Anda di halaman 1dari 24

PERATURAN

PERUNDANG-
UNDANGAN ZAKAT
Disampaikan dalam Pelatihan Manajemen Zakat Angkatan I dan II (Selasa dan Jumat, 2
dan 5 Maret 2021
Oleh : Dewi Tri Wulandari, M. Ak
SEJARAH LAHIRNYA UNDANG-UNDANG ZAKAT DI
INDONESIA (SUMBER : IDEAS 2020)
1. Indische Staatsregeling/IS pasal 134 ayat 2 VOC bersikap netral pada semua agama
2. Bijblad nomor 1892, kebijakan pemerintah untuk mengawasi pelaksanaan zakat yang dilakukan
oleh penghulu/Naib
3. Bijblad nomor 6200 28 Februari 1905 larangan pegawai dan priyayi membantu pelaksanaan
zakat, mengatur penggunaan zakat diluar kepentingan umat Islam
4. Baitul Mal/Kantor Perbendaharaan oleh Opsir Kaigun/Angkatan laut Jepang untuk membiayai
perang
5. Surat Edaran No.A/VVII/17367 tanggal 8 Desember 1951 Depoartemen Agama tidak
mrlakukan campur tangan terhadap pengelolaan zakat, hanya sebagai fasilitator
6. Peraturan Menteri Agama No 4/Juli/1968 tentang pendirian Badan Amil Zakat dan No
5/Oktober/1968 tentang pendirian Baitul mal, dimana presiden sebagai amil zakat--- Yayasan
Amal Jariah—Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, Lahirnya BAMUIS BNI (1967), BAZIS
DKI Jakarta & LAZ Yaumil PT Bontang (1968), Bazis Sumatera Barat (1973)
7. Instruksi Menteri Agama No. 16 Tahun 1989 tentang Pembinaan Zakat Infak dan Sedekah
8. SKB Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama No. 29 /1991 dan No47/1991 tentang
Pembinaan BAZIS sebagai legalitas BAZ, 1992 didirikan Muzakarah Nasional Zakat sebagai
BAZIS Nasional
9. Dompet Dhuafa Republika (1993)
10. UU No 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan
Haji No. D/291 Tahun 2000 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat
11. UU No 23 Tahun 2011 tentang Pengeloaan Zakat

*transformasi dari amal-karitas ke pembangunan pemberdayaan


Kompilasi Peraturan Perundang-Undangan
Zakat Nasional

PP No 14
Tahun 2014 Fatwa MUI

Keputusan
Peraturan
Menteri
BAZNAS
Agama

UU No 23
Tahun 2011

Instruksi
Presiden

PSAK 109

https://drive.google.com/file/d/1KR2WPTX6ixEapUzzfSmbiu6nFW3AraWa/view?usp=sharing
Daftar Perundang-Undangan Zakat

F
u
n
gs
i

K
E
M
E
N
A
G
Peraturan /Norma Terkait
KERANGKA UU NO 23 TAHUN 2011

BAB I KETENTUAN UMUM


BAB II BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
BAB III PENGUMPULAN, PENDISTRIBUSIAN, PENDAYAGUNAAN DAN PELAPORAN
BAB IV PEMBIAYAAN
BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
BAB VI PERAN SERTA MASYARAKAT
BAB VII SANKSI ADMINISTRATIF
BAB VIII LARANGAN
BAB IX KETENTUAN PIDANA
BAB X KETENTUAN PERALIHAN

CHECK SOURCE : https://drive.google.com/file/d/1KR2WPTX6ixEapUzzfSmbiu6nFW3AraWa/view?usp=sharing


PERAN KEMENTERIAN AGAMA

 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat BAB V Pembinaan dan Pengawasan Pasal 34, Menteri
melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap BAZNAS, BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ;
 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan zakat BAB X Sanksi Administratif, pasal 77 huruf c BAZNAS dan LAZ yang tidak melakukan pencatatan
dalam pembukuan tersendiri terhadap pengelolaan infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) Undang-Undang
 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan zakat Pasal 75 ayat 1, bahwa laporan pelaksanaan pengelolaan ZIS harus diaudit syariat dan keuangan (OLEH
KAP)
 Peraturan Menteri Agama Nomor 5 tahun 2016 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif dalam Pengelolaan Zakat
BAB IV Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Paragraf 1 Laporan Dugaan Pelanggaran Pasal 10 , Dugaan pelanggaran
terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 sampai dengan pasal 8 ditindaklanjuti berdasarkan laporan yang
berasal dari a. pengaduan, b. monitoring dan evaluasi, c. hasil audit
PERAN PEMERINTAH DAERAH

 BAB V Pasal 34
 Gubernur dan Bupati/Walikota melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap BAZNAS Provinsi,
BAZNAS Kabupaten/Kota dan LAZ sesuai dengan kewenangannya

Pemerintah Pusat dan Daerah melakukan Pembinaan meliputi fasilitasi, sosialisasi , dan
edukasi
I. KETENTUAN UMUM (DEFINISI, ASAS,
TUJUAN, JENIS ZAKAT)

 PENGELOLAAN ZAKAT
Tujuan :
 ZAKAT ASAS :
 INFAK
SYARIAT ISLAM Meningkatkan efektivitas dan
 MUZAKKI efisiensi,
 MUSTAHIK AMANAH
 BAZNAS KEMANFAATAN Mewujudkan kesejahteraan
 LEMBAGA AMIL ZAKAT/LAZ Masyarakat dan menanggulangi
KEADILAN kemiskinan
 UNIT PENGUMPUL ZAKAT/UPZ
 ORANG YANG DIMAKSUD ADALAH
KEPASTIAN HUKUM
PERORANGAN ATAU BADAN HUKUM TERINTEGRASI
 HAK AMIL
AKUNTABILITAS
 MENTERI
Pasal 4 UU No 23 Tahun 2011 (Jenis Zakat)

Zakat Mal
• Emas, perak, logam mulia, uang, surat berharga, perniagaan, pertanian perkebunan dan
kehutanan, peternakan dan perikanan, pertambangan, perindustrian, pendapatan dan jasa,
rikaz (selanjutnya diatur dengan PMA No 31 Tahun 2019 dan PMA Nomor 69 Tahun
2015 , perubahan dari PMA Nomor 52 Tahun 2014 tentang Syarat dan Tata Cara
Penghitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah serta Pendayagunaan Zakat untuk Usaha
Produktif)

Zakat Fitrah
• Diatur dengan Peraturan Menteri
BAB II BAZNAS
(Badan Amil Zakat Nasional)

• Anggota BAZNAS diangkat


• Melapor kepada presiden • Dapat bekerjasama
melalui Menteri paling sedikit dengan pihak lain dan diberhentikan oleh
sekali dalam setahun Presiden atas usul Menteri
Syarat menjadi anggota : • Anggota BAZNAS dari unsur
• WNI
masyarakat diangkat oleh
• Agama Islam
• Bertakwa Presiden atas usul Menteri
Bersifat mandiri,
• Akhlak Mulia Lembaga
bertanggung jawab setelah mendapat
• Berusia minimal 40 tahun pemerintah non pertimbangan Dewan
pada Presiden
struktural
• Sehat jasmani dan rohani melalui Menteri Perwakilan Rakyat
• Tidak menjadi anggota parpol • Ketua dan Wakil Ketua
• Memiliki kompetensi pengelolaan
BAZNAS dipilih oleh
zakat
• Tidak pernah dihukum karena Fungsi Anggota
melakukan tindak pidana kejahatan perencanaan,
Satu-satunya yang pelaksanaan,
yang diuancam denganpidana penjara berwenang pengendalian,
paling singkat 5 tahun mengelola zakat pelaporan dan
secara Nasional pertanggungjawaba
n
• Terdiri dari 11 anggota, 8 dari • Dijabat selama 5
masyarakat (ulama, tenaga tahun dan dapat
professional,tokoh masyarakat Islam),
3 dari pemerintah dipilih Kembali
untuk 1 masa
jabatan
Pemberhentian Anggota BAZNAS
(Pasal 12)

 Meninggal Dunia
 Habis masa jabatan
 Mengundurkan diri
 Tidak dapat melaksanakan tugas selama 3 ( tiga) bulan secara terus menerus
 Tidak memenuhi syarat lagi sebagai anggota

Selanjutnya diatur dalam Perbaznas Nomor 1 Tahun 2019 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Pimpinan
BAZNAS
Pasal 14 Sekretariat BAZNAS

 Dalam melaksanakan tugasnya BAZNAS dibantu oleh sekretariat BAZNAS .


 Sekretariat BAZNAS diatur dalam Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2014, dan secara teknis diatur dalam
PMA Nomor 18 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Badan Amil Zakat Nasional
BAZNAS DAN PENGELOLAAN ZAKAT
TINGKAT DAERAH (Pasal 15)

• BAZNAS • BAZNAS PROVINSI • BAZNAS KABUPATEN

DAERAH TK I

DAERAH TK
II
PUSAT

• DIBENTUK ATAS DASAR • DIBENTUK MENTERI ATAS • BAZNAS KOTA


AMANAT UU NO 23 TAHUN USUL GUBERNUR SETELAH • DIBENTUK OLEH MENTERI
2011 MENDAPAT PERTIMBANGAN ATAU PEJABAT YANG
BAZNAS (KMA NO 118 TAHUN DITUNJUK ATAS USUL
2014 TENTANG BUPATI/WALIKOTA SETELAH
PEMBENTUKAN BADAN AMIL MENDAPAT PERTIMBANGAN
ZAKAT NASIONAL PROVINSI) BAZNAS (KEPDIRJEN BIMAS
ISLAM NO DJ.III/499 TAHUN
2016 , SEBELUMNYA
KEPDIRJEN NOMOR DJ II/568
TAHUN 2014)

Baznas dapat membentuk UPZ pada instansi pemerintah, BUMN, BUMD, Perusahaan Swasta, Perwakilan di luar negeri, dan dapat
membentuk UPZ tingkat kecamatan, kelurahan atau nama lain dan tempat lainnya
Lokasi Baznas dapat dilihat di simbi.kemenag.go.id/simzat
LEMBAGA AMIL ZAKAT (PASAL 17 SD 20)

Syarat : a. terdaftar sebagai ormas islam yang mengelola bidang Pendidikan, dakwah dan
social b. berbentuk Lembaga berbadan hukum, c. mendapat rekomendasi dari BAZNAS,
Wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri diatur selanjutnya d. memiliki pengawas syariat, e. memiliki kemampuan teknis, administrative dan
dalam KMA Nomor 333 Tahun 2015 tentang Pedoman Pemberian Izin Pembentukan keuangan untuk melaksanakan kegiatannya, f. bersifat nirlaba, g. memiliki program
Lembaga Amil Zakat untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat, h. bersedia diaudit Syariah dan
diaudit keuangan secara berkala

LAZ dibentuk dalam rangka membantu BAZNAS


(Peran Serta Masyarakat)

Poin bersedia diaudit Syariah menurut PP No .14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU No
23 Tahun 2011 pasal 75 dilakukan oleh Kementerian Agama yang selanjutnya diatur
LAZ wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan dalam KMA No. 606 Tahun 2020.
zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala Bersedia diaudit keuangan dilaksanakan oleh Kantor Akuntan Publik Independen
menggunakan pedoman PSAK 109 yang dikeluarkan oleh IAI
BAB III Pengumpulan, Pendistribusian,
Pendayagunaan dan Pelaporan
Muzakki
melakukan LINGKUP KEWENANGAN
penghitungan PENGUMPULAN DIATUR DALAM
sendiri/dibantu PP NO 14 TAHUN 2014
BAZNAS

Zakat yang Diatur oleh Perdirjen


dibayarkan Pajak Nomor PER-
PENGUMPULAN dikurangkan dari 15/PJ/2012
penghasilan kena
pajak

LAZ NASIONAL HANYA BOLEH


Muzakki MEMILIKI 1 PERWAKILAN DI
memperoleh SETIAP PROVINSI, LAZ PROVINSI
Bukti Setoran HANYA 1 PERWAKILAN TIAP
Zakat yang dapat KABUPATEN KOTA, LAZ
dikurangkan dari KABUPATEN/KOTA HANYA BOLEH
PKP BEROPERASI DI KABUPATEN/KOTA
TERSEBUT
Pendistribusiandan Pendayagunaan Pasal
25,26,27

Zakat didistribusikan sesuai Skala prioritas dan prinsip Dapat digunakan untuk
Fatwa MUI

Peraturan Menteri

Peraturan Menteri
dengan syariat Islam pemerataan, keadilan dan produktif apabila
kewilayahan kebutuhan dasar mustahik
(KMA Nomor 606 Tahun telah terpenuhi (PMA No
2020 tentang Pedoman 52 Tahun 2014 dan
Audit Syariah) perubahannya tentang
Syarat dan Tata Cara
Penghitungan Zakat Fitrah
dan Zakat Mal serta
Pendayagunaan Zakat
untuk Usaha Produktif))
Pengelolaan Infak, Sedekah dan Dana Sosial
Keagamaan Lainnya

