Anda di halaman 1dari 22

KHIYAR DALAM PRAKTIK JUAL BELI

KONVENSIONAL DAN ONLINE

DOSEN PENGAMPU:
BEGGY TAMARA, SH.,M.Sy

NAMA KELOMPOK:
ROSE AMADYA BERLIAN (2102010061)
M. FARHAN NAMARA (2102010064)
INTAN ANGGRAINI (2102010080)
AYU APRIZA (2102010084)
RADEN YUSUF J. M (2102010086)
TUBAGUS M. IRHAM (2102010093)

FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG
2022/2023
ABSTRAK

Posisi khiyar dalam studi ini digambarkan tentang keberadaan dalam


pengembangan perdagangan dan penjualan transaksi. Dengan menggunakan
metode deskripsi, kami menemukan fakta bahwa posisi keberadaan konsep khiyar
tidak terpisahkan dari posisi pembelian dan penjualan transaksi yang telah
berkembang sebagai kontrak utama. Posisinya relatif, masih ditegakkan oleh
beberapa faktor ekonomi dan juga dihilangkan karena menciptakan
ketidakpastian. Adapun apa yang perlu dipertimbangkan adalah konsep khiyar
sebagai kebutuhan pelengkap. Sehingga tanpa konsep khiyar dalam transaksi itu
tidak akan merusak validitas transaksi. Namun, keberadaannya adalah cara terbaik
untuk membuat kontrak lebih sah dan ideal bersama dengan mencapai tingkat
manfaat bagi pihak-pihak yang melaksanakannya.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Swt. Berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya
kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Khiyar dalam dalam praktek jual beli konvensional dan online” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi tugas EKT 1 mata kuliah Muamalat di Prodi Ilmu Hukum,
Fakultas Hukum, Universitas Islam Syekh Yusuf. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana Khiyar dalam dalam
praktek jual beli konvensional dan online bagi pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Beggy Tamara,


SH.,M.Sy. selaku Dosen mata kuliah Muamalat yang telah memeberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni ini. Kami menyadari bahwa tugas yang kami selesaikan ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................................... 4
1) Teori Jual beli ............................................................................................ 4
1. Pengertian Jual Beli....................................................................... 4
2. Dasar Hukum Jual Beli ................................................................. 4
3. Rukun dan Syarat Jual Beli ........................................................... 5
4. Jual Beli Online ............................................................................. 7
5. Hikmah Jual Beli ........................................................................... 8
2) Teori Khiyar .............................................................................................. 9
1. Pengertian Khiyar ......................................................................... 9
2. Dasar Hukum Khiyar .................................................................... 9
3. Macam-macam Khiyar .................................................................. 10
4. Hikmah Khiyar .............................................................................. 12
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 13
A. Berdasarkan Tempat Terjadinya Akad...................................................... 13
B. Berdasarkan Perkembangan Akad Jual Beli ............................................. 15
C. Berdasarkan Modifikasi Bahasa ................................................................ 15
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 18
A. Kesimpulan ............................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah isu muncul yang harus didiskusikan bersama, lebih spesifiknya


bagaimana cara setiap orang menangani isu-isu kehidupan mereka. Karena pada
dasarnya manusia adalah makhluk sosial, yang butuh untuk hidup dalam publik.
Terlepas dari pemahamannya, untuk memenuhi kebutuhan mereka, orang secara
konsisten berhubungan satu sama lain, dalam pemenuhan sebagai sebagai makhluk,
setiap orang membutuhkan satu sama lain di berbagai bagian kehidupan untuk
mengatasi masalah mereka.

Memahami fiqh muamalah eksistensi manusia bagi umat sangat vital. Hal
ini dengan alasan bahwa fiqh muamalah merupakan standar yang mengkoordinir
dan menggerakkan eksistensi umat. Fiqh muamalah merupakan salah satu
komponen merancang dengan tujuan agar cenderung diterapkan dalam segala
keadaan dan keadaan keberadaan umat itu sendiri.1 Salah satu jenis fiqh muamalah
adalah perdagangan. Kebutuhan adalah struktur penting kehidupan, sehingga orang
dapat meningkatkan dan memenuhi kebutuhan mereka sendiri atau dengan bantuan
orang lain. Kerangka kerja yang digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah
dengan membeli hal-hal penting atau memperdagangkannya melalui produk
perdagangan.

Berdagang adalah demonstrasi yang dibolehkan oleh Allah SWT. Semua


Muslim bisa berdagang. Islam memberikan pertimbangan yang luar biasa terhadap
unsur-unsur tersebut dalam pertukaran perdagangan. Islam memiliki beberapa
pedoman dalam berdagang, khususnya pertukaran harus dilakukan dengan
mempertukarkan barang-barang yang dibolehkan bukan dari barang dagangan yang
haram, dihindarkan dari penipuan dalam pertukaran, dilarang bersumpah, dilarang

1
Hendri Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 2013), hlm. 7-8.

1
2

memperbesar harga barang dagangan. yang sudah biasa atau mencari manfaat yang
besar, wajib mengeluarkan zakat atas manfaat yang diperoleh dengan asumsi
memenuhi syarat yang ditetapkan oleh agama, dan pedagang muslim wajib untuk
tidak meninggalkan perintah Ibadah.

Kemajuan dunia komputerisasi, khususnya web, saat ini sudah sangat


mendunia. Pertukaran biasa telah pindah ke kerangka kerja berbasis web. Kerangka
kerja pertukaran ini pada dasarnya setara dengan kesepakatan keseluruhan, hanya
penjual dan pembeli. Individu tidak perlu bertemu atau bertemu secara dekat dan
pribadi. Hal baru yang muncul seiring dengan kemajuan web dan perubahan
perilaku individu adalah perdagangan elektronik (bisnis online).

Dalam perdagangan, khiyar berlaku, khiyar menandakan "Anda dapat


memilih di antara dua, lanjutkan dengan kesepakatan dan beli kesepakatan atau
jatuhkan (tarik keluar, jangan berdagang)". Khiyar demi syara' diadakan agar kedua
individu yang menyelesaikan jual beli dan dapat keuntungan masing-masing,
dengan tujuan agar tidak ada lagi keragu-raguan di kemudian hari karena merasa
tertipu.2

Seperti yang ditunjukkan oleh para peneliti fiqh, khiyar didukung atau
diizinkan karena kebutuhan kritis untuk mengikuti keuntungan dari dua pemain
yang melakukan pertukaran. Jika pembeli barang dagangan tidak mengakuinya,
maka, pada saat itu, adalah wajar jika dia ditawari kesempatan untuk memilih
apakah akan menyetujui pembelian atau membatalkannya.

Khususnya dalam melaksanakan khiyar, khususnya pilihan untuk memilih


yang terbaik untuk mendapatkan keuntungan, lebih spesifiknya sebagai keuntungan
yang dirasakan sekarang atau nanti oleh kedua pemain tersebut. Khiyar dalam
pertukaran sebagai pemberian hak suara dalam membeli suatu barang yang
dibutuhkan pembeli yang akan memperoleh manfaat jenis pemenuhan setelah
mendapatkan barang dagangan yang telah dipilihnya. Ada banyak jenis khiyar

2
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014), hlm. 286
3

menurut ahli fiqh, lebih tepatnya, membatalkan pertukaran atau melanjutkannya


saat sedang bekerja atau pertukaran terjadi dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keberadaan posisi khiyar dalam pengembangan perdagangan dan
penjualan transaksi?
2. Bagaimana konsep khiyar sebagai kebutuhan pelengkap?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui praktik jual beli konvensional dan online.
2. Untuk mengetahui implementasi khiyar dalam jual beli konvensional dan
online.

.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Teori Jual Beli


1. Pengertian Jual Beli
Secara bahasa, jual beli atau al-bai'u mengandung arti muqabalatu syai'im
bi syai'in yang artinya memperdagangkan sesuatu dengan sesuatu.3
Perdagangan adalah perdagangan barang dagangan. Ini telah dipoles oleh
tatanan sosial yang kasar ketika uang tunai tidak digunakan sebagai mode
perdagangan untuk produk, khususnya kerangka kesepakatan yang dalam kata-
kata fikih disebut bai'al-muqqayyadah. Jadi perdagangan adalah pertukaran yang
selama beberapa waktu telah dilakukan oleh masyarakat umum kita dan, yang
mengejutkan, pendahulu kita.
Jual beli adalah akad mu'awadhah, yaitu akad yang dibuat dengan dua
akad, dimana pihak utama memberikan barang dagangan dan pihak berikutnya
memberikan hadiah, baik berupa uang maupun barang. Syafi'iah dan Hanabilah
berpendapat bahwa yang diperjualbelikan bukan hanya barang (benda), tetapi juga
manfaat, asalkan jual beli itu selalu halal, tidak kekal.4
Jual beli adalah ijab kabul untuk memperdagangkan barang atau barang
dagangan yang mempunyai harga diri secara sengaja antara dua pertemuan, yang
satu mendapatkan barang tersebut dan pihak yang lain mengakuinya menurut
pengertian atau syarat-syarat yang telah sah menurut syara' dan disepakati.5
Jual beli merupakan akad yang dibolehkan berdasarkan al-Qur’an, hadits
dan ijma’ para ulama. Dilihat dari aspek hukum, jual beli hukumnya mubah
kecuali jual beli yang dilarang oleh syara’, adapun dasar hukum al-Qur’an antara
lain adalah surah al-Baqarah : 275

3
Wahbah az-Zuahaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid, V (Jakarta: Gema Insani, 2011), hlm. 25.
4
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 177.
5
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 68-69.

4
5

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan


seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”

Dan surah an-Nisa : 29

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

Dalam Hadis

Dari Rifa'ah Ibnu Rafi' bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah
ditanya: Pekerjaan apakah yang paling baik?. Beliau bersabda: "Pekerjaan
seseorang dengan tangannya dan setiap jualbeli yang bersih." Riwayat al-Bazzar.
Hadits shahih menurut Hakim

Ijma

Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa
manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang
lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya
itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.6

2. Rukun dan Syarat Jual Beli


Perdagangan adalah salah satu bidang keuangan yang berperan penting
dalam menjalankan roda kehidupan individu baik secara diharapkan maupun hati-
hati. Ini harus dimungkinkan dengan asumsi memenuhi kebutuhan dan poin
dukungan seperti yang ditunjukkan oleh pedoman terbaru:
Prinsip-prinsip perdagangan dalam Islam telah diarahkan dengan jelas,
namun seiring dengan perkembangan zaman, penting untuk melakukan survei dari

6
Rachmat Safei, Fiqih Muamalah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), hlm. 75
6

sumber terpercaya sehingga pertukaran yang dilakukan cukup besar. Secara garis
besar, ada beberapa poin dukungan sebagai berikut:
• Tenaga kerja dan produk yang akan dipertukarkan.
• Pedagang dan pembeli yang melakukan pertukaran.
• Biaya dapat diperkirakan dengan nilai uang tunai atau metode yang berbeda
untuk memenangkan angsuran di suatu tempat.
• Serah terima atau ijab kabul.
Syarat Jual dan Beli dalam Islam
1) Pedagang dan pembeli mengelola pertukaran dengan sengaja dan dengan
senang hati.
2) Pedagang dan pembeli sehat, penuh perhatian, dan dewasa.
3) Adanya kesepakatan jual beli dan pemahaman kedua pemain.
4) Barang dagangan yang ditukarkan sepenuhnya diklaim oleh penjual.
5) Barang yang dipertukarkan tentunya bukan barang yang haram.
6) Biaya penjualan harus jelas.
Perwujudan syarat jual beli dalam Islam adalah lugas, tanpa paksaan, amanah,
jelas nilai tukar, jumlah, dan bobot sehingga kedua pelaku, baik pedagang maupun
pembeli, sama-sama diuntungkan. Sebaiknya jauhi kasus-kasus yang belum
berubah dengan asumsi tidak ada fatwa yang membangun, berikut auditnya:
• Terhubung dengan Aqidain
Untuk situasi ini muncul larangan yang menyatakan bahwa perdagangan
tidak boleh dilakukan oleh individu yang tidak masuk akal. Hal ini dapat melukai
satu atau dua pihak. Akibatnya, syarat utama adalah bahwa penjual dan pembeli
adalah individu yang sehat akal.
• Terhubung dengan Item dalam Perdagangan Tradisional
1) Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat.
2) Pedagang dan pembeli tahu, kompeten, dan dewasa
3) Kehadiran produk harus terlihat.
4) Barang yang Dijual Diklaim oleh penjual.
5) Adalah ilegal untuk menjual produk yang tidak diklaim sepenuhnya oleh
penjual.
7

6) Disampaikan secara lugas pada jam perjanjian.


• Sighat Terkait
Pertukaran itu sendiri harus diselesaikan dengan praktis tanpa intimidasi
sehingga kedua pihak akan melakukannya. Hal ini tergantung pada kaidah
muamalah, yaitu antara taradin minkum (menikmati atau berbagi ijab kabul) untuk
menghindari ketidakpuasan di kemudian hari.
• Terhubung dengan Tarif Perdagangan
1) Harus surgawi (tidak berantakan).
2) Ada manfaat.
3) Dapat dipindahkan/dipindahtangankan.
4) Diklaim atau ditangani.
5) Diketahui oleh penjual dan pembeli.
• Syarat Perdagangan online
1) Penjual harus menghubungkan foto barang tersebut.
2) Memasukkan rincian total.
3) Berikan jaminan jika terjadi kelainan.
Kehadiran kondisi perdagangan internet menunjukkan bahwa ada perbaikan
keuangan yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah Islam itu sendiri. 7
4. Jual Beli Online
Jual beli di internet atau bisnis online merupakan salah satu web item yang
merupakan jaringan PC yang saling terhubung satu sama lain. Dalam satu
organisasi seperti itu ada pengembangan banyak stasiun kerja yang bekerja dalam
satu sistem korespondensi elektronik.
Perdagangan di internet disebut juga bisnis berbasis web. Bisnis online
adalah sekumpulan inovasi dinamis, aplikasi, dan proses bisnis yang
menghubungkan organisasi, pembeli, dan jaringan tertentu melalui pertukaran
elektronik sebagai administrasi pertukaran dan data yang dibantu melalui media
elektronik.

7
A. Rio Makkulau Wahyu, Pengantar Ekonomi Islam (Bandung: PT. Rafika Aditama), hlm.70
8

Sebagai aturan, perdagangan Islam yang masuk akal harus adanya


pertukaran yang sebenarnya, dengan memperkenalkan item selama pertukaran,
sementara bisnis berbasis web tidak seperti itu. Bisnis online adalah model jual
beli dengan berbagai hal, dengan jangkauan yang tidak hanya dekat tetapi juga di
seluruh dunia. Dari perkembangan jenis pertukaran dan promosi perdagangan,
saat ini kita mengenal istilah toko online. Pengertian toko berbasis web adalah
suatu proses pembelian tenaga kerja dan produk dari orang-orang yang menjual
melalui web.
Jenis perdagangan baru ini benar-benar memiliki banyak hal positif,
termasuk efektifitas dalam melakukan pertukaran (karena pedagang dan pembeli
tidak perlu mencoba bertemu untuk melakukan pertukaran). Toko online biasanya
menawarkan barang dagangan mereka dengan merujuk rincian barang, biaya, dan
gambar. Pembeli memilih dan kemudian mengatur barang yang sebagian besar
akan dikirim setelah pembeli memindahkan uangnya. Ada banyak keuntungan
dari bisnis online dibandingkan dengan bisnis biasa.
5. Hikmah Jual Beli
Hikmah jual beli dalam garis besarnya yaitu bahwa Allah SWT
menganjurkan berdagang sebagai anugerah kesempatan dan kemampuan
beradaptasi kepada pekerja-Nya, karena semua orang pada dasarnya memiliki
kebutuhan melalui pakaian, makanan, dan lainnya. Kebutuhan seperti ini
berlangsung selamanya selama manusia masih hidup. Tidak seorang pun dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, dengan cara ini orang diharapkan untuk
terhubung satu sama lain. Dalam hubungan ini, tidak ada yang lebih indah dari
perdagangan, di mana seseorang memberikan apa yang dia miliki dan kemudian
dia mendapatkan sesuatu yang berharga dari orang lain sesuai dengan kebutuhan
mereka masing-masing.
Jual beli online disebut juga e-commerce. E-commerce adalah satu set
teknologi dinamis, aplikasi, dan proses bisnis yang mengabungkan perusahaan
9

dengan konsumen serta komunitas tertentu melalui transaksi elektronik berupa


perdagangan jasa maupun informasi yang dilakukan melalui media elektronik.8
Secara umum perdagangan secara Islam menjelaskan adanya transaksi
yang bersifat fisik, dengan menghadirkan benda tersebut sewaktu transaksi,
sedangkan e-commerce tidak seperti itu. E-commerce merupakan model
perjanjian jual beli dengan karakteristik yang berbeda dengan model transaksi jual
beli dengan daya jangkau yang tidak hanya lokal tapi juga bersifat global. Dari
perkembangan bentuk transaksi jual beli dan pemasaran itulah kemudian sekarang
kita mengenal istilah online shop. Pengertian online shop adalah suatu proses
pembelian barang atau jasa dari mereka yang menjual melalui internet.
Bentuk baru kegiatan jual beli ini tentu mempunyai banyak nilai positif, di
antaranya kemudahan dalam melakukan transaksi (karena penjual dan pembeli
tidak perlu repot bertemu untuk melakukan transaksi). Online shop biasanya
menawarkan barangnya dengan menyebutkan spesifikasi barang, harga, dan
gambar. Pembeli memilih dan kemudian memesan barang yang biasanya akan
dikirim setelah pembeli mentransfer uang.9 Banyak keunggulan bisnis online
dibandingkan dengan bisnis tradisional.

B. Teori Khiyar
1. Pengertian Khiyar
Khiyar berdasarkan bahasa bermakna pilihan. Pemaparan konsep khiyar
banyak dikemukakan oleh para ulama dalam sebuah persoalan yang berkaitan
dengan transaksi hukum perdata, khususnya bidang ekonomi. Konsep khiyar
memberikan kedudukan hak bagi para pihak dalam menghadapi persoalan
terhadap transaksi yang dilakukan (Ghazaly, 2018).
Adapun berdasarkan terminologi, banyak para ulama yang mencoba
mendefinisikan khiyar, diantaranya: menurut Sayyid Sabiq, khiyar merupakan

8
Onno w Purbo dan Anang Arief Wahyudi. Mengenal e-Commerce (Jakarta: Alex Media
computendo, 2000). hlm. 13.
9
Azhar Muttaqin, Transaksi E-Commerce Dalam Tinjauan Hukum Islam, ( Malang lp. Universitas
muhamadiah, 2009), hlm. 2.
10

sebuah usaha pencarian kebaikan dalam menghadapi dua perkara, yaitu


melangsungkan atau membatalkan (jual beli) (Sabiq, 1983).
Sedangkan menurut Wahbah Al-Zuhaili, khiyar merupakan sebuah pilihan
dari salah satu atau kedua belah pihak yang melakukan akad antara
melangsungkan atau membatalkan transaksi yang disepakati berdasarkan kondisi
masing-masing pihak yang melakukan akad (Al-Zuhaili, 2018).
Adapun menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, khiyar adalah hak
pilih bagi penjual dan pembeli untuk melanjutkan atau membatalkan akad jual-
beli yang dilakukannya (Mahkamah Agung Republik Indonesia, 2008).

2. Dasar Hukum Khiyar


Hukum khiyar dalam jual beli menurut Islam adalah mubah atau boleh.
Apabila khiyar dilakukan dengan tujuan menipu atau berdusta maka hukumnya
haram. Mengenai diperbolehkannya khiyar, tercantum dalam terjemahan Sabda
Rasulullah Saw:

”Engkau berhak khiyar dalam tiap-tiap barang yang engkau beli selama tiga
malam, jika engkau suka maka ambillah dan jika tidak suka maka kembalikanlah
kepada pemilinya.” (HR. Ibnu Majah).

3. Macam-macam Khiyar
Khiyar dapat dibagi menjadi empat macam, di antaranya:
a. Khiyar Majlis

Khiyar majlis merupakan khiyar yang berlangsung selama penjual dan


pembeli masih berada di tempat transaksi jual beli. Apabila antara penjual dan
pembeli sudah berpisah, maka hak khiyar sudah tidak berlaku lagi. Penjual sudah
tidak bisa membatalkan transaksi jual beli sebagaimana pembeli tidak dapat
meminta kembali uangnya walaupun sudah mengembalikan barang.
Mengenai khiyar majlis, tercantum dalam terjemahan Sabda Rasulullah Saw:
Artinya: “orang yang mengadakan jual beli, diperbolehkan melakukan khiyar
selama keduanya belum terpisah (dari tempat aqad). “(HR. Al-Bukhari).
11

b. Khiyar Syarat

Khiyar syarat merupakan hak yang dimiliki oleh penjual atau pembeli atau
keduanya untuk melanjutkan atau membatalkan transaksi jual beli selama masih
dalam masa tenggang yang disepakati oleh kedua belah pihak. Berikut beberapa
ketentuan khiyar syarat, di antaranya:
1) Khiyar syarat secara umum berlaku selama tiga hari tiga malam yang
dimulai sejak terjadinya akad. Hal tersebut tergantung kesepakatan antara
kedua belah pihak.
2) Apabila masa khiyar telah lewat, maka transaksi jual beli tidak bisa
dibatalkan.
3) Hak khiyar tidak dapat diwariskan, artinya jika si pembeli meninggal
dalam masa khiyar maka barang menjadi milik ahli warisnya atau jika
penjual yang meninggal dalam masa khiyar, maka kepemilikan barang
secara otomatis menjadi hak pembeli.
4) Dalam khiyar syarat harus ditentukan tenggang waktunya secara cermat.
Contoh:
“Saya membeli handphone ini jika anak saya suka, tetapi jika anak saya tidak suka
maka jual beli ini dibatalkan”. Kemudian penjual menjawab: “Ya, saya setuju
dengan kesepakatan tersebut.” Syarat : anaknya suka.

c. Khiyar Aibi

Maksud dari khiyar aibi merupakan hal yang dimiliki oleh pembeli untuk
membatalkan akad jual beli atau meneruskannya karena terdapat cacat pada
barang yang dibelinya. Mengenai khiyar aibi, tercantum dalam terjemahan Sabda
Rasulullah Saw:
”Dari Aisyah Ra. bahwa sesungguhnya seorang laki-laki membeli budak dan
telah tinggal bersamanya beberapa waktu, kemudian ditemukan cacat pada
budak tersebut, lalu hal itu diadukan kepada Nabi Saw. Maka Nabi Saw.
memerintahkan supaya budak itu dikembalikan kepadanya.” (HR. Abu
Dawud).
Beberapa syarat barang disebut cacat, di antaranya:
12

1) Cacat barang yang dibeli merupakan hal yang penting. Contohnya seperti
membeli sapi untuk kurban ternyata berpenyakit berbahaya. Hal tersebut
akan membatalkan kurban yang dilakukan.
2) Cacat yang ada sulit dihilangkan.
3) Cacat barang terjadi ketika barang masih di tangan penjual. Haram
hukumnya bagi penjual untuk menjual barang yang cacat tanpa
menjelaskan cacatnya kepada pembeli
4) Cacat barang tersebut dapat mengurangi manfaat barang yang dibeli.

d. Khiyar Ru’yah
Kihyar ru’yah merupakan hak bagi pembeli untuk meneruskan jual beli atau
membatalkannya, karena obyek yang dibeli belum dilihat ketika akad
berlangsung. Khiyar ru’yah tersebut berlaku untuk pembeli, bukan untuk penjual.
Mengenai khiyar ruýah, tercantum dalam terjemahan Sabda Rasulullah Saw:

”Siapa saja yang membeli sesuatu yang belum dilihatnya, maka ia


berhak khiyar bila telah melihatnya.” (H.R. At-Tirmizi).

4. Hikmah Khiyar
Apabila kita mendalami syariat Islam, maka kita akan menemukan
beberapa hikmah dan manfaaat yang luar biasa dalam setiap ketentuan syariat.
Khiyar memiliki beberapa hikmah dalam islam, di ataranya:
1) Menghindarkan terjadinya penyesalan sejak dini antara kedua belah pihak,
yakni penjual dan pembeli atau salah satunya.
2) Memperkecil kemungkinan adanya penipuan dalam jual beli.
3) Mendidik penjual dan pembeli agar lebih bersikap hati-hati, cermat dan
teliti dalam bertransaksi.
4) Menguatkan sikap rela sama rela antara penjual dan pembeli.
5) Menumbuhkan sikap toleransi antara kedua belah pihak.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Khiyar merupakan syarat pelengkap dari syarat akad induk yaitu akad jual
beli. Khiyar tidak boleh ada tanpa perjanjian jual beli. Tanpa akad jual beli, khiyar
pun dikatakan tidak akan ada. Sehingga kedudukannya tidak adapun, tidak akan
mempengaruhi keabsahan akad yang dilakukan. Eksistensi kedudukan khiyar
pada zaman modern, dapat ditentukan berdasarkan tempat terjadinya akad,
perkembangan praktik jual beli yang semakin beragam dan berdasarkan
modifikasi bahasa namun tujuannya memiliki hakikat yang sama.

A. Berdasarkan Tempat Terjadinya Akad

Mengingat di mana perjanjian itu diadakan. Ini dapat diurutkan ke dalam


dua tempat online dan langsung. Dimana jual beli masih dilakukan dengan cara
paling umum untuk bertemu dua pemain di satu tempat. Sehingga di tempat ini
bisa dibayangkan masih ada tindakan khiyar di dalamnya. Baik itu khiyar majlis,
khiyar syart dan khiyar ru’yah.

Meski demikian, sebuah catatan khiyar 'aib sebagaimana dituliskan


sebelumnya, diharapkan dalam akad yang disertai dengan jangka waktu. Sehingga
diperlukan dibuatkan perjanjian, jika pembeli merasa terhina dan ragu-ragu
dengan anggapan perlu mengembalikan barang dagangan tersebut. Kebanyakan
pembeli menerapkan konsep kehati-hatian, jika hal itu dilakukan, mereka takut
menimbulkan pertanyaan, meskipun syariat mengizinkannya. Jadi pengaturannya
adalah agar pembeli mengakui ketidaksempurnaan sehingga perjanjian menjadi
khas.

Sektor bisnis saat ini, antara lain Alfamart, Indomart, Transmart, superindo
dan gerai ritel lainnya (Pusat Perbelanjaan), semakin menunjukkan realitasnya.
Dimana secara praktis, perdagangan dilakukan dengan menggunakan akad
mu'athah dan akad beli. Jual beli mu'athah adalah jual beli yang musyawarahnya
menetapkan produk dan biayanya atau jual beli tanpa ijab kabul dan qabul

13
14

biasanya ada kata-kata atau isyarat (Mubarok dan Hasanudin, 2017). Pembeli
menetap pada barang yang telah diselesaikan biaya, dengan praktis tidak ada
interaksi barter. Kemudian pada saat itu kwitansi pembelian menjadi salah satu
penegasan ijab kabul.

literasi akan Khiyar yang minim menimbulkan hal ini


“seperti”ditinggalkan.
Jual beli online saat ini lokasi penjual dan pembeli terpisah yang berarti
khiyar majlis tidak bisa diterapkan. Namun berdasar perbedaan tempat proses
dapat dilanjutkan pengiriman barang atau menghentikan proses transaksinya bila
ada kecurigaan pada pembeli. Khiyar Syarat, aibi dan Ru’yah diterapkan sekaligus
seperti saat membeli barang dicek apakah sesuai dengan memvideokan
pembukaan paket. Transaksi bisa batal bila tidak sesuai.

B. Berdasarkan Perkembangan Akad Jual Beli

Mengingat kemajuan kontrak perdagangan, mereka dapat diatur menjadi


dua keadaan, pertama, perdagangan secara keseluruhan dan kedua, perdagangan
online. Pertukaran sebagai aturan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
kekurangan ide khiyar, dengan alasan bahwa perdagangan diselesaikan dengan
pertemuan yang memungkinkan interaksi barter. Sehingga khiyar harus
dimungkinkan dalam tindakan jual beli. Sedangkan dalam perdagangan berbasis
web, tempat khiyar dapat diterapkan. Persoalan bagi mereka yang menganut
paham khiyar, biasanya yang adalah pihak mana yang akan memberikan ongkos
kirim jika ada barang dagangan. Sekarang diselesaikan dengan ketentuan lanjutan
pada masing-masing e-commerce tersebut dan kesepakatan antara penjual dan
pembeli.

Sebelumnya masalah adalah ketidaksetaraan antara pembeli dan


administrasi alat angkut. Ketika pembeli merasa barang yang diminta tidak sesuai
dengan aturan dan permintaan yang ideal. Kemudian pembeli harus
mengembalikan produk ke dealer. Administrasi alat angkut tidak memiliki
petunjuk untuk siklus. Karena tidak ada penegasan dari pedagang mengenai
15

barang dagangan tersebut. Jadi ragu-ragu untuk mendapatkan barang dagangan


kembali. Akhirnya, pembeli berubah menjadi orang yang dimaksud. Khususnya
pembeli mendapatkan barang dagangan dalam persediaan. Jadi paksaan
mempengaruhi legitimasi perjanjian. Maka dari itu, tempat khiyar dalam jual beli
berbasis web dalam siklus akad dilaksanakan, namun keabsahannya umumnya
terkendala dengan faktor biaya transportasi yang membebani pembeli.

Sekarang sudah diselesaikan dengan ketegasan e-commerce siapa yang


bertanggung jawab dalam hal ini dan fasilitas komunikasi, pemberian rate,
comment pada penjual.

C. Berdasarkan Modifikasi Bahasa

Sehubungan dengan perubahan bahasa, gagasan khiyar ada dan disahkan


dengan memanfaatkan perubahan bahasa. Hal ini sebenarnya bermaksud agar ada
banyak istilah sebagai semboyan yang menggambarkan hadirnya gagasan khiyar.
Bagaimanapun, jelas itu tidak mengubah rencana dan motivasi di balik gagasan
khiyar itu sendiri. Dalam siklus ini kita dapat melacak ide khiyar yang
memanfaatkan kependekan yang menarik. Misalnya, "Eksplorasi sebelum
membeli". Implikasinya, pembeli ditawari kesempatan keistimewaan khiyar
untuk menerapkan kaidah kehati-hatian dalam memilih produk yang akan dibeli,
sehingga pembeli merasa senang dengan barang dagangan yang benar-benar
mereka harapkan (Ghazaly, 2018).

Terlebih lagi, dalam ekonomi maju, istilah memastikan dikenal. Dimana


jaminan ditegakkan untuk menarik perhatian pelanggan, karena dalam
penerapannya memberikan berbagai keuntungan bagi pembeli. Baik yang
diterapkan dalam perdagangan secara keseluruhan maupun yang dilakukan dalam
perdagangan berbasis web yang melibatkan web sebagai mekanisme data bahwa
produk yang dijual menyertakan jaminan dengan bukti surat elektronik
melangkah.

Ide jaminan secara praktis setara dengan ide khiyar' malu. Dealer
menerapkan kerangka jaminan untuk jangka waktu tertentu (biasanya setidaknya
16

satu tahun atau batas selama empat tahun), mengingat ketidaksempurnaan/tidak


berfungsinya barang yang menjadi objek kesepakatan dan pembelian. Dengan
tujuan agar sifat suatu benda dicoba untuk berapa lama benda tersebut berfungsi.
Dalam hal dalam jangka waktu yang telah ditentukan barang yang dirugikan,
dengan pembuktian surat jaminan, pelanggan dapat memperdagangkan barang
yang dirugikan tersebut kembali ke toko tempat pembeli membelinya. Untuk
situasi ini, penjaminan menggunakan gagasan rentang waktu seperti yang
ditunjukkan oleh para peneliti Maliki seperti yang digambarkan sebelumnya.
Implikasinya, gagasan khiyar ini merupakan representasi dari pedoman peluang
kesepakatan yang mempertahankan aturan kesetaraan untuk hak-hak yang setara
dalam melakukan pertukaran (Hasan, 2018).

Dengan demikian, tempat gagasan khiyar memiliki sifat umum dalam


penerapannya. Kehadirannya dapat dirasakan dengan melihat perkembangan akad
utama, khususnya perdagangan yang perkembangannya semakin berbeda.
Kehadirannya masih diimplementasikan oleh beberapa financial entertainer.
Namun, beberapa orang lain menutup gagasan khiyar, dengan cara khusus mereka
sendiri. Ini karena beberapa alasan, salah satunya adalah tidak adanya kejelasan.
Sehubungan dengan kekhawatiran tersebut, gagasan khiyar dapat diterapkan
mengingat selama siklus tidak merugikan antara pertemuan. Gagasan ini
disarankan dengan pengaturan syara' yang bertekad untuk memberikan manfaat
bagi semua perkumpulan yang melaksanakannya.
17

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kedudukan konsep khiyar pada zaman modern ini bersifat wajib namun
dengan cara lebih efektif. Artinya, mereka masih menempati kedudukan penting
dalam transaksi jual beli hanya saja literasi akan Khiyar yang minim menimbulkan
hal ini “seperti”ditinggalkan.
Keberadaannya khiyar dapat diketahui dengan melihat kedudukan akad
jual beli yang menunjukkan perkembangannya yang signifikan. Karena tanpa
akad pokok yaitu akad jual beli , konsep khiyar tidak dapat berdiri menunjukkan
keberadaannya.
Jual beli online saat ini aka dada pada persetujuan-persetujuan dalam
bentuk form saat pembelian yang disediakan oleh e-commerce dan penjual dan
syarat ketentuan di dekripsi barang masing-masing. Sedangkan pada sisi penjual
juga ada ketentuan-ketentuan menghendaki melanjutkan proses pengiriman
barang atau menghentikan proses transaksinya bila ada kecurigaan pada pembeli.
Khiyar Syarat, aibi dan Ru’yah diterapkan sekaligus seperti saat membeli barang
dicek apakah sesuai dengan memvideokan pembukaan paket. Transaksi bisa batal
bila tidak sesuai.
Pada jual beli konvensional berlaku khiyar majlis merupakan khiyar yang
berlangsung selama penjual dan pembeli masih berada di tempat transaksi jual
beli. Apabila antara penjual dan pembeli sudah berpisah, maka hak khiyar sudah
tidak berlaku lagi. Seperti di jual beli di minimarket secara langsung.
Konsep khiyar ditetapkan sebagai cara terbaik untuk membuat posisi
kontrak menjadi lebih efektif dan ideal, dengan tercapainya kepentingan di antara
para pihak.
DAFTAR PUSTAKA

A. Rio Makkulau Wahyu, Pengantar Ekonomi Islam (Bandung: PT.


Rafika Aditama).
Abdullah Zaky al Kaaf, Ekonotni dan Perspektil Islam (Bandung:
Pustaka Setia, 2002).
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010).
Azhar Muttaqin, Transaksi E-Commerce Dalam Tinjauan Hukum Islam,
( Malang lp. Universitas muhamadiah, 2009), 2.
Ghufron Ihsan, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2008).
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2014).
Mardani, Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2011).
Onno w Purbo dan Anang Arief Wahyudi. Mengenal e-Commerce
(Jakarta: Alex Media computendo, 2000).
Rachmat Safei, Fiqih Muamalah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001).
Ridwan Nurdin, Hukum Islam Kontemporer (Banda Aceh: universiti
Tekhnologi Mara Melaka & Fakultas Syariah dan Hukum UIN Arraniry
Darussalam Banda Aceh, 2015).
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014).
Wahbah az-Zuahaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid, V (Jakarta: Gema
Insani, 2011).

18

Anda mungkin juga menyukai