Anda di halaman 1dari 13

PANDANGAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

TERHADAP JUAL BELI ONLINE (SHOPEE)

PROPOSAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian


Dosen Pengampu: Ach. Faidi, M.A., LL. M.

Disusun Oleh :

MUHAMMAD ANAS HIDAYATULLAH (20170702041079)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

JURUSAN SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2019
DAFTAR ISI

A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian................................................................................................................ 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................................................................. 7

E. Tinjauan Penelitian ............................................................................................................. 8

F. Jenis dan Pendekatan .......................................................................................................... 9

G. Sumber Data ....................................................................................................................... 9

H. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................................................. 10

I. Analisis Data....................................................................................................................... 10

J. Tahap-tahap Penelitian ....................................................................................................... 11

K. Daftar Pustaka ................................................................................................................... 11

2
A. Latar Belakang
Salah satu motor penggerak ekonomi adalah perdagangan. Jika suatu negara memiliki
aktifitas perdagangan yang cukup tinggi maka ekonomi negara tersebut akan meningkat,
begitupun sebaliknya, Jika suatu negara tidak banyak melakukan aktivitas perdagangan
maka negara tersebut akan berpengaruh dalam perekonomiannya, maka dari itu bisnis
perdagangan merupakan salah satu faktor terjadi nya kemajuan suatu negara dan
kegiatan ekonomi tidak akan pernah lepas dari bagaimana melakukan aktifitas transaksi.
Jual beli akan terus terjadi di belah bumi manapun, hal itu dapat difahami karena
manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya, khususnya dibidang materi.
Manusia termasuk makhluk yang serba ingin memiliki, semua yang dilihat dan dimiliki
oleh orang lain ingin dimilikinya. Karenanya Islam mengatur kehidupan sosial
(muamalah) manusia, agar satu dengan yang lain terjalin keharmonisan, termasuk
didalamnya cara memiliki yakni jual beli.
Dalam Islam segala sesuatu pekerjaan sudah ada aturannya, termasuk aturan dalam
perdagangan. Dalam perdagangan Islam akan ada yang namanya akad. Akad merupakan
bentuk perikatan dalam Islam yang memiliki kepentingan besar untuk menyorot diterima
atau ditolaknnya suatu transaksi. Pada dasarnya, akad merupakan sesuatu yang di
perbolehkan (al-jawaz wal-ibahah) atau bebas tanpa ikatan. Karena itu kebebasan
berakad tergantung kepada bentuk yang dibenarkan syariat. Kebebasan akad dalam
makna ini menyatakan bahwa setiap bentuk akad dipandang bebas untuk dilakukan
selama rukun dan persyaratan untuk melakukannya telah terwujud. Artinya akad yang
dilakukan dengan adanya unsur pemaksaan menjadi batal atau tidak sah. Salah satu akad
yang paling mendekati konsep dan penerapannya dalam transaksi e- commerce adalah
akad as-Salam.1
Bentuk-bentuk akad jual beli yang telah dibahas para ulama dalam fiqih muamalah
Islamiah terbilang sangat banyak. Jumlahnya bisa mencapai belasan bahkan sampai
puluhan. Namun, dari sekian banyak itu ada tiga jenis jual beli yang telah dikembangkan
sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam perbankan
syariah yaitu murabahah, as-salam, dan al-istishna‟.
Ulama sepakat tentang wujudnya aset atau barang yang di perjualbelikan sebagai
syarat sah jual beli. Apabila aset yang yang diperjualbelikan belum ada/ wujud, jual beli

1
Ashabul Fadhli, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Akad as-Salam Dalam Transaksi E-commerce,
Jurnal Pemikiran Hukum Islam, Vil XV, No. 1 tahun 2016, hal. 3.

1
tersebut termasuk jual beli ma‟dum (gharar) yang dilarang Allah dan Rasul-nya dalam
Al-Qur‟an dan hadist.18Sebagaimana dijelaskan dalam hadist bahwa Rasulullah SAW.
Melarang jual beli gharar (tidak jelas), misalnya umat Islam dilarang melakukan jual
beli atas barang yang belum wujud (ma‟dum).2
Hukum dalam Islam (Fiqih) merupakan segala hal yang berkaitan dengan
perbuatan/tindakan manusia yang didapatkan dari dalil-dalil yang spesifik melalalui
proses Ijtihad (campur tangan manusia). Salah satunya yang berkaitan dengan transaksi
jual beli adalah fiqih muamalah.
Fiqih muamalah adalah aturan aturan hukum Islam yang berkaitan dengan tindakan
hukum manusia dalam persoalan-persoalan keduniaan, seperti jual beli, gadai,
perdagangan, sewa, syarikat, mudharabah, nikah, hibah, waris, wasiat, perang,
perdamaian dan segala hal yang dibutuhkan manusia dalam hidupnya.3
Seseorang yang melakukan transaksi jual beli harus memperhatikan rukun dan syarat
jual beli yang sah bedasarkan batasan-batasan syariat agar tidak terjerumus kedalam
tindakan yang haram, berikut ini aturan- aturan yang di tetapkan dalam islam:
1. Pelaku transaksi, yaitu penjual dan pembeli.

2. Objek transaksi, yaitu harga dan barang.

3. Sighat (transaksi), yaitu segala tindakan yang dilakukan kedua belah pihak yang
menunjukan mereka sedang melakukan transaksi, baik tindakan itu berbentuk kata-
kata maupun perbuatan.
Salah satu fenomena muamalah dalam bidang ekonomi adalah transaksi jual beli
yang menggunakan media elektronik. Aktivitas perdagangan melalui media internet ini
disebut dengan electronic commerce atau yang disingkat dengan e-commerce.
Belakangan ini bisnis online di Indonesia meningkat dengan pesat. Banyak pebisnis
kecil yang mulai berjualan di internet, diantaranya yakni tentang penjualan berbasis
online. Saat ini telah terdaftar beberapa jual beli online yang telah menggunakan
peraturan-peraturan yang berunsurkan syariah, diantaranya Shopee. Shopee merupakan
aplikasi Online Shop atau daring marketplace (platform perdagangan elektronik). Dengan
Shopee pengguna dapat dengan mudah menjelajahi, berbelanja, dan menjual produk apa

2
Jaih Mubarok dan Hasannudin. Fikih Mu’amalah Maliyah Akad Jual Beli, (Bandung : Simbiosa Rekatama
Media, 2017), hal. 266-268.

3
Nasrun Haroen, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), hlm. 56

2
saja dan kapan saja.4
Akad jual beli pada Shopee pada dasarnya sama dengan jual beli pada umumnya,
hanya saja yang menjadi perbedaan adalah media yang ia gunakan. Yaitu hanya
bermodalkan internet sudah bisa digunakan untuk segala kebutuhan transaksi, tidak
sedikit orang yang menggunakan sistem ini, karena hal ini lebih efektif dan efesien.
Setelah saya mempelajari transaksi seperti apa yang dipakai dalam aplikasi jual beli
online pada Shopee, ternyata akad yang digunakan dalam transaksi pada Shopee bisa
dikatakan hampir sama dengan salah satu macam-macam akad yang ada pada fiqih
muamalah yaitu akad salam atau as-salam yaitu sistem pesanan, pembayaran dimuka,
kemudian barang diserahkan kepada pihak pembeli pada waktu yang telah di sepakati.
Dalam hal ini pembeli hanya memberikan rincian spesifikasi barang yang dipesan.
Untuk meyakini telah terjadinya akad as-Salam dalam transksi e-commerce,
sejumlah ulama fiqih yang terangkum pendapatnya dalam jumhur ulama menegaskan,
bahwa suatu transaksi yang akad nya menyerupai akad as-Salam apabila transaksi
tersebut memenuhi rukun as-Salam berupa pembeli (muslim), penjual (muslaim alaih)
atau di sebut juga pihak-pihak yang melakukan transaksi, modal atau uang (ra’sul maal
as-Salam), barang atau objek transaksi (muslam fih) dan ucapan ijab qabul (sighat).
Syarat jual beli beli yang pokok adalah orang yang berakad berakal sehat barang
yang di perjual belikan ada manfaatnya, barang yang diperjual belikan ada pemiliknya
dan dalam transaksi jual beli tidak terjadi manipulasi dan penipuan berdasarkan paparan
diatas dapat di bawa permasalahan pokok ini, yaitu jual beli melalu online yang
sebenarnya juga termasuk jual beli via telepon, sms dan alat komunikas lainnya. Syarat-
syarat yang harus ada dan terpenuhi dalam transaksi jual beli online :
1. Pihak-pihak yang terlibat melakukan transaksi (muslam wa muslam alaih)
Penjual (merchant) dan Pembeli (consumer) sebagai pihak-pihak transaksi.
Penjual adalah pelaku transaksi yang berjualan dan membuka lapak di Shopee dan
dipasarkan melalui jaringan Internet. Setiap penjual di tuntut harus memiliki asset
berupa harta atau barang dagangan yang keberadaanya bisa dibuktikan dan dimiliki
dalam bentuk kepemilikan sah (ra’sul maal as-salam). Kehadiran atas wujud aset
(obyek) dan kualitas objek yang dimaksud sangat mempengaruhi kebolehan penjual
untuk bertindak hukum.

4
https://id.wikipedia.org/wiki/Shopee_Indonesia, diakses pada 30 Oktober 2019.

3
2. Ucapan ijab qabul (sighat)
Sighat dalam jual beli onlie sudah menjadi keharusan pihak-pihak yang terlibat
dalam transaksi e-commerce dapat betindak sebagai ijab maupun qabul. Keinginan
pembeli untuk membeli barang dagangan yang di akses melalui internet, selanjutnya
akan di akhiri dengan pertanyaan, penawaran, dan kesepakatan para pihak yang
terangkum dalam lafaz sighat.
Pada transkasi e-commerce bentuk sighat dapat dilakukan dengan cara
penyampaian verbal melalui telepon, pengiriman pesan memalui sejumlah media
sosial ataupun media tulis lain yang tujuannya untuk memberi kejelasan pada
pembeli, Shopee menyediakan fitur chat, jadi pembeli dan penjual bisa
berkomunikasi disana, sehingga jika ada hal hal yang tidak di inginkan ketika
bertransaksi mereka bisa menyelesaikan nya dengan pihak yang terkait.
Penjual dapat memenuhi dan kepuasan pembeli dengan memenuhi ssegala
permintaan dan penawaran pembeli sesuai aturan dan kesepakatan yang telah dibuat.
Kebebasan untuk memilih dan bertindak didapati secara bebas sesuai kehendak dan
keinginan pembeli dengan melihat, membaca, hingga menyetujui aturan dan
perjanjian yang dibuat. Komunikasi dua arah antara penjual dan pembeli melalui
internet inilah yang kemudian disebut sebagai sighat. Sebab, ikatan antara penjual
dan pembeli terbentuk melalui kesepakatan yang jelas (ijab dan qabul) yang diakhiri
dengan serah terima.
3. Barang atau obyek transaksi (muslam fih)
Obyek transaksi merupakan barang yang diiklankan atau di pasarkan oleh
penjual di dalam aplikasi Shopee, yang mana keberadaanya mesti bisa di terima oleh
pihak pembeli sesuai kesepakatan para pihak. Sebelum terjadinya pembayaran
masing-masing pihak telah sepakat mengenai jumlah, bentuk, biaya, cara pengiriman
barang, waktu pengiriman serta metode pembayaran yang akan digunakan.
Sistem transaksi yang diterapkan pada jual beli online ini adalah akad as-
Salam karena pembayaran yang yang di sepakati adalah pembayaran dimuka, penjual
harus menyelesaikan administrasi terkebih dahulu kemudian barang yang di pesan
akan sampai kepada pihak pembeli pada waktu yang di sepakati.
Akan tetapi setelah di analisa penulis menemukan keganjalan yaitu ketika
dikatakan bahwa akad salam adalah akad yang pembayarannya di muka, memang
benar Shopee melakukan pembayaran di muka akan tetapi dana tersebut belum
sampai kepada pihak penjual, akan tetapi kepada pihak Shopee terlebih dahulu.
4
Karena pada salam ini maksudnya adalah dana harus di terima langsung oleh penjual.
Hikmahnya adalah dimana agar membantu si penjual untuk memproduksi kembali
barang daganganya, bukan malah menjadikan penjual lebih merasa berat. Ini hanya
sebuah kemiripan akad saja. Sehingga orang menganggap bahwa Shopee ini
menggunakan akad Salam.5
Shopee ini lebih tepat disebut dengan Khiyar Ru’yah. Konsep Khiyar ini
disampaikan oleh Fuqoha Hanafiyah, Malikiyah, Hanabilah dan Dhahiriyah dalam kasus
jual beli benda yang ghaib (tidak ada di tempat) atau benda yang belum pernah di periksa.
Syarat Khiyar Ru’yah bagi yang membolehkannya antara lain:
a) Barang yang di transaksikan berupa barang yang secara fisik ada dan dapat dilihat
berupa harta tetap atau harta yang bergerak.
b) Barang dagangan yang ditransaksikan dapat dibatalkan dengan
mengembalikan saat transaksi.
c) Tidak melihat barang dagangan ketika terjadi transaksi atau sebelumnya, sedangkan
barang dagangan tersebut dapat berubah.6
Hal ini juga bisa dikatakan jual beli biasa atau tidak sama dengan jual beli as- Salam.
Sama seperti bisnis pada umumnya, bisnis online dalam ekonomis syariah juga terbagi
dalam yang halal dan yang haram, legal atau illegal. Bisnis online yang diharamkan yaitu
bisnis judi online perdagangan barang-barang terlarang seperti narkoba, video porno,
barang yang melanggar hak cipta, senjata dan benda lain yang tidak memiliki manfaat.
Intinya, bisnis online adalah bisnis berdasarkan muamalah. Bisnis online diizinkan
(ibahah) selama bisnis tersebut tidak mengandung elemen yang dilarang. Hanya berdasar
pada deskripsi yang disediakan oleh penjual dianggap sah, namun jika deskripsi barang
tidak sesuai maka pembeli di perbolehkan untuk meneruskan pembelian atau
pembatalannya.
Sistem transaksi yang diterapkan pada jual beli online ini adalah akad as-Salam
karena pembayaran yang yang di sepakati adalah pembayaran dimuka, penjual harus
menyelesaikan administrasi terkebih dahulu kemudian barang yang di pesan akan sampai
kepada pihak pembeli pada waktu yang di sepakati.
Akan tetapi setelah di analisa penulis menemukan keganjalan yaitu ketika dikatakan
bahwa akad salam adalah akad yang pembayarannya di muka, memang benar Shopee

5
Rahmat Syafi’i, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hal. 76-88.

6
Ibid, hal. 90.

5
melakukan pembayaran di muka akan tetapi dana tersebut belum sampai kepada pihak
penjual, akan tetapi kepada pihak Shopee terlebih dahulu. Karena pada salam ini
maksudnya adalah dana harus di terima langsung oleh penjual. Hikmahnya adalah
dimana agar membantu si penjual untuk memproduksi kembali barang daganganya,
bukan malah menjadikan penjual lebih merasa berat. Ini hanya sebuah kemiripan akad
saja. Sehingga orang menganggap bahwa Shopee ini menggunakan akad Salam.
Akad transaksi jual beli Shopee adalah akad yang tidak mempertemukan penjual dan
pembeli, namun sama-sama saling membutuhkan satu sama lain. Akan tetapi semuanya
dapat berkomunikasi melalui internet, seperti adanya fasilitas chat (ijab dan qabul),
adanya barang atau objek transaksi dan lain sebagainya yang terdapat dalam aplikasi ini.
Sehingga dalam transaksi Jual beli Shopee sudah sesuai dengan rukun dan syarat sah jual
beli dalam Islam.
Di dalam transaksi jual beli sudah sepastinya tidak ada pihak yang ingin dirugikan
satu sama lain. Seperti kasus-kasus yang sering terjadi pada jual beli online yaitu, barang
tidak sesuai dengan apa yang dipesan, atau barang rusak ketika sampai kepada pembeli,
terjadinya keterlambatan pengiriman, dan lain sebagainya. Maka dari itu sudah
seharusnya ada bukti nyata dari adanya Undang–undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen pasal 4 yang menjelaskan bahwa hak konsumen di antaranya
adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
atau jasa, hak untuk memilih barang atau jasa serta mendapatkan barang atau jasa
tersebut. Dan berhak mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya. Penting juga untuk di ketahui kewajiban kita sebagai konsumen yang terdapat
pada asal 4 adalah membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian
atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan.7
Setelah saya mempelajari bagaimana transaksi jual beli pada Shopee apabila
terdapat contoh kasus seperti di atas. Pihak Shopee bertanggung jawab untuk hal-hal
seperti itu, ada banyak cara yang Shopee lakukan jika ada masalah dari konsumen tentang
kekecewaan pada saat bertransaksi. Seperti barang yang tidak sesuai bisa di ajukan
pengembalian, salah satu caranya adalah konsumen bisa mengirim kembali barang
tersebut kepada jasa pengiriman barang atau kurir ekspedisi ke alamat penjual, setelah itu
jika di ketahui barang telah sampai kepada pihak penjual maka Shopee akan

7
Undang–undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

6
mengembalikan uang pembeli ke dalam aplikasi Shopee-nya atau yang tertera disana
yaitu “Shopeepay”.
Kesimpulannya setiap perusahaan pasti ingin memberikan pelayanan yang terbaik
bagi para pelanggannya, bahkan berbagai macam cara dilakukan agar konsumennya bisa
senyaman mungkin bertransaksi, dan menjadi pelanggan setia pada perusahaan tersebut.
Jadi transaksi jual beli pada Shopee, saya rasa 90% dikatakan sudah aman dalam
memberikan pelayanan kepada para konsumennya dan sesuai dengan ketentuan yang ada
pada Undang–undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah transaksi jual beli pada Shopee sudah sesuai dengan syariat Islam ?
2. Apakah transaksi jual beli pada Shopee sudah memberikan pelayanan yang maksimal
terhadap kenyamanan konsumen ? mengacu pada Undang–undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian berdasarkan latar belakang dan
perumusan masalah yang telah peneliti uraikan di atas adalah :
1. Untuk menganalisis akad jual beli apakah sesuai dengan sayariat islam yang
digunakan pada lembaga Shopee.
2. Untuk menganalisis sejauh mana perlindungan konsumen yang diterapkan di
lembaga Shopee tersebut yang mengacu pada Undang–undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat secara teoritis adalah penelitian ini diharapkan memberikan sumbangsih
pemikiran, mengenai akad jual beli online menurut syariat islam dan perlindungan
terhadap konsumen jika hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Manfaat praktis adalah memberikan informasi kepada peneliti yang akan datang agar
melakukan penelitian yang lebih mendalam, dan Manfaat bagi akademisi untuk
menambah ilmu pengetahuan serta wawasan mengenai pelaksanaan analisis hukum islam
dan perlindungan terhadap konsumen sesuan dengan Undang–undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen terhadap transaksi jual beli online.

7
E. Tinjauan Penelitian
Untuk menghasilkan tulisan yang terarah, tidak tumpang tindih dan komprehensif,
maka sebagai langkah awal, penulisan melakukan review terhadap beberapa studi
terdahulu yang dianggap relefan. Yaitu, tulisan yang berkaitan dengan jual beli dalam
islam.
Penulis menemukan beberapa tulisan, diantaranya sebuah buku berjudul “Panduan
Praktis Fiqih Perniagaan” karya Muhammad Arifin Bin Badri buku ini panjang lebar
dalam menjelaskan prinsip-prinsip dasar perdagangan dan bisnis dalam Islam dan
kemudian dikukuhkan dengan pembahasan pokok yang lain, yaitu syarat-syarat sah akad
jual beli, lengkap dengan berbagai penerapannya dalam berbagai kasus di masyarakat.
Semua kajian dalam buku ini berdasarkan dali-dalil yang kokoh dari al-Qur’an dan as-
Sunnah, dengan penerapan kaidah-kaidah fikih dan ushul fikih, serta tarjih pendapat para
ulama.8
Dan buku yang berjudul “Fiqh Muamalah” karya Hendi Suhendi, yang isinya
sangat lengkap membahas tentang ekonomi islam, kedudukan harta, hak milik, jual beli,
bunga bank dan riba, musyarakah, ijarah, mudayanah, koperasi, asuranji, etika bisnis, dan
lain-lain.9
Serta skrips karya Diyah Ayu Minuriha tahun 2018. Yang melakukan penelitian
dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Dalam Marketplace
Online Shopee Dikalangan Mahasiswa UINSA Surabaya”. Teknik analisis yang
digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: penjual dan
pihak shopee melakukan akad sewa menyewa ijarah. Karena terdapat upah atau imbalan
melalui penahananan atau peminjaman uang di dalam rekening bersama atau pun Shopee
pay.10
Disini penulis berniat untuk melanjutkan penelitian tersebut karena terdapat
persamaan dalam penelitian ini, bahwasannya tempat yang menjadi penelitian adalah
Shopee. Akan tetapi yang membedakan adalah objek penelitian, Penulis akan fokus
dalam penelitian jual beli online yang sesuai dengan syariat islam serta hukum
perlindungan konsumen dan peneliti sebelumnya fokus pada akad sewa-menyewa.

8
Muhammad Arifin Bin Badri, Panduan Praktis Fiqih Perniagaan, (Bogor: Darul Haq, 2012)
9
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005)
10
Diyah Ayu Minuriha, Skripsi, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Dalam Marketplace Online Shopee,
(Surabaya: Uinsa, 2018)

8
F. Jenis dan Pendekatan
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriftip
analisis. Penelitian kualitatif yakni penelitian yang mendasarkan data-data
penelitiannya pada data-data kualitatif. Data kualitatif dapat berupa dokumentasi
tertulis, foto/gambar, dan hasil wawancara.
Penelitian kualitatif bisa menghasilkan informasi yang deskriftif yaitu
memberikan gambar menyeluruh dan jelas terhadap situasi sosial yang diteliti.
Dalam kasus ketidak tahuan konsumen terhadap akad islam yang digunakan pada
jual beli online sehingga ditemukan kesimpulan atas konsep jual beli, perlidungan
konsumen, sehingga ditemukan kesimpulan yang objektif, logis, dan sistematis
sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini mendasarkan kepada penelitian hukum normatif yang dapat
disebut dengan penelitian hukum doktriner dan disebut juga sebagai penelitian
kepustakaan atau studi dokumen. Disebut penelitian hukum doktriner, karena
penelitian ini dilakukan untuk ditujukan hanya pada peraturan yang tertulis atau
bahan-bahan hukum lain. Sebagai penelitian kepustakaan atau studi dokumen
disebabkan penelitian ini dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder.
Penelitian hukum ini dilakukan dengan pendekatan konseptual (conceptual
approach), dilakukan manakala peneliti tidak beranjak dari aturan hukum yang ada,
pendekatan ini untuk menemukan dan membangun sebuah konsep untuk dijadikan
sebuah acuan dalam penelitian.
G. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian dalam penelitian initerdiri dari:
1. Data primer
Data yang diperoleh melalui penelitian lapangan yaitu berupa keterangan-
keterangan yang berasal dari pihak-pihak yang terlibat dalam objek penelitian yang
dimaksud agar lebih memahami maksud dan tujuan dari data sekunder yang ada.
Data primer ini pada pelaksanaannya hanya berfungsi sebagai penunjang dari data
sekunder.
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber dari bahan bacaan yang bersifat
membantu atau menunjang dalam melengkapi serta memperkuat data. Memberikan
9
penjelasan mengenai sumber data primer, berupa buku daftar pustaka yang berkaitan
dengan objek penelitian. Yang memiliki kegunaan sebagai petunjuk kepada peneliti
untuk menentukan permasalahan. Bahan hukum ini dapat menjadi panduan dalam
menyusun argumentasi yang akan diajukan dalam hasil penelitian.
H. Prosedur Pengumpulan Data
1. Studi Pustaka
Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yang dilakukan
dengan cara mencari, menginventarisasi, dan mempelajari peraturan perundang-
undangan, dan data sekunder lainnnya. Data yang berhubungan dengan penulisan
proposal ini yaitu akad jual beli apakah sesuai dengan sayariat islam, perlindungan
konsumen, dan kepustakaan lain yang relevan dengan penelitian ini. pengolahan
data studi pustaka dengan cara dibaca, dikaji, dan dikelompokan sesuai dengan
pokok masalah yang akan diteliti.
2. Wawancara
Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data primer, yang dilakukan
dengan cara melakukan wawancara secara bebas dan terstruktur, yang dilakukan
dengan pihak yang terkait dengan perjanjian penjaminan yakni Shopee Indonesia.
Kemudian hasil wawancara digunakan untuk menjadi sumber referensi dan
memperkuat data.
I. Analisis Data
Data yang telah terkumpul dan telah diolah akan dibahas dengan menggunakan
metode normatif kualitatif, yakni suatu pembahasan yang dilakukan dengan cara
menafsirkan dan mendiskusikan data-data yang telah diperoleh dan di olah berdasarkan
norma-norma hukum, doktrin, dan teori hukum islam yang ada.
Pada penelitian ini, deskriftif analisis dengan jenis penelitian kualitatif yang akan
digunakan untuk menentukan justifikasi hukum atas kebijakan yang diterapkan pada jual
beli e-commerce Shopee.
Langkah yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam
penelitian ini, baik data primer dan data sekunder. Setelah data terkumpul, kemudian
dipilih kategori mana mana yang relevan dan mana yang tidak relevan terhadap
penelitian ini. setelah itu disusun menjadi rancangan yang sistematis untuk ditampilkan
sehingga pada kesimpulan akhir didapatkan suatu hasil berdasarkan data yang dianalisis.

10
J. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian, ada beberapa tahap yang memang harus dilalui oleh seorang
peneliti, yaitu :
a. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan ini merupakan tahap dimana ditetapkan apa saja yang harus
dilakukan sebelum peneliti masuk ke lapangan obyek studi. Dan ada beberapa hal
yang harus dimiliki oleh peneliti yang akan meneliti seperti menyusun rancangan
penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perijinan, menjajaki dan menilai
keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan yang ada, menyiapkan
perlengkapan penelitian dan persoalan etika penelitian.11
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap pekerjaan lapangan ini merupakan tahap dimana peneliti melakukan dengan
cara memahami latar penelitianq dan persiapan diri, memasuki lapangan, peneliti
berperan serta dalam mengumpulkan data dengan menggunakan teknis wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
K. Daftar Pustaka
Fadhli,Ashabul, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Akad as-Salam Dalam
Transaksi E-commerce, Jurnal Pemikiran Hukum Islam, Vil XV, No. 1 tahun 2016.
Mubarok,Jaih dan Hasannudin. Fikih Mu’amalah Maliyah Akad Jual Beli, Bandung :
Simbiosa Rekatama Media, 2017.
Haroen,Nasrun, Fiqih Muamalat, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.
Syafi’i,Rahmat, Fiqh Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2001.
Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005.
Arifin Bin Badri,Muhammad, Panduan Praktis Fiqih Perniagaan, Bogor: Darul Haq,
2012.
Kasiram,Moh., Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, Malang : UIN-Maliki Press,
2008.
Ayu Minuriha,Diyah, Skripsi, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Dalam
Marketplace Online Shopee, Surabaya: Uinsa, 2018.
https://id.wikipedia.org/wiki/Shopee_Indonesia.
Undang–undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

11
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, (Malang : UIN-Maliki Press, 2008), hlm. 281.

11

Anda mungkin juga menyukai