Menerima infak, Pendistribusian dan Pembukuan infak,

BAZNAS dan LAZ


Baznas dan LAZ

Baznas dan LAZ


sedekah dan dana Pendayagunaan sedekah dan dana
sosial keagamaan dilakukan sesuai social keagamaan
lainnya(DSKL)----- dengan syariat Islam lainnya harus dicatat
yang dimaksud dan dilakukan sesuai dalam pembukuan
DSKL adalah denda, dengan peruntukkan tersendiri/dipisah
kafarat, hibah, yang diikrarkan dari zakat
waris, fidyah,
qurban
PELAPORAN PASAL 29

Perbaznas Nomor 4
Tahun 2018 tentang Baznas
Pelaporan Pelaksanaan Baznas Provinsi
kabupaten/kota
Pengelolaan Zakat
mengatur tentang
keharusan juga
menyampaikan laporan Baznas BAZNAS Menteri Agama
pada perwakilan Provinsi (Pusat)
Kementerian Agama di
Provinsi/Kabupaten/Ko
ta walau di UU No 23
tahun 2011 tidak
Pemerintah Pemerintah
disebut Daerah tk II Daerah Tk I
PEMBIAYAAN , pasal 30 sd 33, Baznas dapat
dibiayai APBN/APBD

Besaran Hak
Amil sementara
diatur dalam
Hak Pedoman Audit
Pembiayaan dari Amil Syariah KMA
APBN untuk No. 606 Tahun
BAZNAS Pusat 2020
berupa Bantuan
Operasional pada
Satker APBN
Sekretariat
BAZNAS Pembiayaan dari
APBD berupa
Hibah yang diatur
APBD oleh Permendagri
Nomor 13 Tahun
2018
PERAN SERTA MASYARAKAT, Pasal 35

Pengawasan dengan cara


memperoleh akses terhadap
informasi tentang pengelolaan
zakat yang dilakukan oleh
Membina dengan cara BAZNAS dan LAZ dan
meningkatkan kesadaran menyampaikan apabila
masyarakat untuk bayar zakat terdapat penyimpangan
dan saranuntuk meningkatkan
Masyarakat dapat membina kinerja BAZNAS/LAZ
dan mengawas

Penyampaian penyimpangan dapat dilakukan di simbi.kemenag.go.id/simzat


Sanksi Administratif Pasal 36

Peringatan tertulis Penghentian sementara dari Pencabutan izin


PMA NO 5 TAHUN 2016

PMA NO.5 TAHUN 2016

PMA NO 5 TAHUN 2016


Jika dilakukan Baznas Pusat, kegiatan Sanksi oleh Menteri
ditetapkan oleh Menteri Sanksi oleh Menteri
Jika dilakukan Baznas Provinsi
atau Kabupaten/Kota atau LAZ
dilakukan oleh BAZNAS (Pusat)
Jika dilakukan oleh amil Laporan dugaan Laporan dugaan
zakat(perseorangan atau
perkumpulan orang) ditetapkan
pelanggaran dari hasil pelanggaran dari hasil
oleh Kepala Kantor Kementerian pengaduan, monitoring pengaduan, monitoring
Agama Kabupaten/Kota dan evaluasi dan hasil dan evaluasi dan hasil
audit audit
LARANGAN DAN KETENTUAN PIDANA

 Pasal 37 Setiap orang dilarang melakukan Tindakan memiliki, menjaminkan, menghibahkan, menjual dan atau mengalihkan zakat,
infak, sedekah dan /atau dana social keagamaan lainnya yang ada dalam pengelolaannya
 Pasal 38 setiap orang dilarang dengan sengaja bertindak selaku amil zakat melakukan pengumpulan, pendistribusian atau
pendayagunaan zakat tanpa izin pejabat yang berwenang
 Pasal 39 Setiap orang yang dengan sengaja melawan hukum tidakmelakukan pendistribusian zakat sesuai dengan ketentuan pasal 25
(zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai syariat Islam) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak 500 juta rupiah
 Pasal 40 Setiap orang dengan sengaja dan melawan hukum melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalampasal 37 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak 500 juta rupiah
 Pasal 41Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 38 dipidanan
denganpidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyakl 50 juta rupiah
 Pasal 39 dan 40 merupakan kejahatan (pidana)
 Pasal 41 merupakan pelanggaran (perdata)
Ketentuan peralihan Bab X

 Setelah 9 tahun, BAZNAS dan LAZ telah menyesuaikan dengan UU No 23 Tahun 2011, terakhir dengan
berubahnya BAZIS DKI menjadi BAZNAS (BAZIS) DKI pada tahun 2019
 TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai