Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH ZAKAT
Diajukan sebagai tugas terstruktur dari mata kuliah hukum zakat
Dosen pengampu: Dwi Reiza Meinanti M.H

Disusun oleh:
kelompok 5
Habib Abdul Wahab 22120009
Siti Jamilah Adawiah 22120010
M. Raja Syayid R 22120012

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


STAI AL-MUSADDADIYAH GARUT
2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang mana telah
memberikan nikmat dan anugrah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan
pada waktunya. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada nabi Muhammad SAW. Sebagai nabi dan rasul akhir zaman yang menjadi
perantara risalah petujuk dan pedoman hidup dari Allah SWT. serta membawa
kebenaran kepada kita semua.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur dari mata kuliah
hukum wakafI dan untuk khalayak umum sebagai penambah wawasan ilmu
pengetahuan. Adapun judul dari makalah ini adalah sejarah zakat .
Makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin dan segala
kemampumpuan kami. Namun, kami menyadari dalam penyusunan maklah ini
masih banyak kekurangan, maka dari itu kami selaku penyusun makalah ini
memohon kritik dan saran dari para pembaca makalah ini terutama dosen
pengampu hukum wakaf yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Garut, 30 Desember 2023

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………


2
DAFTAR ISI …………………………………………………….... 3
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………... 4
A. Latar belakang ………………………………………………... 4
B. Rumusan masalah ……………………………………………….. 5
C. Tujuan ………………………………………………....... 5

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………….. 6


a. Sejarah pengelolaan zakat di Indonesia ………………………… 6
b. Kebijakan pemerintah dalam pengelolaan zakat ………………… 10

BAB III PENUTUP ……………………………………………….. 13


I. Kesimpulan ……………………………………………….… 13

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Zakat dalam istilah fiqih berarti sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan Allah SWT. diberikan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya. Sedangkan Hukum positif di Indonesia yang
mengatur mengenai zakat, yaitu Undang-Undang No. 23 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Zakat, mengartikan zakat sebagai harta
yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha
untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan
syariat Islam. Zakat dilihat dari perspektif ilmu perekonomian,
memiliki korelasi positif pada angka konsumsi yang akan
menggerakkan perekonomian dan cukup signifikan dalam menjaga
kestabilan perekonomian. Namun jika pengelolaan yang tidak
profesional maka fungsi dan tujuan zakat akan kurang
terealisasikan.
Sebagaimana adanya hukum terkait zakat, pengelolaan zakat di
Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang. Pada masa
kolonial Belanda, zakat menjadi sumber dana untuk pengembangan
ajaran agama islam dan perjuangan bangsa Indonesia melawan
penjajah. Pemerintah kolonial belanda sangat khawatir akan harta
yang akan digunakan umtuk melawan mereka. Maka dari itu
pemerintah Kolonial Belanda mengeluarkan Bijblad Nomor 1892
tanggal 4 Agustus 1893 yang berisi tentang kebijakan Pemerintah
Kolonial mengenai zakat. Bertujuan untuk mencegah terjadinya
penyelewengan keuangan zakat oleh para naib. Para naib tersebut
bekerja untuk melaksanakan administrasi kekuasaan Pemerintah
Kolonial Belanda tanpa memperoleh gaji untuk membiayai
kehidupan mereka.
Namun setelah Indonesia merdeka, perkembangan pengelolaan
zakat semakin maju. Mulai dari pembuatan RUU, yang diperkuat
dan di tetapkannya UU no. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat dan perubahan Undang-undang tersebut menjadi UU no. 23
tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, serta di bentuknya PP no. 14
tahun 2014, dan PERMEN Agama no. 52 tahun 2014 untuk
mengatur dan mengelola zakat dengan signifikan. Makalah ini
membahas lebih dalam terkait sejarah pengelolaan zakat di

