Anda di halaman 1dari 13

TUGAS RESUME

MAKALAH FIQIH MUAMALAH

Tugas Resume Ini Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalah

Dosen Pengampu:

Bapak KH., Mukromin., Alh., M.Ag.

Oleh:

Ahmad Tafrichan (2021010093)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH DI
WONOSOBO TAHUN 2022/2023
RESUME

Kelompok 1: Jual Beli dan Hal-Hal yang Berhubungan dengannya Syarat,


Rukun, Ijab Qabul

Menurut Islam
Pihak yang berakad di sini mencakup penjual dan pembeli. Adapun
penjual, pembeli dan barang yang diperjual-belikan. Sedangkan shighah jual beli
adalah ucapan atau perbuatan yang menunjukkan adanya maksud dari kedua belah
pihak untuk melakukan jual beli.

Menurut Para Ahli Agama

Selain yang diutarakan Ulama Hanafiah pada penjelasan di ata, Ibn


Qudamah yang merupakan ulama Malikiyah mengartikan jual beli adalah saling
menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan.

Jual Beli

Jual-beli adalah aktivitas yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan


manusia. Namun, jual beli memiliki syarat dan rukun yang akan mempengaruhi
keabsahan jual beli. Orang yang melakukan jual beli hendaknya memperhatikan
terpenuhinya syarat dan rukun jual beli tersebut."Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan rida di antara kamu. Contoh yang
tidak memenuhi syarat ini adalah perampasan.

Yang dijual adalah harta yang bermanfaat dan mubah

Barang yang diperjual-belikan haruslah berupa al-maal. "Syaikh Abdullah


Al-Jibrin rahimahullah menjelaskan, "Barang yang diperjual-belikan haruslah
berupa al-maal. Dan al-maal adalah semua yang mengandung manfaat dan mubah.
Maka tidak boleh menjual sesuatu yang tidak bermanfaat. Atau, yang bermanfaat
namun haram digunakan, seperti khamr. Demikian juga tidak boleh menjual
barang yang manfaatnya tidak mutlak, seperti anjing. Karena walaupun anjing
mengandung manfaat untuk menjaga ladang dan berburu, namun manfaat ini
hanya sifatnya khusus bagi orang yang membutuhkan saja.

Barang harus bisa diserahkan

"Syaikh Abdullah Al-Jibrin rahimahullah menjelaskan, "Barang yang


diperjual-belikan harus bisa diserahkan. Para ulama mencontohkan dengan jual
beli unta yang kabur. Secara umum, unta yang kabur itu tidak bisa ditemukan lagi.
" Demikian juga menjual burung yang terbang di udara" .

Harganya jelas

" Maka uang yang harus dibayarkan oleh pembeli haruslah jelas". " Syaikh
Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah menjelaskan, "Pemilik usaha wajib
menentukan upah yang jelas. Ia tidak boleh mempekerjakan orang seperti itu yaitu
tanpa upah yang jelas. " Karena ini merupakan bentuk upah yang majhul , maka
tidak diperbolehkan".

Rukun Jual Beli

Sedangkan ma’qud ‘alaihi adalah barangnya.

Sedangkan secara istilah, Ijab adalah segala yang dilontarkan oleh penjual
untuk menunjukan kerelaannya atas suatu barang untuk dijual belikan. Qobul
adalah segala sesuatu yang dilontarkan pembeli untuk menunjukan kerelaan dalam
bertransaksi. Dan dalam jual beli, tidak masalah apakah ijab dulu atau qobul dulu.
Ijab Qobul adalah rukun bagi jual beli atau transaksi lainnya. Sehingga dalam Jual
Beli atau transaksi lainnya harus ada Ijab Qobulnya. Ijab Qobul bisa dalam bentuk
apa saja yang menunjukan kerelaan.

Kelompok 2: Riba

Pengertian Riba

" Barangsiapa melebihkan salah satunya, ia termasuk dalam praktek


riba" .Allah. "Tahap kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk. " Allah
mengancam memberi balasan yang keras kepada orang Yahudi yang memakan
riba. " Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir diantara mereka itu siksa
yang pedih." .

Tahap ketiga, riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan


yang berlipat ganda. Tahap terakhir, Allah dengan jelas dan tegas mengharam-kan
apapun jenis tambahan yang diambil dari pinjaman.

Kelompok 3: Khiyar

Khiyar Syarat

Khiyar syarat adalah yang ditetapkan bagi salah satu pihak yang berakad
atau keduanya, apakah meneruskan atau membatalkan akad itu selama dalam
tenggang waktu yang disepakati bersama. Khiyar syarat boleh dilakukan dalam
segala macam jual beli, kecuali barang yang wajib diterima ditempat jual beli,
seperti barang-barang riba. Barang yang terjual itu sewaktu dalam masa khiyar
kepunyaan orang yang mensyaratkan khiyar, kalo yang khiyar hanya salah
seorang dari mereka. Untuk meneruskan jual beli atau tidaknya, hendaklah dengan
lapas yang jelas menunjukkan terus atau tidaknya jual beli. Para ulama fikih
sependapat mengetakan, bahwa khiyar syarat ini diperbolehkan untuk menjaga
hak pembeli dari unsur penipuan yang mungkin terjadi dari pihak penjual.
Khiyar ‘aibi

Seperti yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dari Aisyah RA
bahwa seseorang membeli budak, kemudian budak tersebut disuruh berdiri
didekatnya, didapatinya pada diri budak itu kecacatan, lalu diadukannya kepada
Rasul, maka budak itu dikembalikan pada penjual. Khiyar ‘aib artinya sipembeli
boleh mengembalikan barang yang dibelinya apabila pada barang itu terdapat
suatu cacad yang mengurangi suatu kualitas barang itu, atau mengurangi
harganya, sedangkan biasanya barang yang seperti itu baik, dan sewaktu akad
cacat nya itu sudah ada tetapi sipembeli tidak tahu, atau terjadi sesudah akad,
yaitu sebelum diterimanya. Tidak ada khiyar ‘aibi untuk cacat yang telah
disampaikan penjual kepada pembeli b. Pembeli dapat menolak keseluruhan
barang apabila ditemukan beberapa stok yang cacat.

Atau membeli hanya barang yang tidak cacat dengan mengembalikan


sisanya. Retur barang yang diterima toko kepada produses karena menemukan
cacat produksi adalah salah satu contoh khiyar dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun hikmah Khiyar antara lain sebagai berikut: Mendidik masyarakat agar
berhati-hati dalam melakukan jual beli. Menghindarkan kemungkinan terjadinya
unsur penipuan dalam jual beli.

Kelompok 4: Salam

Jual Beli dengan Akad Salam

Jual beli barang yang belum ada di tempat transaksi, dan hanya diketahui
spesifikasinya, namun bisa dijamin dikenal dengan istilah akad salam. Sebagian
ahli fiqih menyebutnya akad salaf. Jual beli seperti ini dikenal dengan istilah akad
baiu ainin musyahadah, yaitu jual beli barang yang riel dan bisa dilihat dan
disaksikan langsung oleh pembeli. Akadnya disebut akad salam, yaitu akad
pemesanan / order.

Yang menjadi faktor pembeda antara jual beli model pertama dengan akad
salam adalah, keberadaan jaminan terhadap barang yang diberikan oleh penjual.

Ada dua pengertian jaminan di sini yaitu:

Pembahasan lebih lanjut soal akad mewakilkan akan dibahas pada bab
wakalah kelak.
Sampai di sini, adat umum yang berlaku di masyarakat, adalah akad
pemesanan barang sering dimaknai sebagai pemesanan barang yang belum ada di
tempat, sementara pihak penjual diminta untuk mencarikan barang.

Jenis akad syariah salam yang pertama dijelaskan melalui skema akad
salam di bawah ini

Kedua belah pihak dalam akad jual beli meraih kesepakatan.

Pihak yang terlibat

Untuk memenuhi akad diatas, kedua belah pihak wajib memenuhi syarat
akad bai atau jual beli.

Uang panjar

Rukun akad salam urutan ketiga adalah adanya uang pajar atau rasul maal.

Praktik masyarakat moderen sebagai contoh akad salam adalah belanja


online, dimana pembeli membayar sebelum menerima produknya.

Kelompok 5: Pegadaian

Kondisi tersebut seperti yang terjadi pada zaman Rasulullah Saw gadai
sudah dilakukan baik ketika ia menjadi Rasulullah maupun sesudah menjadi
Rasulullah beliau pernah menggadaikan baju besinya kepada orang yahudi untuk
menukarnya dengan makanan dengan kesepakatan yang telah ditentukan dan baju
besi beliau akan di ambil kembali sesuai dengan kesepakatan antara keduanya.
Hakikat dan fungsi gadai dalam Islam adalah membawa pemahaman yang
membentuk pandangan hidup tertentu dan garis hukum yang global. Islam
mengajarkan pada umatnya untuk hidup membantu, yang kaya membantu yang
miskin.

Mengetahi hal-hal yang berkaitan dengan Gadai Syariah.

Akad Rahn, yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam


sebagai jaminan atas pimjaman yang diterimanya, pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.
Melalui akad ini dimungkinkan bagi pegadaian untuk sewa atas penyimpanan
barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad.

Marhun itu tidak terkait dengan hak orang lain


Marhun itu merupakan harta yang utuh, tidak bertebaran dalam Beberapa
tempat.

Mekanisme Gadai Syariah

Mekanisme operasional gadai Syariah haruslah tidak menyulitkan calon


nasabah yang akan meminjam uang atau akan melakukan akad utang-piutang.
Akad yang dijalankan termasuk jasa dan produk yang dijual juga harus
berlandaskan syariah , dengan tidak melakukan kegiatan usaha yang mengandung
unsur riba`, maisir, dan gharar. Oleh karena itu, pengawasannya harus melekat,
baik internal internal terutama keberadaan Dewan Pengawas Syariah sebagai
penanggung jawab yang berhubungan dengan aturan syariahnya dan eksternal
maupun eksternal pegadaian syariah, yaitu masyarakat Muslim utamanya, serta
yang tidak kalah pentingnya adanya perasaan selalu mendapatkan pengawasan
dari yang membuat aturan syariah itu sendiri, yaitu Allah Swt. Penitipan Barang
Gadai syariah dapat menyelenggarakan jasa penitipan barang , karena perusahaan
ini mempunyai tempat penyimpanan barang bergerak, yang cukup syariah,
terutama digunakan menyimpan barang yang digadaikan.

Fasilitas ini diberikan kepada pemilik barang yang akan bepergian jauh
dalam waktu relatif lama atau karena penyimpanan dirumah dirasakan kurang
aman. Atas jasa penitipan yang diberikan, gadai syariah memperolehpenerimaan
dari pemilik barang berupa ongkos penitipan. Sedangkan ulama hanafiyah
berpendapat dalam kedudukanny keselamatan marhun menjadi tanggungan
murtahin dalam kedudukannya sebagai orang yang menerima amanah.

Namun apabila mendapatkan izin dari kedua belah pihak yang


bersangkutan, yaitu rahin dan murtahin, maka marhun itu boleh dimanfaatkan.

Benda berwujud pada waktu perjanjian terjadi

Adapun menurut Syafi`iyyah bahwa barang yang digadaikan itu berupa


semua barang yang boleh dijual. Berupa barang yang berwujud nyata didepan
mata, karena barang nyata itu dapat diserahterimakan secara langsung. Barang
yang digadaikan harus berstatus sebagai piutang bagi pemberi pimjaman.
Sedangkan ulama Hanafiyyah berpendapat lain, biaya yang diperlukan untuk
menyimpan dan memelihara keselamatan barang gadai menjadi tanggungan
penerima gadai dalam kedudukannya sebagai orang yang memegang amanat.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka pada dasarnya biaya


pemeliharaan barang gadai adalah kewajiban bagi rahin dalam kedudukan menjadi
kekuasaan murtahin dan murtahin mengizinkan untuk memelihara marhun, maka
yang yang menanggung biaya pemeliharaan marhun adalah murtahin diizinkan
rahin, maka murtahin dapat memungut hasil marhunsesuaidengan biaya
pemeliharaan yang telah dikeluarkan. Namun apabila rahin tidak mengizinkan,
maka biaya pemeliharaan yang telah dikeluarkan oleh murtahin menjadi utang
rahin kepada murtahin. Namun apabila mendapat izin dari masing-masing pihak
yang bersangkutan maka barang tersebut boleh dimanfaatkan. Resiko atas
Kerusakan Barang Gadai Risiko atas hilang atau rusak barang gadai menurut para
ulama Syafi`iyyah dan Hanabillah berpendapat bahwa murtahin Murtahin/petugas
penaksir melihat Harga Pasar Pusat yang telah berlaku Murtahin/petugas penaksir
melihat Harga Pasar Setempat Marhun/petugas penaksir melakukan pengujian
kualitas marhun Marhun/petugas penaksir menentukan nilai taksir.

