DOSEN PENGAMPU:
BEGGY TAMARA, SH.,M.Sy
NAMA KELOMPOK:
ROSE AMADYA BERLIAN (2102010061)
M. FARHAN NAMARA (2102010064)
INTAN ANGGRAINI (2102010080)
AYU APRIZA (2102010084)
RADEN YUSUF J. M (2102010086)
TUBAGUS M. IRHAM (2102010093)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Swt. Berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya
kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Khiyar dalam dalam praktek jual beli konvensional dan online” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi tugas EKT 1 mata kuliah Muamalat di Prodi Ilmu Hukum,
Fakultas Hukum, Universitas Islam Syekh Yusuf. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana Khiyar dalam dalam
praktek jual beli konvensional dan online bagi pembaca dan juga bagi penulis.
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................................... 4
1) Teori Jual beli ............................................................................................ 4
1. Pengertian Jual Beli....................................................................... 4
2. Dasar Hukum Jual Beli ................................................................. 4
3. Rukun dan Syarat Jual Beli ........................................................... 5
4. Jual Beli Online ............................................................................. 7
5. Hikmah Jual Beli ........................................................................... 8
2) Teori Khiyar .............................................................................................. 9
1. Pengertian Khiyar ......................................................................... 9
2. Dasar Hukum Khiyar .................................................................... 9
3. Macam-macam Khiyar .................................................................. 10
4. Hikmah Khiyar .............................................................................. 12
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 13
A. Berdasarkan Tempat Terjadinya Akad...................................................... 13
B. Berdasarkan Perkembangan Akad Jual Beli ............................................. 15
C. Berdasarkan Modifikasi Bahasa ................................................................ 15
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 18
A. Kesimpulan ............................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memahami fiqh muamalah eksistensi manusia bagi umat sangat vital. Hal
ini dengan alasan bahwa fiqh muamalah merupakan standar yang mengkoordinir
dan menggerakkan eksistensi umat. Fiqh muamalah merupakan salah satu
komponen merancang dengan tujuan agar cenderung diterapkan dalam segala
keadaan dan keadaan keberadaan umat itu sendiri.1 Salah satu jenis fiqh muamalah
adalah perdagangan. Kebutuhan adalah struktur penting kehidupan, sehingga orang
dapat meningkatkan dan memenuhi kebutuhan mereka sendiri atau dengan bantuan
orang lain. Kerangka kerja yang digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah
dengan membeli hal-hal penting atau memperdagangkannya melalui produk
perdagangan.
1
Hendri Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 2013), hlm. 7-8.
1
2
memperbesar harga barang dagangan. yang sudah biasa atau mencari manfaat yang
besar, wajib mengeluarkan zakat atas manfaat yang diperoleh dengan asumsi
memenuhi syarat yang ditetapkan oleh agama, dan pedagang muslim wajib untuk
tidak meninggalkan perintah Ibadah.
Seperti yang ditunjukkan oleh para peneliti fiqh, khiyar didukung atau
diizinkan karena kebutuhan kritis untuk mengikuti keuntungan dari dua pemain
yang melakukan pertukaran. Jika pembeli barang dagangan tidak mengakuinya,
maka, pada saat itu, adalah wajar jika dia ditawari kesempatan untuk memilih
apakah akan menyetujui pembelian atau membatalkannya.
2
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014), hlm. 286
3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keberadaan posisi khiyar dalam pengembangan perdagangan dan
penjualan transaksi?
2. Bagaimana konsep khiyar sebagai kebutuhan pelengkap?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui praktik jual beli konvensional dan online.
2. Untuk mengetahui implementasi khiyar dalam jual beli konvensional dan
online.
.
BAB II
KAJIAN TEORI
3
Wahbah az-Zuahaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid, V (Jakarta: Gema Insani, 2011), hlm. 25.
4
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 177.
5
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 68-69.
4
5
Dalam Hadis
Dari Rifa'ah Ibnu Rafi' bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah
ditanya: Pekerjaan apakah yang paling baik?. Beliau bersabda: "Pekerjaan
seseorang dengan tangannya dan setiap jualbeli yang bersih." Riwayat al-Bazzar.
Hadits shahih menurut Hakim
Ijma
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa
manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang
lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya
itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.6
6
Rachmat Safei, Fiqih Muamalah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), hlm. 75
6
sumber terpercaya sehingga pertukaran yang dilakukan cukup besar. Secara garis
besar, ada beberapa poin dukungan sebagai berikut:
• Tenaga kerja dan produk yang akan dipertukarkan.
• Pedagang dan pembeli yang melakukan pertukaran.
• Biaya dapat diperkirakan dengan nilai uang tunai atau metode yang berbeda
untuk memenangkan angsuran di suatu tempat.
• Serah terima atau ijab kabul.
Syarat Jual dan Beli dalam Islam
1) Pedagang dan pembeli mengelola pertukaran dengan sengaja dan dengan
senang hati.
2) Pedagang dan pembeli sehat, penuh perhatian, dan dewasa.
3) Adanya kesepakatan jual beli dan pemahaman kedua pemain.
4) Barang dagangan yang ditukarkan sepenuhnya diklaim oleh penjual.
5) Barang yang dipertukarkan tentunya bukan barang yang haram.
6) Biaya penjualan harus jelas.
Perwujudan syarat jual beli dalam Islam adalah lugas, tanpa paksaan, amanah,
jelas nilai tukar, jumlah, dan bobot sehingga kedua pelaku, baik pedagang maupun
pembeli, sama-sama diuntungkan. Sebaiknya jauhi kasus-kasus yang belum
berubah dengan asumsi tidak ada fatwa yang membangun, berikut auditnya:
• Terhubung dengan Aqidain
Untuk situasi ini muncul larangan yang menyatakan bahwa perdagangan
tidak boleh dilakukan oleh individu yang tidak masuk akal. Hal ini dapat melukai
satu atau dua pihak. Akibatnya, syarat utama adalah bahwa penjual dan pembeli
adalah individu yang sehat akal.
• Terhubung dengan Item dalam Perdagangan Tradisional
1) Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat.
2) Pedagang dan pembeli tahu, kompeten, dan dewasa
3) Kehadiran produk harus terlihat.
4) Barang yang Dijual Diklaim oleh penjual.
5) Adalah ilegal untuk menjual produk yang tidak diklaim sepenuhnya oleh
penjual.
7
7
A. Rio Makkulau Wahyu, Pengantar Ekonomi Islam (Bandung: PT. Rafika Aditama), hlm.70
8
B. Teori Khiyar
1. Pengertian Khiyar
Khiyar berdasarkan bahasa bermakna pilihan. Pemaparan konsep khiyar
banyak dikemukakan oleh para ulama dalam sebuah persoalan yang berkaitan
dengan transaksi hukum perdata, khususnya bidang ekonomi. Konsep khiyar
memberikan kedudukan hak bagi para pihak dalam menghadapi persoalan
terhadap transaksi yang dilakukan (Ghazaly, 2018).
Adapun berdasarkan terminologi, banyak para ulama yang mencoba
mendefinisikan khiyar, diantaranya: menurut Sayyid Sabiq, khiyar merupakan
8
Onno w Purbo dan Anang Arief Wahyudi. Mengenal e-Commerce (Jakarta: Alex Media
computendo, 2000). hlm. 13.
9
Azhar Muttaqin, Transaksi E-Commerce Dalam Tinjauan Hukum Islam, ( Malang lp. Universitas
muhamadiah, 2009), hlm. 2.
10
”Engkau berhak khiyar dalam tiap-tiap barang yang engkau beli selama tiga
malam, jika engkau suka maka ambillah dan jika tidak suka maka kembalikanlah
kepada pemilinya.” (HR. Ibnu Majah).
3. Macam-macam Khiyar
Khiyar dapat dibagi menjadi empat macam, di antaranya:
a. Khiyar Majlis
b. Khiyar Syarat
Khiyar syarat merupakan hak yang dimiliki oleh penjual atau pembeli atau
keduanya untuk melanjutkan atau membatalkan transaksi jual beli selama masih
dalam masa tenggang yang disepakati oleh kedua belah pihak. Berikut beberapa
ketentuan khiyar syarat, di antaranya:
1) Khiyar syarat secara umum berlaku selama tiga hari tiga malam yang
dimulai sejak terjadinya akad. Hal tersebut tergantung kesepakatan antara
kedua belah pihak.
2) Apabila masa khiyar telah lewat, maka transaksi jual beli tidak bisa
dibatalkan.
3) Hak khiyar tidak dapat diwariskan, artinya jika si pembeli meninggal
dalam masa khiyar maka barang menjadi milik ahli warisnya atau jika
penjual yang meninggal dalam masa khiyar, maka kepemilikan barang
secara otomatis menjadi hak pembeli.
4) Dalam khiyar syarat harus ditentukan tenggang waktunya secara cermat.
Contoh:
“Saya membeli handphone ini jika anak saya suka, tetapi jika anak saya tidak suka
maka jual beli ini dibatalkan”. Kemudian penjual menjawab: “Ya, saya setuju
dengan kesepakatan tersebut.” Syarat : anaknya suka.
c. Khiyar Aibi
Maksud dari khiyar aibi merupakan hal yang dimiliki oleh pembeli untuk
membatalkan akad jual beli atau meneruskannya karena terdapat cacat pada
barang yang dibelinya. Mengenai khiyar aibi, tercantum dalam terjemahan Sabda
Rasulullah Saw:
”Dari Aisyah Ra. bahwa sesungguhnya seorang laki-laki membeli budak dan
telah tinggal bersamanya beberapa waktu, kemudian ditemukan cacat pada
budak tersebut, lalu hal itu diadukan kepada Nabi Saw. Maka Nabi Saw.
memerintahkan supaya budak itu dikembalikan kepadanya.” (HR. Abu
Dawud).
Beberapa syarat barang disebut cacat, di antaranya:
12
1) Cacat barang yang dibeli merupakan hal yang penting. Contohnya seperti
membeli sapi untuk kurban ternyata berpenyakit berbahaya. Hal tersebut
akan membatalkan kurban yang dilakukan.
2) Cacat yang ada sulit dihilangkan.
3) Cacat barang terjadi ketika barang masih di tangan penjual. Haram
hukumnya bagi penjual untuk menjual barang yang cacat tanpa
menjelaskan cacatnya kepada pembeli
4) Cacat barang tersebut dapat mengurangi manfaat barang yang dibeli.
d. Khiyar Ru’yah
Kihyar ru’yah merupakan hak bagi pembeli untuk meneruskan jual beli atau
membatalkannya, karena obyek yang dibeli belum dilihat ketika akad
berlangsung. Khiyar ru’yah tersebut berlaku untuk pembeli, bukan untuk penjual.
Mengenai khiyar ruýah, tercantum dalam terjemahan Sabda Rasulullah Saw:
4. Hikmah Khiyar
Apabila kita mendalami syariat Islam, maka kita akan menemukan
beberapa hikmah dan manfaaat yang luar biasa dalam setiap ketentuan syariat.
Khiyar memiliki beberapa hikmah dalam islam, di ataranya:
1) Menghindarkan terjadinya penyesalan sejak dini antara kedua belah pihak,
yakni penjual dan pembeli atau salah satunya.
2) Memperkecil kemungkinan adanya penipuan dalam jual beli.
3) Mendidik penjual dan pembeli agar lebih bersikap hati-hati, cermat dan
teliti dalam bertransaksi.
4) Menguatkan sikap rela sama rela antara penjual dan pembeli.
5) Menumbuhkan sikap toleransi antara kedua belah pihak.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Khiyar merupakan syarat pelengkap dari syarat akad induk yaitu akad jual
beli. Khiyar tidak boleh ada tanpa perjanjian jual beli. Tanpa akad jual beli, khiyar
pun dikatakan tidak akan ada. Sehingga kedudukannya tidak adapun, tidak akan
mempengaruhi keabsahan akad yang dilakukan. Eksistensi kedudukan khiyar
pada zaman modern, dapat ditentukan berdasarkan tempat terjadinya akad,
perkembangan praktik jual beli yang semakin beragam dan berdasarkan
modifikasi bahasa namun tujuannya memiliki hakikat yang sama.
Sektor bisnis saat ini, antara lain Alfamart, Indomart, Transmart, superindo
dan gerai ritel lainnya (Pusat Perbelanjaan), semakin menunjukkan realitasnya.
Dimana secara praktis, perdagangan dilakukan dengan menggunakan akad
mu'athah dan akad beli. Jual beli mu'athah adalah jual beli yang musyawarahnya
menetapkan produk dan biayanya atau jual beli tanpa ijab kabul dan qabul
13
14
biasanya ada kata-kata atau isyarat (Mubarok dan Hasanudin, 2017). Pembeli
menetap pada barang yang telah diselesaikan biaya, dengan praktis tidak ada
interaksi barter. Kemudian pada saat itu kwitansi pembelian menjadi salah satu
penegasan ijab kabul.
Ide jaminan secara praktis setara dengan ide khiyar' malu. Dealer
menerapkan kerangka jaminan untuk jangka waktu tertentu (biasanya setidaknya
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kedudukan konsep khiyar pada zaman modern ini bersifat wajib namun
dengan cara lebih efektif. Artinya, mereka masih menempati kedudukan penting
dalam transaksi jual beli hanya saja literasi akan Khiyar yang minim menimbulkan
hal ini “seperti”ditinggalkan.
Keberadaannya khiyar dapat diketahui dengan melihat kedudukan akad
jual beli yang menunjukkan perkembangannya yang signifikan. Karena tanpa
akad pokok yaitu akad jual beli , konsep khiyar tidak dapat berdiri menunjukkan
keberadaannya.
Jual beli online saat ini aka dada pada persetujuan-persetujuan dalam
bentuk form saat pembelian yang disediakan oleh e-commerce dan penjual dan
syarat ketentuan di dekripsi barang masing-masing. Sedangkan pada sisi penjual
juga ada ketentuan-ketentuan menghendaki melanjutkan proses pengiriman
barang atau menghentikan proses transaksinya bila ada kecurigaan pada pembeli.
Khiyar Syarat, aibi dan Ru’yah diterapkan sekaligus seperti saat membeli barang
dicek apakah sesuai dengan memvideokan pembukaan paket. Transaksi bisa batal
bila tidak sesuai.
Pada jual beli konvensional berlaku khiyar majlis merupakan khiyar yang
berlangsung selama penjual dan pembeli masih berada di tempat transaksi jual
beli. Apabila antara penjual dan pembeli sudah berpisah, maka hak khiyar sudah
tidak berlaku lagi. Seperti di jual beli di minimarket secara langsung.
Konsep khiyar ditetapkan sebagai cara terbaik untuk membuat posisi
kontrak menjadi lebih efektif dan ideal, dengan tercapainya kepentingan di antara
para pihak.
DAFTAR PUSTAKA
18