Anda di halaman 1dari 15

HUKUM JUAL BELI DENGAN SISTEM DROPSHIP DALAM PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA


(Studi Analisis di Situs Belanja Online Tokopedia)
SKRIPISI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Hukum (S.H)

Oleh:

Agung Maulana Ashar

NIM: 11180430000032

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1443/2022
A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama yang universal yang tidak terbatas oleh waktu
dan tempat tertentu. Al-Qur’an pun menyatakan bahwa ruang lingkup
keberlakuan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wasallam adalah seluruh umat manusia, dimanapun mereka berada1.
Salah satu ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wasallam yang selain mengatur hubugan Tuhan dengan hambanya, tetapi juga
mengatur antar sesama manusia yang disebut muamalah. 2 Adapun salah satu
contoh muamalah disini adalah terkait dengan kegiatan ekonomi atau yang
sering kita sebut dengan bisnis atau jual beli.

Jual beli merupakan kegiatan yang sudah lama dilakukan oleh manusia
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jual beli barang
merupakan transaksi yang paling kuat dalam dunia bisnis, bahkan dapat
dikatakan jual beli barang ini sebagai bagian terpenting dalam aktifitas usaha.
Jika dilihat dari perkembangan sistem jual beli, sejak zaman dahulu bidang ini
sangat di pengaruhi oleh zaman seperti pada perkembangan teknologi yang
ada sekarang. Dalam semua proses bisnis, yang merupakan kunci dari segala
bentuk bisnis ialah kepercayaan, baik didalam lingkungan offline maupun
online.3

Setiap zaman pasti ada beberapa kemajuan dalam berbagai bidang,


seperti bidang ekonomi, sains, teknologi dan masih banyak lagi . Kemajuan
yang paling cepat terjadi dalam bidang sains dan teknologi. Salah satu
contohnya ialah munculnya jual beli secara online bahkan sudah banyak situs
1
M. Saleh, Filsafat Hukum Islam, (Yogyakarta: Idea Press, 2013), hlm., 40.

2
Imam Mustofa, Ijtihad Kontemporer Menuju Fiqih Kontekstual, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),
hlm., 143.

3
Muhammad, Etika Bisnis Islam. (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004), hlm., 224.
atau aplikasi yang menyediakan tempat atau sebagai pihak penengah antara
penjual dan pembeli ketika bertransaksi jual beli online. Bukan hanya jual beli
biasa saja yang sekarang ini muncul dengan sistem online, bahkan jual beli
dengan sistem dropship pun sudah muncul didalam aplikasi-aplikasi jual beli
online contohnya seperti Tokopedia.

Jual beli dengan sistem dropship ini sudah menjadi salah satu trend
dimasa sekarang ini. Hal itu dikarenakan dalam jual beli dropship si penjual
tidak perlu memiliki ataupun membeli terlebih dahulu barang yang akan
dijualnya yang dimana biasanya orang-orang dalam berbisnis barang
memerlukan modal untuk menstok barang yang akan dijualnya. Hal tersebut
disebabkan karena adanya pihak ketiga dalam jual beli dengan sistem
dropship ini yang kita kenal sebagai suplier/distributor yang menyediakan
barang-barang yang akan diperdagangkan oleh pihak penjual (dropshiper).
Jadi dalam prakteknya dropshiper hanya memasang foto-foto barang yang
dimiliki oleh suplier dengan harga yang ditentukan oleh dropshiper tersebut,
misalnya harga barang dari suplier adalah Rp. 100.000,- maka dropshiper
memasang harga barang didalam tokonya sebesar Rp. 130.000,-.4 Kemudian
jika sewaktu-waktu ada pembeli membeli barang dari toko dropshiper,
pembeli akan melakukan kesepakatan dengan dropshiper dan kemudian
memberikan identitas serta mentransfer uang untuk pembelian barang sesuai
dengan harga yang tertera ditoko online dropshipper, jika sudah ditransfer
maka pihak dropshiper langsung menghubungi pihak suplier untuk
mengirimkan barang yang dibeli oleh penjual ke alamat yang sudah diberikan
oleh pembeli dan kemudian dropshiper mentrasfer uang kepada suplier sesuai
dengan harga barang yang diberikan oleh suplier. Dan juga untuk data

4
Juhrotul Khulwah, “JUAL BELI DROPSHIP DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM” VOL : 07,
NO : 1,( Agustus 2019).
pengirimannya biasanya suplier menggunakan nama toko online dropshiper
supaya seolah-olah memiliki toko pribadi dengan barang yang lengkap.5

Jadi jika dilihat dari keterangan diatas, maka sistem drophip ini terlihat
unik karena dropshiper sudah dapat mengambil keuntungan sebelum memiliki
barangnya. Selain itu, ada beberapa hal yang menguntungkan pihak
dropshiper, yaitu:

1. Ia tidak perlu memiliki barangnya untuk berjualan;


2. Tidak perlu mengirimkan langsung barang ke pihak ekspedisi
pengeriman barang;
3. Tidak memerlukan modal yang banyak untuk memenuhi berbisnis,
karena ia hanya bermodalkan internet dan kebutuhan-kebutuhan untuk
berinformasi dengan pembeli dan suplier.6

Selain menguntungkan, sistem dropship disini memiliki kelemahan, yaitu:


Pada saat barang dikirimkan dropshiper tidak mengetahui kondisi barangnya.
Dan jika pembeli protes terkait barangnya maka akan ditunjukkan kepada
pihak suplier bukan kepada dropshiper.7

Didalam hukum jual beli, terdapat rukun dan syarat. Jumhur ulama
termasuk imam syafi’i dan imam malik tidak beda pendapat dalam hal rukun
jual beli. Adapun rukun jual beli menurut jumhur ulama ialah adanya al-
muta’aqidan (penjual dan pembeli), ma’qud ‘alaih (barang yang dijual, uang
(alat tukar barang), shigat (ijab dan qabul). Adapun ulama yang berbeda

5
https://mebiso.com/apa-itu-bisnis-dropship-dan-bagaimana-sistem-cara-kerjanya/ diakses pada 28
Oktober 2021

6
https://mebiso.com/apa-itu-bisnis-dropship-dan-bagaimana-sistem-cara-kerjanya/ diakses pada 28
Oktober 2021

7
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-mengenal-dropship-dan-cara-mencatat-transaksinya/ diakses pada
30 Oktober 2021
pendapat dalam rukun jual beli ialah madzhab Hanafiyah, menurutnya rukun
jual beli hanya ada ijab dan qabul saja. Hal ini disebabkan karena dalam jual
beli rukunnya hanyalah kerelaan antara penjual dan pembeli, akan tetapi
dalam kerelaan ini sulit diketahui sebab adanya dihati, perlukan indikator-
indikator untuk mengetahuinya. Hal tersebut bisa dalam bentuk perkataan,
yaitu ijab dan qabul atau dan bentuk perbuatan, yaitu saling memberi (saling
serah terima) barang dan uang.8

Jika kita melakukan jual beli maka harus memenuhi persyaratan jual
beli, karena jika salah satunya tidak terpenuhi, maka akad akan menjadi batal.
Jika syarat sahnya akad tidak lengkap, maka akad tersebut dinilai fasid, dan
jika dalam syarat nafaz tidak terpenuhi, maka akadnya menjadi mauquf. 9

kemudian untuk menilai akad itu bersifat mauquf, maka ada dua kriteria yang
harus dipenuhi, yaitu:

1. Kepemilikan dan wilayah (hak), dalam hal kepemilikan barang yang


akan di perjual belikan harus merupakan murni milik penjual, dalam
hak disini maksudnya penjual berhak sepenuhnya dengan komiditas
yang akan dijualnya. Kedua hal ini sangat berkaitan dan memperkuat
satu sama lain dalam menentukan mauquf atau tidaknya suatu akad;
2. Komoditas barangnya tidak ada hak orang lain. Jika terdapat hak orang
lain, maka akad tersebut menjadi mauquf.10

Kemudian terkait dengan objek/komoditas barang dalam transaksi harus


memenuhi beberapa kriteria, yaitu:11

8
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), hlm., 114

9
Dimyauddin Djuwaini, “Pengantar Fiqh Muamalah”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008), hlm., 70.

10
Ika Yunia Fauzia, “Akad Wakalah dan Samsarah sebagai Solusi atas Klaim Keharaman Dropship
dalam Jual Beli Online”, Vol.9 No.2, (Maret 2015)
1. Komoditas barang harus ada disaat akad dilakukan, jika barangnya
tidak berwujud maka tida sah akad tersebut, hal tersebut dikecualikan
untuk akad salam, dan istisna’;
2. Komoditas barang merupakan harta yang dibolehkan oleh syara’,
yakni barangnya dan manfaatnya dibolehkan oleh syara’;
3. Komoditas barangnya dimiliki atau dikuasai secara penuh oleh pihak
penjual;
4. Komoditas barangnya bisa diserah terimakan ketika akad atau
setelahnya.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus peneliti dalam transaksi


dropship adalah kebiasaan yang terjadi dalam akad dropship di Indonesia
terkhusus didalam aplikasi Tokopedia. Dimana kebiasaannya akad ini adalah
pihak dropshiper mengaku sebagai penjual bukan sebagai dropshiper kepada
pembeli/customer. Dan juga dalam hal komoditas barang dinilai menjadi
milik seseorang secara penuh seperti apa. Yang berbeda dalam hal ini ialah
masa qobd (menerimanya seseorang terhadap komoditas barang yang dibeli
agar dimiliki secara penuh).
Dalam akad dropship yang terjadi biasanya pihak dropshipper
langsung mengirimkan barangnya dari suplier kepada customer tanpa adanya
qobd terlebih dahulu. Jumhur Ulama berpendapat terkait qobd (diterima) ini
bersifat wajib dalam menyempurnakan hak pada komoditas barangnya dan
tidak terbatas pada beberapa barang saja. Berbeda dengan ulama malikiyah
yang dimana membolehkan menjual barang yang belum diqobd (diterima)
tetapi hal ini terbatas hanya untuk barang-barang yang selain makanan.
Banyak masyarakat yang merespon terkait jual dropship,ada yang
setuju dan ada pula yang tidak setuju, karena ada hal yang sangat dijadikan
pertimbangan yaitu perihal kepemilikan barang dalam akad ini. Dimana dalam
11
Amir Syarifuddin, “Garis-Garis Besar Fikih”, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,2010), hlm.,
177
akad ini kepemilikan barang tidak dimiliki secara sempurna oleh pihak
dropshipper. Maka apabila barangnya tidak dimiliki secara sempurna, maka
barang tersebut tidak dapat ditasharufkan ataupun diperjual belikan.12 Hal
tersebut didukung pula oleh Oleh sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam yang diriwayatkan dari ‘Amr ibn Shu‘ayb, dari ayahnya, dari
kakeknya, bahwa bersabda: “Tidak dihalalkan penjualan yang bukan milik
kalian dan tidak pula dihalalkan keuntungan yang tidak terjamin.”13karena
itu, maka penulis membuat proposal skripsi ini dengan judul “HUKUM
JUAL BELI DENGAN SISTEM DROPSHIP DALAM PERSPEKTIF
HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA (Studi
Analisis di Situs Belanja Online Tokopedia)”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka


terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan, antara lain:

1. Jual beli merupakan suatu perikatan tukar menukar barang atau barang
dengan uang dengan cara saling melepaskan hak kepemilikan barang atau
uang satu sama lain atas dasar saling ridho sesuai dengan ketentuan yang
dibenarkan syara’
2. Jual beli dengan sistem dropship merupakan hal baru dalam sistem
perdagangan di Indonesia, bahkan di dunia. Maka perlu diteliti aspek
hukumnya.
3. Akad jual dengan sistem dropship belum mendapat perhatian dari para
hukum Islam dan hukum positif di Indonesia.

12
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fikih, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010) , hlm.,
177

13
Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, Vol. 4 (Damaskus: Dar al-Fikr, 2010), hlm., 75-
81
4. Kini jual beli dengan sistem dropship sudah masuk ke dunia digital
seperti situs-situs jual beli seperti Tokopedia. Maka perlu diteliti praktek
yang dilakukan pada situs jual beli online tersebut.

C. PEMBATASAN MASALAH DAN PERUMUSAN MASALAH

1. Pembatasan Masalah

Untuk lebih terarahnya pembahasan ini, maka penulis membatasi


penelitian ini. Adapun ruang lingkup yang akan penulis teliti adalah hukum
jual beli dengan sistem dropshiping diaplikasi Tokopedia menurut perspektif
hukum positif di Indonesia dan hukum Islam. Hal tersebut dikarenakan
menimbulkan problematika dalam keabsahan akad tersebut dalam pandangan
masyarakat Islam di Indonesia yang mayoritas menganut madzhab syafi’iyah.

a. Jual beli online merupakan jual beli yang menggunakan media internet
sebagai perantara untuk menghubungkan penjual dan pembeli.
b. Dropshipping merupakan metode pemenuhan ritel di mana toko tidak
menyimpan produk yang dijualnya.
c. Tokopedia merupakan salah satu mall belanja berbasis online yang
memungkinkan setiap orang dan pemilik bisnis di Indonesia untuk
membuka dan mengurus toko online mereka secara mudah dan bebas
biaya, sekaligus memberikan sebuah pengalaman jual beli online aman
dan nyaman.
d. Hukum Islam dibatasi pada Hukum Muamalah yang berkaitan dengan
hubungan antar sesama manusia dalam bertransaksi jual beli.
e. Hukum Positif dibatasi pada Hukum Perlindungan Konsumen.

2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
a. Bagaimana perbandingan perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif di
Indonesia tentang jual beli online dengan sistem dropship?

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1) Tujuan Penelitian

Dalam penulisan proposal skripsi ini, terdapat beberapa tujuan yang


hendak dicapai oleh penulis, dan tujuan yang dimaksud adalah:

1. Untuk membandingkan hukum jual beli dengan sistem dropship


menurut hukum positif di Indonesia dan hukum Islam

2) Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam menambah wawasan dan


pengetahuan para akademisi dalam memahami hukum jual beli dengan
sistem dropship dalam perspektif Hukum Positif di Indonesia dan
Hukum Islam. Kemudian menambah literatur perpustakaan khususnya
dalam bidang Perbandingan Madzhab.

2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan penjelasan kepada


pembaca dan masyarakat umum tentang hukum jual beli dengan
sistem dropship yang banyak ditemukan serta mejadi trend dalam
perbisnisan di Indonesia sehingga diharapkan masyarakat dapat
mengetahui hukum dari transaksi jual beli dengan sistem dropship
dalam perspektif Hukum Positif di Indonesia dan Hukum Islam serta
mengetahui dalil atau argumentasi yang digunakan oleh ulama-ulama
dalam menghukumi transaksi jual beli dropship ini sesuai dengan
kaidah-kaidah syariah.
E. REVIEW STUDI TERDAHULU
Untuk mengetahui studi terdahulu yang sudah pernah ditulis atau
dibahas oleh penulis lainnya, maka penulis me-review beberapa skripsi dan
jurnal terdahulu yang pembahasannya memiliki beberapa persamaa dan
perbedaan dengan pembahasan yang penulis angkat.
Dalam hal ini penulis mengemukakan beberapa skripsi dan jurnal
terdahulu, yaitu sebagai berikut:
Skripsi yang ditulis oleh Yasma Hifal14 NPM (1297359) berjudul
“JUAL BELI DROPSHIP PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI SYARI’AH
DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA”. Pada penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan bagaimana jual beli dropship dalam perspektif hukum
ekonomi syari’ah dan hukum positif di Indonesia. Adapun jenis penelitian
yang dipakai berupa penelitian pustaka (library research) yaitu dengan cara
mengumpulkan bahan-bahan informasi serta dokumen (buku-buku) dari
perpustakaan kemudian di analisis melalui teori-teori dari perpustakaan
tersebut. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa praktik jual beli
dropship hukumnya boleh menurut hukum ekonomi syari’ah, asalkan akad
yang digunakan adalah akad salam pararel atau jualah seperti samsarah.
Sedangkan dalam hukum positif di Indonesia pun dibolehkan asalkan sesuai
dengan standar pada pasal 1365 KUHPerdata, UU No. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik dan UU No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.

