabulkan, maka ketua pengadilan negeri memerintahkan agar


keputusan pengadilan negeri itu diberitahukan kepada pihak tergugat yang tidak
hadir. Selain itu juga diingatkan haktergugat untuk mengajukan perlawanan dalam
waktu serta dengan cara seperti ditentukan dalam Ps. 153 RBg / PS. 129 HIR kepada
pengadilan negeri yang sama.

4. Kemudian secara teknis oleh panitera di bagian bawah surat keputusan


pengadilan negeri tersebut dibubuhkan catatan tentang siapa yang ditugaskan
untuk memberitahukan keputusan tersebut dan apa yang telah dilaporkannya baik
secara tertulis maupun secara lisan

Meski ada putusan verstek, namun ada upaya hukum lain untuk melakukan
perlawanan terhadap putusan tersebut. Upaya tersebut dikenal dengan istilah
verzet. Selebihnya tentang verzet akan dibahas tersendiri.

3 Upaya Perdamaian/Mediasi
Terkait upaya perdamaian/mediasi awalnya Pasal 154 RBg / 130 HIR menentukan
bahwa:
1. Apabila pada hari yang telah ditentukan para pihak datang menghadap, maka
pengadilan negeri dengan perantaraan ketua berusaha mendamaikannya.
2. Jika perdamaian dapat dicapai maka di dalam sidang itu juga dibuatkan suatu
akta dan para pihak dihukum untuk menaati perjanjian yang telah dibuat, dan akta
itu mempunyai kekuatan serta dilaksanakan seperti suatu surat keputusan biasa.
3. Terhadap suatu keputusan tetap (akta perdamaian) semacam itu tidak dapat
diajukan banding

Namun pada prakteknya dianggap tidak efektif. Oleh karenanya Mahkamah Agung
mengeluarkan SEMA No. 1 Tahun 2002, yang dalam perkembangannya diganti
dengan PERMA No. 2 Tahun 2003, dan selanjutnya diganti lagi dengan PERMA No. 1
Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
SEMA ini lebih bersifat memaksa (compulsory) hakim, mediator dan para pihak
mengikuti prosedur penyelesaian sengketa melalui mediasi. Apabila mediasi
berhasil, maka akan dibuatkan akta perdamaian yang menjadi substansi dari
putusan perdamaian. Sedangkan jika mediasi gagal, maka pemeriksaan akan
dilanjutkan dengan proses jawab menjawab, pembuktian, kesimpulan dan putusan
pengadilan.

Selebihnya tentang Mediasi akan dibahas tersendiri

Anda mungkin juga menyukai