Anda di halaman 1dari 18

STRATEGI PENGEMBANGAN ZAKAT DI INDONESIA

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Zakat (ZIS)

Dosen Pembimbing :

Rasyidah Bulqis, S.A.P., M.E

Disusun Oleh :

RIZA SYARIPUDDIN

NIM : 2102010004

AISYAH RAMADHANI

NIM : 2102010008

SITTI MULYANA

NIM : 2102010007

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

DARUD DA’WAH WAL IRSYAD

(STAI-DDI) PINRANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita sehingga berkat karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah Manajement Zakat yang berjudul “Strategi
Pengembangan Zakat di Indonesia”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas Manajement Zakat di STAI DDI Pinrang.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masi banyak
kekurangan. Oleh sebeb itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca dan khususnya bagi para mahasiswa sebagai penambah pengetahuan.
Kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT yang punya dan maha
kuasa. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang telah
bersedia membaca makalah ini.

Pinrang, 04 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. Definisi Zakat................................................................................................6
B. Sejarah singkat zakat sebelum islam.............................................................7
C. Perintah zakat dalam Al-Qur’an dan Hadizt.................................................8
D. Jenis-jenis harta yang wajib dizakati serta orang-orang yang berhak
menerima zakat dan haram dizakati...................................................................11
E. Strategi pengembangan zakat di Indonesia dalam rangka membangun
ketahanan ekonomi umat islam..........................................................................13
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

ii
3

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk muslim


terbanyak di dunia. Menurut Global religious future, pada awal tahun
2020, 87% warganya beragama Islam atau sekitar 209,12 juta jiwa. Hal
tersebut sangatlah potensial bagi perkembangan zakat di Indonesia.
Karena pada dasarnya, muzakki akan tetap ada pada tiap tahun atau
bulannya sehingga keberlanjutan ekonomi akan terus terjaga dan
berkesinambungan.

Zakat memiliki tiga fungsi fundamental, yaitu untuk mensucikan


jiwa, keberkahan rizki dan sebagai perwujudan kepedulian sosial terhadap
sesama. Zakat merupakan perintah Tuhan yang wajib kepada umat Islam
yang tertuang dalam Alquran dan Hadits Nabi Muhammad. Rukun Islam
sebagai lima dasar identitas keislaman, adalah motor penggerak dalam
meningkatkan ketakwaan. Ditambah lagi dengan adanya rukun Iman yang
enam sebagai perwujudan dasar pengimanan kita terhadap Allah
Subhanahu Wa Ta’aalaa.

Namun demikian, yang masih menjadi persoalan adalah


Indonesia dengan status Negara muslim terbanyak di dunia belum mampu
mendobrak zakat agar menjadi sumber pendapatan Negara sama halnya
dengan pajak. Zakat masih bersifat sukarela. Sementara Undang-undang
Zakat Tahun 2011 Nomor 23 tentang Pengelolaan Zakat hanya
mewajibkan amil dan tata pengelolaannya saja yang harus mengikuti
tuntunan syariat Islam.1

Masuknya Islam ke wilayah Nusantara pada awal abad ke 7


Masehi membuat peradaban kehidupan di masyarakat saat adanya
sejarah tiga agama besar di Nusantara, yaitu Hindu, Budha dan Islam.
Pada saat Belanda menjajah Nusantara, terutama di wilayah Kesultanan
Aceh yang merupakan pintu masuk awal kolonialisme dan kapitalisme
yang dimotori VOC sempat tersandung oleh adanya aktivitas zakat yang
menjadi sumber perjuangan dan perlawanan terhadap penjajah.

1
Adang Budaya and Syamsuddin Ali Nasution, “Pengembangan Mandatori Zakat Dalam
Sistem Zakat Di Indonesia,” Jurnal Ilmiah Living Law 13, no. 1 (2021): 1,
https://doi.org/10.30997/jill.v13i1.3036.
4

Padahal, Belanda sendiri menggunakan pajak pribumi untuk biaya


perang, terutama pada masa Kesultanan Aceh Alaudin Riayat Syah antara
tahun 1539-1567 masehi. Pada Masa kerajaan Aceh pengelolaan zakat
masih penuh keterbatasan, yang hanya dihimpun pada masa menjelang
idul fitri tiba selama bulan suci Ramadhan, yaitu zakat fitrah yang
langsung diserahkan ke Meunasah (tempat ibadah seperti masjid). Pada
saat itu telah didirikan Baitul Maal, namun demikian, fungsinya belum
maskimal sebagai lembaga penampung zakat, infak dan sedekah,
dikarenakan masih bersifat independen. Lembaga tersebut dipimpin oleh
seorang wazir yang bergelar Orang Kaya SeriMaharaja.2

Dikarenakan adanya perlawanan dengan pendanaannya


menggunakan dana zakat, maka kemudian Pemerintah Belanda melalui
kebijakannya Bijblad No.1892 Tahun 1866 dan Bijblad No.6200 Tahun
1905 mengeluarkan kebijakan untuk melarang seluruh petugas
pemerintah hindia Belanda dan masyarakat priyai untuk menunaikan zakat
secara terlembaga. Peraturan tersebut berakibat terhadap penduduk di
beberapa tempat yang menjadi enggan mengeluarkan zakatnya untuk
diberikan kepada penghulu dan naib sebagai amil resmi pada saat itu,
melainkan kepada ahli agama yang dihormati, yaitu kiyai atau guru
mengaji.3 Dan kebiasaan tersebut masih terjadi hingga saat ini.

Pada tahun 1999, pemerintah melahirkan Undang-undang Nomor


38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Dalam Undang-Undang
tersebut diakui adanya dua jenis organisasi pengelola zakat yaitu Badan
Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk pemerintah dan Lembaga Amil Zakat
(LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah.
BAZ terdiri dari BAZNAS pusat, BAZNAS Propinsi, dan BAZNAS
kabupaten/kota.

Sebagai implementasi UU Nomor 38 Tahun 1999 dibentuk Badan


Amil Zakat Na-sional (BAZNAS) dengan Surat Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2001. Dalam Surat Keputusan ini
disebutkan tugas dan fungsi BAZNAS yaitu untuk melakukan
penghimpunan dan pendayagunaan zakat. Langkah awal adalah
mengupayakan memudahkan pelayanan, BAZNAS menerbitkan nomor
pokok wajib zakat (NPWZ) dan bukti setor zakat (BSZ) dan bekerjasama
dengan perbankan dengan membuka rekening penerimaan dengan nomor
2
Cut Hayatun Nufus, “Pengelolaan Zakat di Aceh Perspektif Qanun”, STEI SEBI,
2016, hlm. 27
3
Sejarah Pengelolaan Zakat Nasional, Baznas Garut, diakses pada 04 Juni 2023
Pkl.12.30 WIB
5

unik yaitu berakhiran 555 untuk zakat dan 777 untuk infak. Dengan
dibantu oleh Kementerian Agama, BAZNAS menyurati lembaga
pemerintah serta luar negeri untuk Mandat BAZNAS sebagai koordinator
zakat nasional menjadi momentum era Ke-bangkitan Zakat di Indonesia.
Dengan berharap Rahmat dan Ridha Allah Ta’alaa, semoga kebangkitan
zakat mampu mewujudkan stabilitas negara, membangun ekonomi
kerakyatan, dan mengatasi kesenjangan sosial.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi zakat ?


2. Bagaimana sejarah zakat sebelum islam ?
3. Bagaimana perintah zakat dalam Al-qur’an dan Hadist ?
4. Apa saja jenis-jenis harta yang wajib dizakati serta orang-orang yang
berhak menerima zakat dan haram dizakati ?
5. Bagaimana strategi pengembangan zakat di Indonesia dalam rangka
membangun ketahanan ekonomi umat islam ?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi zakat.