4
Indonesia dan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan zakat di
Indonesia. Berikut uraian pembahasan dalam makalah ini. Harapan
kami nakalah ini dapat menmbantu dalam dunia pendidikan dan
ilmu pengetahuan.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah pengelolaan zakat di Indonesia?
2. Apa kebijakan pemerintah dalam pengelolaan zakat di
Indonesia?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami sejarah pengelolaan zakat di
Indonesia.
2. Mengetahui dan memahami kebijakan pemerintah dalam
mengelola zakat di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

5
A. Sejarah pengelolaan zakat di Indonesia
a) Pengelolaan zakat pada masa kolonial Belanda
Sejak masuknya Islam ke Indonesia zakat, infaq, shadaqah
menjadi sumber-sumber dana untuk pengembangan ajaran islam
dan perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah. Pemerintah
Kolonial Belanda sangat khawatir jika harta tersebut akan
digunakan untuk melawan mereka, maka dari itu pemerintah
Belanda mengeluarkan Bijblad Nomor 1892 tanggal 4 Agustus
1893 yang berisi tentang kebijakan Pemerintah Kolonial mengenai
zakat. Tujuan dari dikeluarkannya peraturan ini adalah untuk
mencegah terjadinya penyelewengan keuangan zakat oleh para
naib. Para naib tersebut bekerja untuk melaksanakan administrasi
kekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda tanpa memperoleh gaji
untuk membiayai kehidupan mereka1 .
Pada era kolonial belanda ini dapat dikatakan bahwa
pengelolaan zakat cenderung dihalangi oleh pemerintah kolonial
Belanda karena diduga untuk membiayai perjuangan melawan
Belanda. Kemudian pada tanggal 6 Februari 1905 dikeluarkan
Bijblad Nomor 6200 yang berisi tentang pelarangan bagi seorang
pegawai dan priyayi pribumi untuk membantu pelaksanaan zakat.
Hal ini bertujuan untuk semakin melemahkan kekuatan rakyat yang
bersumber dari zakat tersebut.
Namun kemudian, akhirnya pada awal abad XX, diterbitkanlah
peraturan yang tercantum dalam Ordonantie Pemerintah Hindia
Belanda Nomor 6200 tanggal 28 Februari 1905. Dalam peraturan
ini Pemerintah Hindia Belanda tidak akan lagi mencampuri urusan
pengelolaan zakat, dan sepenuhnya pengelolaan akat diserahkan
kepada umat Islam.

b) Pengelolaan zakat pada masa orde lama


Setelah Indonesia merdeka, perkembangan zakat semakin
berkembang lebih maju. Meskipun Indonesia tidak berdasarkan
pada satu falsafah, namun falsafah negara kita dan Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945 memberikan kemungkinan pejabat-
pejabat negara untuk membantu pelaksanaan zakat. Pada masa
berlakunya UUDS 1950 perkembangan zakat juga tidak surut.
Menteri Keuangan Republik Indonesia saat itu, M. Jusuf Wibisono
menuliskan sebuah makalah yang mengemukakan gagasannya
untuk memasukkan zakat sebagai salah satu komponen sistem

1
Aziz Muhammad.Regulasi zakat di Indonesia; upaya menuju pengelolaan zakat yang
professional.Portal jurnal online kopertais wilayah IV (EKV)-cluster PANTURA.2014

6
perekonomian Indonesia. Selain itu, di kalangan anggota parlemen
terdapat suara-suara yang menginginkan agar masalah zakat diatur
dalam peraturan perundang-undangan dan di urus langsung oleh
pemerintah atau negara.
Kemudian tahun 1951 Departemen Negara mengeluarkan Surat
Edaran Nomor A/VII/17367 tanggal 8 Desember 1951 tentang
Pelaksanaan Zakat Fitrah. Lalu pada tahun 1964, Departemen
Agama menyusun rancangan undang-undang tentang pelaksanaan
zakat dan rencana peraturan pemerintah pengganti undang-undang
tentang pelaksanaan pengumpulan dan pembagian zakat serta
pembentukan Baitul Maal, tetapi kedua perangkat peraturan
tersebut belum sempat diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
maupun Presiden.

c) Pengelolaan zakat pada masa orde baru


Pada masa orde baru ini, pada tahun 1967 Menteri Agama
menyiapkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Zakat yang akan
diajukan kepada DPR dengan surat Nomor: MA/095/1967 untuk
disahkan menjadi undang-undang. RUU tersebut disampaikan juga
kepada Menteri Sosial selaku penanggung jawab atas masalah-
masalah sosial dan Menteri Keuangan sebagai pihak yang
mempunyai kewenangan dan wewenang dalam bidang
pemungutan. Namun gagasan tersebut ditolak oleh Menteri
Keuangan yang menyatakan bahwa peraturan mengenai zakat tidak
perlu diatur oleh undang-undang namun cukup dengan Peraturan
Menteri Agama (PMA).
Maka pada tahun 1968, pemerintah mengeluarkan Peraturan
Menteri Agama Nomor 4 dan Nomor 5 Tahun 1968, masing-
masing tentang pembentukan Badan Amil Zakat dan Baitul
Mal (Balai Harta Kekayaan) di tingkat pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota.
Presiden pada saat itu adalah presiden Suharto, pada saat malam
memperingati isra’ mi’raj di istana negara tanggal 22 oktober 1968,
mengelurkan anjuran untuk menghimpun zakat secara
sistematis dan terorganisasi. Bahkan secara pribadi beliau
menyatakan diri bersedia menjadi ‘amil zakat tingkat nasional.
Kemudian dengan dipelopori oleh Pemerintah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Raya, yang pada waktu itu dipimpin oleh
Gubernur Ali Sadikin, berdirilah Badan Amil Infaq dan Shadaqah
(BASIS). Hal ini diikuti oleh berbagai propinsi di Indonesia, yaitu
dengan terbentuknya Badan Amil Zakat yang bersifat semi

7
pemerintah melalui surat keputusan Gubernur. Badan tersebut
tampil dengan nama yang berbeda-beda disetiap daerah, namun
pada umumnya mengambil nama BAZIS seperti di Aceh
(1975), Sumatra Barat (1977), Lampung (1975), Jawa Barat
(1974), Kalimantan Selatan (1977), Kalimantan Timur (1972),
Sulawesi Utara,Sulawesi Selatan (1985), dan Nusa Tenggara
Barat.
pada tahun 1991 Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Agama mengeluarkan Keputusan Bersama No. 29 dan 47
tentang Pembinaan Badan Amil Zakat, Infaq, Shadaqah, yang
diikuti dengan instruksi Menteri Dalam Negeri No.7 tahun 1991
tentang Pelaksanaan Keputusan Bersama tersebut. Guna untuk
meningkatkan pembinaan terhadap BAZIS.

d) Pengelolaan zakat pada masa reformasi (berdasarkan Undang-


Undang no. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat)
Setelah runtuhnya rezim Soeharto tahun 1998, dengan
diangkatnya B.J Habibie, pengelolaan zakat baru nyata terlaksana
setelah Menteri Agama Malik fadjar, saat itu mengajukan RUU
tentang pengelolaan zakat ke DPR. Pada tanggal 7 januari 1999,
dilaksanakan kerja nasional I Lembaga Pengelolaan ZIS dan
Forum Zakat yang dibuka oleh presiden Habibie. Salah satu hasil
musyawarah tersebut adalah perlunya persiapan UU tentang
pengelolaan zakat, dan ditindak lanjuti dengan keluarnya Surat
Mentri Agama no. MA/18/111/1999 mengenai permohonan
persetujuan prakarsa penyusun RUU tentang Pengelolaan
Zakat.
Permohonan tersebut disetujui melalui surat Menteri
Sekretaris Negara RI No. B. 283/4/1999 tanggal 30 April
1999. Pembahasan mengenai RUU tentang Pengelolaan Zakat
dimulai tanggal 26 Juli 1999 yaitu dengan penjelasan pemerintah
yang di awali oleh Menteri Agama. Mulai tanggal 26 Agustus
sampai dengan tanggal 14 September 1999 diadakan pembasan
substansi RUU tentang Pengelolan Zakat dan telah di setujui oleh
DPR RI dengan keputusan DPR RI Nomor 10/DPR-RI/1999. Dan
melalui surat Ketua DPR RI Nomor RU.01/03529/DPR-RI/1999
tanggal 14 September 1999 disampaikan kepada Presiden
untuk ditandatangani dan disahkan menjadi undang-undang.
Dan Pada tanggal 23 September 1999 diundangkan menjadi
Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat ini berisi 10 Bab dan 25 pasal. Setelah
undang-undang tersebut pemerintah mengeluarkan peraturan

8
pelaksanaan melalui Keputusan Menteri Agama Nomor 581
Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 38
Tahun 1999. Kamudian diikuti dengan dikeluarkannya
Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Urusan Haji Nomor D/291 Tahun 2000 tentang Pedoman teknis
Pengelolaan Zakat.

e) Pengelolaan zakat berdasarkan Undang-Undang no. 23 tahun 2011


tentang zakat
Setelah Undang-undang no. 38 tahun 1999 terlaksana selama 12
tahun, dilakukan perubahan dengan pertimbangan bahwa Undang-
undang no 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat sudah tidak
lagi sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam
masyarakat hingga perlu untuk dilakukan penggantian2. Kemudian
dibentuklah Undang-undang no. 23 tahun 2011 pengelolaan zakat,
PP no. 14 tahun 2014 tentang pelaksanaan UU no. 23 tahun 2011
tentang pengelolaan zakat, serta PERMEN Agama no. 52 tahun
2014 Syariat dan Tata Cara Perhitungan Zakat Mal dan Zakat
Fitrah Serta Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif..
Dalam perubahan Undang-undang no.38 tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat ada beberapa pasal yang dirubah seperti halnya
pada pasal 4 yang menyatakan pengelolaan zakat berasaskan iman
dan takwa, keterbukaan dan kepastian hukum sesuai dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sementara Pasal 2
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat, mengartikan pengelolaan zakat berasaskan:
a. Syariat Islam;
b. Amanah;
c. Kemanfaatan;
d. Keadilan;
e. Kepastian Hukum;
f. Terintegrasi;
g. Akuntabilitas.

Lalu tujuan dari pengelolaan zakat menurut Pasal 3


UndangUndang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
adalah meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat dan meningkatkan manfaat zakat untuk

2
Dr. insani Nur, S.H,, M.H,.Hukum zakat dan peran BAZNAS dalam pengelolaan
zakat.Deepublish.2021

9
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan, yang menggantikan ketentuan di dalam Pasal 5
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
di mana tujuan pengelolaan zakat adalah meningkatnya pelayanan
bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan
agama, meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan
dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan
sosial serta meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat. Dan
bukan hanya dari itu ada beberapa perubahan dalam Undang-
undang no. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat yang di
cantumkan dalam Undang-undang no.23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat yang bertujuan untuk mengatur dan mengelola
zakat dengan lebih signifikan.

