Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSEP KHIIYAR

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muammalah

Dosen Pengampu: Fathor Rahman, S. SH. I, M. Sy.

Disusun Kelompok 4

1. Milsandzi Rosyadiah (222102020035)


2. Moch. Ainur Rofi (222102020036)
3. Mohamad Ilham Juniardi { 222102020038 }

FAKULTAS SYARIAH

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

2023
KATA PENGANTAR

Pertama -tama Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
mana telah memberikan kita Rahmat, taufik serta hidayahnya kepada kita,
sehingga penyusun dapat melaksanakan dan menyelesaikan pengertian makalah
tentang sumber dan metode hukum islam.

Dengan adanya penyusunan makalah ini pemateri ditujukan untuk


memenuhi dan menyelesaikan tugas perkuliahan dari dosen, dan juga makalah
ditujukan untuk menambah ilmu dan juga wawasan bagi kami penulis dan juga
pembaca. Menambah ilmu dalam hal manfaat dalam pelaksanaan tugas ataupun
diskusi kelompok sebagai upaya yang dilakukan guna meningkatkan semangat
dan motivasi dalam belajar bagi mahasiswa. Kami ucapkan terima kasih kepada
bapak Fathor Rahman, S. SH. I, M. Sy. atas bimbingan moral dan materi pad kami
dalam penulisan makalah ini. Kami ucapkan terimakasih juga kepada teman –
teman mahasiswa seperjuangan kami atas dukungannya sehingga kami dapat
menyalesaikan tugas ini.

Terakhir, kami juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan, belum sepenuhnya sempurna. Jadi, segala saran
perbaikan terhadap tulisan ini akan kami terima dengan sepenuh hati, dan
sebelumnya mengucapkan banyak terimakasih.

Jember 22 SEPTEMBER 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................3
Latar Belakang.............................................................................................................3
Rumusan Masalah........................................................................................................3
Tujuan Masalah...........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5
PENGERTIAN KHIYAR .......................................................................................5
Hukum khiyar dalam jual beli………………………………………………………...

Macam macam khiyar dan hikmah khiyar ...............................................................8


HAL.HAL YANG MENGGUGURKAN KHIYAAR……………………......9

BAB III PENUTUP........................................................................................................11


Kesimpulan.................................................................................................................11
Saran...........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disadari ataupun tidak, kita sering melakukan khiyar dalam kehidupan
sehari-hari. Yakni dalam proses jual beli. Misalnya, ketika kita membeli baju atau
barang lain tetapi ketika dibawa kerumah barang itu tidak sesuai dengan kebutuhan
kita atau terdapat cacat pada barang tersebut sehingga kita mengembalikan dan
menukarnya kepada pedagang ketika kita membeli kita sudah ada perjanjian
dengannya, apabila tidak muat boleh dikembalikan. Hal itu adalah salah satu contoh
daripada khiyar.
Khiyar adalah pemilihan didalam melakukan akad jual beli apakah mau
meneruskan akad jual beli atau menarik kembali kehendak untuk melakukan jual beli.
Dalam pertimbangan bisnis dan ekonomi khiyar ini menjadi penting karena dengan
adanya khiyar, orang yang melakukan transaksi bisnis yang berjual beli dapat
memikirkan kemaslahatan masingmasing lebih jauh, supaya tidak akan menjadi
penyesalan dikemudian hari lantaran merasa tertipu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi khiyar
2. Bagaimana konsep khiyar

C. Tujuan Masalah
1. Untuk memahami definisi khiyar
2. Untuk memahami konsep khiyar

4
PEMBAHASAN

.
A. PENGERTIAN KHIYAR
Pengertian khiyar dalam jula beli adalah menentukan pilihan antara dua hal yaitu bisa
membatalkan ataupun meneruskannya prinsipnya akad jual beli menjadi lazim apabila
sempurna syarat- syaratnya. Tetapi ada yang menyimpang dari prinsip- prinsip jula beli.
Seperti ada khiyar. Dan khiyar tersebut mempunyai hikmah yang tinggi yaitu
kemaslahatan bagi kedua belah pihak.
Allah mengijinkan khiyar sebagai alat pemupuk cinta sesame manusia dan
penghindar dari perasaan dendam dan menentukan barangnya dalam suasana yang tenang
agar tidak menyesal kepada kemudian hari . akan tetapi dalam hal ini ditenntukan syatrat
syarat yang dapat menjaga nilai nilai peringatan agar pada kemudian hari tidak ditemukan
alasan untuk merusak akad dan membatalkannya tanpa alasan.
Adapun syarat khiyar dalam perikatan adalah :
1. Persepakatan antara kedua belah pihak dengan car acara yang khas
2. Apabila barang yang di perjual belikan terdapat cacat bisa menharuskan untuk di
kembalikan.1
3. Bedasarkan pendapat abu yusuf: pembeli memiliki dagangan tersebut, yang dapat
di fahami bahwa syarat khiyar :
(1) Muta’ akidaini
(2) Dalam satu lokasi
(3) Masanya tiga hari
(4) Terdapat kerusakan barang yang di perjual belikan 2

B. Hukum khiyar dalam jual beli


Khiyar berdasarkan bahasa bermakna pilihan. Pemaparan konsep khiyar banyak
dikemukakan oleh para ulama dalam sebuah persoalan yang berkaitan dengan
transaksi hukum perdata, khususnya bidang ekonomi. Konsep khiyar memberikan
kedudukan hak bagi para pihak dalam menghadapi persoalan terhadap transaksi yang
dilakukan (Ghazaly, 2018).
Adapun berdasarkan terminologi, banyak para ulama yang mencoba
mendefinisikan khiyar, diantaranya: menurut Sayyid Sabiq, khiyar merupakan sebuah
usaha pencarian kebaikan dalam menghadapi dua perkara, yaitu melangsungkan atau
membatalkan (jual beli) (Sabiq, 1983). Sedangkan menurut Wahbah Al-Zuhaili,
khiyar merupakan sebuah pilihan dari salah satu atau kedua belah pihak yang
melakukan akad antara melangsungkan atau

1
Mohammad Zuhri Dipl. Tafl, dkk, terjemah fiqh empat madzhab ( semarang: cv AsySyafi’ ,
1994), jilid III. Hlm, 350.
2
Muhammad ibn Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid ( Jakarta: daral- kutub al –
Islamiyah, 2012 ), hlm 208-209.

5
membatalkan transaksi yang disepakati berdasarkan kondisi masing-masing pihak
yang melakukan akad (Al-Zuhaili, 2018). Adapun menurut Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah, khiyar adalah hak pilih bagi penjual dan pembeli untuk
melanjutkan atau membatalkan akad jual-beli yang dilakukannya (Mahkamah Agung
Republik Indonesia, 2008).
Hukum Islam membolehkan hak khiyar dalam transaksi jual beli, sebagaimana
Qs. AlNissa: 29 menyatakan bahwa dilarang bagi seorang muslim untuk memakan
harta sesamanya dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
didalamnya terdapat sikap rida/suka sama suka diantara keduanya (Departemen
Agama RI, 2010). Kemudian Al-Hadits mempertegas dalam riwayat Ibnu Umar,
bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Apabila dua orang melakukan jual beli,
maka masing-masing orang memiliki hak khiyar selama mereka belum berpisah dan
masih bersama…”(HR Bukhari Nomor 2110) (Al-Bukhari, 2002). Selain itu juga, ada
riwayat Hibban Ibnu Munqid, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “jika kamu
bertransaksi (jual beli), katakanlah, tidak ada penipuan dan saya khiyar selama tiga
hari” (HR Muslim Nomor 849) (Al-Salam ‘Allusy, 2010)
Maka kebolehan melangsungkan atau membatalkan hal itu bgantung kepada
keadaan/kondisi barang yang akan diperjualbelikan. Akad jual beli bersifat mengikat
dan sempurna hukum asalnya. Ketika ada hak khiyar di dalamnya maka jual beli
tersebut bersifat tidak mengikat selama jangka waktu khiyar, karena memungkinkan
adanya pembatalan dari para pihak yang berakad sehingga menimbulkan
ketidakpastian. Namun karena hukum Islam menganjurkan hak khiyar maka
berdasarkan tingkat kepuasan para pihak yang melakukan transaksi, hal itu menjadi
jalan terbaik (Ghazaly, 2018). 3
Adapun hikmah dari penetapan hak khiyar tersebut adalah memberikan
kesempatan untuk membuktikan dan memperhatikan kemaslahatan masing-masing
pihak serta mempertegas adanya sikap rela dari para pihak yang bertransaksi dalam
rangka menghindari perselisihan dan persengketaan, bahkan penyesalan dikemudian
hari karena merasa tertipu atas transaksi yang dilakukan (S. Pradja, 2015). Selain itu
juga, para pihak bisa terhindar dari kerugian yang berkaitan dengan harga, kualitas
dan kuantitas objek akad dalam hak penyerahan kepemilikan (Soemitra, 2019).
Namun yang perlu diperhatikan adalah syariat Islam memberikan hak khiyar, hanya
menetapkannya dalam suatu akad ketika kondisi tertentu,
atau para pihak atau salah satunya menegaskannya dalam sebuah persyaratan
sehingga setiap akad tidak perlu adanya hak khiyar, namun apabila ada hak khiyar
syariat Islam menganjurkannya.

C. Macam macam khiyar dan hikmah khiyar


a) Khiyar dalam madzhab hanafi
Ada 17 macam khiyar
1. Khiyar syarat
2. Ru’yah
3. Aib
3
No.64, Muhammad Izazi Nurjaman , Jaunuri, dan Neni Nuraeni., eksistensi khiyar dalam
transaksi jual beli.,vol. 5, No.1 (2021) june 2021, pp, 63-72., Iltizam journal of shariah Economics
Research. E- ISSN : 2598-2540 P-ISSN: 2598-2222., Hlm 64.

6
4. Sifat
5. Naqd
6. Ta’yiin
7. Ghabn
8. Taghrir
Dan yang ketuju dari khiyar ini ada di kitab al majallah
9. Khiyar kammiyah
10. Istihqaq
11. Taqrir fi’li
12. Kasyful hal
13. Khianat
14. Murabahah
15. Tauliyah
Khiyar dalam mazhab maliki
Khiyar ada dua macam
(1) Khiyar tarawwi
Memperhatikan atau melihat, untuk dua belah pihak atau yang lainnya
( khiyar syarat )
(2) Khiyar naqishah
Khiyar yang menyebabkan adalah kekurangan dalam barang dagangan
seperti cacat (istihqaq)
Khiyar dalam mazhab syafi’I
Ada dua macam
(1) Khiyar nasyahih
Adalah apa yang diberikan oleh dua pelaku akad dengan pilihan dan
keinginan mareka tanpa bergantung pada kehilangan mereka tanpa
bergantung ada kehilangan suatu hal dalam barang dagangan. Sebeb
adalah tempat dan syarat.
(2) Khiyar naqishah
Adalah perbedaan lafal atau taghrir dalam bentuk perbuatan atau
kebiasaan
Berdasarkan hal tersebut, khiyar syarak menurut ulama syafi’Iyah ada
enam belas
(1) Khiyar majlis , ada landasan hukum syariatnya dalam hadits shahihain
(2) Khiyar syarat. Waktunya maksimal tiga hari berdasarkan hadits yang
diriwayatkan baihaqi dan lainya. Jika lebih dari tiga hari, maka akadnya
tidak sah karena ia menjadi syarat fasid ( rusak )
(3) Khiyar aib, ketiak mengetahui aib baik sebelum maupun sesudah di
terima. Hadits ini di riwayatkan oleh tirmidzi dan lainnya
(4) Khiyay talaqqi ar- rukbaan, yaitu jika mendapatkan harga yang lebih
tinggi dari harga yang dikatakan oleh orang yang menemuinya.
Berdasarkan hadits dalam shahihain

7
(5) Khiyar tafriiq ash-nshafqah ( memisahkan transaksi ) setelah akad.
Seperti rusaknya sesuatu dari dua barang dagangan sebelum serah terima
atau sebelum akad, seperti jual beli barang yang halal dan yang haram
ketika sang pembeli tidak mengetahuinya.
(6) Khiyar hilangnya sifat yang di syaratkan dalam akad, yaitu sifat yang
dimaksud adalah untuk mengecualikan yang lainnya seperti zina dan
mencuri, maka hal tersebut tidak memiliki khiyar dengan kehilangannya
(7) , (8) khiyar katidak tahuan terhadap ma’quud alaih ( objek transaksi )
yang di ghasab dan barang tersebut bisa di ambil dari ghaashib.
Tujuannya yaitu untuk mencegak ke mudharatan dan munculnya sesuatu
yang membuat tidak mampu mengambilnya dari ghaashib, padahal ia
mengetahui pelaku ghasab tersebut.
(8) Khiyar karna ketidak tahuan bahwa barang daganganya itu di sewakan
atau di tanam.
(9) Khiyar karna menolak memenuhi syarat yang shahih, seperti syarat rohn
atau kafil dalam jual beli
(10) Khiyar karna saling bersumpah pada akad di sepakati keabsahanya tapi
di perselisihkan dalam caranya. Maka kedua pelaku akad atau salah
satunya atau hakim mam- fasakh- nya jika mereka tidak rela. Fasakh
terjadi setelah sumpah keduanya atas tuduhan yang lain.
(11) Khiyar untuk penjual karena ada tambahan harga dalam murabahah. Jika
penjual berkata, “ saya membeli ini dengan harga serratus,” ia pun
berhasil menjual dalam harga serratus, dan memperoleh untung satu
dirham ( Rp. 4.104 ) pada setiap sepuluh.
(12) Khiyar untuk pembeli karena bercampurnya buah yang di jual dengan
yang baru sebelum ada penyerahan ( takhliyah ). Jika penjual tidak
menghibahkan buah yang baru tersebut kepada pembeli
(13)Khiyar karena tidak mampu membayar harganya, seperti pembeli tidak
mampu membayar harganya, dan barangnya msih ada padanya hal ini
berdasarkan hadist shahihain.
(14) Khiyar karena berubahnya sifat barang yang dilihatnya sebelum akad,
sekalipun bukan cacat
(15)Khiyar karna buahnya menjadi jelek disebabkan penjualnya tidak
menyiraminya setelah pemyerahan(takhliyah).

Khiyar dalam mazhab Hambali

8
Menurut ulama Hanabilah4, khiyar ada delapan macam, yaitu khiyar
majlis,syarat,ghabn,tadlis,alb,khianat, khiyar perselisihan dua pelaku akad
dalam harga serta penyewa dan yang menyewakan dalam upah, dan khiyar
pemisahan transaksi.
D. HAL.HAL YANG MENGGUGURKAN KHIYAAR
Khiyaar ruyah tidak batal dengan adanyapembatalan yang j elas, seperti jika pembeli
berkata, "Saya membatalkan khiyaor saya," baiksebelum ru'yah maupun sesudahnya,
berbeda halnya dengan khiyaar syarat dan khiyaar aib.
Perbedaannya adalah bahwa khiyaor ru'yah itu ditetapkan oleh syara, maka manusia
tidak memiliki hak membatalkannya, sama seperti khiyaar raj'ah bagi istri yang
diceraikan. Seseorang tidak memiliki hak membatalkannya karena khiyaar tersebut
ditetapkan oleh syaraselama istri masih dalam masa idah. Berbeda halnya dengan khiyaar
syarat, khiyaar ini ditetapkan oleh syarat kedua pelaku akad, maka khiyaar ini bisa batal
karena dibatalkan oleh keduanya. Demikian juga khiyaar aib, karena keselamatan barang
itu biasanya disyaratkan oleh pembeli, maka khiyaor ini seperti hal yang disyaratkan
secara jelas.5
Khiyaar ru'yah bisa batal dan jual belinya menjadi lazim dengan salah satu dari dua
hal, yaitu perbuatan sengaja atau keadaan darurat. Perbuatan sengaja ada dua, yaitu
kerelaan yang jelas dan kerelaan secara tidak langsung.
Kerelaan yang jelas seperti jika pembeli berkata, "Saya menyetujui jual beli ini,"
atau,"Saya merelakannya," atau, "Saya memilihnyai'atau sesuatu yang bermakna jelas,
baik penjualmengetahui dengan persetujuan tersebut mau-pun tidak.
Sedangkan kerelaan secara tidak langsung adalah adanya penggunaan terhadap
barang dagangan setelah ru'yah, bukan sebelumnya, yang menunjukkan pada persetujuan
dan kerelaan. Hal ini sama seperti jika menerima barang setelah ru'yah, karena
penerimaan setelah ru'-yah adalahbukti adanya rela dengan kelaziman iual beli karena
penerimaan mirip dengan akad.6
Berdasarkan hal tersebut, jika pembeli menghibahkan barang dagangan pada yang
lainnya dan belum menyerahkannya atau menawarkannya untuk dijual dan sejenisnya
sebelum ru'yeh, maka khiyaar-nya tidak batal. Hal itu karena khiyaar ini tidak batal
dengan adanya kerelaan yang jelas, maka demikian juga tidak batal dengan kerelaan
secara tidak langsung.
fika pembeli menggadaikan barang dagangan dan menyerahkannya,
menyeryakannya pada seseorang atau menjualnya dengan syarat pembelinya memiliki
khiyaar, maka khiyaar pembeli pertama batal sebelum dan sesudah ru'yah. Bahkan jika
pembeli menebus gadainya dengan membayar utan& atau masa sewanya habis, atau
mengembalikannya kepada pembeli pertama dengan khiyaar syarat, kemudian dia melihat
barang tersebut, maka dia tidak dapat mengembalikannya dengan khiyaar ru'yah. Hal itu
karena dia telah menetapkan hak wajib pada orang lain dengan tindakan-tindakan ini,
4
Kasysyaaf al-Qinaa’, vol. cet. Mekah. Hlm. 166, 168-187, 190, 201 199, 203,217, 224.
5
Fathd qadiir, vol. V hlm. 149, Raddul Muhtaar lbid
6
At-Brdoo' i', vol. v, hlm. 297

