Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengelolaan Keuangan

Menurut Purba., (2021:114) pengelolaan keuangan atau manajemen

keuangan adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengendalian kegiatan keuangan seperti pengadaan dan pemanfaatan dana

usaha. Sedangkan menurut Anwar (2019:5) manajemen keuangan adalah

suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang pengelolaan keuangan

perusahaan baik dari sisi pencarian sumber dana, pengalokasian dana,

maupun pembagian hasil keuntungan perusahaan. Secara harfiah

pengelolaan keuangan (manajemen keuangan) berasal dari kata manajemen

yang memiliki arti mengelola dan keuangan yang berarti hal-hal yang

berhubungan dengan uang seperti pembiayaan, investasi dan modal.

Sehingga jika disimpulkan manajemen keuangan dapat diartikan sebagai

seluruh aktivitas yang berhubungan dengan bagaimana mengelola keuangan

yang dimulai memperoleh sumber pendanaan, menggunakan dana sebaik

mungkin hingga mengalokasikan dana pada sumber-sumber investasi untuk

mencapai tujuan perusahaan (Armereo .:2020:1). Jadi pengelolaan keuangan

dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi

pemasukan dan pengeluaran atau merencanakan pengendalian dana dan

aset yang dimiliki baik perorangan, lembaga atau perusahaan.

Menurut Wijaya (2017:2) ruang lingkup dari manajemen keuangan

berkaitan dengan pengelolaan keuangan seperti anggaran, perencanaan

keuangan, kas, kredit, analisis investasi, serta usaha memperoleh dana.

Sedangkan menurut Anwar (2019) manajemen keuangan adalah suatu

6
7

disiplin ilmu yang mempelajari tentang pengelolaan keuangan perusahaan

baik dari sisi pencarian sumber dana, pengalokasian dana, maupun

pembagian hasil keuntungan perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

ruang lingkup pengelolaan keuangan (manajemen keuangan) berkaitan

dengan perencanaan, pengarahan, pemantauan, pengorganisasiaan dan

pengendalian sumber daya keuangan suatu perusahaan.

Menurut Astuty (2019:1) tujuan dari pengelolaan keuangan pada

dasarnya adalah merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga

pengetahuan untuk struktur kekayaan, finansial, dan permodalan dapat

diperoleh dari praktik. Disamping itu untuk mewujudkannya seorang pengelola

wajib menglkuti prinsip:

1. Konsistensi, merupakan sebuah prinsip yang mengedepankan

keberlanjutan khususnya dalam pengelolaan keuangan.

2. Akuntabilitas, merupakan sebuah prinsip yang harus dimiliki oleh

pengelola sebagai bentuk pertanggung jawaban atas dana yang terdapat

dalam usaha. Prinsip akuntabilitás ini memiliki maksud agar pihak

pengelola dapat memberikan informasi kepada pihak yang

berkepentingan terhadap perkembangan usaha yang dijalankan.

3. Transparansi, prinsip ini merupakan petunjuk untuk memberikan semua

rencana dan aktivitas yang dijalankan kepada pihak yang berkepentingan,

khususnya dalam hal laporan keuangan.

4. Kelangsungan hidup usaha atau diri sendiri. Untuk mewujudkan

kelangsungan hidup usaha atau diri sendiri maka kesehatan keuangan

harus terjaga. Pengeluaran di tingkat operasional atau di tingkat strategis

disesuaikan dengan besaran dana yang dimiliki. Dalam pengelolaan

keuangan ini, pihak pengelola memiliki rencana yang terintegrasi dengan

mengurangi risiko sekecil mungkin.


8

2.1.2 Desa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, desa adalah suatu

kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai

sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang Kepala Desa) atau desa

merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan. Desa

sendiri berasal dari bahasa idiah yakni swadesi yang artinya tempat asal,

tempat Negeri asal, atau tanah leluhur yang menujukan pada suatu

kehidupan,dengan suatu norma, serta memiliki batasan yang jelas.

Karakteristik masyarakat desa pada beberapa keputusaan luar masyarakat

kota merupakan kajian yang saling kait-mengkait dan mereka mengistilahkan

rural community untuk masyarakat kota. Perbedaan berdasarkan pada oleh

letak tinggal georgrafis dan kebiasaan serta karakteristik yang keduanya

memandang beda.

Desa juga bisa diartikan sebagai satu kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan

mengurus urusan pemerintah, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, serta hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik

Indonesia sesuai Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2016.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian desa adalah

merupakan suatu wilayah kesatuan masyarakat yang dihuni sejumlah

keluarga yang memiliki sistem pemerintah sendiri dan diakui dalam sistem

pemerintah
9

2.1.3 Pemerintah Desa

Menurut Permendagri RI Nomor 113 Tahun 2014 Pemerintahan

Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Pemerintahan desa diselenggarakan oleh pemerintah

desa. Kewenangan desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan

pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan

kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan

prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa (UU No. 6 Tahun

2014 Pasal 18). Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2005 tentang desa,

menjelaskan bahwa pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa

dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati

dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain

dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

Kekuasaan pengelolaan keuangan desa dipegang oleh kepala desa. Dalam

siklus pengelolaan keuangan desa merupakan tanggung jawab dan tugas

dari kepala desa dan pelaksana teknis pengelolaan keuangan desa

(sekretaris desa, kepala seksi dan bendahara desa).

1. Kepala Desa

Kepala desa adalah Pemegang kekuasaan pengelolaan

keuangan desa dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan

kekayaan milik desa yang dipisahkan. Kepala desa memiliki

kewenangan yaitu: Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan

APBDesa, menetapkan Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa


10

(PTPKD), menetapkan petugas yang melakukan pemungutan

penerimaan desa, menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang

ditetapkan dalam APBDesa, dan melakukan tindakan yang

mengakibatkan pengeluaran atas beban APBDesa.

2. Sekretaris Desa

Sekretaris desa selaku koordinator PTPKD membantu kepala

desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa, dengan tugas:

menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBDesa.

Menyusun rancangan peraturan desa mengenai APBDesa, perubahan

APBDesa dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa. Melakukan

pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan

dalam APBDesa. Menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBDesa. Melakukan verifikasi terhadap Rencana

Anggaran Belanja (RAB), bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran

APBDesa (SPP). Sekretaris desa mendapatkan pelimpahan

kewenangan dari kepala desa dalam melaksanakan pengelolaan

keuangan desa, dan bertanggungjawab kepada kepala desa.

3. Bendahara Desa

Bendahara desa merupakan salah satu unsur dari PTPKD

yang dijabat oleh kepala/staf urusan keuangan dan memiliki tugas untuk

membantu sekretaris desa. Bendahara desa mengelola keuangan desa

yang meliputi penerimaan pemdapatan desa dan

pengeluaran/pembiayaan dalam rangka pelaksanaan APBDesa.

Penatausahaan dilakukan dengan menggunakan buku kas umum, buku

kas pembantu pajak, dan buku bank. Penatausahaan yang dilakukan

antara lain meliputi yaitu: menerima, menyimpan,

menyetorkan/membayar. Memungut dan menyetorkan PPh dan pajak


11

lainnya. Melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran

serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib.

Mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban.

4. Kepala Seksi

Kepala seksi merupakan salah satu unsur dari PTPKD yang

bertindak sebagai pelaksana kegiatan sesuai dengan bidangnya. Sesuai

PP Nomor 47 Tahun 2015 pasal 64 dinyatakan bahwa desa paling

banyak terdiri dari 3 (tiga) seksi. Kepala seksi mempunyai tugas:

Menyusun RAB kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya.

Melaksanakan kegiatan dan/atau bersama lembaga kemasyarakatan

desa yang telah ditetapkan di dalam APBDesa. Melakukan tindakan

pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan.

Mengendalikan pelaksanaan dengan melakukan pencatatan dalam buku

pembantu kas kegiatan. Melaporkan perkembangan pelaksanaan

kegiatan kepada kepala desa. Mengajukan SPP dan melengkapinya

dengan bukti-bukti pendukung atas beban pengeluaran pelaksanaan

kegiatan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pemerintahan desa

terdiri dari Kepala Desa berserta perangkat desa yang dipercaya oleh

masyarakat untuk bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa

seperti mengatur,menata, melayani, memelihara dan melindungi

berbagai aspek kehidupan masyarakat berdasarkan asal usul dan adat

istiadat.

2.1.4 Pengelolaan Dana Desa

Menurut Menurut Undang-Undang Desa, Dana Desa didefinisikan

sebagai dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukan bagi Desa
12

yang ditransfer melalui APBD Kabupaten/kota dan digunakan unuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,

pembinaan, kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014

Tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN), dialokasikan secara berkeadilan berdasarkan:

1. Alokasi dasar, dan

2. Alokasi yang dihitung memperhatikan jumlah penduduk, angka

kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis desa setiap

kabupaten/kota.