B. Kebijakan pemerintah dalam pengelolaan zakat


Sebagaimna yang kita ketahui bahwa sejarah pengelolaan zakat di
Indonesia memiliki sejarah dan perjuangan yang panjang hingga akhirnya
terformalisasikanlah Undang-undang no.23 tahun 2012 tentang
pengelolaan zakat yang sebelumnya tercantum dalam Undang-undang
no.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Hal ini juga toidak terlepas
dari peranan pemerintah yang mana berjuan dan berusaha untuk
menjadikan hukum zakat menjadi Undang-undang yang diresmikan dan
diatur oleh pemerintah.
Pengelolaan zakat pun tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan
pemerintah yang dituangkan dalam Undang-undang no. 23 tahun 2011
tentang pengelolaan zakat , PP no. 14 tahun 2014 tentang pelaksanaan UU
no. 23 tahun 2011, serta PERMEN Agama no. 52 tahun 2014 tentang
Syariat dan Tata Cara Perhitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah Serta
Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif.
Berikut kebijakan pemerintah dalam pengelolaan zakat:
1. Dibentuknya atau ditetapkannya undang-undang tentang
pengelolaan zakat yakni; UU no.23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat, PP no. 14 tahun 2014 tentang pelaksanaan UU
no.23 tahun 2011, dan PERMEN Agama no. 52 tahun 2014 tentang
Syariat dan Tata Cara Perhitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah
Serta Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif.
2. Membentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) untuk
melaksanakan pengelolaan zakat,
3. Pemerintah berperan sebagai pemberi uqubath (sanksi) terhadap
mereka yang enggan mengeluarkan atau membayar zakat.

10
4. Melakukan pengawasan pemiriksaan, dan sanksi (bagi yang
melanggar atau tidak amanah dalam menjalankan tugas) terhadap
lembaga-lembaga zakat seperti BAZNAS, BAZ, LAS, dsb.

Dari kebijakan-kebijakan tersbut pemerintah juga harus lebih


meningkatkan beberapa hal untuk lebih mengoktimalkan potensi zakat,
seprti peran negara dalam pengelolaan zakat sebagai berikut:
a) Penyadaran.
Penyadaran ini dilakukan kepada masyarakat akan kewajiban
menunaikan zakat merupakan aspek penting, yang harus
dilakukan oleh lembaga pengelola zakat. diharapkan dengan
sadarnya masyarakat akan kewajiban mereka dalam
menunaikan zakat akan menambahkan income atau pemasukan
bagi lembaga pengelola zakat, dan dengan adanya penambahan
pemasukan atau penambahan dana yang didapatkan oleh
sebuah lembaga pengelola zakat bukan hanya rasa senang atau
bangga karena banyaknya dana yang bisa dihasilkan oleh
lembaga pengelola zakat, tapi dengan adanya penambahan dana
ini akan semakin bertambah pula orang orang mikin, kaum
dhuafa dan orang orang yang membutuhkan yang dapat dibantu
dan diberdayakan.

b) Kepercayaan
Kepercayaan masyarakat bagi sebuah BAZ/LAZ adalah
sesuatu yang asasi yang harus dimiliki. Karena dengan
kepercayaan dari masyarakat inilah sebuah Lembaga Amil
Zakat akan survive dan dapat mendanai keberlangsungan
program program yang dimiliki oleh LAZ tersebut, karena
apabila masyarakat sudah mempercayai dengan LAZ LAZ
yang ada, mereka tidak akan segan lagi untuk menyalurkan
zakatnya kepada LAZ-LAZ yang ada apabila mereka sudah
memiliki kesadaran. Kepercayaan ini sangat berhubungan erat
dengan SDM atau orang orang yang mengelola Lembaga Amil
Zakat tersebut. Untuk itu ada beberapa Faktor yang harus
diperhatikan SDM sebagai pengelola BAZ/LAZ :
1. Amanah; Amanah adalah satu hal yang erat kaitannya
dengan kepercayaan masyarakat. Sifat amanah adalah inti
dari kepercayaan, kepercayaan ada saat amanah ditunaikan.
2. profesionalisme; profesionalisme ini membantuk untuk
meningkatkan kepercayaan pada masyarakat. Diantara
bentuk profesionalisme adalah profesional dalam kinerja,
profesional dalam pelayanan, ataupun profesional dalam

