Anda di halaman 1dari 12

Religio Education, volume I (I) (2021) x-xx

Religio Education

RE
Journal homepage: https://ejournal.upi.edu/index.php/religio/index
e-mail: religio.education_journal@upi.edu

PARADIGMA ISLAM TERHADAP JUAL BELI ONLINE UNTUK MEMBERIKAN HUKUM


TENTANG MUAMALAH

First Author* (use Garamond 12, bold, Capitalize Each Word, single,
centered)
Full institution address or place of the research, including country (single, centered,
Garamond 11) e-mail: use Garamond 11, single, centered

Second Author (use Garamond 12, bold, Capitalize Each Word, single,
centered)
Full institution address or place of the research, including country (single, centered
Garamond 11) e-mail: use Garamond 11, single, centered

*Correspondence: e-mail: religio.education_journal@upi.edu (use Garamond 11,


single, centered)

Abstracts ArticleInfo

Jual beli online merupakan transaksi yang dilakukan oleh Article History:
kedua belah pihak tanpa bertemu secara langsung untuk Received 00 Jan
melakukan negosiasi dan transaksi yang dilakukan melalui 2xxx Revised 00
alat komunikasi. Salah satu syarat terjadinya jual beli yaitu Jan 2xxx Accepted
dengan dilakukannya akad. Jual beli sendiri termasuk ke 00 Jan 2xxx
dalam kegiatan muamalah di dalam ajaran agama Islam. Available online
Masalah yang akan dibahas pada penelitian ini mengenai 00 Jan 2xxx
hukum jual beli online dalam Islam yang berkaitan dengan
muamalah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Keyword:
mengetahui bagaimana pandangan Islam terhadap jual beli Jual Beli, Jual Beli
online yang saat ini menjadi alternatif dalam berbelanja. Online, Muamalah
Manfaat yang diharapkan adalah agar bisa berpikir lebih
kritis dalam melakukan segala tindakan agar senantiasa
mematuhi hukum hukum sesuai ajaran agama Islam. Dalam
penelitian ini kami memfokuskan terhadap resiko-resiko jual
beli online, dimana resiko-resiko tersebut dapat menjadikan
faktor untuk menentukan hukum jual beli online. Adapun
metode yang digunakan pada penelitian adalah metode
kualitatif dengan teknik pengumpulan data-data yang
dilakukan secara triagulasi.

Buying and selling online is a transaction carried out by both


parties without meeting in person to carry out negotiations
and transactions carried out through communication tools.
One of the conditions for buying and selling is to buy a
contract. Buying and selling itself is included in muamalah
activities in the teachings of Islam. The problem that will be
discussed in this study is the law of buying and selling online
in Islam related to muamalah. The purpose of this study is to
find out how Islam views online buying and selling which is
currently an alternative in shopping. The expected benefit is
to be able to think more critically in carrying out all actions
in order to comply with the law in accordance with Islamic
teachings. In this study, we focus on the risks of buying and
selling online, where these risks can be a factor in
determining the law of buying and selling online. The
method used in qualitative research with data collection
techniques carried out by triagulation.

Pendahuluan

Di lingkungan masyarakat, jual beli merupakan kegiatan yang lumrah dilakukan oleh semua
orang disetiap saat. Jual beli juga merupakan kegiatan utama ekonomi manusia dan sangat dianjurkan
dalam ajaran agama Islam, bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri menyatakan bahwa 9 dari 10 pintu
rezeki adalah dari pintu perdagangan. Artinya, melalui perdagangan ini akan dibukakan pintu-pintu
rezeki agar keluarnya rahmat dari Allah SWT. Pada perkembangan teknologi digital saat ini, jual beli
sudah sangat dipermudah dengan adanya platform-platform marketplace yang menyediakan jual beli
secara online. Diantaranya seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Lazada, Blibli dsb. Namun tidak
dapat dipungkiri bahwa jual beli online saat ini belum sepenuhnya mengikuti hukum Syariat Islam.
Karena dalam syariat Islam itu sendiri jual beli itu harus mengikuti rukun-rukun jual beli seperti
adanya ijab qabul atau akad. Namun dalam jual beli online ijab qabul atau akad tersebut tidak bisa
dilakukan karena penjual dan pembeli tidak bertemu secara langsung. Hal ini berkaitan dengan
muamalah yaitu hubungan antar manusia sebagai bentuk atau bukti terjadinya transaksi dalam
perdagangan dan jual beli. Dalam hal ini, apakah proses jual beli online ini diperbolehkan dalam islam
atau tidak? Lantas bagaimana prosesnya?
PEMBAHASAN
1. Pengertian Paradigma Menurut Islam
Kata paradigma sendiri berasal dari bahasa Inggris abad pertengahan, sebuah kata yang diserap
dari bahasa Latin pada tahun 1483, yaitu paradigma yang berarti suatu model atau pola;
Paradeigma dalam bahasa Yunani (para + deiknunai) berarti "membandingkan", "di samping"
(para) dan menunjukkan (deik). Kata "paradigma" memiliki beberapa arti: pertama, itu adalah
cara memandang sesuatu. Kedua, dalam sains: model, pola, ideal. Dari model-model tersebut,
fenomena yang diamati akan dijelaskan. Ketiga, seperangkat premis teoretis dan metodologis
yang mendefinisikan atau mendefinisikan studi ilmiah tertentu. Keempat, dasar pemilihan
masalah dan model pemecahan masalah penelitian. Makna pola dalam pembahasan di sini dekat
dengan tafsir kedua, yakni model, pola, ideal, dalam hal ini model atau pola ilmu sesuai dengan
pandangan al-Qur'an. Paradigma adalah suatu bentuk mekanisme manusia untuk melihat sesuatu
yang mempengaruhi pemikiran seseorang. Paradigma intelektual adalah cara pandang orang
terhadap diri sendiri dan lingkungannya, yang mempengaruhi pemikiran (kognitif), sikap
(afektif), dan perilaku (konatif). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai,
dan praktik yang berlaku. Dari perspektif nyata dalam masyarakat umum, terutama di bidang
intelektual. Untuk melatih keterampilan berpikir, seseorang harus memiliki paradigma. Karena
paradigma merupakan bagian dari rencana disiplin intelektual. Model tersebut merupakan model
teoritis ilmiah. Fungsi model adalah menjadi dasar interaksi seseorang dengan lingkungannya.
Hal ini sejalan dengan tujuan model itu sendiri, yaitu membentuk pemikiran dengan cara
mendekati dan terlibat dengan hal-hal yang berbeda atau dengan orang lain.
Pengertian paradigma dalam terminologi paradigma Islam yang dikemukakan oleh
Kuntowijoyo, tampaknya mengadopsi pemikiran Thomas Kuhn dalam buku The Structure of
Scientific Revolutions. Hal ini dinyatakan Kunto dalam satu tulisannya bahwa yang dimaksud
dengan paradigma adalah seperti yang dipahami oleh Thomas Kuhn yang berpendapat bahwa
realitas sosial dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu, yang akan
menghasilkan mode of knowing tertentu pula. Lebih lanjut dijelaskan oleh Kunto bahwa model
seperti itu serupa dengan skema konseptual Immanuel Kant, ideologi Marx, dan cagar bahasa
Wittgenstein.”

2. Pengertian Jual Beli


Sebelum masuk ke pembahasan jual beli, ada baiknya kita pelajari dulu pengertian jual beli, agar
pembaca dapat mengerti dengan jelas apa itu jual beli, dan dapat mempelajari pengertian jual
beli tanpa ragu-ragu. Jual beli dalam pengertian fiqh disebut albai`, yang berarti menjual,
mengganti dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Menurut (Suhraverdi, 200:128) Kata beli dan jual terdiri dari dua suku kata tulisan masing-
masing “Jual dan Beli”. Kata dijual menunjukan bahwa ada tindakan jual, sedangkan beli ada
keberadaan akta pembelian.jual beli menurut Bahasa yaitu tukar menukar harta dengan cara-cara
tertentu.
Sedangkan menurut istilah yang dimaksud jual beli atau bisnis adalah:
a) Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak
milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan (Idris, 1986 :5).
b) Menurut Syekh Muhammad ibn Qâsim al-Ghazzi
Menurut syara, “pengertian jual beli yang paling tepat ialah memiliki sesuatu harta (uang)
dengan mengganti sesuatu atas dasar izin syara, sekedar memiliki manfaatnya saja yang
diperbolehkan syara untuk selamanya yang demikian itu harus dengan melalui pembayaran
yang berupa uang.” (alGhazzi, t.th:30).
c) Menurut Imam Taqiyuddin dalam kitab Kiffayatul alAkhyar
‫مقاابةل مال قابلني للترص ف ابجياب و قبول عىل الوجه امال ءذون فيه‬
“Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharruf) dengan ijab qobul, dengan
cara yang sesuai dengan syara (Taqiyuddin, t.th:329).”
d) Syeikh Zakaria al Anshari dalam kitabnya fath AlWahab
‫مقبا ةل مال مبال عىل وجه خمصوص‬
“Tukar-menukar benda lain dengan cara yang khusus (dibolehkan) (Zakariya, t.th:157).”
e) Menurut Sayyid Sabiq dalam Kitabnya Fiqh Sunnah
‫عقد يقوم عىل اساس مبادةل امالل ابمالل ليفدتبادل امللكيات عىل ادلوادالم‬
Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling atau memindahkan hak milik
dengan ada penggantinya dengan cara yang diperbolehkan (Sabiq, t.th:126).
f) Ada sebagian ulama memberikan pemaknaan tentang jual beli (bisnis), diantaranya; ulamak
Hanafiyah “ Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta (benda) berdasarkan cara khusus
(yang di bolehkan) syara’ yang disepakati”. Menurut Imam nawawi dalam al-majmu’
mengatakan “Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan”. Menukar
barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik atas
dasar saling merelakan (Suhendi, 2007: 69-70).
Jual beli (bisnis) di masyarakat merupakan kegiatan rutin yang dilakukan kapan saja, dimana
saja oleh manusia. Namun, tidak ada catatan pasti tentang memulai kegiatan bisnis secara
formal. Tren yang jelas di masyarakat adalah bahwa jual beli telah berpindah dari model
tradisional ke model modern. Dahulu orang melakukan kegiatan perdagangan berupa tukar
menukar barang dengan barang lain. Misalnya beras ditukar dengan jagung, atau dengan garam,
bawang merah dan sejenisnya. Di daerah suku terpencil atau pedalaman, praktik komersial
seperti ini masih berlaku.
Namun jual beli itu sah menurut syariat atau hukum Islam, tidak semua muslim melakukannya.
Bahkan ada masyarakat yang sama sekali tidak mengetahui ketentuan-ketentuan yang diatur
dalam syariat Islam tentang jual beli. Dalam Al-Qur'an dan Hadits yang merupakan sumber
hukum Islam, banyak memberikan contoh atau mengadaptasi praktik bisnis yang baik dengan
Islam. Tidak hanya bagi penjual tetapi juga bagi pembeli. Dewasa ini semakin banyak penjual
yang mengutamakan keuntungan pribadi tanpa berpedoman pada ketentuan syariat Islam.
Mereka hanya mencari keuntungan duniawi tanpa mengharapkan berokah kerja dari apa yang
telah mereka lakukan. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pasti saling mendukung dan
membutuhkan orang lain, selalu membantu dengan berbagai macam kebutuhan, salah satunya
adalah bisnis atau pembelian. Jual beli adalah interaksi sosial antara orang-orang berdasarkan
pilar dan kondisi yang ditentukan. Jual beli diartikan sebagai “albai`, al-Tijarah dan al-
Mubdalam”. Pada hakikatnya jual beli adalah suatu kesepakatan untuk menukarkan barang dan
benda untuk kepentingan penggunanya, kedua belah pihak telah mencapai kesepakatan atas
transaksi yang telah dilakukan.
Dasar hukum jual beli adalah al-Qur’an dan alhadits, sebagaimana disebutkan dalam surat al-
Baqarah ayat 275:
‫وا َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم‬ ۘ ‫الرِّب‬
ٰ ‫ك بِاَنَّهُ ْم قَالُ ْٓوا اِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل‬ ۗ ‫اَلَّ ِذ ْينَ يَْأ ُكلُوْ نَ ال ِّر ٰبوا اَل يَقُوْ ُموْ نَ اِاَّل َكما يَقُوْ ُم الَّ ِذيْ يَتَ َخبَّطُهُ ال َّشي ْٰطنُ ِمنَ ْالم‬
َ ِ‫سِّ ٰذل‬ َ َ
ۤ ‫هّٰللا‬ ۗ َ‫وا فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه َموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّرب ِّٖه فَا ْنتَ ٰهى فَلَهٗ َما َسل‬
ٰ ُ ‫فَ َواَ ْمر ٗ ُٓه اِلَى ِ ۗ َو َم ْن عَا َد فَا‬ ۗ ‫الرِّب‬
َ‫ار ۚ هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدوْ ن‬
ِ َّ‫ك اَصْ ٰحبُ الن‬ َ ‫ول ِٕى‬ ٰ
Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang
yang telah sampai kepadanya larangan Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya” (Q.S.Al.Baqarah: 275)
Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah telah menghalalkan jual beli hamba-
hamba-Nya dengan benar dan mengharamkan jual beli yang mengandung riba.
Allah dengan tegas melarang umat Islam untuk saling memakan harta dengan cara yang curang,
seperti pencurian, penyuapan, penipuan, pemerasan dan cara-cara lain yang saling
menguntungkan tanpa izin Allah.
Jual beli menurut Imam Asy Syatibi hukum jual beli bisa bersifat wajib dan bisa menjadi haram
seperti saat ada ihtikar yaitu menimbun barang sehingga stok dan harga meroket. Jika praktek
seperti ini terjadi, pemerintah dapat memaksa pedagang untuk menjual barangnya dengan harga
pasar dan pedagang harus mematuhi peraturan pemerintah untuk menentukan harga pasar dan
pedagang juga dapat dikenakan sertifikasi, karena tindakan tersebut dapat merusak atau
mengganggu ekonomi kerakyatan.
Selain itu ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam rukun jual beli yaitu:
1) Ada penjual dan pembeli yang dimana keduanya harus berakal sehat, dewasa atau baligh,
dan melakukannya atas dasar kemauan sendiri.
2) Ada barang atau jasa yang diperjual belikan dan ada barang penukar seperti uang, emas,
perak, barang atau jasa.
3) Adanya ijab qabul atau akad.
Ijab qabul atau akad adalah suatu proses transaksi secara langsung dengan
menggunakan kata dan kalimat sebagai ucapan sah/tidaknya jual beli. Adapun syarat ijab
qabul, yaitu:
a. Tidak memiliki tenggang waktu yang memisahkan antara ucapan penjual dan
pembeli.
b. Tidak diselingi dengan kata-kata lain antara penjual dan pembeli
Adapun hal-hal yang dilarang dalam jual beli adalah:
1) Mengkreditkan barang dengan bunga.
2) Menjual atau membeli barang haram.
3) Menimbun barang yang dijual agar harga naik karena dibutuhkan masyarakat.
4) Menjual atau membeli barang dengan cara menipu

3. Pengertian Jual Beli Online


Jual beli online merupakan proses terjadinya tukar menukar suatu benda atau barang dan jasa
melalui media elektronik, khususnya melalui internet atau secara online. Salah satu contohnya
adalah terdapat banyak aplikasi yang dapat digunakan untuk akses jual beli online, diantaranya
adalah Bukalapak, Lazada, Shopee, Tokopedia, dan sebagainya. Jual beli online adalah jual beli
yang terjadi di media elektronik, yang mana pada saat transaksi tidak diharuskan bertemu secara
langsung atau bertatap muka. Dalam kegiatan jual beli ini transaksi dilakukan dengan
pembayaran terlebih dahulu lalu barang diserahkan atau dikirim kepada pembeli. Namun selain
itu dalam jual beli online terdapat transaksi yang mengirim barang terlebih dahulu lalu
melakukan pembayaran di tempat atau sering disebut dengan COD (Cash On Delivery).
Transaksi secara online sangat mudah dilakukan, namun ternyata turut pula menimbulkan
berbagai masalah yang terjadi. Permasalahan yang akan muncul dalam jual beli online ini yaitu
potensi penipuan yang sangat tinggi dimana ketika konsumen telah membayar produk yang
dibelinya namun barangnya tidak dikirim atau penjual tidak amanah. Dan ada juga potensi dari
konsumen yang tidak mau melakukan pembayaran ketika barang sudah dikirim oleh pelaku
penjual. Berbagai praktik kecurangan banyak terjadi dalam jual beli online ini, karena tidak
semua penjual dan konsumen dapat berlaku jujur dan terbuka. Dalam Islam, praktik jual beli
online tersebut banyak mengandung gharar, penipuan, atau ketidakpastian barang.
Kelebihan jual beli online adalah:
1) Dapat mempermudah transaksi jual beli
2) Tidak membutuhkan waktu lama
3) Dapat menghemat biaya
Kekurangan jual beli online adalah:
1) Jual beli online ini memberikan peluang untuk melakukan penipuan sehingga dapat
merugikan orang lain.
2) Tidak bisa memilih dan melihat produk secara langsung sehingga tidak dapat
mengetahui kualitas produk aslinya.
3) Tidak dapat melakukan negosiasi
4) Pengiriman mahal
Menurut Dzazuli (2016,10) dasar-dasar yang digunakan untuk menentukan hukum jual beli
secara online adalah: “hukum asal dalam muamalah adalah boleh sepanjang tidak ada dalil
yang mengharamkannya”. Sehubungan dengan tidak adanya dalil yang mengharamkan jual beli
online maka diperbolehkan.
4. Hukum Muamalah
Muamalah menurut syariat islam adalah suatu kegiatan yang mengatur hal-hal yang
berhubungan dengan sesama manusia. Muamalah adalah pertukaran barang, layanan atau
sesuatu yang menawarkan manfaat dengan cara yang ditentukan. Muamalah didalamnya tidak
hanya tentang jual beli saja, namun termasuk pada hutang piutang, pemberian upah, serikat
usaha, patungan dan lain-lain. Terdapat beberapa ayat dalam al quran yang menjadi dasar
hukum jual beli. Salah satunya terdapat pada Q.S Al-Baqarah ayat 275. Yang isinya “….padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. Berdasarkan kutipan dari ayat
tersebut dapat dipahami bahwa Allah SWT telah menghalalkan jual beli kepada hambanya dan
melarang jual beli yang mengandung unsur riba.
Berdasarkan Q.S An-Nisa ayat 29, yang berbunyi : ”Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka diantara kamu, dan janganlah kamu membunuh
dirimu sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. Dalam ayat tersebut
menjelaskan bahwa Allah mengharamkan kepada umat islam untuk memakan harta sesama
dengan jalan yang bathil, seperti dengan cara korupsi, menipu, mencuri, merampok, memeras,
dan dengan jalan yang tidak dibenarkan oleh Allah SWT, kecuali dengan cara perdagangan atau
perniagaan yang didasari atas dasar suka sama suka dan saling menguntungkan. Nabi
Muhammad SAW bersabda dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bazzar yang berarti :
Dari Rif‟ah Ibn Rafi sesungguhnya Rasulullah pernahditanya“usahaapa yang paling baik?
Rasulullah SAW menjawab “Usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli
yang mabrur (jujur)”. (H.R. Al-Al-Bazzar dan disahihkan oleh al- Hakim) (al-Shan’ani, t.th: 4).”
Dalam Hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi, Rasulullah SAW
bersabda yang artinya: Dari Hurairah RA. Rasulullah SAW mencegah dari jual beli melempar
kerikil dan jual beli gharar (H.R. Muslim) (Muslim, t.th : 156-157).”
Dalam fiqih muamalah, jual beli adalah akad mu’awadhah (timbal balik) atas selain manfaat dan
bukan pula untuk menikmati kesenangan. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam jual
beli online yang benar dan halal menurut syariat islam, antara lain adalah :
1. Produk bersifat halal
Sebagaimana ditegaskan dalam hadist, islam mengharamkan jual beli barang atau jasa yang
haram. Hadist tersebut berbunyi “sesungguhnya bila Allah telah mengharamkan atas suatu
kaum untuk memkan sesuatu, pasti ia mengharamkan pula hasil penjualannya.” (HR
Ahmad, dan lainnya).
2. Produk yang dijual memiliki manfaat.
Selain halal produk yang jual juga harus memiliki manfaat. Seorang penjual harus menjual
produknya yang memang benar-benar bermanfaat tidak hanya menjual produk semata
melainkan produk tersebut dapat berguna untuk pembeli. Seperti yang terdapat dalam firman
Allah SWT dalam Q.S Al-Isra ayat 27 yang berbunyi “Sesungguhnya pemboros-pemboros
itu adalah saudara-saudara syaitan, dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada
Tuhannya.”
3. Produk yang dijual dapat diserahkan
Produk yang dijual merupakan milik si penjual itu sendiri atau setidaknya memiliki hak
kuasa atas produk tersebut.
4. Kejelasan status penjual
Informasi dan identitas penjual harus jelas tertulis di website atau platform manapun yang
berhubungan dengan marketplace. Dengan mencantumkan nomor kontak, alamat yang jelas,
atau informasi pribadi lainnya yang akan sangat berguna bagi pembeli.
5. Kesesuaian kualitas barang dengan harga
Dalam jual beli online seringkali pembeli merasa kecewa dengan barang yang dibeli melaui
market place, baik dalam kualitas barang maupun ukuran barang yang tidak sesuai. Untuk
menghindari hal itu, pembeli dapat meminta foto yang asli dari barang yang akan dijual, dan
juga dapat melihat penilaian toko tersebut.
6. Kejujuran
Dalam hal jual beli kejujuran adalah sesuatu yang paling utama. Baik jual beli secara online
maupun offline. Walaupun jual beli online banyak keunggulannya tidak dapat dipungkiri
bahwa belanja online pun terdapat masalah, salah satunya adalah masalah mengenai
kejujuran. Baik dari penjual maupun pembeli. Di dalam jual beli online, baik penjual
maupun pembeli diharapkan waspada dan lebih berhati-hati dalam melakukan transaksi
secara online.
Jika jual beli online tidak sesuai dengan syarat dan ketentuan yang telah dijelaskan diatas,
maka hukumnya adalah haram atau tidak diperbolehkan. Jual beli online sama seperti jual
beli pada umumnya. Ada yang halal dan ada pula yang haram, ada yang legal ada pula yang
ilegal. Adapun jual beli online dikatakan haram jika dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu :
1. Prosedurnya haram, seperti money gambling (judi online)
2. Objek transaksi barang atau jasa yang diharamkan antara lain seperti narkoba, video
porno, prostitusi online, pelanggaran hak cipta, dan situs-situs online yang menjurus pada
perzinahan.
3. Mengandung unsur penipuan, dan yang membawa ke dalam kemudharatan.
Dalam Al-Qur’an surah Al-Muthaffifin ayat 1-3 menyebutkan bahwa: “1. Kecelakaan besarlah
bagi orang-orang yang curang (dalam berbisnis), 2. (yaitu) orang-orang yang menerima takaran
dari orang lain mereka minta dipenuhi, 3. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk
orang lain, merreka mengurangi”.

5. Jual Beli Online Menurut Hukum Negara (Undang-undang)


Negara Indonesia merupakan negara hukum yang dimana suatu perkara langsung berlandaskan
dengan undang-undang yang mengaturnya. Seperti pada jual beli yang diatur dalam Undang-
undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Namun jual beli online tidak termasuk dalam
peraturan Undang-undang tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa semua pelaku usaha belum
tentu bersikap dengan jujur, banyak kasus penipuan transaksi online yang terjadi di Indonesia.
Undang-undang yang dapat digunakan di Indonesia saat ini dalam hal kasus penipuan diatur
dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), isinya
bertujuan untuk menciptakan sistem perlindungan konsumen, keterbukaan informasi dan akses
untuk mendapatkan informasi, namun didalamnya pun tidak secara khusus mengatur tentang
transaksi online. Dalam transaksi jual beli online seringkali banyak konsumen yang mengeluh
karena melihat kenyataan produknya tidak sesuai atau tidak sama persis dengan apa yang
ditawarkan, dengan begitu untuk melindungi kepentingan konsumen, pada Pasal 28 ayat 1
Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang ITE menjelaskan bahwa setiap orang dengan
sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan
kerugian konsumen dalam transaksi elektronik.

HASIL PENELITIAN
Menurut hasil penelitian yang telah kami lakukan melalui survey data yang diajukan kepada
mahasiswa UPI, 100% mahasiswa mengetahui ada jual beli online, 100% mahasiswa yang
mengisi survey mempunyai aplikasi marketplace, 80% mahasiswa memiliki usaha online, 100%
mahasiswa berpendapat bahwasannya jual beli online terdapat kegiatan muamalah. Beberapa
mahasiswa berpendapat bahwa jual beli online diperbolehkan dalam islam dengan syarat selama
tidak ada yang dirugikan transaksi berjalan dengan sesuai prosedur islam, dan adanya
kesepakatan antara penjual dan pembeli.
Menurut mahasiswa yang mengisi Google Form jual beli online memiliki kekurangan dan
kelebihan.
Adapun kelebihannya:
1. Dapat berbelanja dimana saja tanpa harus mengeluarkan effort lebih.
2. Harga lebih terjangkau dari kalangan kelas menengah kebawah
3. Mempermudah belanja dan transaksi
4. Waktunya efisien
5. Jarak tidak menjadi kendala dalam berbelanja
6. Bisa menjangkau banyak konsumen
Adapun kekurangannya yaitu:
1. Barang tidak sesuai dengan foto yang diiklankan
2. Membutuhkan waktu yang lama untuk menerima barang
3. Rentan terjadinya penipuan

Conclusion

Jual beli adalah sebuah transaksi atau tukar menukar barang dengan cara tertentu dan dilakukan
sesuai ajaran islam. Dalam jual beli harus ada penjual dan pembeli yang sudah memahami
tatacara muamalah. Seiring dengan perkembangan tekhnologi, jual beli sudah merambat ke
media elektronik dengan adanya marketplace. Seperti shopee, toko pedia, Lazada, bahkan tiktok
dan instagrampun sudah memiliki fitur belanja online. Jual beli online tidak terlepas dari
keuntungan dan kerugian, disisi lain juga dapat memberi kemudahan. Namun, kemudahan dan
kerugian itu jika tidak diiringi dengan etika, budaya, dan hukum yang tegas maka akan mudah
terjebak tipu daya muslihat, saling mendzolimi dan berbuat curang dari sinilah hukum islam
bertujuan untuk melindungi umat msnusia dengan aturan-aturan hukum jual beli yang sesuai
dengan ketentuan syariat agar tidak terjebak dengan keserakahan dan kedzaliman yang
merajalela.
Sebagaimana telah dijelaskan diatas, hukum asal muamalah adalah al-ibaahah (boleh) selama
tidak ada dalil yang mengharamkannya. Namun, bukan berarti tidak ada aturan-aturan yang
menjadi pedomannya. Jual beli online diperbolehkan menurut agama Islam selama jual beli
tersebut tidak mengandung unsur-unsur yang dapat merusaknya, seperti riba, penipuan,
kedzoliman, kecurangan, dan yang sejenisnya. Transaksi secara online diperbolehkan dalam
Islam namun harus berdasar pada prinsip-prisip yang ada dalam perdagangan.

References (Book & Journal)

Bakri, Maskuri. 2013. "PARADIGMA ISLAM TENTANG PENGEMBANGAN


PENDIDIKAN ISLAM." Repository.
Dr. Muhammad Zainal Abidin, M.AG. 2016. Paradigma Islam Dalam Pembangunan Ilmu
Integralistik. Banjarmasin: IAIN Antasari Press.
Fatriansyah, Desi Safira dan Alif Ilham Akbar. 2020. "BISNIS JUAL BELI ONLINE DALAM
PERSPEKTIF ISLAM." JURNAL HASIL KAJIAN DAN PENELITIAN DALAM
BIDANG KEISLAMAN DAN PENDIDIKAN.
http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/alyasini/article/download/3773/2758.
Fitria, Tira Nur. 2017. "Bisnis Jual Beli Online (ONLINE SHOP) Dalam Hukum Islam dan
Hukum Negara." JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM.
http://www.jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/jei/article/download/99/87.
Khotimah, Khusnul. 2014. "PARADIGMA DAN KONSEP ILMU PENGETAHUAN DALAM
AL QURAN." https://media.neliti.com/media/publications/62207-ID-paradigma-dan-
konsep-ilmu-pengetahuan-da.pdf Hal 3.
Kuntowijoyo. 2018. Paradigma Islam. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Shobirin. 2014. "Jual Beli Dalam Pandangan Islam." Jurnal Bisnis dan Ekonomi Islam 4.
Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi. Jakarta: Suatu Pengantar (Agustiwi, 2018).
Wati Susiawati, M. A. 2017. "JUAL BELI DAN DALAM KONTEKS KEKINIAN." JURNAL
EKONOMI ISLAM VOLUME 8 2.
https://journal.uhamka.ac.id/index.php/jei/article/download/836/350/.
Agustiwi, S. A. (2018). PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM
TRANSAKSI JUAL BELI SECARA ELEKTRONIK DI INDONESIA. Jurnal Ilmu Hukum
UNIFIKASI. Retrieved from
https://www.journal.uniku.ac.id/index.php/unifikasi/article/view/409
Herwiyanti, R. D. (2018). Transaksi Jual Beli Online dalam Perspektif Syariah Madzhab Asy-
Syafi’i. Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Akuntansi (JEBA). Retrieved from
http://jp.feb.unsoed.ac.id/index.php/jeba/article/viewFile/1108/1256

Anda mungkin juga menyukai