9
maka menjadi keharusannya untuk memiliki barang tersebut. Hal itu dengan melarang
adanya khiyar, maka khiya ar-ny a batal secara darurat [terpaksa), karena tidak ada
faedahnya lagi.7
Adapun perbuatan darurat yang membatalkan khiyaar ru'yah adalah semua hal yang
membatalka khiyaar dan mewajibkan jual beli secara darurat, bukan karena perbuatan
pembeli. Contoh, meninggalnya pembeli menurut ulama Hanafiyah berbeda dengan
pendapat Syafi'i, seperti telah dijelaskan dahulu dalam khiyaar syarat.juga seperti
persetujuan salah satu dari dua syarik (mitra) tanpa syarik lainnya terhadap barang yang
dibeli oleh mereka berdua dan mereka belum melihatnya menurut Abu Hanifah.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Penerapan Konsep Khiyar dalam jual beli di Toko Bangunan Bahagia Desa Iser,
Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, jika ditinjau berdasarkan fiqh muamalah
sudah sah. Karena kerusakan barang tersebut tidak merusak akad yang telah dibuat.
Dalam faktor yang mempengaruhi diterapkannya konsep khiyar pada Toko Bangunan
Bahagia juga sudah tepat, yang mana selain faktor materi atau keuntungan, terdapat
7
Al-Bodoa'ii vol. V hlm. 296, Tuhfat al-Fuqahaa' , vol. II, hlm. 130 dan seterusnya , Fathul
Qadiir, vol. V hlm. 141.

10
juga faktor lain yang mana dalam melakukan transaksi jual beli agar segera cepat selesai
dan mudah, kurang sosialisasi mengenai ilmu agama serta kurangnya rasa kesadaran
untuk saling tolong menolong. Yang mana dari ketiga faktortersebut dapat disimpulkan
bahwa dalam sebuah praktek transaksi jual beli tidak hanya mengedepankan
keuntungan saja, melainkan juga perlu adanya sisi humanis untuk menolong sesama,
agar dalam prakteknya tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan.

Sementara dalam sistem pembayaran di Toko Bangunan Bahagia Desa Iser


Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang, apabila ditinjau dari fiqh muamalah sudah
benar. Penerapan sistenm pembayaran hutang di Toko Bangunan Bahagia tersebut tidak
menerapkan sistem bunga, sehingga tidak ada riba dalam proses pembayaran. Hal itu
tentunya sesuai dengan syariat Islam, yang mengharamkan adanya riba dalam jual beli

11
DAFTAR PUSTAKA

PROF. DR. Wahbah Az- Zuhaili. Jakarta, 2011, Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Darul Fikir

Muhammad Izazi Nurjaman, Januri,dan Neni Nuraeni., Eksistensi Khiyar dalam


perkembangan transaksi jual beli. Iltizam journal of shariah EconomicsResearch vol. 5,
No.1 (2021) june 2021, pp, 63-72. .

Akhmad farroh Hasan, M.SI. 1, Oktober 2018. Fiqh Muammalah dari klasik hingga
kontemporer. UIN- Maliki Malang Press.

Dr. Siah Khosyi’ah, M.Ag., Fiqh Muammalah Perbandingan., Bndung : pustaka Setia,
2014

12

Anda mungkin juga menyukai