Pembayaran/Pelunasan Utang Gadai Apabila sampai pada waktu yang


telah ditentukan, rahin belum juga membayar kembali utangnya, maka rahin dapat
dipaksa oleh marhun untuk menjual barang gadaian dan kemudian digunakan
untuk melunasi utang-utangnya. Waktu dan Sahnya Serah Terima Gadai
Sebagaimana dapat dipahami dari surat Al_Baqarah ayat 283 bahwa gadai adalah
salah satu dari konsep muamalah, dimana sikap saling tolong menolong antara
satu dengan yang lainnya dan amanah yang sangat ditonjolkan. Hal ini
sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Saw, ketika ia berutang setakar
gandum dari seorang Yahudi. Dari Abu Rafi` radhiyallahu `anhu, ia mengisahkan,
«Pada suatu hari ada tamu yang datang kerumah Rasulullah Saw, lalu beliau
mengutusku untuk mencari makanan sebagai hidangan, lalu aku pun mendatangi
seorang Yahudi, dan aku berkata kepadanya, `Nabi Muhammad berkata kepadamu
bahwa sesungguhnya ada tamu yang datang kepada kami, sedangkan beliau tidak
memiliki apa pun untuk dihidangkan untuk mereka.

Maka, aku pun kembali menemui Rasulullah, lalu aku kabarkan kepada
beliau, lalu beliau pun bersabda, Sungguh demi Allah, aku adalah orang yang
Terpercaya di langit dan terpercaya dibumi. » Akan tetapi, bila ada orang yang
sebelum berjual-beli atau berutang telah memberikan jaminan barang gadaian
terlebih dahulu, maka menurut pendapat yang lebih kuat, hal tersebut juga
diperbolehkan. Selama kedua belah pihak yang menjalankan akad rela dan telah
menyepakati hal tersebut, maka tidak ada alasan untuk melarangnya. Hak dan
Kewajiban Para Pihak Gadai Syariah Menurut Abdul Aziz Dahlan pihak rahin dan
murtahin, mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi.

Pemberi gadai berkewajiban untuk melunasi marhun bih yang telah


diterimannya dari murtahin dalam tenggang waktu yang telah ditentukan,termasuk
biaya lain yang telah ditentukan murtahin.

Kelompok 6: Pinjam Meminjam


Dasar Hukum Pinjam Meminjam

Pinjam Meminjam merupakan perbuatan qurbah dan dianjurkan


berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah. Salah satu perbuatan baik itu adalah ‘ariyah,
yakni meminjamkan barang kepada orang lain yang dibutuhkan olehnya.

Rukun dan Syarat ‘ Pinjam Meminjam

Menurut Ulama Hanafiyah, rukun ‘ariyah terdiri dari ijab dan qabul. Ijab
Qobul tidak wajib diucapkan, tetapi cukup dengan menyerahkan pemilik kepada
peminjam barang yang dipinjam, namun demikian juga boleh ijab qobul tersebut
disampaikan. Orang yang meminjam harus jelas. Atau ungkapan yang dapat
menunjukkan adanya permohonan untuk meminjamkan barang seperti ungkapan
«pinjamkan kepadaku» dengan disertai ungkapan atau tindakan dari lawan
bicaranya.

Kelompok 7: Sewa atau Rental

Contoh hukum islam yang termasuk muamalah salah satunya adalah ijarah
sewa-menyewa dan upah. Kata ijarah dari bahasa Arab ke dalam bahasa
Indonesia, antara sewa dan upah juga ada perbedaan makna operasional, sewa
biasanya digunakan untuk benda, sedangkan upah digunkan untuk tenaga. Namun
dalam bahasa Arab ijarah adalah sewa dan upah. Sehingga ketika kita melihat
bagaimana aplikasi dari ijarah itu sendiri dilapangan, maka kita bisa mendapati
sebagai mana yang akan dibasas dalam makalah ini.

Kegiatan ijarah ini tidak dapat dilepaskan dari kehidupan kita sehari-hari
baik dilingkungan keluarga maupun masyarakat sekitar kita. Oleh sebab itu kita
harus mengetahui apa pengertian dari ijarah yang sebenarnya, rukun dan syarat
ijarah, dasar hukum ijarah, manfaat ijarah dan lain sebagainya mengenai ijarah.

Pengertian: Menurut etimologi, ijarah adalah ‫ بيع المنفعه‬. Demikian pula


artinya menurut terminology syara’. Berdasarkan definisi-definisi diatas, ijarah
adalah menukar sesuatu dengan ada imbalannya, diterjemahkan menjadi sewa-
menyewa dan upah mengupah. Dalam bahasa arab upah dan sewa disebut ijarah.
Dengan demikian pengertian ijarah dapat di simpulkan yaitu suatu transksi baik
berupa barang maupun jasa dengan menjual manfaat dan serta ada pengganti baik
di awal transaksi atau di masa habis berlakunya ijarah atau sewa itu sendiri.

Syarat Terjadinya Akad

Akan tetapi, jika bukan barang miliknya sendiri, akad ijarah anak
mumayyiz, di anggap sah bila diizinkan walinya. Ulama Malikiyah berpendapat
bahwa tamyiz adalah syarat ijarah dan jual beli, sedangkan baligh adalah syarat
penyerahan. Ulama Hanabilah dan Syafi’iyah mensyaratkan orang yang akad
harus mukallaf, yaitu baligh dan berakal, sedangkan anak mumayyiz belum dapat
dikategorikan ahli akad.

Syarat Sah Ijarah

Di antara cara untuk mengetahui ma’qud ‘alaih adalah dengan


menjelaskan manfaatnya, pembatasan waktu, atau menjelaskan jenis pekerjaan
jika ijarah atas pekerjaan atau jasa seseorang.

Bentuk Pelanggaran Dalam Ijarah

Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan upah bagi ajir, apabila
barang yang ditangannya rusak. Menurut ulama syafi’iyah, jika ajir bekerja
ditempat yang dimilki oleh penyewa, ia tetap memperoleh upah.

Jika benda ada di tangan ajir

Jika tidak ada bekas pekerjaannya, ajir berhak mendapatkan upah atas
pekerjaannya sampai akhir.

Pengekang barang

Ulama Hanafiyah membolehkan ajir untuk mengekangbarang yang telah ia


kerjakan. Pertama, objek al-ijarah hilang atau musnah seperti, rumah yang
disewakan terbakar atau kendaraan yang disewa hilang. Kedua, tenggang waktu
yang disepakati dalam akad al-ijarah telah berakhir. Kelima, menurut Hanafi salah
satu pihak dari yang berakad boleh membatalkan al-ijarah jika ada kejadian-
kejadian yang luar biasa, seperti terbakarnya gedung, tercurinya barang-barang
dagangan, dan kehabisan modal.

Kelompok 8:Menanam Modal

Untuk mengetahui Memilih Investasi yang Sesuai Syariah.

Pandangan Islam tentang Kegitan Investasi

Islam mengajarkan umatnya untuk berusaha mendapatkan kehidupan yang


lebih baik di dunia maupun di akhirat. Memperoleh kehidupan yang baik di dunia
dan diakhirat ini yang dapat menjamin tercapainya kesejahteraan lahir dan batin .
Salah satu cara untuk mencapai kesejahteraan itu adalah dengan melakukan
kegiatan investasi Investasi berasal dari bahasa Inggris investmen dari kata dasar
invest yang berarti menanam. " Dalam bahasa Arab investasi disebut dengan
istitsmar yang bermakna "menjadikan berbuah, berkembang dan bertambah
jumlahnya.
Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi adalah
kegitan menanam modal dengan harapan akan mendapatkan suatu keuntungan di
kemudian hari. Investasi sesungguhnya merupakan kegiatan yang sangat beresiko
karena berhadapan dengan dua kemungkinan yaitu untung dan rugi artinya ada
unsur ketidakpastian.

Etika Investor dalam Berinvestasi

Menurut Syafi'i Antonio,9 ada perbedaan yang mendasar antara investasi


dengan membungakan uang baik dari segi definisi maupun makna dari masing-
masing istilah. Investasi adalah jenis kegiatan usaha yang mengandung resiko
karena berhadapan dengan unsur ketidakpastian, sehingga berpengaruh terhadap
return yang tidak pasti dan tidak tetap. Sedangkan membungakan uang adalah
kegiatan usaha yang kurang mengandung resiko karena perolehan kembaliannya
yang berupa bunga relatif pasti dan tetap Oleh karena itu Islam sangat mengecam
perilaku membungakan uang dan masuk kategori riba. Besar kecilnya perolehan
kembali itu tergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi dan dilakukan
oleh Bank sebagai pengelola dana .

Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya maupun
cara mendapatkannya, serta tidak menggunakannya untuk hal-hal yang haram.

Produk Investasi di Beberapa Bank Syariah

Sedangkan yang kedua investasi pasif yaitu investor menyediakan modal


dan menerima return tetapi tidak terjun dalam proyek itu. Dari semua uraian yang
telah disebutkan terdahulu dapat disimpulkan bahwa investasi yang diperbolehkan
adalah investasi yang tidak mengandung unsur-unsur riba, gharar, maysir dan lain
sebagainya. Produk ini adalah suatu investasi jangka panjang yang dilindungi
asuransi jiwa syariah secara cuma-cuma. 30 Nasabah pemilik dana dan bank
syariah sepakat dalam akad investasi mudarabah untuk berbagi keuntungan hasil
usaha kegiatan pembiayaan oleh bank syariah yang melibatkan dana nasabah.

Jika bank syariah mengalami kerugian, maka apakah nasabah akan tetapi
menerima bagi hasil atau tidak sangat tergantung dari sistem bagi hasil yang
diterapkan bank syariah. Jika diterapkan revenue sharing seperti umumnya bank
syariah di Indonesia maka bagi hasil nasabah akan tetap diterima, namun jika
yang digunakan adalah profit sharing, maka nasabah akan menerima bagi hasil
jika ban syariah mencatat laba.

Kelompok 9: Bagi Hasil Sawah


Mukhabarah adalah akad dalam pengelolaan tanah dengan sistem kerja
sama yang diterapkan antara pemilik tanah dan penggarap tanah. Meskipun
hampir sama, namun kedua akad ini mempunyai pengertian yang berbeda yaitu
berdasarkan asal sumber benihnya. Akad mukhabarah adalah akad pengelolaan
tanah dengan sumber benih yang berasal dari pemilik tanah atau lahan. Sedangkan
akad muzara’ah adalah pengelolaan tanah yang sumber benihnya berasal dari
petani penggarap .

Meskipun memiliki perbedaan, namun kedua akad ini termasuk sebagai


akad syirkah , tidak lain adalah kerja sama yang dilakukan antara pemilik lahan
dengan pentani penggarap dalam pengelolaan tanah. Syafi’i, mukhabarah adalah
menggarap tanah dengan apa yang dikeluarkan dari tanah tersebut.

Dalam hadis yang lain juga disebutkan sebagai berikut

Dalil dari Hadis tersebut merupakan landasan hukum yang dipakai para
ulama yang membolehkan akad mukhabarah. Di saat pemilik lahan tidak mampu
menggarap tanahnya, sedangkan si penggarap tidak memiliki tanah untuk digarap.

Adapun syarat mukhabarah adalah sebagai berikut

Pemilik tanah dan penggarap harus orang yang sudah baligh dan berakal.
Benih yang akan ditanam harus jelas dan menghasilkan. Pembagian hasil harus
jelas dan sesuai dengan ketentuannya.

Adanya pemilik tanah yang sah. Tanah yang akan digarap.

Hal-Hal yang Membatalkan Mukhabarah

Adanya uzur misalnya tanah garapan terpaksa dijual pemiliknya dengan


alasan krusial. Atau conttoh lain, semisal si penggarap tanah tidak dapat
mengelola tanah dikarenakan sakit. Apabila telah terjadi bencana alam, misalnya
banjir yang melanda tanah garapan, sehingga mengakibatkan kondisi tanah dan
tanaman rusak.

