Kelas : AS 2018 B
NIM : 41801009
2. Dana non halal adalah sumber dana kebajikan yang berasal dari transaksi bank syariah
dengan pihak lain yang tidak menggunakan skema syariah.
Contoh nya : Bunga atau interest, Dana pada sektor industry yang tidak halal. dana denda telat
bayar untuk kategori ta'zir atau sanksi bagi nasabah zhalim. Dana ini merupakan sanksi atau
penalti yang dikenakan bagi nasabah mampu, namun terfakta telat bayar.
3. Ihtikar adalah menahan barang yang merupakan hajat orang banyak dengan tidak menjualnya
agar permintaan bertambah dan harga menjadi naik, saat itulah kemudian ia menjualnya.
Contoh : Menimbun masker dan hadsanitizer saat wabah virus corona, sehingga barang jadi
langka dan menjual dengan harga yang mahal.
4. Bai' najasy (rekayasa pasar dalam demand) yaitu bila seorang produsen (pembeli)
menciptakan permintaan palsu seolah-olah ada banyak permintaan terhadap suatu produk,
sehingga harga jual produk itu naik.
Di antara praktik rekayasa pasar dalam demand adalah praktik goreng-menggoreng saham
dalam bursa saham. Cara yang ditempuh biasanya bermacam-macam, mulai dengan
menyebarkan isu, melakukan pemesanan (order) pembelian sampai benar-benar melakukan
pembelian pancingan agar tercipta sentimen pasar untuk ramai-ramai membeli saham (atau
mata uang) tertentu.
5. Ba’I Ad dai bil dain adalah Jual beli hutang dengan hutang
Contohnya Saya beli dari kamu satu mud gandum dengan harga satu dinar dengan serah
terima dilakukan setelah satu bulan.’
· Atau seseorang membeli barang yang akan diserahkan pada waktu tertentu lalu ketika
jatuh tempo, penjual tidak mendapatkan barang untuk menutupi utangnya, lantas berkata
kepada pembeli, ‘;Juallah barang ini kepadaku dengan tambahan waktu lagi dengan imbalan
tambahan barang’. Lalu pembeli menyetujui permintaan penjual dan kedua belah pihak tidak
saling sarah terima barang.
Cara seperti ini merupakan riba yang diharamkan, dengan kaidah ‘berikan tambahan waktu
dan saya akan berikan tambahan jumlah barang.
6. Bai’ Al-‘inah adalah seseorang membeli barang secara tidak tunai, dengan kesepakatan akan
menjualnya kembali kepada penjual pertama dengan harga lebih kecil secara tunai.
Contohnya adalah, Ogi membutuhkan uang untuk pembayaran semester. Lalu, Ogi meminjam
uang kepada Agi sebesar Rp. 8.000.000,-. Agi adalah seorang penjual laptop, jika Agi
meminjamkan uang kepada Ogi maka ia tidak boleh mengambil keuntungan dari Ogi. Tetapi,
Ogi adakah orang yang membutuhkan uang bukan laptop. Maka, Agi menjual laptopnya
kepada Ogi seharga Rp. 10.000.000,- secara kredit. Karena Ogi tidak membutuhkan laptop
maka ia menjual kembali laptop tersebut kepada Agi seharga Rp. 8.000.000,- dan dibayar
tunai.
Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/95584/hukum-jual-beli-sistem-dropship-dan-
reseller
2. E-Money
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa
yang berkaitan dengan uang elektronik, dan menyatakan bahwa hukum uang elektronik
itu pada dasarnya boleh asal dengan syarat-syarat:
1. Uang elektronik (electronic money) adalah alat pembayaran yang memenuhi
unsur-unsur berikut:
a. Diterbitkan atas dasar jumlah nominal uang yang disetor terlebih dahulu
kepada penerbit;
b. Jumlah nominal uang disimpan secara elektronik dalam suatu media yang
teregistrasi;
c. Jumlah nominal uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan
merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang
mengatur mengenai perbankan; dan
d. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan
merupakan penerbit uang elektronik tersebut.
2. Uang elektronik syariah adalah uang elektronik yang sesuai dengan prinsip- prinsip
syariah.
Pertama, hukum asal penggunaan Go-Pay dan sejenisnya adalah dibolehkan selama
memenuhi kaidah-kaidah sharf atau tukar-menukar uang.
Kedua, diskon yang didapatkan melalui pembayaran Go-Pay dan sejenisnya termasuk
athaya (pemberian) yang diperbolehkan dan tidak termasuk faedah dari piutang (riba).
MENETAPKAN, MEMUTUSKAN
1. Hukum asal penggunaan Go-Pay dan sejenisnya adalah dibolehkan selama memenuhi
kaidah-kaidah sharf (tukar-menukar uang);
2. Diskon yang didapatkan melalui pembayaran Go-Pay dan sejenisnya termasuk athaya
(pemberian) yang diperbolehkan dan tidak termasuk faedah dari piutang (riba);
3. Mengimbau kepada seluruh kaum muslimin untuk menjaga persatuan dan ukhuwah
serta saling menghargai perbedaan dalam menyikapi masalah ini.
Ditetapkan di Makassar
Pada Tanggal 06 Rajab 1440 H 13 Maret 2019 M
Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul Diskon atau Cashback Go-
Pay dan OVO Disebut Riba, Ini Penegasan Wahdah Islamiyah dan Al Irsyad,
https://lampung.tribunnews.com/2019/03/23/diskon-atau-cashback-go-pay-dan-ovo-
disebut-riba-ini-penegasan-wahdah-islamiyah?page=all.
Penulis: Andi Asmadi
Editor: Andi Asmadi