11
keilmuan atau wawasan, yaitu dalam artian kita sebagai
pengelola zakat, harus mengetahui seluk beluk zakat,
seperti syarat kekayaan wajib zakat, sumber sumber zakat
baik yang terdahulu maupun yang modern, perhitungan
perhitungan zakat, penyaluran zakat, sistem keuangan
zakat dan lain sebagainya.
3. Transparansi; transparansi yaitu adanya keterbukaan dari
pihak Lembaga Pengelola Zakat akan segala hal yang ada
dilembaga tersebut, khususnya tentang keuangan dan
penyalurannya dengan cara mempublikasikannya kepada
masyarakat.

c) Sosialisasi
Sosialisasi merupakan aspek penting yang mutlak harus
dimiliki oleh sebuah lembaga pengelola zakat, karena tanpa
adanya sosialisasi, tidak mungkin mayarakat akan tahu
eksistensi zakat dan eksistensi lembaga pengelola zakat. Ada
tiga hal yang harus dilakukan dalam rangka sosialisasi ini :
1. Sosialisasi tentang zakat itu sendiri.
2. Sosialisasi lembaga pengelola zakat.
3. Sosialisasi program.

d) Pemahaman
Apabila masyarakat telah sadar bahwa zakat itu merupakan
kewajiban yang harus mereka tunaikan, dan mereka sadar
bahwa dalam harta mereka terdapat hak-hak fakir miskin dan
orang-orang yang membutuhkan, juga mereka percaya dengan
lembaga pengelola zakat yang ada, mereka juga tahu bahwa
ada kewajiban zakat yang harus mereka tunaikan selain zakat
fitrah, maka lembaga pengelola zakat harus memberikan
pemahaman kepada masyarakat tentang tata cara perhitungan
dan prosedur pengeluaran zakat. karena ada pengeluarkan zakat
tidak sembarang dikeluarkan, ada nisab tertentu bagi benda-
benda yang harus dizakati. Terkadang mereka melakukan zakat
sesuka hati mereka seperti jika mereka merasa iba kepada pakir
miskin atau kaum dhuafa, maka mereka megeluarkan atau
memberikan sebagian harta mereka tanpa ada kepastian nisab
dan mengeluarkan sesuka hati mereka tanpa ada waktu yang
tentu sehingga berakibat bisa mengubah dari zakat menjadi
sadaqah.

12
BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan
Pengelolaan zakat di Indonesia memiliki sejarah yang panjang.
dimana pada masa kolonial Belanda, zakat diatur dan diurus oleh
bangsa Belanda karena khawatir dengan adanya zakat tersebut
menjadi sumber dari pemberontakan masyarakat Indonesia kepada
mereka. Namun setelah Indonesia merdeka, pengelolaan zakat
berkembang lebih maju sehingga pengelolaan zakat dicantumkan dan
di sah kan dalam undang-undang no. 23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat yang telah di perbaharui dari undang-undang no. 38
tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, PP no. 14 tahun 2014 tentang
pelaksanaan UU no. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, dan
PERMEN Agama no. 52 tahun 2014 tentang Syariat dan Tata Cara

13
Perhitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah Serta Pendayagunaan Zakat
Untuk Usaha Produktif.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. insani Nur, S.H,, M.H,.Hukum zakat dan peran BAZNAS dalam pengelolaan
zakat.Deepublish.2021
Aziz Muhammad.Regulasi zakat di Indonesia; upaya menuju pengelolaan zakat
yang professional.Portal jurnal online kopertais wilayah IV (EKV)-cluster
PANTURA.2014
Huda Muhammad.Peran pemerintah dalam pengelolaan zakat menghadapi pasar
tunggal ASEAN 2015.journal Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang
https://core.ac.uk/display/268132613?
utm_source=pdf&utm_medium=banner&utm_campaign=pdf-decoration-v1
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/7498/3/115112016_Bab2.pdf

14
https://www.google.co.id/books/edition/
Hukum_Zakat_Peran_BAZNAS_Dalam_Pengelola/czg7EAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=0
http://repository.iainpare.ac.id/3130/3/17.2700.024%20BAB%203.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/176371-ID-peran-pemerintah-dalam-
pengelolaan-zakat.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai