Anda di halaman 1dari 10

Dimensi Politik

Hukum Islam
Dalam Undang-
undang Zakat
Rahmat Nugroho; Muhammad Nabiel Aufa; Radifa Isnain Nafila
Latar Belakang
Kekuasaan dalam ajaran Islam tidak hanya untuk mendapatkan Dengan kata lain, pembayaran zakat mungkin
jabatan dan dukungan rakyat, tetapi juga mengatur bagaimana
menggunakan amanah ini dalam perumusan perbaikan,
masih bersifat individu sehingga tidak
pengembangan, dan perwujudan hukum Tuhan bagi seluruh terdapat data yang memadai mengenai jumlah
umat manusia. Setiap manusia diberikan amanah oleh Allah muzaki atau zakat yang belum dibayarkan
sesuai dengan konsepsi Islam. Amanat yang diberikan Allah dengan baik oleh umat Islam. Jika pun
merupakan deklarasi universal yang akan pembayaran zakat dilaksanakan, zakat hanya
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Prinsip dasar dalam
digunakan sebagai bentuk karitas, berperan
politik Islam adalah Keadilan, Kedaulatan, Syura’, persamaan
hak dan kewajiban. sebagai sumbangan untuk kepentingan
Pengelolaan zakat di Indonesia telah melalui beberapa fase yang sesaat.
berjalan seiring dengan perkembangan sosial politik negara.
Pengalaman tersebut terjadi pada masa penjajahan, masa Untuk dapat memperoleh pemahaman
kemerdekaan, dan masa reformasi. Keberadaan pengelolaan mengenai Dimensi Politik Hukum Islam Dalam
zakat pada masa penjajahan dan kemerdekaan (orde baru dan
Undang-undang Zakat, maka diperlukan
orde lama) memberikan gambaran yang tidak jelas mengenai
fungsi zakat di Indonesia. Terdapat ketidakseimbangan antara pemahaman perjalanan historis pengelolaan
komunitas Muslim dan hasil zakat. zakat di Indonesia, kita dapat melihatnya
melalui beberapa tahapan periodisasi.
Tahapan-tahapan sejarah pengelolaan zakat di
Indonesia

Masa Kerajaan Islam Masa Kolonialisme


Masyarakat sipil memiliki kebebasan penuh Zakat menjadi sumber dana bagi
dalam mempraktikkan zakat tanpa intervensi perjuangan kemerdekaan. Sempat
pemerintah. Kerajaan Islam mendukung
dilarang oleh Belanda hingga akhirnya
praktik ini. Belum ada Amil Zaka, zakat
diserahkan Kembali pada 1905.
dibayarkan langsung oleh muzaki kepada
mustahik.
Perhatian yang diberikan oleh pemerintah terhadap lembaga zakat ini
mulai mengalami peningkatan sekitar tahun 1968. Pada saat itu,
diterbitkanlah peraturan Menteri Agama Nomor 4 mengenai
Masa Awal Kemerdekaan Pembentukan Badan Amil Zakat dan Nomor 5/1968 mengenai
Pada tahun 1951, Kementerian Agama mengeluarkan Surat pembentukan Baitul Mal (Balai Harta Kekayaan) di tingkat pusat,
Edaran Nomor A/VII/17367, yang dikeluarkan pada tanggal provinsi, serta kabupaten/kota madya. Namun, pada tahun tersebut,
8 Desember 1951, yang mengatur pelaksanaan Zakat Fitrah. Menteri Keuangan pada masa itu, Ali Wardhana, merespons keputusan
Selanjutnya, Kementerian Agama mulai menyusun Menteri Agama dengan menyatakan bahwa undang-undang mengenai
Rancangan Undang-undang (RUU) tentang Pelaksanaan zakat tidak perlu diwujudkan, melainkan cukup dengan Peraturan
Zakat dan Rencana Peraturan Pemerintah Pengganti Menteri Agama semata. Dalam menghadapi respons tersebut dari
Undang-undang (RPPPUU) tentang Pelaksanaan Menteri Keuangan, Menteri Agama kemudian mengeluarkan Instruksi
Pengumpulan dan Pembagian Zakat, serta pembentukan Nomor 1 Tahun 1968 yang berisi penundaan pelaksanaan Peraturan
Baitul Mal pada tahun 1964 Menteri Agama Nomor 4 dan Nomor 5 Tahun 1968.
Sejarah Lahirnya Undang-undang Zakat

1 Masa Orde Baru 2 Masa Reformasi


Pada tanggal 22 Oktober 1968, Badan Amil Zakat Infak Pada tahun 1999, Pemerintah
dan Shadaqah (BAZIS) didirikan oleh Pemerintah Daerah mengeluarkan Undang-undang
DKI Jaya. Nomor 38 tahun 1999 tentang
Sejak saat itu, secara berturut-turut Badan Amil Zakat Pengelolaan Zakat.
terbentuk di berbagai wilayah dan daerah, seperti di Selanjutnya, diterbitkan pula
Kalimantan Timur (1972), Keputusan Menteri Agama Nomor
581 tahun 1999 mengenai
Sumatra Barat (1973), pelaksanaan Undang-undang Nomor
Jawa Barat (1974), 38 tahun 1999 dan Keputusan
Aceh (1975), Direktur Jendral Bimbingan
Sumatra Selatan, Masyarakat (Bimas) Islam dan
Lampung (1975), Urusan Haji Nomor D-291 tahun
Kalimantan Selatan (1977), 2000 mengenai Pedoman Teknis
Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat (1985). Pengelolaan Zakat.
Kondisi Politik Undang-undang Zakat
1 2 3
Rancangan Undang-
UUD 45 8 Desember 1951
undang (RUU) Pasal 29, 34 Frasa Fakir Miskin
Pengelolaan Zakat Negara bertanggung Mengacu pada Kemenag
Mengeluarkan Surat
yang telah jawab untuk golongan mustahik
Edaran Nomor
memelihara fakir yang berhak menerima
diperjuangkan selama miskin dan anak-anak zakat A/VII/17367
lebih dari 50 tahun
4 5 6
1964 1968 1968
Kemenag Menyusun RUU MenKeu menyatakan bahwa
tentang Pelaksanaan Zakat Kemenag menerbitkan undang-undang mengenai
dan RPPPUU Pelaksanaan Permen Agama Nomor
Pengumpulan dan
zakat tidak perlu
4 dan 5 Mengenai diwujudkan, melainkan
Pembagian Zakat, serta
pembentukan Baitul Mal.
Pembentukan Badan cukup dengan Peraturan
Amil Zakat Menteri Agama semata.
Kondisi Politik Undang-undang Zakat
7 8 9
Rancangan Undang-
undang (RUU) 1968 1968 1989
Instruksi Menteri Agama Nomor
Pengelolaan Zakat Menteri Agama mengeluarkan
Instruksi Nomor 1 Tahun 1968
Badan Amil Zakat Infak 16 Tahun 1989 tentang
dan Shadaqah (BAZIS) pengelolaan zakat, infak, dan
yang telah yang berisi penundaan
pelaksanaan Peraturan didirikan oleh shadaqah agar menggunakan dana
Pemerintah Daerah DKI
diperjuangkan selama Menteri Agama Nomor 4 dan
Nomor 5 Tahun 1968. Jaya.
zakat untuk kegiatan pendidikan
Islam dan lain-lain
lebih dari 50 tahun 1
10 12
1
1991 1999 1999
Keputusan Menteri Agama Nomor
Keputusan Bersama Menteri Pemerintah mengeluarkan 581 tahun 1999 mengenai
Agama dan Menteri Dalam Undang-undang Nomor 38 pelaksanaan Undang-undang
Negeri Nomor 29 dan 47 tahun 1999 tentang Nomor 38 tahun 1999 dan
diterbitkan untuk mengatur Pengelolaan Zakat. Keputusan Direktur Jendral
pembinaan Badan Amil Zakat Bimbingan Masyarakat (Bimas)
Infak dan Shadaqah Islam
Lahirnya Undang-undang Zakat
13 14 15
Rancangan Undang-
undang (RUU) 2000 UU No. 8 Tahun 1999 UU No. 8 Tahun 1999
Tidak adanya perangkat peraturan
Pengelolaan Zakat Keputusan Menteri Agama
Nomor D-291 tahun 2000
Belum mampu mengatasi
permasalahan mengenai zakat. teknis di bawahnya yang mengikat
berupa peraturan pemerintah (PP).
yang telah mengenai Pedoman Teknis Peraturan pengelolaan zakat tidak
memiliki kekuatan untuk memaksa Membuat implementasi di lapangan
Pengelolaan Zakat.
muzaki dalam membayar zakat. menjadi kebingungan dan
diperjuangkan selama ketidakpastian dalam menjalankan
pengelolaan zakat.
lebih dari 50 tahun 1
10 12
1
Amandemen UU No. 8
UU No. 8 Tahun 1999
Kesimpangsiuran siapa yang harus
Tahun 1999 UU No. 23 Tahun 2011
menjadi lending sector. Memunculkan Adanya desakan hingga Disahkanlah UU No. 23 Tahun 2011
dikotomi di antara BAZNAZ dan LAZ, akhirnya pemerintah tentang Pengelolaan Zakat. Pengesahan
seakan-akan BAZNAZ hanya bekerja mengajukan RUU pengelolaan UU No. 23 ini menandakan UU No.23 ini
dan bertanggung jawab kepada zakat yang baru sebagai menandakan UU No. 38 Tahun 1999
pemerintah dan LAZ bertanggung pengganti UU pengelolaan menjadi tidak berlaku.
jawab kepada masyarakat. zakat tahun 1999.
Lahirnya Undang-undang Zakat
Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 secara
jelas dijelaskan bahwa terdapat dua tujuan khusus dalam
pengelolaan zakat di Indonesia, yaitu:

● (1) meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan


dalam pengelolaan zakat, dan
● (2) meningkatkan manfaat zakat untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat dan mengurangi
kemiskinan.

● Oleh karena itu, semua pihak yang terlibat dalam


pengelolaan zakat di Indonesia diharapkan untuk
mengarahkan aktivitas mereka agar mencapai kedua
tujuan tersebut.
Dimensi Politik Hukum Islam Dalam Undang-undang Zakat

Tatanan agama sangat bergantung pada tatanan negara. Pada saat yang sama, ketertiban negara bergantung pada pemimpin yang patuh

Dimensi Politik Zakat Mengacu pada aspek, regulasi, dan praktik zakat yang dapat digunakan untuk
mewujudkan kesejahteraan suatu negara-bangsa, dalam hal ini Indonesia.

Fungsi Administrasi Zakat Mendorong yang lemah untuk mendapatkan kekuasaan. Selain itu, untuk jangka waktu
tertentu, terdapat peluang usaha bagi orang-orang yang semula mustahik untuk
berkembang menjadi muzaki.

Dimensi Politik Peran pemerintah dapat dimaksimalkan. Adanya peraturan pemerintah terkait zakat
diharapkan agar zakat tidak dilihat sebagai perintah sukarela.

Tujuan Zakat Menyucikan dan menyucikan orang kaya. Mendistribusikan kesejahteraan dan
menghilangkan kesenjangan sosial dengan membangunnya secara fisik, mental dan
spiritual.

Fungsi Zakat dilembagakan Kesejahteraan umat manusia. Untuk mengoptimalkan zakat sebagai alat pembangunan .
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai