Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dimas Prasetyo

Kelas : XI MIPA 3
Absen : 15

RINGKASAN MATERI CERAMAH


FIQIH MUAMALAH JUAL BELI DALAM ISLAM

 Penceramah : Dr. Erwandi Tarmizi


Jual beli merupakan kegiatan tukar menukar harta dengan benda ataupun sebaliknya.
Kegiatan jual beli memiliki beberapa ketentuan, yaitu ada rukun jual beli, syarat orang jual
beli, syarat akad, dan syarat objek akad.

1.) Rukun Jual Beli


Rukun jual beli ada tiga, yaitu:
 Al-Akhib (Ada penjual dan pembeli)
 Akad
 Objek Akad (Bisa berupa barang ataupun jasa)
2.) Syarat Orang Jual Beli
Dalam kegiatan jual beli ada syarat orang jual beli, yaitu:
 Baligh
 Berakal Sehat
 Tidak Terpaksa
3.) Syarat Akad
Syarat akad dalam kegiatan jual beli adalah Adanya Ijab Kobul.

Sebelum melakukan jual beli, alangkah baiknya jika kita memperhatikan dan mengecek
barang atau benda yang ingin kita jual belikan. Ada beberapa syarat barang yang
diperjualbelikan, diantaranya;
 Halal
Barangnya harus halal, tidak najis. Dasar dari harus sucinya barang dagangan, adalah
hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim, di mana Rasulullah
‫ ﷺ‬bersabda:
‫إن هللا تعالى حرم بيع الخمر والميتة والخنزير واألصنام‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah ta'âlâ mengharamkan jual beli khamr (arak),
bangkai, babi dan patung.”
 Mempunyai manfaat/kegunaan yang baik.
 Barang harus dimiliki oleh si penjual lebih dahulu (bisa dilihat atau disediakan)
 Barang dan harga harus jelas
 Bebas dari unsur gharar, riba, dll
Dalam kegiatan jual beli (baik offline maupun online) jika seseorang menawarkan benda
atau barang yang ingin dijual namun barang tersebut tidak dimiliki oleh penawar tersebut maka
hukumnya tidak boleh, hal tersebut tidak diperbolehkan karena tidak adanya akad antara
seseorang yang menawarkan itu dengan barang yang ia tawarkan. Tetapi, jika seseorang tersebut
bekerjasama dengan produsen atau pembuat barang itu, kemudia produsen menetapkan harga
untuk seseorang tersebut dan orang itu menjualnya dengan harga yang lebih tinggi maka
hukumnya diperbolehkan karena sudah terjadi akad antara orang itu dengan produsen.

Untuk kegiatan jual beli dalam saham, jika kita membeli saham pada waktu pagi dan
pada sorenya saham tersebut terjual maka sama halnya dengan perjudian dan tidak
diperbolehkan. Bank Indonesia (BI) pun sudah menetapkan untuk masa jual saham lagi minimal
3 hari setelah beli, ini bertujuan untuk menjaga ekonomi agar tidak rusak atau hancur.

Kegiatan jual beli dalam islam tercantum dalam Q.S. Al – Baqarah ayat 275 yang berisi
Allah SWT memerintahkan seluruh manusia agar memakan harta yang didapatkan secara halal.
Karena makan, mencari, serta mendapatkan harta dengan jalan yang haram adalah jalan yang
dirintis oleh musuh bebeuyutan anak cucu Adam yaitu setan.

Selain ayat tersebut, Allah juga berfirman yang artinya, “Wahi para rasul, makanlah dari
makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal ibadah yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Q.S. Al – Mu’minun: 51

Dalam ayat tersebut Allah secara khusus memerintahkan agar para Rasul-Nya hanya
memakan makanan yang halal dan didapatkan secara halal, lalu Allah memerintahkan mereka
beramal soleh.

Perintah ini akan sangat sulit terealisasi bagi orang yang tidak mengerti fikih muamalah.
Karena ketidaktahuan akan fiqih muamalah dia tidak dapat memastikan apakah harta yang dia
dapatkan dan dia makan itu halal atau haram.

Ayat tersebut juga mengisyaratkan bahwa sangat erat hubungan antara mengkonsumsi
makanan yang halal dan amal soleh. Maka jangan diharap jasad kita akan bergairah untuk
melakukan amal-amal soleh bila jasad tumbuh dari makanan haram. Jasad yang malas beramal
soleh tidak akan merasakan kenikmatan beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Dan pada
gilirannya, keadaan ini akan mengantarkan jiwa rohaninya kepada gundah-gulana hingga sampai
titik hampa dan nespata. Ini adalah petaka yang dahsyat terhadap setiap pribadi yang merindukan
kedekatan dengan Maha Penciptanya.

 KREDIT

Kredit merupakan salah satu metode pembayaran barang atau hutang dengan cara dicicil
dalam kurun waktu tertentu sesuai kesepakatan. Biasanya barang yang dijual dengan kredit
memiliki harga lebih mahal daripada dibayar tunai. Jual beli kredit dikenal sebagai Bai’ bit
taqsith yang berarti membagi sesuatu menjadi beberapa bagian tertentu. Jual beli kredit sama saja
dengan cara hutang. Sedangkan seseorang diperbolehkan berhutang apabila :

 Saat membutuhkan (ada hajat/kebutuhan penting)


Persyaratan hutang yang pertama adalah butuh, jika seseorang tidak butuh sesuatu
maka tidak diperbolehkan untuk berhutang. Rasulullah SAW pun berlindung dari
hutang, Allah memerintahkan kepada kita "Makanlah dan minumlah dan janganlah
kalian berlebih-lebihan".

 Diperkirakan mampu membayar hutang tersebut


Orang tersebut mampu membayar hutangnya setelah terpenuhinya persyaratan di
atas barulah kita lihat mana yang halal dan mana yang haram dalam akad jual beli
kredit tersebut.

 JUAL BELI KREDIT HALAL

Jual beli kredit hala apabila:

 Langsung dilakukan transaksi dengan pemilik barang

 Dengan cara pemberian DP diawal transaksi, dan kemudian boleh dicicil apabila si
penjual menyutujuinya. Si penjual juga dapat menyelamatkan haknya dengan cara
meminta barang jaminan.
 Transaksi dengan pihak ketiga
 Pihak ketiga membeli barang dari pihak pertama kemudian menjual ke pembeli, harus
ada DP di awal transaksi jika hanya janji saja dikhawatirkan akan menjadi riba. Yang
pertama harus membuat akad terlebih dahulu, boleh lebih mahal tetapi angsuran harus
jelas, tidak ada pertambahan, jika terjadi pengurangan harga boleh bisa boleh tidak. Jika
dilakukan di awal akad maka bisa menjadi gharar, sedangkan dikatakan boleh apabila
ketika si pembeli membayar maju kemudian mendapatkan potongan diskon.

 ZAKAT ORANG YANG MEMPRODUKSI BARANG

Zakat kepada orang yang memproduksi barang kalau tidak untuk dijual tidak ada
zakatnya, kecuali pada harta yang ada zakatnya yaitu hewan ternak, pwrtanian, emas, perak.
Setelah diproduksi memang dari awal bukan bukan untuk konsumsi namun untuk dijual
tujuannya, dan sudah boleh dipasarkan dengan 2 cara, yaitu dengan niat dan dengan cara
langsung dipasarkan maka dari itu,berubahlah barang ini menjadi harta niaga.

Cara menghitung zakatnya: jika orang tersebut produsen ada bahan material yang
akan dibuat menjadi barang jadi. Ada barang jadi yang belum dan sudah terjual, yang sudah
dijual : berupa material uang digabungkan termasuk zakat yang. Untuk menghitung barang
jadi menggunakan biaya produksi material ditambah barang jasa dengan memasukkan
keuntungan. Kalau dengan harga jual brarti sudah memasukkan keuntungan nanti
dikeluarkan zakat padahal barang tersebut belum tentu laku.

Anda mungkin juga menyukai