14
Yasma Hifal, “JUAL BELI DROPSHIP PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI SYARI’AH DAN
HUKUM POSITIF DI INDONESIA”. (lampung: skripsi sarjana prodi Hukum Ekonomi Syariah
Instutut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro Lampung, 2018)
Skripsi yang ditulis oleh Destyana15, “JUAL BELI ONLINE
MENGGUNAKAN SISTEM DROPSHIPPING DALAM PERSPEKTIF
ETIKA BISNIS ISLAM (Studi Kasus Di Distro Indie Clothing di Jl. Yos
Sudarso Kecamatan Metro Barat Kota Metro)”. Pada penelitian ini bertujuan
untuk medeskripsikan bagaimana jual beli dropship dalam perspektif etika
bisnis Islam. Adapun jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian lapangan
(field research), yaitu penelitian yang dilakukan dilapangan dalam kancah
kehidupan sebenarnya. Dimana dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggali sumber secara khusus dari Distro Indie Clothing Metro Barat. Dan
yang dicari dalam penelitian ini adalah pandangan etika bisnis Islam dalam
jual beli dropship. Adapun perbedaan penelitian ini dengan tulisan penulis
adalah disisi perbandingannya dan studinya yang dimana penulis meneliti
jual beli dropship dalam perspektif madzhab Hanafiyah dan madzhab
Syafi’iyah
Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Budi Lakuanine 16, NIM (14220124)
“Praktek Jual Beli Online Dengan Sistem Dropship Perspektif Hukum
Islam Dan HUHPerdata (Studi di Akun Instagram Little_Boss_Sandal)”.
Pada penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana praktik jual
beli online dengan sistem dropship di akun instagram Little_Boss_Sandal dan
meninjau praktik dropship online tersebut dengan hukum Islam. Jenis
penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif, karena penelitian ini bukan
hanya mengkaji masalah melalui peraturan-peraturan melainkan meneliti asas-
asas hukum Islam berupa Fiqh Muamalah yang ada kaitannya dengan

15
Destyana, “JUAL BELI ONLINE MENGGUNAKAN SISTEM DROPSHIPPING DALAM
PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM (Studi Kasus Di Distro Indie Clothing di Jl. Yos Sudarso
Kecamatan Metro Barat Kota Metro)”. (Lampung: skripsi sarjana prodi Hukum Ekonomi Syariah
Instutut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro Lampung, 2018)

16
Ahmad Budi Lakuanisme, “Praktek Jual Beli Online Dengan Sistem Dropship Perspektif Hukum
Islam dan KUHPerdata”. (Malang: skripsi sarjana prodi Hukum Bisnis Syariah Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2018)
dropship. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa praktek jual
beli online dengan sistem dropship yang terjadi akun instagram
Little_boss_sandal dilihat dari hukum Islam tidak dilarang sebab barang yang
dijual meskipun bukan milik penjual, barang tersebut sudah mendapatkan izin
dari pemilik barang dalam hal ini ialah suplier. Kemudian dalam pandangan
hukum positif sistem yang terjadi di akun tersebut dilarang menurut pasal
1471, pasal 1794, dan pasal 1797. Dikarenakan menjual barang milik orang
lain, mengambil keuntungan yang melebihi dari ketentuan karena upahnya
tidak ditentukan dengan jelas. Adapun perbedaan penelitian ini dengan tulisan
penulis adalah terkhusus membahas sisi perbandingannya dan studinya yang
dimana penulis meneliti jual beli dropship dalam perspektif madzhab
Hanafiyah dan madzhab Syafi’iyah.
Skripsi yang ditulis oleh Desi Fatmawati 17, NIM. (1323202041)
“TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK DROPSHIP
ONLINE (Studi Kasus Ariana Shop)”. Pada penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan bagaimana praktik jual beli online dengan sistem dropship di
Ariana Shop dan meninjaunya dengan hukum Islam. Adapun jenis penelitian
yang digunakan adalah emipiris atau non-doktorial yaitu dengan melihat
pelaksanaan dropship online yang berlangsung di Ariana Shop. Dari hasil
penelitian tersebut diketahui bahwa praktik dropship online di Ariana Shop
ini, dropshipper tidak memiliki ataupun menyediaka barang yang akan dijual,
ia hanya bermodalkan foto-foto yang ditempel di toko onlinenya. Jika ditinjau
dari hukum Islam ditinjau dari hal kepemilikan barang yang dijual di Ariana
Shop ini adalah sah, karena barang yang diperjualkan adalah hasil kerja sama
antara dropshipper dengan supplier selaku pemilik barang asli. Untuk akad
yang digunakan dalam transaksi ini merupakan akad salam dan itu
diperbolehkan. Kalau penulis sendiri meneliti jual beli online dengan sistem

17
Fatmawati Desi, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Dropship Online (Studi Kasus Ariana
Shop”), (Purwokerto: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, 2017)
dropship di aplikasi Tokopedia dalam perspektif madzhab Hanafiyah dan
madzhab Syafi’iyah.
Jurnal yang ditulis oleh Rizki Syahputra18, berjudul “BISNIS
DROPSHIP DALAM TINJAUAN FIKIH MUAMALAH”. Dalam jurnal ini
Rizki Syahputra memaparkan bahwa bisnis dropship dalam tijauan fiqh
muamalah itu dibolehkan dengan dua cara, yaitu pertama dengan cara
simsarah dan kedua dengan cara salam dengan syarat yang harus dipenuhi
yaitu produknya halal, jelas, adanya serah terima yang menyebabkan
perpindahan kepemilikan, dan memenuhi skema jual beli tidak tunai dan
skema ijarah. Kalau penulis sendiri meneliti jual beli online dengan sistem
dropship di aplikasi Tokopedia dalam perspektif madzhab Hanafiyah dan
madzhab Syafi’iyah.
Dari beberapa studi terdahulu diatas, maka penelitian yang peneliti
buat ini memiliki perbedaan dan persamaan dari berbagai sisi. Baik itu dari
sisi metode penelitian dan juga kasus yang dibahas dalam penelitian ini.

F. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah


metode penelitian kualitatif, yaitu memusatkan perhatian pada prinsip-
prinsip umum yang mendasari satuan gejala-gejala yang ada dalam
kehidupan manusia, dengan mengkaji data-data dan literatur yang
berkaitan dengan judul.

Penelitian ini merupakan penelitian normatif, yaitu dilakukan


dengan cara mempelajari dan mengalisis dalil atau argumentasi dalam

18
Rizki Syahputra, “BISNIS DROPSHIP DALAM TINJAUAN FIKIH MUAMALAH” Vol. 6 No.1
(Jurnal Ecobisma, Januari 2019)
beberapa kasus transaksi jual beli yang hampir sama dan bisa diqiyaskan
dengan dropship.

2. Pendekatan Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini


adalah penelitian kualitatif, dimana data-data tersebut diambil dari bacaan
pustaka, teks pernyataan, dan bacaan-bacaan dari beberapa referensi buku
bacaan tentang hukum muamalah atau ekonomi Islam. Dalam tulisan ini
pendekatan perbandingan (comparative approach) lebih mendominasi
sebab pendekatan ini dilakukan dengan membandingkan hukum positif di
Indonesia dan hukum Islam tentang akad jual beli dengan sistem dropship
yang marak terjadi di Indonesia.

3. Jenis Data

Data penelitian ini penulis mengumpulkann data berupa sumber data


hukum atau bahan hukum Islam, yang terdiri dari:

1) Bahan hukum primer merupakan data penelitian yang menjadi


bahan utama dalam penelitian, seperti Al-Qur’an, Hadits, dan
kitab-kitab ulama madzhab. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan hukum Islam mengenai jual beli.
2) Bahan hukum sekunder adalah data yang bersifat sebagai
pendukung dalam penelitian, misalnya beberapa buku/kitab yang
menjelaskan tentang ayat-ayat al-Qur’an dan buku-buku ulama
kontemporer yang menjelaskan tentang jual beli dropship ini.
Serta dalam penelitian ini juga menggunakan buku-buku yang
menunjang penelitian seperti buku-buku bisnis syariah, fiqh
muamalah, jurnal, Metodologi Penelitian Hukum, dan buku-buku
yang memuat tentang dropship.
3) Bahan hukum tersier adalah data penelitian yang bersifat
penunjang bahan-bahan yang kurang, seperti kamus, ensiklopedia
dan keterangan dari asatidz. Penelitian ini menggunakan Kamus
Bahasa Indonesia-Inggris karena ada beberapa yang menggunakan
bahasa peristilahan bahasa Asing

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini,


yaitu Library reasearch atau penelitian kepustakaan dan literatur yang ada
relevensinya dengan judul, di mana penelitian yang dilakukan dengan cara
mengkaji dan menganalisis hukum-hukum bermuamalah yang dapat
diqiyaskan dengan jual beli menggunakan sistem dropship.

5. Teknik Pengelolaan Data


Pada bagian pengelolaan data atau bahan hukum ini dijelaskan tentang
prosedur pengolahan dan analisis data. Adapun metode yang peneliti
gunakan dalam penilitian ini adalah metode kualitatif yaitu dengan
pengumpulan data dari bahan-bahan hukum yang sudah dijelaskan diatas
kemudian diolah dengan menganalisis bahan tersebut dengan sebaik-
baiknya. Pengelolaan data biasanya dilakukan melalui tahap-tahap:
pemeriksaan data (editing), klasifikasi (classifying), verifikasi (verifying),
analisis (analysing) dan pembuatan kesimpulan (concluding).

Anda mungkin juga menyukai