2. Mengetahui sejarah zakat sebelum islam.
3. Mengetahui perintah zakat dalam Al-qur’an dan Hadist.
4. Mengetahui jenis-jenis harta yang wajib dizakati serta orang-orang
yang berhak menerima zakat dan haram dizakati.
5. Mengetahui strategi pengembangan zakat di Indonesia dalam rangka
membangun ketahanan ekonomi umat islam.
6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Zakat

Menurut bahasa, zakat berasal dari kata “zaka” yang artinya


berkah, tumbuh, bersih dan baik. Sedangkan menurut bahasa Arab, arti
dasar dari kata zakat, ditinjau dari segi bahasa adalah, suci, tumbuh,
berkah dan terpuji. Semua arti dari zakat tersebut telah disebutkan dalam
Alquran dan Hadits. Zakat dalam istilah fiqih berarti sejumlah harta
tertentu yang diwajibkan Allah Subhanahu Wa Ta’aalaa diserahkan
kepada orang-orang yang berhak.4

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar


(masdar) dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Sesuatu
itu zaka, berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka, berarti
orang itu baik. Tetapi yang terkuat, menurut Wahidi, kata dasar zaka
bermakna bertambah atau tumbuh, sehingga bisa dikatakan, tanaman itu
zaka, artinya tumbuh, sedangkan tiap sesuatu yang bertambah disebut zaka
artinya bertambah. Apabila satu tanaman tumbuh tanpa cacat, maka kata
zaka disini berarti bersih. Dan bila seseorang diberi sifat zaka dalam arti
baik, maka berarti orang itu lebih banyak mempunyai sifat yang baik.
Seorang itu zaki, berarti seorang yang memiliki lebih banyak sifat-sifat
orang baik, dan kalimat “hakim-zaka-saksi” berarti hakim mengatakan
jumlah saksisaksi diperbanyak.5

Zakat dari segi istilah fikih berati “sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan Allah diserahkan kepada orangorang yang berhak” di samping
berarti “mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri”. Jumlah yang
dikeluarkan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu bertambah
banyak, membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu dari
kebinasaan.6 Dalam Islam kita harus mematuhi segala hukum yang
berlaku, semua perintah dalam agama harus dijalankan tak terkecuali
dengan kita mengeluarkan harta yang kita miliki dengan ukuran yang telah
ditentukan kepada orang-orang yang berhak atau lebih kita kenal dengan
istilah zakat tersebut.

Menurut Didin Hafidhudin, dilihat dari segi bahasa, zakat memiliki


beberapa makna, yakni Al-Baraktu “keberkahan”, AlNamaa “pertumbuhan
4
M. Yusuf Qardawi, “Hukum Zakat”, Litera Antar Nusa, Bogor, 1999, hlm. 34
5
Ibid
6
Ibid
7

dan perkembangan,” Ath-Thaharatu, kesucian, dan Ash-Shalahu


“keberesan”. Sedangkan secara istilah yaitu bahwa zakat merupakan
bagian dari harta dengan syarat-syarat tertentu yang Allah Ta’aalaa
wajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak
menerimanya dengan syarat-syarat tertentu pula.7

B. Sejarah singkat zakat sebelum islam

Sejarah tentang praktek zakat tidak hanya berlaku pada masa


Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam saja, Alquran menjelaskan
kejadian masa lalu tentang praktek zakat agama samawi sebelum umat
Muhammad. Misalnya, sebagaimana penjelasan berikut di bawah ini:

a. Zakat Semasa Nabi Ibrahim a.s


Pada masa Nabi Ibrahim, disebutkan dalam Alquran surat Al-
Anbiya’ bahwa zakat telah disyari’atkan kepada Nabi Ibrahim, lalu
diteruskan kepada anaknya, Nabi Ishaq, dan kepada anaknya lagi, Nabi
Ya’kub a.s serta kepada masing-masing umat mereka. (Al Anbiya’ :
73).
b. Zakat Semasa Nabi Ismail a.s
Putra Nabi Ibrahim itu ada dua, Ishak dan Ismail. Meski terpaut
usia jauh diantara mereka, Namun Allah Subhanahu Wa Ta’aalaa
mensyari’atkan ibadah zakat kepada Ismail. Hal ini disebutkan dalam
Alquran Surat Maryam ayat 55.
c. Zakat Kaum Yahudi
Praktek zakat kaum Yahudi dan Bani Israel dijelaskan dalam
Alquran surat Al-Baqarah ayat 83. Menurut ajaran Yahudi terdapat
sebuah istilah “tzedakah” yang didasarkan pada bahasa Ibrani (tzedek),
artinya kewajiban agama untuk melakukan apa yang benar dan adil.
Tidak seperti filantropi atau amal yang benar-benar suakarela,
tzedakah dipandang sebagai kewajiban agama yang harus dilakukan
terlepas dari kondisi keuangan, bahkan orang-orang miskin. Kewajiban
ini bersifat individual dan minimal dalam jumlah 10 persen.8

C. Perintah zakat dalam Al-Qur’an dan Hadizt

7
Didin Hafidhuddin, “Zakat dalam Perekonomian Modern”, Gema Insani, Jakarta, 1998,
hal. 7
8
Lihat http://www.judaism-islam.com/tsedakahzakah-sadaqah-the-law-of-charity-in-
islam-andjudaism/#sthash.wDgJkmEo.dpuf. Lihat juga http://www.jewfaq.org/tzedakah.htm
diakses pada tanggal 05 Oktober 2023 Pkl.15.00 WIB
8

Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dengan


pengertian menurut istilah, sangat nyata dan erat, yaitu bahwa harta yang
dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan
bertambah, suci dan beres (baik). Zakat wajib ini menururt Alquran juga
disebut sedekah, sehingga sedekah itu adalah zakat dan zakat itu adalah
sedekah, berbeda nama tetapi sama artinya, namun memiliki syarat dan
ketentuan yang berbeda. Ada beberapa Firman Allah Ta’aalaa yang
menyebutkan bahwa sedekah sama dengan zakat antara lain :

a. Q.S. At–Taubah ayat 58


b. Q.S. At–Taubah ayat 60
c. Q.S. Al An’am (6) ayat 141

Beberapa ayat di atas adalah tentang zakat, tetapi diungkapkan


dengan istilah sedekah. Namun, dalam penggunaaan sehari-hari kata
sedekah itu disalah artikan yaitu hanya berarti sedekah yang dituliskan
kepada pengemis dan peminta-minta.9

Perintah kewajiban zakat salah satunya terdapat dalam hadits


riwayat Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu‘anh. 10 Hukum, Syarat,
dan Rukun Zakat Maal (Harta), Berikut penjelasan tentang hukum, syarat
dan rukun zakat mal :

a. Hukum Zakat Harta


Hukum zakat mal (harta) adalah fardhu ‘ain16 atau wajib bagi
siapapun yang kekayaannya sudah mencapai ukuran satu haul atau
nishab (batas minimal harta yang sudah wajib dikeluarkan zakatnya.).
Hal ini seperti yang dijelaskan dalam Alquran surat At-Taubah (9) ayat
103:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka”.
Orang yang enggan menunaikan zakat dalam keadaan meyakini
wajibnya, ia adalah orang fasik dan akan mendapatkan siksa yang
pedih di akhirat. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari

9
Zalikha, “Pemberian Sumbangan Pada Pemintaminta Pasca Panen Padi”, Jurnal Al-
Bayan, Vol. 2, No. 33, Januari-Juni 2016, hlm. 84
10
Tafsirq, Kitab Shahih Bukhari Muslim Nomor 16, hlm. 2
9

dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar


dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu
dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan
untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa
yang kamu simpan itu.” (QS. At Taubah: 34-35).
b. Syarat Wajib Zakat Harta dan Harta Yang Wajib Dizakati. Fiqih zakat
telah menjelaskan syarat-syarat yang wajib terpenuhi dalam
mengeluarkan zakat, yaitu:
1. Syarat wajib zakat harta :
a. Islam.
Zakat hanya diwajibkan bagi orang Islam (umat muslim)
saja. Orang yang tidak beragama Islam tidak diwajibkan
mengeluarkan zakat.
b. Merdeka.
Para ulama telah menyepakati bahwa budak (hamba
sahaya) tidak wajib mengeluarkan zakat. Hal itu disebabkan
karena secara hukum mereka tidak memiliki harta. Ini berlaku
sampai dengan zaman sebelum perbudakan dihapus. Setelah
adanya pelarangan perbudakan, syarat ini sudah tidak relevan
lagi.
c. Balig dan berakal sehat
Hanya umat muslim yang telah baligh dan sehat akalnya
yang perlu berzakat. Anak-anak yang belum baligh dan orang
yang tidak berfungsi dengan baik akalnya (gila) tidak dikenai
kewajiban berzakat.
Hal tersebut dilandasi oleh hadits Nabi Muhammad SAW,
"Tidak dikenakan pembebanan hukum atas tiga orang, (yaitu):
anak-anak sampai ia dewasa, orang tidur sampai ia bangun, dan
orang gila sampai ia sembuh." (HR Al-Hakim).
2. Syarat-syarat harta yang wajib dizakati :
a. Milik Penuh.
Kepemilikan sempurna, merupakan cara perolehan harta
dengan baik dan halal. Harta yang diperoleh dengan cara yang
tidak baik (merampas, menipu, dan merampok) wajib
dikeluarkan zakatnya.

b. Berkembang.
Yang dimaksud harta yang berkembang di sini adalah harta
tersebut dapat bertambah atau berkembang bila dijadikan
10

modal usaha atau mempunyai potensi untuk berkembang,


misalnya hasil pertanian, perdagangan, ternak, emas, perak, dan
uang.
c. Mencapai Nishab.
Mencapai nisab, yaitu jumlah minimum harta yang dapat
dikategorikan sebagai harta wajib zakat.
d. Lebih Dari Kebutuhan Pokok.
Melebihi kebutuhan pokok, yaitu harta yang dimiliki di
bawah pemenuhan kebutuhan pokok seperti makan, minum,
pakaian, tempat tinggal, alat kerja, bayar utang yang dianggap
layak untuk dikeluarkan zakatnya
e. Bebas dari Hutang.
Terbebas dari utang, yaitu apabila ada porsi harta yang
masih terkena utang, maka belum wajib dikeluarkan zakat.
Adapun porsi yang sudah lunas menjadi wajib zakat.
f. Berlalu Satu Tahun (Haul)
Kepemilikan satu tahun penuh, yaitu untuk harta seperti
emas, uang, properti, dan barang dagang kepemilikan yang
harus dimiliki 1 tahun.
c. Rukun Zakat Harta
Adapun rukun zakat adalah sebagai berikut :
1. Niat.
Setiap amal ibadah harus dikerjakan dengan niat ikhlas
mengharap ridha Allah SWT agar mendapat keberkahan dari apa
yang dikerjakan. Termasuk ketika hendak mengeluarkan harta
melalui zakat.
2. Muzakki (Orang yang berzakat ).
Dikutip dari buku Berzakat Itu Mudah oleh Ahmad
Tajuddin Arafat, Muzakki adalah orang yang wajib membayar
zakat. Orang yang wajib membayar zakat fitrah adalah tiap-tiap
kaum muslimin, baik dewasa, lansia, maupun anak-anak.
3. Mustahik (Orang yang menerima zakat).
Diketahui bahwa mustahik zakat adalah istilah bagi orang-
orang yang berhak menerima zakat.

D. Jenis-jenis harta yang wajib dizakati serta orang-orang yang berhak


menerima zakat dan haram dizakati
11

Jenis-jenis harta yang wajib untuk dikeluarkan zakatnya adalah :

1. Zakat Emas dan Perak.


Zakat emas, perak, atau logam mulia adalah zakat yang dikenakan
atas emas, perak dan logam mulia lainnya yang telah mencapai nisab
dan haul.
2. Zakat Binatang Ternak.
Zakat Hasil Ternak meliputi hasil dari peternakan hewan baik
besar (sapi,unta) sedang (kambing,domba) dan kecil (unggas, dll).
3. Zakat Hasil Pertanian.
Hasil pertanian yang harus keluarkan zakatnya adalah dari jenis
makanan pokok seperti jagung, beras, kurma, dan gandum yang biasa
disebut dengan zakat hasil pertanian buah, panen, atau sayuran.
4. Zakat Profesi.
Zakat penghasilan atau dikenal dengan zakat profesi
merupakan salah satu bagian dari zakat mal yang wajib ditunaikan oleh
umat Muslim yang telah mendapat penghasilan dari pekerjaannya.
5. Zakat Perniagaan.
Zakat Perdagangan atau Zakat Perniagaan (dalam hukum islam
dinamakan dengan zakat tijarah) adalah zakat yang dikeluarkan atas
kepemilikan harta yang diperuntukkan untuk jual-beli.
6. Zakat Rikaz.
Yaitu harta terpendam yang merupakan peninggalan bangsa masa
lalu. Harta jenis ini apabila ditemukan oleh seseorang atau beberapa
orang, baik muslim maupun non muslim, menurut mayoritas ulama,
maka wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 20%, terhitung sejak harta
tersebut ditemukan.
7. Zakat hasil Tambang.
Zakat hasil tambang adalah zakat yang dikeluarkan untuk setiap
barang hasil dari penambangan yang digali sekaligus harus memenuhi
nisab.

a. Orang–orang Yang Berhak Menerima Zakat


Terdapat 8 golongan yang termasuk orang-orang yang berhak
menerima zakat. Allah Subhanahu Wa Ta’aalaa telah memberikan
jaminan untuk menjelaskan siapa saja orang-orang yang berhak
menerima zakat. Hal ini tercantum dalam firman Allah pada surat At-
Taubah ayat 60, antara lain :
1. Orang Fakir.
12

Fakir merupakan kondisi ketika seseorang tidak memiliki


harta dan pekerjaan, sehingga kesulitan dalam memenuhi
kebutuhannya sehari-hari.
2. Orang Miskin.
Sedangkang miskin adalah kondisi di mana sudah memiliki
pekerjaan dan juga harta, namun belum bisa mencukupi kebutuhan
pokok dirinya maupun keluarga yang ditanggungnya sehari-hari.
3. Amil Zakat.
Orang yang ditugaskan oleh imam pada kabilah-kabilah
untuk mengambil zakat dari mereka. Mazhab Hanafi hanya
menggambarkan bahwa amil adalah petugas yang diangkat oleh
imam untuk mengumpulkan zakat dari muzakki (wajib zakat) saja.
4. Muallaf.
Mualaf adalah orang non muslim yang baru saja memeluk
agama islam
5. Riqab.
Riqab berarti budak, budak di sini diartikan sebagai mereka
yang menjadi tawanan akibat perang yang dibenarkan secara
syariat.
6. Gharim ( Orang yang berhutang).
Gharim adalah salah satu kelompok orang yang berhak
menerima zakat sesuai dengan perintah di Q.S. At Taubah ayat 60.
Alasan mereka gugur untuk menunaikan bayar zakat disebabkan
oleh adanya hutang yang belum mampu melunasi kewajiban
hutangnya.
Sejatinya, seseorang yang dimaksud dengan gharim adalah
mereka yang berhutang untuk hal kebaikan dan bukan hanya
kepentingan pribadi. Selain itu, adanya musibah atau bencana alam
juga merupakan alasan pasti seseorang disebut sebagai gharim.
7. Fii sabilillah.
Yang dimaksud dengan fii sabilillah adalah segala sesuatu
yang bertujuan untuk kepentingan di jalan Allah. Misal,
pengembang pendidikan, dakwah, kesehatan, panti asuhan,
madrasah diniyah dan masih banyak lagi.
8. Ibnu sabil
Ini adalah golongan musafir ( musafir adalah orang yang
sedang berpergian untuk tujuan tertentu) , yang kehabisan biaya di
perjalanan dalam ketaatan kepada Allah.

b. Orang-orang yang haram menerima zakat:


13

1. Orang yang kaya dengan harta atau kaya dengan usaha dan
penghasilan.
2. Hamba sahaya yang mendapatkan nafkah dari tuanya.11 Termasuk
Bani Muthalib, Bani Hasyim, Bani Naufal, Bani Syam dan istri-
istri Rasulullah12.
3. Orang yang dalam tanggungan zakat, maksudnya tidak boleh
memberikan zakat terhadap orang yang masih menjadi tanggungan
orang yang berzakat.13
4. Orang yang tidak beragama Islam.14

E. Strategi pengembangan zakat di Indonesia dalam rangka membangun


ketahanan ekonomi umat islam.

Berikut beberapa strategi pengembangan potensi zakat di Indonesia


dalam rangka membangun ketahanan ekonomi umat Islam.

a. Membudayakan membayar zakat.


Menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran membayar zakar
tidak hanya terfokus kepada muzakki yang telah rutin membayarkan
kewajiban zakatnya, meskipun mereka adalah bagian yang harus dijaga
dan dirawat dalam menjalin hubungan antara muzakki dan lembaga
yang melayani, namun demikian, seluruh lapisan masyarakatpun harus
menjadi bagian yang wajib dibina sedini mungkin. Para amil
mendapatkan pembinaan skill modern dalam rangka optimalisasi
pendayagunaan media digital atau aktifitas berbasis teknologi. Namun
demikian, adakalanya amil harus datang menjemput bola untuk
membantu memverfikasi data muzakki dan menghitung kewajiban
zakat.
b. Adanya perluasan bentuk penyaluran atau pendistribusian.
Pendistribusian zakat adalah kegiatan untuk memudahkan dan
melancarkan penyaluran dana zakat dari muzakki kepada mustahik.
Danadana yang terkumpul akan didistribusikan dari muzakki kepada
mustahik melalui suatu lembaga yang mengelola zakat. Dengan
pendistribusian, dana zakat yang terkumpul dapat tersalurkan secara
tepat sasaran dan sesuai dengan yang dibutuhkan mustahik. Selain itu,
dengan adanya pendistribusian yang tepat maka kekayaan yang ada
11
Lihat al-Mugni (4/106-107) dan asy-Syarhul Mumti’ (6/264-266)
12
https://asysyariah.com/golongan-yang-tidakberhak-menerima-zakat/ diakses pada 05
Oktober 2023 Pkl.19.05 WIB
13
Lihat al-Mughni (4/98-100), al-Majmu’ (6/222- 223), Majmu’ al-Fatawa (25/90-93),
alIkhtiyarat hal. 61-62, Nailul Authar (4/178-179), dan asy-Syarhul Mumti’ (6/251-253, 262-263).
14
http://asysyariah.com/golongan-yang-tidakberhak-menerima-zakat/ diakses pada 05
Oktober 2023 Pkl.20.34 WIB
14

dapat melimpah dan merata dan tidak beredar dalam golongan tertentu
saja.
c. Membagi kefokusan dalam pemetaan program.
Dalam mencapai tujuannya lembaga amil zakat harus melakukan
beberapa kegiatan yaitu, merencanakan program organisasi pengelola
zakat (OPZ), pengorganisasian, strategi, melakukan pelaksanaan dan
pengawasan dapat mencapai apa yang menjadi tujuan dari lembaga
amil tersebut. Dalam undang-undang menjelaskan bahwa lembaga
amil zakat harus professional, amanah, terpercaya, dan memiliki
program kerja yang jelas baik dari penghimpunan dana sampai
pendistribusianya sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
mustahiq.
d. Daya jangkau pendistribusian dana zakat bisa mencakup kebutuhan
warga negara diluar negeri yang membutuhkan.
e. Dana zakat digunakan untuk pengembangan usaha kreatif-produktif
agar dapat mengurangi dominasi pasar asing dan investasi-investasi
asing yang justru merugikan masyarakat, dan hal ini juga bisa
digunakan untuk menyentuh perluasan jaringan usaha halal.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Zakat dalam istilah fiqih berarti sejumlah harta tertentu yang


diwajibkan Allah Subhanahu Wa Ta’aalaa diserahkan kepada orang-
orang yang berhak.
2. Sejarah tentang praktek zakat tidak hanya berlaku pada masa
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam saja, Alquran menjelaskan
kejadian masa lalu tentang praktek zakat agama samawi sebelum umat
Muhammad.
3. Ada beberapa Firman Allah Ta’aalaa yang menyebutkan bahwa
sedekah sama dengan zakat serta Perintah kewajiban zakat salah
satunya terdapat dalam hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah
Radhiyallahu‘anh.
4. Jenis-jenis harta yang wajib untuk dikeluarkan zakatnya adalah :
a. Zakat Emas dan Perak.
b. Zakat Binatang Ternak.
c. Zakat Hasil Pertanian.
d. Zakat Profesi.
e. Zakat Perniagaan.
f. Zakat Rikaz.
g. Zakat hasil Tambang.

Terdapat 8 golongan yang termasuk orang-orang yang berhak


menerima zakat antara lain :

a. Orang Fakir.
b. Orang Miskin.
c. Amil Zakat.
d. Muallaf.
e. Riqab.
f. Gharim ( Orang yang berhutang).
g. Fii sabilillah.
h. Ibnu sabil

Orang-orang yang haram menerima zakat antara lain :

a. Orang yang kaya dengan harta atau kaya dengan usaha dan
penghasilan.
b. Hamba sahaya yang mendapatkan nafkah dari tuanya.

15
c. Orang yang dalam tanggungan zakat.
d. Orang yang tidak beragama Islam.
5. Berikut beberapa strategi pengembangan potensi zakat di Indonesia
dalam rangka membangun ketahanan ekonomi umat Islam.
a. Membudayakan membayar zakat.
b. Adanya perluasan bentuk penyaluran atau pendistribusian.
c. Membagi kefokusan dalam pemetaan program.
d. Daya jangkau pendistribusian dana zakat bisa mencakup kebutuhan
warga negara diluar negeri yang membutuhkan.
e. Dana zakat digunakan untuk pengembangan usaha kreatif-
produktif agar dapat mengurangi dominasi pasar asing dan
investasi-investasi asing yang justru merugikan masyarakat.

B. Saran

Demikianlah makalah yang kami buat mudah – mudahan apa yang


kami paparkan bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi kita semua.
Kami menyadari apa yang kami paparkan dalam makalah ini tentu masih
belum sesuai apa yang di harapkan,untuk itu kami berharap masukan
yang lebih banyak lagi dari guru pengampu dan teman – teman semua.

16
DAFTAR PUSTAKA

Budaya, Adang, and Syamsuddin Ali Nasution. “Pengembangan Mandatori Zakat


Dalam Sistem Zakat Di Indonesia.” Jurnal Ilmiah Living Law 13, no. 1
(2021): 1. https://doi.org/10.30997/jill.v13i1.3036.
Nufus Cut Hayatun , “Pengelolaan Zakat di Aceh Perspektif Qanun”,
STEI SEBI, 2016
Sejarah Pengelolaan Zakat Nasional, Baznas Garut, diakses pada 04 Juni
2023 Pkl.12.30 WIB
Qardawi M. Yusuf, “Hukum Zakat”, Litera Antar Nusa, Bogor, 1999
Hafidhuddin Didin, “Zakat dalam Perekonomian Modern”, Gema Insani,
Jakarta, 1998
Lihat http://www.judaism-islam.com/tsedakahzakah-sadaqah-the-law-of-charity-
in-islam-andjudaism/#sthash.wDgJkmEo.dpuf. Lihat juga
http://www.jewfaq.org/tzedakah.htm diakses pada tanggal 05 Oktober 2023
Pkl.15.00 WIB
Zalikha, “Pemberian Sumbangan Pada Pemintaminta Pasca Panen Padi”,
Jurnal Al-Bayan, Vol. 2, No. 33, Januari-Juni 2016
Tafsirq, Kitab Shahih Bukhari Muslim Nomor 16
Lihat al-Mugni (4/106-107) dan asy-Syarhul Mumti’ (6/264-266)
https://asysyariah.com/golongan-yang-tidakberhak-menerima-zakat/
diakses pada 05 Oktober 2023 Pkl.19.05 WIB
Lihat al-Mughni (4/98-100), al-Majmu’ (6/222- 223), Majmu’ al-Fatawa
(25/90-93), alIkhtiyarat hal. 61-62, Nailul Authar (4/178-179), dan asy-Syarhul
Mumti’ (6/251-253, 262-263).

Anda mungkin juga menyukai