Mekanisme penyaluran Dana Desa terbagi menjadi 2 (dua) tahap

yakni tahap mekanisme transfer APBN dari Rekening Kas Umum Negara

(RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) dan tahap mekanisme

transfer APBD dari RKUD ke kas desa

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor

113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Pengelolaan

Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban

keuangan desa. Pengelolaan keuangan Desa mencakup:1) perencanaan

(penyusunan) Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa); 2)

Pendapatan dan belanja; 3) Pengumpulan pendapatan (atau sering disebut

ekstraksi) dari berbagai sumber: pendapatan asli desa, swadaya

masyarakat, bantuan dari pemerintah atasan, dan lain-lain; 4) Pembelanjaan

atau alokasi.

Adapun urutan dari pengelolaan keuangan desa adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan
13

a. Sekretaris desa menyusun rancangan peraturan desa tentang

APBDesa berdasarkan RKPDesa tahun berkenaan.

b. Sekretaris Desa menyampaikan rancangan peraturan desa tentang

APBDesa kepada kepala desa.

c. Rancangan peraturan desa tentang APBDesa sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh kepala desa kepada

Badan Permusyawaratan Desa untuk dibahas dan disepakati

bersama.

d. Rancangan peraturan desa tentang APBDesa disepakati bersama

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling lambat bulan Oktober

tahun berjalan.

2. Pelaksanaan

a. Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka

pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas

desa.

b. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di

wilayahnya maka pengaturannya ditetapkan oleh Pemerintah

Kabupaten/Kota.

c. Semua penerimaan dan pengeluaran desa sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.

3. Penatausahaan

a. Penatausahaan dilakukan oleh bendahara desa.

b. Bendahara desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan

dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan

secara tertib.

c. Bendahara desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui

laporan pertanggungjawaban.
14

d. Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) disampaikan setiap bulan kepada kepala desa dan paling lambat

tanggal 10 bulan berikutnya.

4. Pelaporan

a. Kepala desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan

APBDesa kepada bupati/walikota berupa: (a) laporan semester

pertama; dan (b) laporan semester akhir tahun.

b. Laporan semester pertama sebagaimana dimaksud pada ayat huruf

a berupa laporan realisasi APBDesa.

c. Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a disampaikan paling lambat pada akhir bulan

Juli tahun berjalan.

d. Laporan semester akhir tahun sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf b disampaikan paling lambat pada akhir bulan Januari

tahun berikutnya.

5. Pertanggungjawaban

a. Kepala desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi

pelaksanaan APBDesa kepada bupati/walikota setiap akhir tahun

anggaran.

b. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari pendapatan,

belanja, dan pembiayaan.

c. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan peraturan

desa.

d. Peraturan desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi

pelaksanaan APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


15

dilampiri: (a) format laporan pertanggungjawaban realisasi

pelaksanaan APBDesa tahun anggaran berkenaan; (b) format

laporan kekayaan milik desa per 31 desember tahun anggaran

berkenaan; dan (c) format laporan program pemerintah dan

pemerintah daerah yang masuk ke desa.

Sifat pengelolaan keuangan desa ada tiga yaitu partisipatif,

transparan, dan akuntabel. Partisipatif berarti melibatkan berbagai pihak

dalam pengelolaan keuangan desa (bottom up), transparan berarti

terbuka dalam pengelolaan, tidak ada yang dirahasiakan, dan akuntabel

berarti dapat dipertanggungjawabkan secara formal maupun meteril

(Effrianto, 2016: 5).

Asas-asas pengelolaan keuangan desa sebagaimana

tertuang dalam permendagri Nomor 113 Tahun 2014 yaitu transparan,

akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin

anggaran, dengan uraian sebagai berikut.

1. Transparan yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan

masyarakat untuk mengetahui dan mendapat akses informasi

seluas-luasnya tentang keuangan desa. Asas yang membuka diri

terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar,

jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan

desa dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

2. Akuntabel yaitu perwujudan kewajiban untuk

mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber

daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Asas akuntabel yang

menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan


16

penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

3. Partisipatif yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa yang

mengikutsertakan kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa;

4. Tertib dan disiplin anggaran yaitu pengelolaan keuangan desa

harus mengacu pada aturan atau pedoman yang melandasinya.

2.1.5 Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik adalah sistem akuntansi yang digunakan

oleh organisasi publik sebagai sarana pelaporan kepada publik. Saat ini,

semakin banyak perhatian diberikan pada praktik akuntansi lembaga publik,

baik akuntan sektor publik atau LSM publik. Lembaga publik sangat didesak

oleh masyarakat untuk memerintah secara transparan dan akuntabel.

Akuntansi sektor publik adalah proses mengidentifikasi, mengukur,

mencatat, dan melaporkan transaksi keuangan oleh instansi pemerintah

daerah untuk tujuan pengambilan keputusan ekonomi yang menguntungkan

semua pihak di luar.

Akuntansi sektor publik adalah teknik akuntansi dan mekanisme

analisis yang nantinya akan diterapkan pada pengelolaan dana publik di

lembaga negara tingkat atas dan bawah, termasuk pemerintah daerah,

perusahaan, dan lembaga pemerintah, industri publik, organisasi

perusahaan, LSM dan sipil organisasi masyarakat, serta melamar proyek

kerjasama sektor publik dan swasta. Akuntansi sektor publik adalah proses

pengumpulan, pencatatan, pengklasifikasian dan analisis, serta

menghasilkan laporan keuangan dalam suatu bisnis/badan/organisasi, baik

swasta maupun publik, berikut yang akan digunakan untuk menyediakan


17

informasi keuangan dan menyasar mereka yang membutuhkan. untuk

membuat keputusan.

Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik Ruang lingkup akuntansi

sektor publik mencakup semua instansi pemerintah dan organisasi nirlaba.

Akuntansi sektor publik juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan

penerapan dan perlakuan akuntansi sektor publik. Sektor publik memiliki

cakupan yang lebih luas dan kompleks daripada sektor swasta yang lebih

sempit. Perluasan ruang lingkup sektor publik tidak semata-mata

disebabkan oleh keragaman dan bentuk organisasi di dalamnya, atau

dipengaruhi oleh lingkungan kompleks yang mempengaruhi

lembagalembaga publik tersebut. Secara kelembagaan, sektor publik

meliputi instansi pemerintah, pemerintah pusat dan daerah serta satuan

kerja pemerintah, perusahaan publik, baik BUMN maupun BUMD, organisasi

dan lembaga, organisasi politik dan massa, lembaga swadaya masyarakat

(LSM), dinas kesehatan, perguruan tinggi dan organisasi nirlaba lainnya.

Bahkan, beberapa tugas dan fungsi sektor publik juga dapat dilakukan oleh

sektor swasta, misalnya tugas menghasilkan beberapa jenis layanan publik,

seperti layanan telekomunikasi, pemungutan pajak, pendidikan, transportasi

umum, dll. Namun untuk beberapa tugas, keberadaan sektor publik tidak

dapat digantikan oleh sektor swasta, misalnya fungsi birokrasi pemerintah.

Dengan demikian, akuntansi sektor publik berbeda dari akuntansi sektor

swasta dalam beberapa hal.

Karakteristik Akuntansi Sektor Publik adalah Relevan yaitu Laporan

keuangan untuk akuntansi sektor publik harus konsisten. Relevansi berarti

mengandung informasi yang bisa mendorong spengambilan sebuah

keputusan dan juga evaluasi terhadap sebuah peristiwa pada masa lalu dan

juga pada masa depan. Akutansi sektor publik juga memiliki karakteristik
18

Handal yaitu Laporan keuangan akuntansi sektor publik berisi informasi

yang berguna untuk dipertimbangkan bersama dengan laporan keuangan

sebelumnya. Serta Laporan keuangan akutansi sector publik harus Mudah

Dipahami sehingga Akuntansi dan laporan keuangan sektor publik

mempunyai fitur informasi yang bisa dengan mudah dapat dipahami oleh

semua pihak, baik pihak internal maupun pihak eksternal.

Tujuan dari akuntansi sektor publik adalah untuk menyediakan

informasi yang diperlukan untuk manajemen kegiatan yang benar, efisien

dan ekonomis serta distribusi sumber daya yang diandalkan kepada

organisasi, untuk dapat memberikan informasi kepada publik,

memungkinkan manajer untuk mempertanggungjawabkan kinerja,

melaksanakan tanggung jawab mereka secara tepat, dan secara efektif

mengelola program dan penggunaan sumber daya sesuai dengan

kewenangannya dan memungkinkan pegawai pemerintah untuk melaporkan

secara terbuka kinerja pemerintah dan penggunaan dana publik. Pencatatan

Akuntansi Sektor Publik

Ada beberapa metode atau cara untuk pencatatan akuntansi yang

umum dilakukan di dalam akuntansi sektor publik, yaitu :

1. Akuntansi anggaran (budgetary accounting)

Akuntansi anggaran adalah sebuah pendataan akuntansi

distribusi sebuah anggaran dan pentafsiran sebuah pendapatan dalam

rangka penerapan dari APBN dan juga APBD. Tujuan utama dari

akuntansi anggaran adalah pengawasan suatu anggaran. Akuntansi

anggaran memberikan informasi yang bermanfaat untuk pengawasan dan

peninjauan anggaran sehingga nantinya dapat diketahui pelaksanaan

penyerapan anggaran, keekonomian, efisiensi dan efektivitas anggaran

serta keadaan keuangan anggaran yang dimiliki oleh Pemerintah.


19

2. Akuntansi kas (cash accounting)

Akuntansi kas merupakan cara atau prosedur akuntansi tertua

dalam sebuah sejarah akuntansi yang dilakukan dengan dberabad-abad,

bahkan sampai ribuan tahun yang lalu. Sampai saat ini, akuntansi kas

masih banyak dipakai di sektor publik dan di pakai pada organisasi

nirlaba. Akuntansi kas mencatat transaksi yang berkaitan dengan

pendapatan dan pembayaran serta saldo kas pada buku kas.

3. Akuntansi akrual (accrual accounting)

Akuntansi akrual adalah metode pendataan, atau penulisan

akuntansi yang banyak dipakai dan dimanfaatkan dalam suatu organisasi

bisnis. Akan tetapi, sekarang sektor publik dan organisasi nirlaba juga

didorong untuk memakai akuntansi akrual. Tujuan penerapan akuntansi

akrual di dalam sektor publik secara fundamental berbeda denganyang

ada di dalam sektor bisnis. Penerapan akuntansi akrual di sektor publik

berguna dalam menetapkan biaya jasa dan menetapkan harga atau tarif

jasa.

4. Akuntansi komitmen (commitment accounting)

Akuntansi komitmen berfungsi untuk mencatat atau mendata

semua transaksi lebih awal dari akuntansi akrual dan kas. Suatu usaha

diakui setalah ketika sebuah pesanan yang telah dikeluarkan untuk

membeli barang atau jasa, disaat kontrak kerja dibuat, Ketika dana

dibutuhkan untuk memenuhi obligasi jangka panjang.

5. Akuntansi dana (fund accounting).

Pemakaian atau penerapan sebuah akuntansi dana dalam

akuntansi pemerintahan yang ada di Indonesia dimungkinkan karena di

dalam suatu sistem penganggaran dana pemerintah diperoleh beberapa


20

program khusus yang membutuhkan akuntansi dana program, sehingga

sumber dan penggunaan dana serta perimbangan dana program harus

ditetapkan secara terpisah. Akuntansi dana adalah metode akuntansi

yang memisahkan sumber daya ke dalam berbagai jenis dana untuk

menentukan sumber dan penggunaan dana. Tujuan akuntansi dana

adalah untuk mengelola dan bertanggung jawab atas dana tersebut,

menentukan posisi keuangannya, merencanakan, menganggarkan, dan

mengevaluasi kinerjanya. (Putri ;2021)

2.2 Penelitian Terdahulu

1. Abu Masihad (2018), “Analisis Implementasi Pengelolaan Keuangan Desa

Dalam Alokasi Dana Desa (Add) Desa Marga Ayu Kecamatan Margasari

Kabupaten Tegal Tahun 2017”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

pengelolaan keuangan desa dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa. Jenis

penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tekhnik dokumentasi dan

wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan ADD. Hasil

deskripsi didapat melalui analisa Permendagri No. 113 Tahun 2014 dengan

membandingkan realisasi di lapangan. Pengelolaan ADD dari tahap

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan

pertanggungjawaban secara garis besar dapat dikatakan sudah sesuai

dengan permendagri No. 113 Tahun 2014 meskipun terdapat beberapa hal

dalam perencanaan, pelaksanaan dan penatausahaan yang masih belum

sesuai dengan target waktu.

2. Imam Sahroni (2019), “Pengelolaan Keuangan Desa Berdasarkan

Permendagri No. 113 Tahun 2014 Di Desa Suko Awin Jaya Kecamatan

Sukernan Kabupaten Muaro Jambi”. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan Pengelolaan Keuangan Desa Berdasarkan Permendagri No


21

113 Tahun 2014 Di Desa Suko Awin Jaya serta faktor penghambat

pengelolaan keuangan desa. Penulis menggunakan sifat penelitian yang

deskriptif kualitatif, Jenis penelitian yang peneliti pilih adalah jenis penelitian

hukum empiris. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah Perangkat

Desa Suko Awin Jaya. Sumber data sekunder antara lain : Permendagri

No.113 Tahun 2014, Karya ilmiah para sarjana, Hasil penelitian, Buku-buku,

Internet, dan Makalah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

observasi, studi dokumen dan wawancara. pelaksanaan pengelolaan

keuangan desa di Desa Suko Awin Jaya perlu melakukan beberapa tahap,

yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, dan pengelolaan

keuangan. Faktor yang menjadi penghambat dalam pengelolaan keuangan

desa adalah Masyarakat kurang terlibat aktif dan Aturan dalam Pemerintahan.

3. Raden Apri Siswanto (2019), “Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Alokasi

Dana Desa Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten

Lombok Utara Tahun 2019 ( Studi di Desa Jenggala Kecamatan Tanjung

Kabupaten Lombok Utara”. Metode pendekatan penelitian yang di gunakan

dalam penelitian ini adalah menggunakan studi kasus dengan pendekatan

analisis deskriptif kualitatif, karena mengungkapkan fenomena-fenomena atau

masalah-masalah berlandaskan atas logika keilmuan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa

Untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa dari pemerintaha desa

Jenggala bekerja dengan sesuai fungsinya dan melaksanakan dengan baik

dalam Pengelolaan Dana Desa yang diutamakan untuk membiayai

pelaksanaan program yang bersifat kegiatan, menciptakan lapangan kerja

yang berkelanjutan, meningkatkan pendapatan ekonomi desa Jenggala.

4. Misbahul Munir, M.F. Hidayatullah, S.H.I, M.S.I (2020), “Analisis Perencanaan

Pengelolaan Keuangan Desa di desa Silo Kecamatan Silo Kabupaten Jember.


22

Tujuan dari penelitian ini adalah 1), Bagaimana perencanaan pengelolaan

keuangan desa di Desa Silo?. 2), Apa kendala dalam perencanaan

pengelolaan keuangan desa di Desa Silo?, dan 3), Apa solusi dari kendala

dalam perencanaan pengelolaan keuangan desa di Desa Silo?. Jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif yang dilakukan

di Desa Silo Kecamatan Silo Kabupaten Jember sejak bulan Mei hingga Juni

2017. Objek dalam penelitian ini adalah perencanaan pengelolaan keuangan

Desa di Desa Silo Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Teknis analisis data

peneliti menggunakan model Milles and Huberman. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa 1), perencanaan APBDesa Silo disusun oleh sekertaris

desa yang mengacu pada RPD yang telah disusun oleh kepala desa bersama

BPD dan beberapa tokoh masyarakat untuk mewakili masyarakat. 2), Sumber

daya manusia dan fasilitas yang kurang memadai. 3), menjadi penengah

terhadap keinginan masyrakat yang berbeda-beda. Proses perencanaan

hingga evaluasi APBDesa Silo ini berdasarkan permendagri no 113 tahun

2014 yaitu pada pasal 20 hingga pasal 23.

5. Agustina (2020), “Analisis Pengelolaan Keuangan Desa Berdasarkan

Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 (studi kasus di Desa

Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang)”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui apakah pengelolaan keuangan desa yang ada di Desa

Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sudah sesuai dengan

Peraturan Mentri dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018. Penelitian dilakukan di

kantor Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif . data yang digunakan

yaitu Data Primer dan Data Sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pelaksanaan Keuangan Desa Perangian yang meliputi, perencanaan,


23

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban sesuai

dengan Permendagri Nomor 20 Tahun 2018.

2.3 Kerangka Berpikir

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka selanjutnya dapat dibuat

kerangka berpikir dalam penelitian ini seperti terlihat pada gambar 2.11 berikut:

Kantor Desa Anjir Baru


Kecamatan Kusan Hulu

Kendala pencatatan dan penginputan data dana desa


yaitu terjadinya selisih antara jumlah dana yang
disalurkan dengan dana yang ingin dicairkan

Analisis

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia


Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
Keuangan Desa

Pengelolaan Keuangan Pada Kantor Desa Anjir Baru


Kecamatan Kusan Hulu
Seharusnya
 
 

Gambar 2.1: Kerangka Berpikir

Sumber : Data Diolah Oleh Peneliti

Anda mungkin juga menyukai