Akad Ijarah

Dengan begitu pemilik tanah akan menerima bayaran sesuai harga sewa
yang ditentukan. Sementara penyewa memiliki hak untuk mengelola tanah sampai
batas waktu yang ditentukan. Dalam hal ini, pihak yang merawat tanaman dan
mengolah tanah memiliki tanggung jawab untuk mengerjakan pekerjaan sesuai
dengan yang diminta tuan tanah.

Akad Musaqah
Akad ini melibatkan kerja sama dengan orang lain yang berlaku sebagai
pihak yang merawat tanaman. Dalam akad ini juga berlaku bagi hasil atas buah
yang dipanen.

Kelompok 10: Bagi Hasil Buah-Buahan

Rukun Musaqah

Pihak yang saling bertransaksi c. Kegiatan usaha yang akan dipraktikkan


oleh pengelola lahan e. Kesepakatan tentang persentasi bagian yang didapat dari
hasil musaqah.

Berakhirnya Musaqah

Adanya suatu hal yang menghalangi masing-masing pihak tidak boleh


meneruskan kesepakatan musaqah.

Hikmah Musaqah a. Adanya pihak-pihak yang berakad untuk saling


menguntungkan.

Kelompok 11: Hibah atau Pemberian

Pengertian Hibah

Secara etimologi, hibah berasal dari kata hubbub ar-rih, artinya bertiupnya
angin. Al-ittihab artinya menerima hibah. Sedangkan hibah secara terminologi
adalah memberikan harta dari orang yang boleh melakukan tasharruf saat ia masih
hidup tanpa ada imbalan . Pemberian murni dibagi menjadi tiga macam, yaitu
hibah, hadiah, dan shadaqah tathawwu’ .

Hibah adalah pemberian tanpa imbalan.

Syarat-syarat hibah yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut

Dilakukan oleh wahib orang yang sudah aqil-baligh , jadi tidak sah hibah
yang dilakukan oleh orang gila, anak kecil dan orang-orang bodoh atau tidak
sempurna akalnya.

Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan


tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dari ayat diatas tepatnya
pada kata ‫ ا َو َتَع اَو ُنْو ا َع َلى اْلِبِّر َو الَّتْقٰو ۖى‬yang artinya "Dan tolong-menolonglah kamu
dalam kebajikan dan takwa," yang mengisyaratkan bahwa allah memerintahkan
hambanya untuk menebar kebaikan antar sesame misalnya dengan menghibahkan
Sebagian harta kita.
Pemerataan pendapat menuju terciptanya stabilitas social yang mantap.
Mencapai keadilan dan kemakmuran yang merata.

Kelompok 12: Jual Beli Falas

Pengertian Jual Beli Valas

Ibn Maudud Al- Maushuli mengatakan, bahwa Al-Sharf ialah pertukaran


mata uang dengan mata uang lainya atau satu jenis barang dengan jenis barang
lainya yang sama cetakan, bentuk, dan logam. Apabila yang ditukar uang dengan
uang atau emas dengan emas, perak dengan perak maka hal tersebut tidak
diperbolehkan kecuali dengan semisal serta secara serah terima. Dari beberapa
definisi di atas dapat peneliti simpulkan bahwa Al-Sharf adalah perjanjian jual
beli mata uang yang berbeda, yaitu jual beli satu mata uang dengan mata uang
lainnya. AlSharf secara bebas diartikan sebagai mata uang yang dikeluarkan dan
digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain.

Beli Al-Sharf Dalam Kajian Fiqh

Keterbatasanini dapat dipahami, karena mungkin pada masa lampau,


ketika kitab fiqh sedang ditulis oleh fuqaha masalah jual beli mata uang bukan
masalah yang menonjol sebagaimana masalah muamalat lainnya. Beliau
mendefinisikan Al-Sharf dengan pemerolehan harta dengan harta lain, dalam
bentuk emas dan perak, yang sejenis dengan saling menyamakan antara emas
yang satu dengan emas yang lain, atau antara perak yang satu dengan perak yang
lain atau berbeda jenisnya semisal emas dengan perak, dengan menyamakan atau
melebihkan antara jenis yang satu dengan jenis yang lain.

Anda mungkin juga menyukai