Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS JASA TITIP BELI BARANG

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Fiqh Muamalah Kontemporer
Dosen Pengampu : Moch. Junaidi Abdillah, M. H.

Disusun Oleh :

Tesha Agsafana Aryndita (1820210035)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2020
A. Teori Jasa Titip beli barang
Saat ini mengenai jasa titip dalam praktek jual beli sebagai suatu bisnis
sampingan yang sangat prospektif. Profesi profesi jasa titip atau personal
shopper menggunakan mekanisme kerja yang sangat sederhana. Kedudukan
seorang jasa titip merupakan pihak ketiga antara penjual dan pembeli, namun
tugas utama dalam jasa titip ini merupakan pembelanja bagi para penitip atau
konsumen dimana cara kerja dari profesi jasa titip ini hanya dengan cara
mengambil gambar barang yang ada di mall atau pusat pembelanjaan tertentu
lalu mempublikasikannya pada media sosial dan adanya pemberian
keterangan berupa besarnya upah (imbalan) atau tarif atas jasa pembelian
pada setiap barangnya.
Mengenai jasa titip merupakan perantara antara penjual dan pembeli
yang biasa disebut broker, dimana dalam hukum islam disebut sebagai
samsarah. Relevansi konsep samsarah atau perantara pada masa rasul hanya
berfungsi menjualkan barang milik orang lain dengan diberi upah.
Pada masa itu, upah tidak ditentukan dan hanya berlaku sebagaimana
biasanya yaitu 2.5% dari nilai transaksi. Hal tersebut dilakukan untuk
menghindari penyalahgunaan, maka pemilik barang dan samsarah dapat
mengatur suatu syarat tertentu mengenai jumlah keuntungan yang diperoleh
pihak samsarah. Boleh mengambil dalam bentuk presentase (komisi) atau
mengambil kelebihan dari harga yang ditentukan oleh pemilik barang, itu
semua tergantung kesepakatan kedua belah pihak.
Para jasa titip dalam jual beli dengan memasang upah bagi jasa
perantara. Dalam jasa titip penjual tidak mengetahui bahwa barangnya
dipublikasikan oleh seorang jasa titip. Pengambilan gambar dari barang
tersebut juga tidak diketahui oleh penjual.
Sedangkan dalam jual beli kejujuran dan kepercayaan adalah modal
utama bagi seorang penjual, dimana status kepemilikan barang yang dijual
belikan haruslah jelas dimiliki sempurna (al-milk at-tamm) oleh jasa titip, jika
memang hanya sebatas perantara setidaknya ada perjanjian atau kontrak yang
mengikat antara jasa titip dan penjual.1
Layanan personal shopper atau jasa titip ini memudahkan para
konsumen untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan. Keuntungan lainnya
adalah mendapatkan barang tanpa melakukan perjalanan ke tempat dimana
barang yang diinginkan berada.
Dengan memakai layanan personal shopper/jasa titip (jastip),
konsumen juga tidak perlu khawatir dengan kualitas barang dan keaslian
barang, karena pelaku personal shopper/jasa titip (jastip) secara langsung
bertransaksi dengan penjual dari barang yang diinginkan.
Jadi, personal shopper menjadi salah satu terobosan terbaru dari dunia
bisnis untuk memudahkan konsumen menerima produk yang dibutuhkan,
begitu juga produk dapat dengan mudah beredar ke tangan konsumen.2
Dari penyataan tersebut, artinya Jasa titip untuk membeli suatu barang
bisa menggunakan akad Murabahah, yang mana maksud dari Jasa titip beli
barang pada intinya erat kaitannya dengan penjelasan dari Akad Murabahah.
B. Akad Murabahah
a. Pengertian
Kata Murabahah secara bahasa adalah bentuk mutual (bermakna
saling) yang diambil dari bahasa Arab , yaitu ar-ribhu yang berarti
kelebihan dan tambahan (keuntungan). Hakikatnya adalah menjual barang
dagang dengan harga (modal) yang diketahui penjual dan pembeli dengan
keuntungan yang jelas. Jadi, Murabahah artinya saling mendapatkan
keuntungan.

1
Elisa, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jasa Titip pada Praktik Jual Beli Online, (Yogyakarta:
Universitas Negeri Sunan Kalijaga, 2018).
2
Devi Ernantika, Analisis Fatwa DSN-MUI No.113/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad Wakalah Bi Al-
Ujrah Terhadap Bisnis Personal Shopper/Jastip di Wilayah Ponorogo, (Ponorogo: IAIN Ponorogo,
2019).
Muhammad Syafi’I Antonio mengutip Ibnu Rusyid, mengatakan
murabahah adalah jual beli asal pada harga asal ditambah dengan
keuntungan yang disepakati. Dalam akad ini penjual harus memberitahu
harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan
sebagai tambahannya.3
Misalnya, seseorang membeli barang kemuadian menjualnya kmbali
dengan keuntungan tertentu. Berapa besar keuntungan tersebut dapat
dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau dalam bentuk presentase
dari harga pembeliannya, misalnya 10% atau 20%.4 Jadi pada intinya,
murabahah merupakan kegiatan dari bentuk jual beli dimana barangnya
diterima didepan, sementara pembayarannya kemudian (ditangguhkan).
b. Landasan Hukum Murabahah
Hadis Nabi Riwayat Ibnu Majah:
Nabi bersabda : “Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak
secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan
jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk jual beli.” (HR. Ibnu
Majah dari Shuhaib).
Hadis Nabi Riwayat Tirmidzi:
“ Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali
perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”
(HR. Tirmidzi dari Amr bin Auf).
c. Rukun dan Syarat Murabahah
Rukun jual beli Murabahah:

3
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Islam: Dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani Press,2001),
hlm 101.
4
Karim Adiwarman Azwar, Bank Islam: Analisis Fiqih dan keuangan (Jakarta: IIIT Indonesia, 2003),
hlm 161.
1. Pihak yan berakad yang dimaksud adalah si penjual (Ba’I) dan si
pembeli (Musytari) barang, Adapun si penjual sebagai penyedia
barang yang akad dijual belikan kepada si pembeli yang membutuhkan
barang tersebut.
2. Objek yang diakadkan, ada dua objek yang diakadkan yaitu barang
yang diperjual belikan dan harga yang akan atau sudah dijual
(Tsaman) yang menjadi nilai tukar dari barang.
3. Sighat (ijab dan Qabul), ijab merupakan perkataan dari penjual
kepadan pembeli dan Qabul merupakan perkataan pihak pembeli
kepada penjual. Ijab dan qabul harus memenuhi syarat yaitu, keadaan
ijab dan qabul harus berhubungan walaupun lafadz keduanya
berlainan.

Syarat Jual Beli Murabahah:

1. Penjual memberi tahu biaya modal kepada pembeli


2. Harus sah sesuai rukun yang disepakati
3. Harus bebas dari riba
4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli apabila terjadi cacat barang
sesudah pembelian
5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian

Jual beli secara murabahah hanya untuk barang atau produk yang
dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu negosiasi dan berkontrak.
Artinya bahwa murabahah merupakan syarat dari akad yang sebelumnya,
pihak penjual sudah memiliki barang atau produk yang akan dijual dan
sudah ada perjanjian dari kedua belah pihak.

Bila produk tersebut tidak dimiliki penjual, sistem yang digunakan


adalah murabahah kepada pemesan pembelian. Hal ini dinamakan
demikian karena si penjual semata-mata mengadakan barang untuk
memenuhi kebutuhan si pembeli yang memesannya.5

C. Analisis
Menurut saya, pada era saat ini perkembangan teknologi semakin
canggih dan memiliki banyak sekali inovasi. Seperti dengan adanya
Handphone yang memiliki berbagai fasilitas pendukung layaknya media
sosial yang memudahkan masyarakat dalam berinteraksi dan mencari sesuatu
yang diinginkan, bahkan bisa menjadi sarana menarik untuk pertumbuhan
bisnis sampingan. Jasa titip beli barang salah satunya, jasa titip ini bisa
dilakukan dengan online atau bisa dilakukan secara langsung.
Adanya keinginan masyarakat yang tinggi untuk memiliki barang
impor namun terhalang oleh ketersediaan barang menjadi salah satu
munculnya ide bisnis jasa titip ini. Orang-orang yang memang hobby ataupun
urusan kerja yang mengharuskan untuk keluar kota atau keluar negeri,
membuat ide untuk menyediakan jasa titip pembelian barang yang tidak ada
dikotanya. Dari sini bisnis jasa titip ini mulai berkembang.
Jasa titip beli barang adalah suatu kegiatan yang menawarkan jasa
pembelian barang dan memperoleh adanya keuntungan dalam setiap
pembelian barang titipan yang telah dikenakan margin. Atau bisa diartikan
seperti, sebuah pekerjaan yang keluar masuk toko, mall, atau pedagang besar
yang memiliki brand tertentu sesuai dengan keinginan para pelanggan yang
percaya pada jasa mereka.
Kebiasaan ini sekarang berkembang luas, karena banyak sekali
keuntungan yang akan dirasakan oleh para penitip barang. Seperti, penitip
barang mendapatkan barang yang ia inginkan dengan tidak perlu repot-repot
pergi ke tempat yang menjual barang tersebut, keaslian barang tersebut pasti

5
Meilina Minarti, Mekanisme Pembiayaan Murabahah pada Produk Pembiayaan Produktif di BMT
Marhamah Cabang Purworejo, (Semarang: UIN Walisongo, 2015).
terjamin karena jelas si penerima jasa titip ini membelinya langsung di tempat
dimana barang yang diinginkan itu dijual.
Sedangkan keuntungan yang bisa dirasakan oleh si penerima jasa titip
ini, yaitu mendapatkan upah dari penitip untuk setiap barang yang dibelikan
tanpa harus mengeluarkan biaya khusus untuk perjalanan membelikan barang
yang dititip, dan informasinya tidak susah dicari apabila mencari barang yang
telah ditentukan pesanannya, tidak seperti bisnis online yang harus menunggu
barang yang tidak pasti kapan readynya.
Cara kerja jasa titip online juga mudah, hanya dengan mengambil foto
dari toko atau tempat-tempat yang menjual barang dengan brand tertentu,
kemudian share ke sosial media yang sekiranya terdapat banyak peluang
konsumen.
Semakin banyak pengguna jasa yang menitipkan barang incarannya,
semakin besar pula tenaga yang dikeluarkan untuk berbelanja. Lokasi toko
yang tidak selalu berdekatan tentunya akan membuang tenaga yang cukup
besar. Si penerima jasa titip harus bekerja keras dan cepat agar semua barang
pesanan terbeli dalam waktu yang ditargetkan.
Namun perlu dipahami bahwa ada yang menjadikan jasa titip beli
barang itu tidak sah, yaitu:
1. Banyak dari jasa titip yang tidak izin asal jual barang ditoko yang
diperjual belikan tanpa tau spesifikasinya, karena kadang ada brand atau
barang yang sifatnya pribadi yang hanya boleh dijual oleh pemilik toko
bukan orang lain, biasanya barang-barang atau brand-brand yang limited
edition.
2. Pengambilan gambar produk tanpa seizin pihak toko, karena meskipun
pihak toko merasa duntungkan dengan adanya jasa titip beli barang ini,
tapi itu akan menyebabkan akan terjadinya penyalahgunaan dengan
permainan harga yang berbeda antara harga sebenarnya yang tertera
ditoko dengan harga yang dicantumkan jasa titip.
Lalu apa pandangan islam mengenai jasa titip beli barang tersebut?

Menurut saya, berdasarkan yang saya ketahui, para ahli fiqih


mengatakan bahwa pada dasarnya jasa titip beli barang itu diperkenankan
dalam islam, namun tentu hal itu pada praktiknya harus tetap dalam koridor
hukum islam.

Dengan catatan barang yang diperjual belikan tersebut halal dan upah
atau fee yang menjadi kewajiban dari penitip itu diketahui jumlah fee nya
pada saat penitipan. Dengan kata lain harus ada kesepakatan antara penjual
dan konsumen saat akan menitip untuk membeli barang.

Dari pengertian tersebut saya menyimpulkan bahwa jasa titip beli


barang itu bisa menggunakan akad Murabahah. Karena melihat pengertian
dari akad murabahah sendiri adalah menjual barang dagang dengan harga
(modal) yang diketahui penjual dan pembeli dengan keuntungan yang jelas.

Murabahah adalah suatu bentuk jual beli yang menuntut penjual untuk
memberi informasi kepada calon pembeli tentang harga dan biaya dibaliknya.
Selain harga jual, calon pembeli juga berhak tau tentang nilai pokok barang
serta jumlah keuntungan yang diambil oleh si penjual. Murabahah juga masuk
dalam kategori bai’ul amanah, karena jual beli yang penjualnya dipercaya
untuk menyebutkan harga belinya atau harga modalnya dengan jujur.

Jasa titip harus juga memperhatikan pihak yang berakad, objek


akadnya, dan sighat (Ijab dan Qabul) mengenai barang tersebut. Penjual tidak
boleh melakukan riba saat melakukan transaksi, penjual juga harus
menjelaskan semua mengenai barang yang akan disepakati, meliputi
spesifikasinya, dan kekurangan dari barang tersebut.

Umumnya akad murabahah banyak dijadikan andalan oleh siapapun


yang ingin bertransaksi, karena bisa mendapatkan talangan dana untuk
membayar apa yang dibutuhkan. Sekalipun harganya lebih mahal karena
harus membayar ongkos kirim bagi jasa titipnya namun itu adalah salah satu
solusi bagi banyak orang yang membutuhkan suatu barang tapi tidak
memungkinkan untuk pergi ketempat dimana barang itu dijual.

Contoh aplikasinya :

Saya memakai jasa titip Tesha (si penerima jasa titip) untuk meminta
bantuan membelikan saya Buku. Kemudian Tesha memberitahukan kepada
saya modal untuk membeli Buku tersebut adalah Rp. 55.000, kemudian Tesha
menjelaskan kepada saya bahwa ia akan mengambil keuntungan sebagai
ongkos kirim sebesar Rp. 15.000. Tesha bertanya kepada saya, apabila saya
setuju maka harga jual yang akan kita transaksikan sebesar Rp. 70.000,
kemudian tinggal membuat tata cara pembayarannya, kita harus menyepakati
apakah saya sepakat membayar diawal sebelum barang itu datang, atau kah
diakhir setelah barang itu telah saya terima.

Karena didalam mekanisme jasa titip, ada 2 macam cara pembayaran,


yaitu:

1. Jasa titip dengan talangan, jastiper menggunakan uangnya dulu untuk


belanja barang, jadi nanti baru menerima uangnya setelah barang itu
diserahkan pada customer.
2. Jasa titip tanpa talangan, jastiper menunggu transfer terlebih dahulu dari
customer, sehingga jastiper berbelanja dengan uang customer.
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam: Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: IIIT Indonesia,
2003).

Elisa, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jasa Titip pada Praktik Jual Beli Online,
(Yogyakarta: Universitas Negeri Sunan Kalijaga, 2018).

Ernantika Devi, Analisis Fatwa DSN-MUI No.113/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad


Wakalah Bi Al-Ujrah Terhadap Bisnis Personal Shopper/Jasa Titip di Wilayah Ponorogo,
(Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2019).

Minarti Meilina, Mekanisme Pembiayaan Murabahah pada Produk Pembiayaan Produktif di


BMT Marhamah Cabang Purworejo, (Semarang: UIN Walisongo, 2015).

Syafi’I Antonio Muhammad, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001).

Anda mungkin juga menyukai