Anda di halaman 1dari 9

PARADIGMA ISLAM TERHADAP JUAL BELI ONLINE

UNTUK MEMBERIKAN HUKUM TENTANG MUAMALAH

ABSTRAK :
Jual beli online merupakan transaksi yang dilakukan oleh kedua belah pihak tanpa
bertemu secara langsung untuk melakukan negosiasi dan transaksi yang dilakukan
melalui alat komunikasi. Salah satu syarat terjadinya jual beli yaitu dengan
dilakukannya akad. Jual beli sendiri termasuk ke dalam kegiatan muamalah di
dalam ajaran agama Islam. Masalah yang akan dibahas pada penelitian ini
mengenai hukum jual beli online dalam Islam yang berkaitan dengan muamalah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pandangan Islam
terhadap jual beli online yang saat ini menjadi alternatif dalam berbelanja.
Manfaat yang diharapkan adalah agar bisa berpikir lebih kritis dalam melakukan
segala tindakan agar senantiasa mematuhi hukum hukum sesuai ajaran agama
Islam. Dalam penelitian ini kami memfokuskan terhadap resiko-resiko jual beli
online, dimana resiko-resiko tersebut dapat menjadikan faktor untuk menentukan
hukum jual beli online.
Adapun metode yang digunakan pada penelitian adalah metode kualitatif dengan
teknik pengumpulan data-data yang dilakukan secara triagulasi.

PENDAHULUAN
Di lingkungan masyarakat, jual beli merupakan kegiatan yang lumrah
dilakukan oleh semua orang disetiap saat. Jual beli juga merupakan kegiatan
utama ekonomi manusia dan sangat dianjurkan dalam ajaran agama Islam, bahkan
Nabi Muhammad SAW sendiri menyatakan bahwa 9 dari 10 pintu rezeki adalah
dari pintu perdagangan. Artinya, melalui perdagangan ini akan dibukakan pintu-
pintu rezeki agar keluarnya rahmat dari Allah SWT. Pada perkembangan
teknologi digital saat ini, jual beli sudah sangat dipermudah dengan adanya
platform-platform marketplace yang menyediakan jual beli secara online.
Diantaranya seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Lazada, Blibli dsb. Namun
tidak dapat dipungkiri bahwa jual beli online saat ini belum sepenuhnya
mengikuti hukum Syariat Islam. Karena dalam syariat Islam itu sendiri jual beli
itu harus mengikuti rukun-rukun jual beli seperti adanya ijab qabul atau akad.
Namun dalam jual beli online ijab qabul atau akad tersebut tidak bisa dilakukan
karena penjual dan pembeli tidak bertemu secara langsung. Hal ini berkaitan
dengan muamalah yaitu hubungan antar manusia sebagai bentuk atau bukti
terjadinya transaksi dalam perdagangan dan jual beli. Dalam hal ini, apakah
proses jual beli online ini diperbolehkan dalam islam atau tidak? Lantas
bagaimana prosesnya?

PEMBAHASAN
1. Pengertian Jual Beli
Menurut (Suhraverdi, 200:128) Kata beli dan jual terdiri dari dua suku
kata tulisan masing-masing “Jual dan Beli”. Kata dijual menunjukan
bahwa ada tindakan jual, sedangkan beli ada keberadaan akta
pembelian.jual beli menurut Bahasa yaitu tukar menukar harta dengan
cara-cara tertentu. Pada dasarnya ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam
rukun jual beli yaitu :
1) Ada penjual dan pembeli.yang dimana keduanya harus berakal
sehat, dewasa atau baligh, dan melakukannya atas dasar kemauan
sendiri.
2) Ada barang atau jasa yang diperjual belikan dan ada barang
penukar seperti uang, emas, perak, barang atau jasa.
3) Adanya ijab qabul atau akad.
Ijab qabul atau akad adalah suatu proses transaksi secara
langsung dengan menggunakan kata dan kalimat sebagai ucapan
sah/tidaknya jual beli. Adapun syarat ijab qabul, yaitu:
a. Tidak memiliki tenggang waktu yang memisahkan antara
ucapan penjual dan pembeli.
b. Tidak diselingi dengan kata-kata lain antara penjual dan
pembeli
Adapun hal-hal yang dilarang dalam jual beli adalah :
1) Mengkreditkan barang dengan bunga.
2) Menjual atau membeli barang haram.
3) Menimbun barang yang dijual agar harga naik karena dibutuhkan
masyarakat.
4) Menjual atau membeli barang dengan cara menipu
2. Pengertian Jual Beli Online
Jual beli online merupakan proses terjadinya tukar menukar suatu benda
atau barang dan jasa melalui media elektronik, khususnya melalui internet
atau secara online. Salah satu contohnya adalah terdapat banyak aplikasi
yang dapat digunakan untuk akses jual beli online, diantaranya adalah
Bukalapak, Lazada, Shopee, Tokopedia, dan sebagainya. Jual beli online
adalah jual beli yang terjadi di media elektronik, yang mana pada saat
transaksi tidak diharuskan bertemu secara langsung atau bertatap muka.
Dalam kegiatan jual beli ini transaksi dilakukan dengan pembayaran
terlebih dahulu lalu barang diserahkan atau dikirim kepada pembeli.
Namun selain itu dalam jual beli online terdapat transaksi yang mengirim
barang terlebih dahulu lalu melakukan pembayaran di tempat atau sering
disebut dengan COD (Cash On Delivery).
Kelebihan jual beli online adalah:
1) Dapat mempermudah transaksi jual beli
2) Tidak membutuhkan waktu lama
3) Dapat menghemat biaya
Kekurangan jual beli online adalah:
1) Jual beli online ini memberikan peluang untuk melakukan
penipuan sehingga dapat merugikan orang lain.
2) Tidak bisa memilih dan melihat produk secara langsung sehingga
tidak dapat mengetahui kualitas produk aslinya.
3) Tidak dapat melakukan negosiasi
4) Pengiriman mahal
Menurut Dzazuli (2016,10) dasar-dasar yang digunakan untuk menentukan
hukum jual beli secara online adalah: “hukum asal dalam muamalah adalah
boleh sepanjang tidak ada dalil yang mengharamkannya”. Sehubungan
dengan tidak adanya dalil yang mengharamkan jual beli online maka
diperbolehkan.
3. Hukum Muamalah
Muamalah menurut syariat islam adalah suatu kegiatan yang mengatur hal-
hal yang berhubungan dengan sesama manusia. Muamalah adalah
pertukaran barang, layanan atau sesuatu yang menawarkan manfaat
dengan cara yang ditentukan. Muamalah didalamnya tidak hanya tentang
jual beli saja, namun termasuk pada hutang piutang, pemberian upah,
serikat usaha, patungan dan lain-lain. Terdapat beberapa ayat dalam al
quran yang menjadi dasar hukum jual beli. Salah satunya terdapat pada
Q.S Al-Baqarah ayat 275. Yang isinya “….padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. Berdasarkan kutipan dari
ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah SWT telah menghalalkan jual
beli kepada hambanya dan melarang jual beli yang mengandung unsur
riba.
Berdasarkan Q.S An-Nisa ayat 29, yang berbunyi : ”Wahai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka diantara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. Dalam ayat
tersebut menjelaskan bahwa Allah mengharamkan kepada umat islam
untuk memakan harta sesama dengan jalan yang bathil, seperti dengan cara
korupsi, menipu, mencuri, merampok, memeras, dan dengan jalan yang
tidak dibenarkan oleh Allah SWT, kecuali dengan cara perdagangan atau
perniagaan yang didasari atas dasar suka sama suka dan saling
menguntungkan. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadist yang
diriwayatkan oleh Imam Bazzar yang berarti : Dari Rif‟ah Ibn Rafi
sesungguhnya Rasulullah pernahditanya“usahaapa yang paling baik?
Rasulullah SAW menjawab “Usaha seseorang dengan tangannya sendiri
dan setiap jual beli yang mabrur (jujur)”. (H.R. Al-Al-Bazzar dan
disahihkan oleh al- Hakim) (al-Shan’ani, t.th: 4).”
“ Dalam Hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang
berbunyi, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Dari Hurairah RA.
Rasulullah SAW mencegah dari jual beli melempar kerikil dan jual beli
gharar (H.R. Muslim) (Muslim, t.th : 156-157).”
Dalam fiqih muamalah, jual beli adalah akad mu’awadhah (timbal
balik) atas selain manfaat dan bukan pula untuk menikmati kesenangan.
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam jual beli online yang
benar dan halal menurut syariat islam, antara lain adalah :
1. Produk bersifat halal
Sebagaimana ditegaskan dalam hadist, islam mengharamkan jual beli
barang atau jasa yang haram. Hadist tersebut berbunyi “sesungguhnya
bila Allah telah mengharamkan atas suatu kaum untuk memkan
sesuatu, pasti ia mengharamkan pula hasil penjualannya.” (HR
Ahmad, dan lainnya).
2. Produk yang dijual memiliki manfaat.
Selain halal produk yang jual juga harus memiliki manfaat. Seorang
penjual harus menjual produknya yang memang benar-benar
bermanfaat tidak hanya menjual produk semata melainkan produk
tersebut dapat berguna untuk pembeli. Seperti yang terdapat dalam
firman Allah SWT dalam Q.S Al-Isra ayat 27 yang berbunyi
“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
syaitan, dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”
3. Produk yang dijual dapat diserahkan
Produk yang dijual merupakan milik si penjual itu sendiri atau
setidaknya memiliki hak kuasa atas produk tersebut.
4. Kejelasan status penjual
Informasi dan identitas penjual harus jelas tertulis di website atau
platform manapun yang berhubungan dengan marketplace. Dengan
mencantumkan nomor kontak, alamat yang jelas, atau informasi
pribadi lainnya yang akan sangat berguna bagi pembeli.
5. Kesesuaian kualitas barang dengan harga
Dalam jual beli online seringkali pembeli merasa kecewa dengan
barang yang dibeli melaui market place, baik dalam kualitas barang
maupun ukuran barang yang tidak sesuai. Untuk menghindari hal itu,
pembeli dapat meminta foto yang asli dari barang yang akan dijual,
dan juga dapat melihat penilaian toko tersebut.
6. Kejujuran
Dalam hal jual beli kejujuran adalah sesuatu yang paling utama. Baik
jual beli secara online maupun offline. Walaupun jual beli online
banyak keunggulannya tidak dapat dipungkiri bahwa belanja online
pun terdapat masalah, salah satunya adalah masalah mengenai
kejujuran. Baik dari penjual maupun pembeli. Di dalam jual beli
online, baik penjual maupun pembeli diharapkan waspada dan lebih
berhati-hati dalam melakukan transaksi secara online.
Jika jual beli online tidak sesuai dengan syarat dan ketentuan yang
telah dijelaskan diatas, maka hukumnya adalah haram atau tidak
diperbolehkan. Jual beli online sama seperti jual beli pada umumnya.
Ada yang halal dan ada pula yang haram, ada yang legal ada pula yang
ilegal. Adapun jual beli online dikatakan haram jika dikarenakan oleh
beberapa hal, yaitu :
1. Prosedurnya haram, seperti money gambling (judi online)
2. Objek transaksi barang atau jasa yang diharamkan antara lain
seperti narkoba, video porno, prostitusi online, pelanggaran hak
cipta, dan situs-situs online yang menjurus pada perzinahan.
3. Mengandung unsur penipuan, dan yang membawa ke dalam
kemudharatan.
Dalam Al-Qur’an surah Al-Muthaffifin ayat 1-3 menyebutkan
bahwa: “1. Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang
(dalam berbisnis), 2. (yaitu) orang-orang yang menerima takaran
dari orang lain mereka minta dipenuhi, 3. Dan apabila mereka
menakar atau menimbang untuk orang lain, merreka mengurangi”.
HASIL PENELITIAN
Menurut hasil penelitian yang telah kami lakukan melalui
survey data yang diajukan kepada mahasiswa UPI, 100%
mahasiswa mengetahui ada jual beli online, 100% mahasiswa yang
mengisi survey mempunyai aplikasi marketplace, 80% mahasiswa
memiliki usaha online, 100% mahasiswa berpendapat
bahwasannya jual beli online terdapat kegiatan muamalah.
Beberapa mahasiswa berpendapat bahwa jual beli online
diperbolehkan dalam islam dengan syarat selama tidak ada yang
dirugikan transaksi berjalan dengan sesuai prosedur islam, dan
adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli.
Menurut mahasiswa yang mengisi Google Form jual beli online
memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun kelebihannya :
1. Dapat berbelanja dimana saja tanpa harus mengeluarkan effort
lebih.
2. Harga lebih terjangkau dari kalangan kelas menengah kebawah
3. Mempermudah belanja dan transaksi
4. Waktunya efisien
5. Jarak tidak menjadi kendala dalam berbelanja
6. Bisa menjangkau banyak konsumen
Adapun kekurangannya yaitu :
1. Barang tidak sesuai dengan foto yang diiklankan
2. Membutuhkan waktu yang lama untuk menerima barang
3. Rentan terjadinya penipuan
KESIMPULAN
Jual beli adalah sebuah transaksi atau tukar menukar barang dengan cara tertentu
dan dilakukan sesuai ajaran islam. Dalam jual beli harus ada penjual dan pembeli
yang sudah memahami tatacara muamalah. Seiring dengan perkembangan
tekhnologi, jual beli sudah merambat ke media elektronik dengan adanya
marketplace. Seperti shopee, toko pedia, Lazada, bahkan tiktok dan instagrampun
sudah memiliki fitur belanja online. Jual beli online tidak terlepas dari keuntungan
dan kerugian, disisi lain juga dapat memberi kemudahan. Namun, kemudahan dan
kerugian itu jika tidak diiringi dengan etika, budaya, dan hukum yang tegas maka
akan mudah terjebak tipu daya muslihat, saling mendzolimi dan berbuat
curang.dari sinilah hukum islam bertujuan untuk melindungi umat msnusia
dengan aturan-aturan hukum jual beli yang sesuai dengan ketentuan syariat agar
tidak terjebak dengan keserakahan dan kedzaliman yang merajalela.
Sebagaimana telah dijelaskan diatas, hukum asal muamalah adalah al-
ibaahah (boleh) selama tidak ada dalil yang mengharamkannya. Namun, bukan
berarti tidak ada aturan-aturan yang menjadi pedomannya. Jual beli online
diperbolehkan menurut agama Islam selama jual beli tersebut tidak mengandung
unsur-unsur yang dapat merusaknya, seperti riba, penipuan, kedzoliman,
kecurangan, dan yang sejenisnya. Transaksi secara online diperbolehkan dalam
Islam namun harus berdasar pada prinsip-prisip yang ada dalam perdagangan.

DAFTAR PUSTAKA
Fatriansyah, Desi Safira dan Alif Ilham Akbar. 2020. "BISNIS JUAL BELI ONLINE
DALAM PERSPEKTIF ISLAM." JURNAL HASIL KAJIAN DAN PENELITIAN
DALAM BIDANG KEISLAMAN DAN PENDIDIKAN.
http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/alyasini/article/download/
3773/2758.
Fitria, Tira Nur. 2017. "Bisnis Jual Beli Online (ONLINE SHOP) Dalam Hukum Islam
dan Hukum Negara." JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM.
http://www.jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/jei/article/download/99/87.
Wati Susiawati, M. A. 2017. "JUAL BELI DAN DALAM KONTEKS KEKINIAN."
JURNAL EKONOMI ISLAM VOLUME 8 2.
https://journal.uhamka.ac.id/index.php/jei/article/download/836/350/.

Anda mungkin juga menyukai