Anda di halaman 1dari 19

TINJAUAN PENERAPAN AKAD SALAM PADA TRANSAKSI JUAL

BELI ONLINE MELALUI MARKETPLACE SHOPEE

Khusnul Khotimah1)
M. Fuad Hadziq2)
1)
Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka
2)
Dosen Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka

Email: khusnul.khotimah29bk@gmail.com

ABSTRAK

Kemudahan yang ada pada transaksi secara online di marketplace Shopee memberikan
pengalaman tersendiri bagi penggunanya. Banyak orang merasa cukup puas dengan
melakukan transaksi jual beli secara online melalui Shopee, namun tidak sedikit yang merasa
tertipu dan kecewa dan lebih memilih transaksi jual beli secara offline dengan mendatangi
pasar secara langsung. Melakukan transaksi jual beli secara online di Shopee dinilai memiliki
banyak risiko bagi pembeli maupun risiko bagi penjual. Subjek penelitian yang akan di angkat
oleh penulis yaitu mengenai transaksi jual beli yang dilakukan melalui Shopee, kelebihan dan
kelemahannya bagi penjual maupun pembeli dan kaitan antara jual beli online dengan akad
salam dalam Islam. Penulis menggunakan metode kualitatif, sumber data yang diperoleh
merupakan data primer , penulis juga menggunakan sumber data sekunder yang bersumber
dari kajian pustaka yang berhubungan dengan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa jual beli online pada Shopee memiliki kesamaan konsep dengan penerapan
akad salam. Transaksi jual beli online mempunyai kelebihan dan keurangan baik bagi penjual
maupun bagi pembeli. Transaksi jual beli online dapat dikatakan sebagai peralihan dari
penerapan akad salam, dengan syarat pemahaman kedua belah pihak sama dalam tanggung
jawab dan kepercayaan. Secara sistem, transaksi jual beli pada Shopee dikatakan sesuai
dengan akad salam.

Kata kunci: akad salam, jual beli online, shopee

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi dan informasi saat ini sudah sangat maju. Dulu pasar
merupakan media bertransaksi di mana penjual dan pembeli harus bertemu secara langsung
untuk melakukan kegiatan ekonomi dan bisnis. Dewasa ini kegiatan ekonomi dan bisnis tidak
hanya dilakukan secara tatap muka. Teknologi telah mampu membawa kegiatan transaksi
perdagangan melalui pasar-pasar dalam jaringan(online). Pasar online yang dikenal dengan
marketplace dewasa ini lebih banyak disukai oleh masyarakat yang sebagian besar tidak
memiliki waktu untuk pergi ke pasar secara langsung karena keterbatasan waktu untuk
mengunjungi pasar secara langsung. Di Indonesia ada beberapa e-commerce yang

1
2

menyediakan komunitas jual beli secara online melalui marketplace diantaranya Shopee,
Lazada, OLX, TokoPedia, dan masih banyak lagi.
Di Indonesia salah satu marketplace yang cukup terkenal salah satunya yaitu Shopee.
Jika dilihat dari data pada PlayStore saat ini total unduhan aplikasi ini sudah mencapai lebih
dari 100juta, informasi ini menandakan bahwa Shopee memiliki pengguna yang cukup banyak
di Indonesia. Shopee merupakan salah satu marketplace yang menyediakan forum
perbelanjaan online terbesar di Indonesia yang menyediakan berbagai produk kebutuhan
sehari-hari mulai produk kecantikan, kesehatan, fashion, perlengkapan rumah tangga,
keperluan bayi, produk elektronik dan lain-lain lengkap di dalamnya. Shopee juga memberikan
penawaran menarik berupa voucher potongan pembelian, voucher gratis ongkir(ongkos kirim),
dan berbagai promo menarik lainnya. Kelebihan lain yang dimiliki Shopee yaitu harga yang
cukup bersaing bahkan cenderung lebih murah dibandingkan dengan barang yang dijual pada
pasar secara offline.
Kemudahan yang ada pada transaksi secara online di marketplace Shopee memberikan
pengalaman tersendiri bagi penggunanya. Banyak orang merasa cukup puas dengan melakukan
transaksi jual beli secara online melalui Shopee, namun tidak sedikit yang merasa tertipu dan
kecewa dan lebih memilih transaksi jual beli secara offline dengan mendatangi pasar secara
langsung. Melakukan transaksi jual beli secara online di Shopee dinilai memiliki banyak risiko
bagi pembeli maupun risiko bagi penjual. Ada beberapa kasus yang sering terjadi dalam
transaksi jual beli melalui Shopee, salah satunya yaitu barang pesanan yang datang tidak sesuai
spesifikasi baik warna, ukuran, maupun kualitas, serta pengajuan klaim untuk pengembalian
barang yang cukup rumit dan tidak semua penjual mau merespon dan memproses masalah
refund tersebut. Dari beberapa masalah yang dialami pembeli, risiko kerugian juga bisa dialami
oleh penjual, salah satunya kerugian akibat pembatalan oleh pembeli yang melakukan
pemesanan dengan sistem pembayaran tunai langsung (cash on delivery/ COD) dengan alasan
tidak memiliki uang padahal barang yang datang dalam kondisi baik, atau kerusakan barang
selama proses pengiriman yang menyebabkan pembatalan pesanan oleh pembeli, maka
kerugian yang akan dialami penjual yaitu waktu, tenaga dan biaya packing.
Pada dasarnya transaksi jual beli yang dilakukan secara offline maupun online tetap
memiliki dampak dan risiko tersendiri bagi penjual maupun pembeli. Melalui penelitian ini
penulis ingin merumuskan masalah mengenai; 1) Bagaimana transaksi jual beli online yang
dilakukan melalui Shopee?, 2) Apa kelebihan dan kelemahan transaksi jual beli online bagi
pembeli maupun penjual?, 3) Apakah transaksi jual beli online dapat dikatakan sebagai
3

peralihan dari sistem jual beli dengan akad salam dalam ekonomi syariah?, 4) Apakah kegiatan
transaksi jual beli online melalui Shopee bisa dikatakan sesuai dengan akad salam?.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui: 1) Bagaimana transaksi jual beli online
yang dilakukan melalui Shopee, 2) Apa kelebihan dan kelemahan transaksi jual beli online bagi
pembeli maupun penjual, 3) Apakah transaksi jual beli online dapat dikatakan sebagai
peralihan dari sistem jual beli akad salam dalam konteks syariah, dan 4) Apakah kegiatan jual-
beli online pada Shopee sesuai atau tidak dengan akad salam.
Melalui penelitian ini penulis berharap pembaca lebih memahami penerapan akad
salam dalam transaksi jual beli online sekaligus memperoleh kesimpulan yang bersifat umum
dari topik yang penulis paparkan sebagai bahan referensi ilmu pengetahuan, khususnya pelaku
ekonomi yaitu penjual maupun pembeli bisa menambah pemahaman mengenai keberadaan
akad/perjanjian dalam transaksi jual beli online yang seringkali dianggap sepele. Manfaat
penelitian bagi pihak luar atau masyarakat sebagai pelaku ekonomi yaitu, penelitian ini
memberikan pengetahuan terhadap urgensi akad yang harus dilaksanakan bagi penjual maupun
pembeli dalam melakukan transaksi jual beli online. Manfaat bagi pengguna shopee, 1)
Penjual, yaitu sebagai bahan evaluasi kinerja tokonya dan pengetahuan mengenai proteksi diri
melalui akad, 2) Bagi pihak pembeli lebih paham urgensi sebuah akad dalam transaksi jual beli
online, sekaligus memberikan tips dan saran.
Beberapa penelitian sebelumnya yang membahas mengenai jual beli online dan
akadnya diantaranya oleh Aritha & Azriadi(2022) menyatakan bahwa “Baik hukum Islam
maupun hukum negara tidak bertentangan mengenai hukum jual beli onine sebab negara juga
telah menjamin aktivitas jual beli dengan mengaturnya dalam bentuk regulasi”(h. 1510).
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Tiara Nur Fitria(2017) yang menyatakan
“Transaksi online dibolehkan menurut Islam berdasarkan prinsip-prinsip yang ada dalam
perdagangan menurut Islam, khususnya dianalogikan dengan prinsip transaksi as-salam,
kecuali pada barang/jasa yang tidak boleh untuk diperdagangkan sesuai syariat Islam”(h. 62).
Penelitian yang ditulis oleh Trisna & Miko(2020) yang membahas mengenai tinjauan hukum
islam mengenai jual beli dengan pesanan benda melalui internet yang dilakukan di Lazada
termasuk sistem as-salam menggunakan akad tulisan.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang berfokus pada pembahasan mengenai
keabsahan pelaksanaan akad salam dalam transaksi jual beli online apakah sesuai atau tidak
dengan syariat Islam, pada penelitian ini penulis menekankan pada urgensi pelaksanaan akad
dalam transaksi jual beli online yang sering kali di anggap sepele oleh para pelaku bisnis yaitu
4

pembeli dan penjual, serta ketidaksesuaian akad yang diakibatkan oleh kelalaian kedua belah
pihak akibat ketidak tahuan terhadap mekanisme dalam transaksi jual beli online.

LANDASAN TEORI
1. Akad dalam Ekonomi Islam
Dalam istilah ekonomi syariah kesepakatan ataupun perjanjian mengenai sesuatu yang
bersifat mengikat dikenal dengan akad. Kata akad merupakan istilah yang sering muncul dalam
Islam misalnya akad nikah, akad jual beli, akad penyerahan wakaf, akad sewa, dan masih
banyak lagi. Kata akad sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti membangun atau
mendirikan, secara sederhana akad merupakan ikatan yang mengikat yang menjadi dasar
sebuah kesepakatan. Ketentuan umum tentang akad dapat dipahami bahwa akad merupakan
perbuatan yang dilakukan secara sengaja oleh dua belah pihak atau lebih sesuai keridhan
masing-masing pihak yang kemudian akan mempunyai akibat secara hukum bagi yang
berakad.( M.Harfin.Z, 2019).
Dasar hukum akad diatur langsung dalam Al-Qur’an maupun hadis Rasul, dalam Al-
Qur’an kata akad beberapa kali disebutkan salah satunya dalam Q.S. Al-Maidah ayat 1;
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu
binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu,( yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. ” (Q.S. Al-Maidah ayat 1)
Dasar hukum akad berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW yaitu dalam sebuah
riwayat Rasulullah bersabda “Dua orang yang jual beli, masing-masing dari keduanya boleh
melakukan khiyar atas lainnya selama keduanya belum berpisah kecuali jual beli khiyar.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
M. Harfin,Z(2019) menyatakan “ Dalam konteks mu’amalah (transaksi bisnis) istilah
yang paling umum digunakan adalah istilah al-‘aqdu. Karena dalam menjalankan sebuah
transaksi harus terjadi perikatan yang timbul dari kesepakatan dalam sebuah perjanjian yang
dibuat oleh para pihak yang bersangkutan”(h. 3.3). Dalam kaidah fiqh hukum akad terbentuk
atas dasar keridhaan dari kedua pihak yang melaksanakan akad, artinya keduanya sama-sama
menerima dan ridha atas kesepakatan yang mereka buat. Berdasarkan pemahaman tersebut,
penulis berpendapat bahwa fungsi akad sejatinya adalah untuk mengikat. Filosofi ini dikaitkan
dengan sifat manusia yang suka ingkar. Oleh karenanya urgensi akad sejatinya adalah untuk
mengatur agar semua tetap pada jalur yang telah disepakati.
5

Sebagaimana M.Harfin.Z(2019) yang berpendapat “akad adalah perikatan yang


ditetapkan dengan ijab dan qabul berdasarkan ketentuan syara’ yang berdampak pada
objeknya”(h. 3.1) maka dalam pelaksanaannya sebuah akad bisa batal/ tidak sah apabila tidak
memenuhi asas hukum/ rukun mengenai akad tersebut. Sebuah akad dikatakan sah apabila
memenuhi rukun akad. Rukun akad dalam islam setidaknya memuat hal-hal sebagai berikut;
1) Al-‘Aqidain (pihak-pihak yang bersangkutan/ melakukan akad)
2) Ma’qud ‘Alaih (objek akad)
3) Sighat Al-‘Aqd (pernyataan untuk mengikatkan diri)
2. Akad Salam
Akad salam adalah akad jual beli dalam islam dengan sistem pesanan di mana
penyerahan barangnya dilakukan setelah terjadi pembayaran, karena pada saat terjadinya akad
barangnya belum ada sehingga dalam kesepakatan disebutkan dengan jelas ciri-ciri, kualifikasi,
serta sifat barangnya. Uswah Hasanah(2018) menyatakan bahwa “jual beli salam adalah suatu
benda yang disebutkan sifatnya dalam tanggungan atau memberi uang di depan secara
tunai,sedangkan barangnya diserahkan kemudian atau diserahkan pada waktu yang telah
ditentukan”(h. 165). Secara sederhana salam adalah sistem jual-beli di mana barangnya
diserahkan di kemudian hari(M. Nur Rianto, 2021). Berdasarkan fatwa DSN MUI No. 5/DSN-
MUI/IV/2000 menyebutkan bahwa “jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran
harga lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu, disebut dengan salam”. Dari beberapa
definisi mengenai salam dapat ditarik kesimpulan, jual beli salam merupakan jual beli pesanan
dengan pembayaran dilakukan pada saat akad dan penyerahan barangnya ditangguhkan sesuai
dengan kesepakatan yang dibuat dalam akad.
Akad salam mempunyai dasar hukum yang kuat karena diatur dalam Al-Qur’an dan
hadist. Akad salam di jelaskan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam QS. Baqarah
ayat 282;

َ ْ‫س ًّمى فَٱ ْكتُبُوهُ ۚ َو ْليَ ْكتُب بَّ ْينَ ُك ْم كَات ٌِۢبٌ بِ ْٱلعَدْ ِل ۚ َو ََل يَأ‬
َ ُ ‫ب كَاتِبٌ أَن يَ ْكت‬
‫ب َك َما‬ َ ‫يََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓو ۟ا إِذَا تَدَايَنتُم بِدَي ٍْن إِلَ َٰٓى أ َ َج ٍل ُّم‬
َ ُ‫َس مِ ْنه‬
‫شيْـًٔا‬ ْ ‫ٱَّلل َربَّ ۥهُ َو ََل يَ ْبخ‬ ِ َّ ‫علَ ْي ِه ْٱل َح ُّق َو ْليَت‬
َ َّ ‫ق‬ َ ‫ٱَّللُ ۚ فَ ْليَ ْكتُبْ َو ْليُ ْم ِل ِل ٱلَّذِى‬
َّ ُ‫علَّ َمه‬َ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Hendaklah seorang penulis di
antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah mengajarkannya. Hendaklah ia menulis. Hendaklah orang yang berhutang
itu mengimla’kan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah,
Tuhannya. Janganlah ia mengurangi sedikitpun dari hutangnya,” (Surat Al-Baqarah ayat 282).
6

Dalam ayat tersebut menyatakan “…hendaklah orang yang berhutang itu


mengimla’kan(apa yang akan ditulis itu),….” Dapat disimpulkan bahwa dalam muamalah atau
jual beli secara tidak tunai menjadi hutang bagi penjual yang harus dibayar, sehingga
kesepakatan mengenai kualifikasi barang harus disebutkan jelas pada saat terjadinya akad.
Dasar hukum salam juga dijelaskan dalam sebuah hadis. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Barang siapa melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas
dan timbangan yang jelas, untuk jangka waktu yang diketahui" (HR. Bukhari, Sahih Al
Bukhari jilid 2, h. 36).
Di Indonesia akad salam memiliki landasan hukum yang dijelaskan secara jelas dalam
fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dalam Fatwa Nomor 05/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1
April 2000(Fatwa, 2006) dijelaskan secara rinci mengenai ketentuan-ketentuan dalam akad
salam, tentang ketentuan pembayaran, ketentuan barang, dan ketentuan mengenai penyerahan
barang sebagai berikut:

a. Ketentuan Pembayaran Uang Kas: jumlah dan bentuk pembayarannya jelas,


dilakukan pada saat kontrak, dan bukan sebagai pembebasan hutang.
b. Ketentuan Barang: ciri-cirinya jelas dan dapat diakui sebagai hutang, dijelaskan
spesifikasinya, penyerahan ditangguhkan, watu serta tempat pemyerahan
ditetapkan di awal akad, pembeli tidak di bolehkan mejual barang sebelum
menerima, penjual tidak boleh menukar barang tanpa kesepakatan sebelumnya.
c. Penyerahan Barang: wajib diserahkan tepat waktu, sesuai kualitas dan kuantitasnya.
Jika kualitas barang yang diserahkan lebih tinggi penjual tidak boleh meminta
tambahan harga, sementara jika kualitas barang lebih rendah pembeli tidak boleh
meminta potongan harga. Barang boleh diserahkan sebelum waktu yang disepakati
selama kualitas dan kuantitas barang sesuai dan penjual tidak diperbolehkan
menuntut tambahan harga. Sebelum Tepat Waktu. Pembeli boleh mebatalkan
kontrak jika barang tidak tersedia sampai tiba waktu penyerahan, atau kualitas
barang tidak sesuai. (DSN-MUI/IV/2000)
3. Jual Beli dalam Islam
Jual beli secara sederhana merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh sebagian
besar orang untuk memenuhi kebutuhannnya. Dalam bahasa Arab, jual beli lebih dikenal
dengan istilah bai’, al-bay, al-syira yang artinya jual beli. Ulama Hanafiah mendefinisikan
jual beli sebagai pertukaran harta (maal) dengan harta dengancara tertentu yang sesuai
berdasarkan ketentuan dalam syara’. Sementara itu, definisi jual beli berdasarkan KBBI yaitu
7

persetujuan saling mengikat antara penjual, yakni pihak yang menyerahkan barang, dan
pembeli sebagai pihak yang membayar harga barang yang dijual. Tiara Nur Fitria(2017) dalam
penelitiannya mengemukakan bahwa jual beli merupakan perjanjian tukar menukar benda atau
barang yang dilandasi oleh kerihdaan kedua belah pihak berdasarkan perjanjian maupun
ketentuan dalam syara’. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan
jual beli merupakan kegiatan bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi yang
berwujud pertukaran barang berdasarkan keperluan yang disepakati bersama.
Jual beli adalah sebuah kegiatan ekonomi yang dilakukan semua orang sebagai upaya
memenuhi kebutuhannya. Kepentingan masing-masing individu ini membuahkan tindakan
yang kemudian diambil dalam rangka mencukupi kebutuhannya. Dalam kegiatan ekonomi
kepentingan seorang penjual yaitu mendapatkan keuntungan dari bisnisnya yang kemudian
dipergunakan untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari, pembeli juga memiliki kepentingan
yaitu mencukupi kebutuhannya sebagai makhluk sosial.
Dalam Islam jual beli hukumnya mubah(boleh) dan halal sebagaimana dijelaskan
dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 275;“….Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba…”, sehingga dapat disimpulkan bahwa jual beli halal dengan syarat tidak
mengandung unsur riba dan kedzaliman. Jual beli dalam Islam juga menegaskan adanya unsur
kerelaan antara kedua belah pihak, hal ini dijelaskan oleh Nabi dalam sebuah hadis: Dari Abu
Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya jual beli itu harus
dilakukan suka sama suka.”(HR. Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menurut Ibnu Hibban)
Transaksi jual beli bisa terlaksana apabila memenuhi rukun atau syaratnya, syarat jual
beli yaitu; adanya penjual dan pembeli, ada barang/ objek yang diperjual belikan, dan harga
yang disepakati. Rukun jual beli sebenarnya sama dengan praktek yang terjadi dalam
masyarakat, hanya saja mayoritas ulama menambahkan adanya pernyataan penjual mengenai
penyerahan barang (ijab) dan pernyataan penerimaan oleh pembeli (qabul) sebagai suatu rukun
dalam jual beli.
Pernyataan ijab dan qabul dalam Islam merupakan bentuk pengikatan terhadap
transaksi terhadap kedua pihak. Dalam Islam pernyataan ijab dan qabul dapat dinyatakan
dalam kalimat yang menyatakan kerelaan (sighat). Banyak contoh perwujudan dari kalimat
sighat pada masyarakat, misalnya transaksi yang terjadi di pasar biasanya penjual langsung
menawarkan barang dagangannya dengan kalimat “rambutannya, Bu, manis, manis”,
kemudian pembeli biasanya menanyakan harga “berapa sekilo, Pak?” jika pembeli setuju
dengan harga yang ditawarkan oleh penjual, ataupun penjual setuju dengan penawaran harga
oleh pembeli, maka terjadilah transaksi. Contoh kalimat tersebut merupakan bentuk sighat
8

secara ucapan. Namun, seiring berkembangnya zaman, pelaksanaan ijab dan qabul dalam
masyarakat tidak selalu dalam bentuk ucapan, contohnya transaksi yang terjadi di supermarket,
alfamart dan lainnya di mana pembeli menyerahkan barang yang diinginkannya ke kasir
kemudian membayarnya. Transaksi yang terjadi di supermarket dan sebagainya, dapat
dipahami bahwa pembeli ridha atas harga yang ditawarkan, tindakan pembeli dengan
membayar pada kasir merupakan ijab dan qabul secara perbuatan. Jual beli dengan ijab dan
qabul secara perbuatan atau istilah Islam disebut bay’ al-mu’athah menurut mayoritas ulama
menyatakan transaksi tersebut sah.
Fikih tentang jual beli dalam islam menjelaskan tentang hak khiyar bagi pembeli.
Khiyar yaitu hak pembeli untuk membatalkan jual karena terjadi ketidaksesuaian mengenai
beberapa hal diantaranya, syarat, kecacatan barang, penipuan/tadlis, tidak sesuai dengan
pesanan.
4. Jual beli Online
Jual beli online merupakan transaksi jual beli yang dilakukan dengan jaringan internet
melalui sebuah situs jual beli yang dikenal dengan marketplace. Secara sederhana marketplace
dapat diartikan sebagai suatu wadah yang menjadi perantara bertemunya penjual dan pembeli
sebagaimana pasar, dan dilakukan dalam jaringan (online). Peran marketplace dalam transaksi
jual beli online yaitu sebagai perantara yang menjamin keamanan transaksi, penjual hanya bisa
menerima uang pembayaran apabila pembeli telah menerima barangnya, uang sementara
disimpan di rekening pihak ketiga selama barang belum sampai ke pembeli, sehingga jika
transaksi batal maka uang akan dikembalikan kepada pembeli(Trisna & Miko, 2020). Dari
beberapa pemahaman menganai jual beli online, dapat dipahami bahwa unsur
kepercayaan(amanah) merupakan unsur utama yang wajib dimiliki oleh kedua belah pihak.
Artinya penjual dan pembeli harus memiliki kepercayaan dan kejujuran yang sama dalam
melakukan transaksi jual beli.
Mekanisme jual beli online secara sederhana memiliki kesamaan dengan konteks jual
beli biasa, namun bentuk fisik dan tindakannya yang berbeda. Pada pasar secara offline pembeli
dan penjual bisa melihat secara real barang yang menjadi bahan pertukaran baik secara
kualitas, ukuran maupun kuantitas, selanjutnya penjual dan pembeli melakukan kesepakatan
mengenai penjualan dengan pembeli memperoleh barang yang dicarinya dan penjual
mendapatkan uang dari hasil penjualan. Transaksi jual-beli dengan sistem online dilakukan
dengan cara melihat sempel produk yang disajikan dalam bentuk gambar dan video,
selanjutnya, transaksi jual beli dilakukan setelah pembeli melakukan konfirmasi pemesanan
9

dengan menyetujui pembayaran sekaligus penyerahan pesanan ke alamat tujuan, kemudian


barang akan dikirim setelah proses transaksi dalam sistem sukses.
Secara teknis kesepakatan perjanjian jual beli yang dilakukan secara online
keabsahannya tidak perlu diragukan lagi, sepanjang terpenuhinya persyaratan kontrak(Gama,
2020). Sebagaimana diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata, suatu perjanjian dikatakan sah
apabila; terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak, kecakapan mereka yang membuat
kontrak, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Ketika pembeli memutuskan untuk
membeli produk tersebut, maka secara langsung berarti pembeli menyetujui mengenai harga,
sepesifikasi barang, metode pembayaran dan pengiriman barang.

METODOLOGI

Subjek penelitian yang akan di angkat oleh penulis yaitu mengenai transaksi jual beli
yang dilakukan melalui Shopee, manfaat dan dampaknya bagi penjual maupun pembeli dan
kaitan antara jual beli online dengan akad salam dalam Islam. Penulis menggunakan metode
kualitatif, yaitu metode dengan fokus pengamatan secara mendalam dengan pendekatan library
research (studi pustaka). Sumber data yang diperoleh merupakan data primer yang berasal dari
pengamatan secara langsung oleh penulis dalam melakukan transaksi online pada Shopee dan
beberapa wawancara kepada narasumber yang mempunyai online store di Shopee. Penulis juga
menggunakan sumber data sekunder yang bersumber dari kajian pustaka yang berhubungan
dengan penelitian.
Untuk memperoleh jawaban dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
deskriptif yaitu dengan menggambarkan secara terang permasalahan yang terjadi saat ini
kemudian menghubungkannya dengan fakta-fakta lapangan yang terjadi dalam transaksi jual
beli online di Shopee. Selanjutnya data-data tersebut dianalisis berdasarkan tinjauan literatur
pada penerapan akad salam sesuai syariat Islam. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan berupa
argumentasi yang bersifat umum.
Alur penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
10

Perumusan Masalah Metode Kulalitatif Hasil dan Pembahasan


(Metode Deskriptif)

Pendekatan Library
Reseach Kesimpulan
• 1. Data Primer
• 2. Data Sekunder

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Belanja Online Shopee


Shopee sebagai salah satu marketplace terbesar di Indonesia memberikan kemudahan
berbelanja dengan menyediakan berbagai produk keperluan secara lengkap bagi penggunanya
meskipun begitu Shopee memiliki ketentuan secara hukum yang berlaku mengenai barang apa
saja yang diperbolehkan untuk ditransaksikan. Berikut beberapa ketentuan mengenai produk
yang dilarang di jual di Shopee(shopee.co.id):
▪ Barang imitasi/ palsu dan/ atau melanggar Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan
melanggar izin distribusi,
▪ Barang curian, alat pembobol kunci dan barang lelang,
▪ Hewan & tumbuhan yang dilindungi & dilarang diperjualbelikan,
▪ Kosmetik tanpa izin edar resmi & kosmetik bekas,
▪ Produk tembakau dan rokok,
▪ Makanan berbahaya atau mengandung zat terlarang,
▪ Mata uang, produk perbankan, top up saldo, saham dan surat berharga,
▪ Produk embargo/ilegal, produk impor bekas dan baterai,
▪ Obat berbahaya/ zat terlarang, narkoba dan produk medis,
▪ Senjata & senjata api,
11

▪ Barang antik, properti dan bahan tambang mentah,


▪ Daftar member asuransi jiwa dan training melalui WhatsApp,
▪ Sertifikat/ dokumen dan atribut negara/ kepolisian
▪ Barang elektronik yang dibatasi,
▪ Barang perjudian, mengandung unsur pornografi dan politik/ SARA,
▪ Jasa ilegal dan/atau di luar izin Shopee,
▪ Produk mudah terbakar/ meledak dan pestisida,
▪ Produk kadaluarsa dan tes Covid-19
Shopee memberikan kemudahan dalam akses pembayaran pesanan melalui berbagai
fasilitas pembayaran yang tersedia mulai dari pembayaran secara langsung tunai(COD),
transfer bank melalui firtual account, kartu debit maupun kredit, serta jenis pembayaran yang
sangat populer saat ini yaitu dengan menggunakan layanan uang elektronik dan lain
sebagainya. Mengutip dari Shopee.co.id berikut beberapa metode pembayaran yang tersedia di
Shopee:
▪ ShopeePay dan SPayLater
▪ COD (Bayar di Tempat)
▪ Transfer Bank (Dicek Otomatis)/ Virtual Accoun
▪ Kartu Kredit/ Debit, Cicilan Kartu Kredit
▪ BRI Direct Debit
▪ OneKlik
▪ Mitra Shopee
▪ Agen BRILink, BNI Agen 46
▪ Alfamart, Indomaret
▪ Akulaku PayLaters
Dari beberapa fasilotas pembayaran yang disediakan oleh Shopee, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembayaran oleh pembeli yang kemudian akan diterima oleh penjual jelas
adanya.
Transaksi jual beli online Shopee
Proses transaksi jual-beli secara online melalui Shopee dari sudut pandang pembeli
secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut:
➢ Pembeli melakukan pencarian barang yang akan dicari pada kolom pencarian.
➢ Beli dan checkout : ketika pembeli sudah yakin melakukan pesanan, proses selanjutnya
yaitu mengecek kembali pesanan(varian ukuran dsb), dilanjutkan dengan memilih opsi
12

pengiriman, metode pembayaran, dan menentukan alamat pengiriman/ penerima.


Setelah proses ini selesai maka pesanan telah siap dan diproses oleh Shopee.
➢ Shopee akan menginformasikan kepada penjual untuk segera memprose pesanan,
pembeli bisa mengecek secara real time kelanjutan status pesanannya mulai dari status
diproses oleh penjual, diantar ke kurir, status lokasi dalam perjalanan sampai status
diterima oleh yang bersangkutan.
➢ Menerima pesanan dan pengajuan pengembalian. Pada saat pesanan telah diterima oleh
pembeli, namun setelah dibuka ada kesalahan mengenai spesifikasi barang/ ukuran,
warna maupun kecacatan produk, pembeli bisa mengajukan pengembalian penukaran
barang apabila memenuhi persyaratan yang berlaku. Sejauh ini SOP yang wajib
dilakukan yaitu setelah penerimaan barang pembeli membuat video unboxing sebagai
antisipasi jika barang yang diterima tidak sesuai. Pembeli tidak bisa melakukan proses
pengembalian barang apabila tidak melengkapi syarat dan ketentuan yang berlaku.
Proses transaksi jual beli secara online melalui Shopee dari sudut pandang penjual dapat
dijelaskan sebagai berikut:
• Mendaftar sebagai penjual di Shopee. Seseorang yang ingin berjualan di Shopee
terlebih dahulu harus mendaftarkan tokonya. Panduan langkah untuk mendaftar sebagai
penjual di Shopee bisa diakses pada halaman web
https://seller.shopee.co.id/edu/article/464
• Menambahkan dan melengkapi informasi toko. Beberapa informasi yang perlu
ditambahkan dan dilengkapi yaitu; nama toko, alamat toko, jasa pengiriman yang akan
digunakan, alamat email, dan nomor telepon.
• Mengupload produk yang akan di jual. Bagi penjual yang sudah melengkapi informasi
tokonya, langkah selanjutnya yaitu dengan mengupload produk yang akan dijual. Ada
beberapa informasi mengenai produk yang sebaiknya dilengkapi oleh penjual dalam
mengupload produknya diantaranya, nama produk, deskripsi produk, dan informasi
kategori produk. Informasi kategori produk diantaranya memuat, spesifikasi produk
seperti ukuran dan atribut lainnya, variasi, harga, stok yang tersedia, dan ongkos kirim.
Penjual juga perlu menambahkan foto dan video mengenai produknya agar pembeli
lebih mengetahui gambaran tentang produknya.
• Status pesanan dan riwayat penjualan. Shopee menyediakan informasi kepada penjual
mulai dari pesanan yang perlu dikirim, pembatalan pesanan, pengembalian dan
13

penilaian dari pembeli mengenai produknya. Informasi ini sangat memudahkan penjual
dalam mematau status pesanan dari pembeli.
Kelebihan dan Kelemahan Transaksi Jual Beli Online
Transaksi jual beli yang dilakukan secara online memiliki kelebihan dan kelemahan
bagi penjual maupun pembeli.
• Kelebihan jual beli online bagi Penjual
a) Efeisien biaya; pada pasar offline penjual memerlukan biaya tambahan untuk
menyewa ataupun membangun outlet sebagai tempat untuk menjajakan
dagangannya. Namun pengeluaran untuk biaya ini bisa dihemat oleh penjual yang
menjajakan dagangannya melalui marketplace, dalam marketplace penjual hanya
mengeluarkan biaya lebih untuk akses koneksi internet. Tidak ada persyaratan
berbayar bagi penjual yang ingin membuka toko di marketplace.
b) Kemudahan memperoleh jangkauan calon pembeli/ konsumen yang lebih luas;
transaksi berbasis online memungkinkan semua orang di berbagai tempat yang
berbeda bisa mengakses pasar dengan mudah. Pasar offline hanya memungkinkan
penjual untuk memperoleh konsumen dengan wilayah yang masih sama, karena
keterbatasan waktu dan jarak sehingga calon pembeli potensial yaitu orang-orang
yang masih memiliki domisili yang dekat dengan lokasi pasar maupun toko. Pada
marketplace memungkinkan penjual untuk mendapatkan potensi konsumen di luar
daerahnya karena transaksi online bersifat global, artinya penjual bisa memperoleh
pembeli dari wilayah yang berbeda meskipun jarak tempuhnya cukup jauh. Contoh
sederhananya; penjual baju di Tanah Abang memiliki kemungkinan memperoleh
pembeli dengan wilayah domisili dekat dengan Tanah Abang, sedangkan penjual
yang berdomisisi Jawa Tengah pada marketplace mungkin memperoleh pembeli
yang berdomisili di Jakarta maupun luar Jawa
• Kelemahan jual beli online bagi penjual:
a) Tambahan biaya untuk packing: pada transaksi jual beli online penjual memerlukan
biaya tambahan untuk pengemasan barang untuk memastikan barang sampai pada
pembeli dalam keadaan baik.
b) Kerugian akibat pembatalan pesanan: pembatalan pesanan dalam transaksi online
adalah hal yang wajar mengingat barang bisa saja rusak pada saat proses
pengiriman, atau kesalahan pengiriman yang dilakukan oleh penjual, hal ini akan
memberikan kerugian bagi penjual karena telah mengeluarkan biaya untuk
pengemasan barang namun barangnya tidak jadi terjual.
14

• Kelebihan jual beli online bagi pembeli:


a) Efisien waktu dan tenaga: transaksi jual beli online memberikan kemudahan akses
bagi pembeli yang tidak mempunyai waktu untuk pergi ke pasar langsung. Hanya
dengan menggunakan smartphone pembeli bisa mencari kebutuhannya.
b) Bisa memperoleh produk yang diinginkan dengan mudah:
c) Jangkauan luas: pembeli bisa membeli kebutuhannya yang hanya tersedia di
wilayah yang jauh dari tempat tinggalnya
d) Mudah mencari informasi dalam membandingkan harga di toko yang berbeda pada
markeplace.
• Kelemahan jual beli online bagi pembeli:
a) Membangun sifat konsumtif: semua barang kebutuhan sehari-hari tersedia lengkap
di marketplace, mulai dari barang keperluan penting sampai barang-barang yang
sifatnya sepele(urgensi kebutuhannya tidak mendesak). Secara psikologis pembeli
terpengaruh oleh informasi yang ada dan mengangap semuanya penting untuk
dibeli, contoh alat pengupas kulit buah, urgensi kebutuhan akan benda ini tidak
mendesak karena pembeli masih bisa mengupas buah menggunakan pisau, namun
informasi yang disajikan menarik sehingga pembeli memutuskan untuk membeli
barang tersebut.
b) Boros pengeluaran untuk ongkir: pembeli seringkali terpaku pada harga barang
yang murah dibanding dengan barang yang tersedia di pasar umumnya, meskipun
jika dijumlah dengan ongkir harganya sama saja bahkan menjadi lebih mahal.
c) Rawan penipuan: ketersediaan informasi mengenai produk pada marketplace
seringkali tidak menjamin bahwa informasi tersebut adalah benar. Tidak sedikit
pembeli yang tertipu oleh informasi dari penjual mengenai kualitas produk, ukuran
maupun kuantitas yang berbeda dengan yang ada pada display toko. Pada transaksi
jual beli secara online banyak temuan mengenai modus penipuan yang berakhir
pada diretasnya informasi pengguna, pembobolan rekening, dan modus lain yang
sangat merugikan pembeli.
Transaksi Jual Beli Online Dan Hubungannya Dengan Akad Salam Ekonomi Syariah
Apakah transaksi jual beli online dapat dikatakan sebagai peralihan dari sistem jual beli
dengan akad salam dalam ekonomi syariah? Unsur utama yang ada dalam transaksi jual beli
online yaitu kejujuran dan saling percaya yang dimiliki oleh pelaku bisnis yaitu penjual dan
pembeli. Ada beberapa ketentuan mengenai akad salam yaitu;
15

a) Pembayaran uang/ modal yang dilakukan di awal akad, pembayaran dalam akad salam
dilakukan pada saat akad disepakati,
b) Ketentuan barang yang disebutkan jelas ciri-cirinya, dan disebutkan spesifikasinya,
c) Penyerahan barang ditangguhkan/ dikemudian hari,
d) Waktu dan tempat penyerahan jelas sesuai kesepakatan,
e) Tidak boleh menukar barang tanpa kesepakatan sebelumnya
Secara umum beberapa jenis transaksi jual beli online dapat dikatakan memiliki
kesamaan dengan transaksi yang menggunakan akad salam, berikut beberapa analisis yang
dibuat oleh penulis mengenai kesamaaan antara jual beli online dengan akad salam:
a) Pembayaran dalam transaksi jual beli online pada umumnya dilakukan di awal saat pembeli
pelakukan pemesanan dan penjual baru akan memproses pengiriman setelah pembeli
mengirimkan bukti sah pembayaran.
b) Ketentuan mengenai barang, sebelum melakukan pemesanan barang pembeli terlebih
dahulu mengetahui informasi mengenai bagaimana ciri-ciri barang yang akan dipesannya.
Pembeli akan memesan barang sesuai keinginannya dengan menyebutkan spesifikasi
barang yang dipesan, misal ukuran dan warna.
c) Peyerahan barang dalam jual belli online dilakukan dikemudian hari setelah proses
pembayaran selesai dan penyerahan alamat pengiriman oleh pembeli.
d) Waktu dan tempat penyerahan, dalam jual beli online barang pesanan diserahkan melalui
pihak ketiga yaitu jasa kirim, meskipun ada estimasi waktu sampai namun tetap ada
kemungkinan keterlambatan barang. Tempat penyerahan dalam jual beli online tidak
memiliki kendala karena disebutkan jelas saat perjanjian.
e) Penukaran barang dalam dalam transaksi jual beli online tidak diperbolehkan karena tidak
sesuai kesepakatan, namun realitanya ada beberapa kasus mengenai perbedaan barang yang
dipesan dengan yang diterima. Dalam transaksi jual beli online mekanisme penukaran
maupun pengembalian barang bisa dilakukan oleh pembeli yang mau mengajukan komplai
kepada penjual, namun sebagian besar pembeli tidak mempunyai cukup informasi
mengenai bagaimana cara penukaran tersebut karena terhalang jarak dan komunikasi,
bahkan ada beberapa penjual yang tidak mau memproses mengenai masalah ini.
Berdasarkan beberapa analisis diatas, penulis menyimpulkan bahwa jual beli online
merupakan peralihan dari akad salam mengikuti perkembangan teknologi yang ada, dengan
syarat rasa tanggungjawab dan kepercayaan antara pihak yang melakukan perjanjian jual beli
sama, dan tidak melanggar ketentuan yang diatur dalam syariat Islam dan regulasi hukum yang
berlaku.
16

Kesesuaian Jual Beli Online Shopee Dengan Akad Salam


Berdasarkan beberapa uraian yang penulis sampaikan sebelumnya, berikut analisis
yang dilakukan oleh penulis mengenai realisasi penerapan akad salam pada Shopee:
➢ Pembayaran: dalam transaksi online di Shopee sesuai dengan ketentuan dalam akad
salam secara syariat Islam yang mengharuskan pembayaran secara penuh terhadap
pesanan.
➢ Ketentuan barang: dalam akad salam ketentuan mengenai komoditas yang
diperjualbelikan nyata, baik spesifikasi, kualitas, ukuran maupun kuantitas serta
disebutkan secara detail informasi yang lengkap dan jelas. Pada sistem jual beli online
di Shopee ketentuan ini memenuhi kualifikasi akad salam dalam syariah. Shopee
mengatur dengan jelas mengenai ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh
penjual, di mana diharuskan memberikan sampel produk berupa foto dan video lengkap
dengan deskripsi produk, ukuran, kualitas bahan, kuantitas, dan jumlah stok yang
tersedia.
➢ Penyerahan barang ditangguhkan, barang pesanan di Shopee baru akan di proses
pengiriman oleh penjual jika transaksi pemesanan dinyatakan sukses oleh sistem. Dapat
disimpulkan bahwa ketentuan penyerahan barang dalam Shopee sesuai dengan akad
salam.
➢ Waktu dan tempat penyerahan: diinformasikan dengan jelas pada status pesanan dalam
sistem. Dari beberapa informasi yang penulis terima baik dari pihak pejual maupun
pembeli, beberapa kendala keterlambatan barang memang bisa terjadi, namun status
mengenai keberadaan pesanan dan alasan keterlambatan selalu diinformasikan pada
sistem yang bisa di cek baik oleh penjual maupun pembeli. Mengenai kendala tersebut
Shopee juga memberikan fasilitas layanan berupa live chat dengan agen untuk
menanyakan pada pihak jasa kirim. Untuk masalah keterlambatan yang terjadi dalam
shopee penulis sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisna & Miko(2020)
yang menyatakan keterlambatan waktu penyerahan barang dalam sistem jual beli online
tidak sesuai dengan salam menurutnya karena sistem Lazada tidak memberikan solusi
terhadap keterlambatan pengiriman maupun ketidak sesuaian barang pesanan. Berbeda
dengan penelitian Tisna & Miko, penulis berpendapat bahwa keterlambatan terhadap
waktu penyerahan barang dalam Shopee tidak sesuai dengan kualifikasi akad salam,
namun ada solusi atas permasalahan ini dari sistem Shopee yaitu dengan Chat langsung
dengan agen Shopee untuk menanyakan kendala yang di alami oleh pengguna, baik
penjual maupun pembeli.
17

➢ Tidak boleh menukar barang tanpa kesepakatan sebelumnya. Berdasarkan informasi


yang penulis peroleh, dalam sistem Shopee semua informasi mengenai stok barang baik
dari segi ukuran, warna, dan lainnya dapat diketahui jelas baik oleh penjual maupun
pembeli. Shopee juga menyediakan fitur layanan chat dengan penjual bagi pembeli
yang ingin memastikan bahwa barang yang akan dipesan tersedia sebelum melakukan
chekout tindakan ini sebagai antisipasi jika ternyata informasi stok pada tampilan toko
penjual belum di perbarui. Melalui fitur ini penjual juga bisa membuat kesepakatan
penukaran barang pada pembeli jika ternyata barang yang dipesan pembeli tidak ada
dan stok sistem penjual belum diperbarui. Penjual bisa memberikan pilihan apakah
pembeli mau jika barang nya ditukar dengan jenis yang sama namun beda warna dan
sebagainya atau pilihan pembeli boleh membatalkan pesanannya. Secara sistem
aplikasi Shopee ini memberikan kemudahan bertransaksi, penulis berpendapat bahwa
sistem jual beli pada Shopee sesuai dengan akad Salam. Masalah barang pesanan yang
ditukar tanpa kesepakatan sebelumnya, penulis beranggapan bahwa dari pihak penjual
kurang memahami fitur yang disediakan oleh Shopee, atau permasalahan yang sering
juga terjadi pada pasar offline seperti kurang amanahnya seorang penjual.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan beberapa uraian yang dijelaskan melalui penelitian di atas, ada beberapa
kesimpulan yang diperoleh penulis dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
• Mekanisme jual beli online pada Shopee dari sisi pembeli, dimulai dari pembeli
melakukan pencarian terhadap barang yang diinginkan, kemudian melakukan chekout
barang dan mengecek ulang pesanan dilanjutkan memilih metode pengiriman dan
pembayaran serta alamat pengiriman. Shopee akan menginformasikan pesanan pembeli
kepada penjual, penjual melakukan pengemasan barang dan mengirimnya. Pembeli
menerima pesanan, apabila pesanan tidak sesuai pembeli bisa mengajukan
pengembalian ataupun pembatalan transaksi. Mekanisme proses transaksi jual beli di
Shopee dari sisi penjual dimulai dari penjual mendaftarkan tokonya di Shopee,
melengkapi informasi toko dan menentukan jasa kirim, mengupload produk,
dilanjutkan dengan mendapatkan pesanan dan riwayat penjualan.
• Kelebihan jual beli online bagi penjual diantaranya yaitu; eisien biaya, jangkauan
pembeli lebih luas. Kelemahan jual beli online bagi penjual yaitu pengeluaran
tambahan untuk biaya packing, dan kerugian akibat pembatalan pesanan. Kelebihan
18

yang diperoleh pembeli dari jual beli online yaitu: efisien waktu dan tenaga, kemudahan
memperoleh produk, dan kemudahan mendapatkan informasi perbandingan harga.
Sementara itu kelemahan jual beli online bagi pembeli yaitu: sifat konsumtif, boros,
dan penipuan.
• Transaksi jual beli online dapat dikatakan sebagai peralihan dari penerapan akad salam,
dengan syarat pemahaman kedua belah pihak sama dalam tanggung jawab dan
kepercayaan.
• Secara sistem, transaksi jual beli pada Shopee dikatakan sesuai dengan akad salam.
Mengenai masalah yang terjadi misalnya ketidak sesuaian produk maupun waktu
pengiriman dikatakan sebagai salah satu human error. Karena dalam pasar secara
konvensional juga sulit menemukan kesempurnaan pada perilaku manusia. Kegiatan
muamalah sejatinya bisa terlaksana dengan baik apabila semua pihak yang terlibat
mempunyai rasa tanggung jawab, percaya, jujur dan amanah yang sama.
Melakukan transaksi jual beli secara online memang dipandang sangat mudah dan lebih
praktis, sebagaimana jual beli di pasar pada umumnya, melakukan transaksi jual beli online
juga ada ilmunya. Berikut beberapa tips dari penulis dalam melakukan transaksi jual beli online
di Shopee.
• Sebelum melakukan pesanan, pembeli bisa melakukan chat dengan penjual untuk
menanyakan ketersediaan barang yang akan dipesan, sehingga jika ternyata stok sistem
penjual belum diperbarui, pembeli bisa memesan barang lain yang tersedia atau
mencari penjual lain yang menyediakan barang yang diinginkannya.
• Saat menanyakan stok melalui chat dan penjual menyarankan pembeli untuk
mengakses melalui link yang menghubungkan langsung ke wa atau situs lain, maka
sebaiknya pembeli mencari penjual dari toko lain karena hal itu terindikasi penipuan
yang berkedok untuk meretas informasi pengguna.
• Saran dari penulis untuk pengguna sebagai penjual di Shopee, sebaiknya penjual
mengatur metode pembayaran selain COD, misalnya transfer firtual Account, transfer
bank, dan mitra shopee karena dinilai lebih aman. Beberapa pembeli yang hanya ingin
tahu ataupun iseng coba-coba lebih memilih sistem COD untuk pembayarannya karena
dinilai lebih mudah untuk proses pembatalan transaksi.
Saran yang penulis sampaikan di atas hanya sekedar saran biasa, pada dasarnya sikap
mawas diri dan tanggung jawab bersumber dari diri sendiri. Dalam melakukan kegiatan
muamalah di kehidupan sehari-hari kehati-hatian dan sikap amanah memang sudah seharusnya
dimiliki oleh semua pelaku ekonomi.
19

DAFTAR PUSTAKA

Artitha, P.S. & Tanjung, Azriadi. (2022). Jual Beli Online dalam Perspektif Hukum Islam
dan Hukum Negara. Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah, 5(2), 1504-1511. doi:
https://doi.org/10.36778/jesya.v5i2.758
Darmawansyah, Trisna T & Miko Polindi. (2020). Akad As-Salam dalam Sistem Jual Beli
Online (Studi Kasus Online Shopping di Lazada.co.id). Jurnal Aghinya STIESNU
Bengkulu, 3(1), 20-39
Fatwa DSN MUI No.5/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Jual Beli Salam
Fitria, Tiara N. (2017). Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) Dalam Hukum Islam Dan
Hukum Negara. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 3(1), 52-62
Huda, Nurul (2017). Etika Bisnis Syariah. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka
Hasanah, Uswah (2018). Bay' Al-Salam dan Bay' Al-Istisna'. Intiqad: Jurnal Agama dan
Pendidikan Islam, 14(2), 162−173.
Maksum, Muhammad, dkk . (2019). Fikih Muamalah. Tanggetang Selatan: Universitas
Terbuka
Pratama, Gama (2020). Analisis Transaksi Jual Beli online Melalui Website Marketplace
Shopee Menurut Konsep Bisnis di Masa Pandemic Covid 19. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Islam Jurnal Ecopreneur, 1(1), 21-34.
Rianto, M Nur (2021). Ekonomi Islam. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka
Shopee.co.id, “Bantuan Shopee” . https://shopee.co.id/ diakses pada 6 Mei 2023

Anda mungkin juga menyukai