Rukun Dan Syarat E-Commerce
Rukun Dan Syarat E-Commerce
MAKALAH
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
RACHMADANA 2102010013
(STAI-DDI) PINRANG
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
bisa menyusun dan menyelesaikan makalah tentang “RUKUN DAN SYARAT
DALAM TRANSAKSI ECOMMERCE” ini dengan baik dan tepat waktu guna
memenuhi tugas mata kuliah Perbankan Syariah.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya teknologi dari masa ke masa membawa banyak
perubahan dan kemajuan dalam kehidupan manusia di banyak aspek kehidupan
khususnya bisnis dan aktivitas pasar. Dalam bisnis perdagangan misalnya,
kemajuan teknologi telah melahirkan metode bertransaksi yang dikenal dengan
istilah E-Commerce (Elektronic Commerce). Secara lebih luas, E-Commerce
merupakan penggunaan alatalat elektronik dan teknologi untuk melakukan
perdagangan, meliputi interaksi Business-To-Business, dan Business-To-
Consumer. E-Commerce menggambarkan cakupan yang luas mengenai teknologi,
proses, dan praktik yang dapat melakukan transaksi bisnis tanpa menggunakan
kertas sebagai sarana mekanisme transaksi. Hal ini bisa dilakukan dengan
berbagai cara seperti melalui E-Mail atau bisa juga melalui World Wide Wed. 1
Pada konsep perdagangan jual beli E-Commerce menimbulkan perikatan
antara para pihak untuk memberikan suatu prestasi. Implikasi dari perikatan itu
adalah timbulnya hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak yang
terlibat. Dalam jual beli yang menimbulkan adanya perikatan menyebabkan
adanya hubungan para pihak, yakni pihak yang satu berhak prestasi dan pihak
lainnya wajib memenuhi prestasi, begitu juga sebaliknya. Pada setiap jual beli
sekurang-kurangnya terdapat dua pihak, yaitu pihak penjual yang berkewajiban
menyerahkan barang objek jual beli dan pihak pembeli yang berkewajiban
membayar harga pembelian. Secara umum perdagangan secara Islam menjelaskan
adanya transaksi yang bersifat fisik, dengan menghadirkan benda tersebut pada
saat transaksi jual beli, sedangkan E-Commerce tidak seperti itu, sehingga E-
Commerce merupakan model perjanjian jual beli dengan karakteristik tersendiri
yang melakukan kegiatan transaksi pada jangkauan lokal maupun global. Oleh
1
Sri Ayu Rhahayu Ningsih, “Transaksi E-Commerce Menurut Ekonomi Islam (Studi
Kasus Sistem Jual Beli Onlinedi Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya Pekanbaru)” (2015)
1
2
karena itu, permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimana pandangan Hukum
Islam pada jual beli E-Commerce.2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem transaksi dalam E-Commerce?
2. Apa sajakah syarat dan rukun transaksi E-Commerce dalam islam ?
3. Apakah akad transaksi E-Commerce ?
4. Bagaimanakah tata cara transaksi dan pandangan transaksi E-Commerce
dalam islam?
C. Tujuan
1. Mengetahui sistem transaksi dalam E-Commerce
2. Mengetahui syarat dan rukun transaksi E-Commerce dalam islam
3. Mengetahui akad transaksi E-Commerce
4. Mengetahui tata cara transaksi dan pandangan transaksi E-Commerce
dalam islam
2
Ardiana Hidayah, “Jual Beli E-Commerce Dalam Perspektif Hukum Islam” 6, no. 1
(2019): 5–10.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Transaksi Dalam E-Commerce
E-Commerce merupakan kegiatan bisnis yang menyangkut konsumen
(consumers), manufaktur (manufactures), service providers dan pedagang
perantara (intermediaries) dengan menggunakan jaringan komputer (computer
networks) yaitu internet. Penggunaan sarana internet merupakan suatu kemajuan
teknologi yang dapat dikatakan menunjang secara keseluruhan spektrum kegiatan
komersial.3
3
Mawardi, “Transaksi E-Commerce Dan Bai’ As-Salam (Suatu Perbandingan)”, Jurnal
Hukum Islam, Vol. VII, No. 1 (Juni 2008), h. 62
3
4
4
Asnawi Haris Faulidi, Transaksi Bisnios E-Commerce Perspektif Islam, (Yogyakarta:
Magistra Insania Press, 2004), h. 17-18.
5
sah, begitu juga barang yang belum pasti adanya, seperti binatang
yang masih di dalam kandungan induknya;
2. Obyek transaksi berupa barang yang bernilai, halal, dapat dimiliki,
dapat disimpan dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya serta tidak
menimbulkan kerusakan;
3. Barang yang dijadikan obyek transaksi merupakn hak milik secara
sah, kepemilikan sempurna. Berdasarkan syarat ini, maka tidak sah
jual beli pasir di tengah padang, jual beli air laut yang masih di laut
atau jual beli panas matahari, karena tidak adanya kepemilikan yang
sempurna;
4. Obyek harus dapat diserahkan saat transaksi. Berdasarkan syarat ini
maka tidak sah jaul beli binatang liar, ikan di lautan atau burung
yang berada di udara, karena tidak dapat diserahkan kepada
pembeli.
Sementara syarat yang terkait ijab dan qobul ada tiga, yaitu:
a. Ijab dan qobul harus dilakukan oleh orang yang cakap hukum. Kedua
belah pihak harus berakal, mumayyiz, tahu akan hak dan kewajibannya.
Syarat ini pada hakikatnya merupakan syarat pihak yang berakad dan
bukan syarat shighat akad. Berkaitan dengan syarat ini, maka media
transaksi berupa tulisan atau isyarat juga harus berasal dari pihak yang
mempunyai kriteria dan memenuhi syarat tersebut;
b. Kesesuaian antara qobul dengan ijab, baik dari sisi kualitas maupun
kuantitas. Pembeli menjawab semua yang diutarakan pembeli. Apabila
pihak pembeli menjawab lebih dari ijab yang diungkapkan penjual,
maka transkasi tetap sah. Sebaliknya, apabila pembeli mejawab lebih
singkat dari ijab yang diucapkan penjual maka transaksi tidak sah.
Kesesuaian ini termasuk harga dan sistem pembayaran;
c. Ijab dan qobul dilakukan dalam satu majlis, sekiranya para pihak yang
melakukan transaksi hadir dalam satu tempat secara bersamaan, atau
berada dalam suatu tempat yang berbeda, namun keduanya saling
mengetahui. Artinya perbedaan tempat bisa dianggap satu majelis atau
6
5
Wahbah Zuhaili, “Terjemah Fiqih Islam Wa Asillatuhu,” Jilid 5, 2011, h. 31.
7
a. Terbebas dari sifat atau syarat yang pada dasarnya tidak mengikat para
pihak;
b. Terbebas dari khiyar, akad yang masih tergantung dengan hak khiyar
baru mengikat ketika hak khiyar telah berakhir, selama hak khiyar
belum berakhir, maka akad tersebut belum mengikat.
Apa pun bentuk jual beli, apa pun cara dan media transaksinya, maka
harus memenuhi syarat dan rukun sebagaimana dijelaskan di atas. Transaksi
elektronik sebagai salah satu bentuk jual beli juga harus memenuhi syarat-
syarat di atas.
ditransaksikan belum ada (‘adam al-mādah) ketika transaksi terjadi. Dalam akad
as-salam calon pembeli menentukan barang yang akan dibeli dengan
menyebutkan spesifikasinya kepada penyedia barang. Ketika akad terjadi barang
yang diinginkan belum ada di hadapan kedua belah pihak yang bertransaksi
namun pihak penjual mampu menyediakan apa yang dipesan oleh calon pembeli
berdasarkan sifat-sifat yang telah disebutkan dan calon pembeli menyerahkan
pembayaran lebih dahulu. Kemudian barang akan diserahkan kepada pembeli
pada waktu yang telah disepakati.
Dalam transaksi e-commerce dengan akad as-salam ini barang sudah ready
atau sudah ada ketika pemmbeli memesan kepada penjual sehingga ketika
pembeli sudah transfer sesuai dengan yang disepakati antara penjual dan pembeli
maka penjual langsung mengirim barang yang dipesan ke pembeli melalui
ekspedisi yang sudah ditentukan.
untuk melunasi sesuai harga barang karena barang telah selesai diproduksi.
Setelah pembeli melakukan pelunasan penjual mulai melakukan pengiriman
melalui ekspedisi yang telah ditentukan sebelumnya.8
Ada lima tahap yang harus dilakukan untuk mengetahui validitas transaksi
E-Commerce, yaitu:
8
Ningsih, “Transaksi E-Commerce Menurut Ekonomi Islam (Studi Kasus Sistem Jual
Beli Onlinedi Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya Pekanbaru).”
9
Hasan, A. (2009). Manajemen bisnis syari'ah: kaya di dunia terhormat di akhirat.
Pustaka Pelajar.
11
c. Implementasi/ pelaksanaan (Nafadz). Dalam tahap ini, ada dua hal utama
yang harus dilakukan: orang yang menawarkan produk adalah pemilik
produk itu sebenarnya dan memiliki hak penuh terhadap barang tersebut.
Barang tersebut terbebas dari semua hutang-piutang dan mengikat (Ilzaam).
Dalam tahap ini, kedua pihak harus menandatangani kontrak yang mengikat.
Sebelum menandatangani kontrak, pembeli harus memeriksa perusahaan
(penjual) dan produk yang dijual melalui agen atau pihak lain. Hal ini
dilakukan karena konseumen tidak bisa melihat secara langsung kondisi
barang, dan website bisa selalu dikembangkan. Setelah menandatangani
kontrak, pembeli harus menyimpan copy dari kontrak tersebut untuk
menghindari manipulasi.
d. Pengiriman. Tahapan Ini adalah tahapan dimana kedua pihak harus saling
menukar antara barang dan harga yang harus dibayarkan. Pada umumnya,
E-Commerce menggunakan kartu kredit, namun muslim harus menghindari
pemakaian kartu kredit yang mengandung riba, dan mencari alternatif
pembayaran yang lain, seperti pembayaran melalui bank. Setelah menerima
produk, konsumen juga harus memeriksa dan mengkonfirmasikan apakah
barang yang diterima sesuai dengan kondisi dan spesifikasi yang disepakati.
Dalam Islam, ada beberapa opsi yang dilakukan jika hal ini terjadi, yaitu
dengan khiyar.
e. Pembayaran untuk transaksi E-Commerce. Pembayaran ECommerce pada
umumnya dengan kartu kredit. Dalam Islam, jika 12 diasumsikan bahwa
penggunaan kartu kredit adalah halal, maka pembeli harus membayar harga
secara keseluruhan sebelum tanggal yang ditentukan. Bagaimanapun,
masalah utama dalam keabsahan ECommerce menurut pandangan Islam
adalah dimana konsumen hanya membayar 15% dari syarat minimum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA