FIQIH MUAMALAH
Dosen Pengampu : Bapak Drs. H. Agus Salim M. Pd.
Oleh :
MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang berkodrat hidup dalam bermasyarakat.
Sebagai makhluk sosial dalam hidupnya manusia memerlukan manusia-manusia lain
yang bersama-sama hidup bermasyarakat, manusia selalu berhubungan satu sama lain,
disadari atau tidak, untuk mencukupkan kebutuhan-kebutuhan hidup. Untuk itu perlu kita
ketahui juga bahwasanya dalam islam segala hal yang berkaitan dengan manusia
semuanya sudah diatur secara jelas. Aturan tersebut salah satunya yakni terdapat dalam
kajian tentang fiqh muamalah yang mana didalamnya mencakup seluruh aturan sisi
kehidupan individu dan masyarakat, baik perekonomian, sosial kemasyarakatan, politik
bernegara, serta lainnya.
Belakangan ini, pengertian muamalah dalam islam memiliki pergeseran dari
definisi yang lebih luas menjadi definisi muamalah yang lebih khusus. Sehingga saat ini
macam-macam muamalah dalam islam lebih dikenal sebagai kegiatan atau usaha yang
dilakukan dalam rangka mencari dan mengelola harta. Meskipun, ruang lingkup macam-
macam muamalah secara umum sebenarnya mencakup segala aspek kehidupan manusia,
mulai dari aktivitas sosial, ekonomi, bahkan politik.
Salah satu faktor penyebab pergeseran definisi ini adalah maraknya
perkembangan ekonomi syariah, dan semakin meningkatnya keinginan masyarakat untuk
mulai melakukan pengelolaan harta yang sesuai dengan ketentuan syariat. Yaitu,
transaksi yang terhindar dari maysir, gharar, haram, macam-macam riba dalam islam, dan
bathil. Dengan demikian, masyarakat dapat lebih berhati hati dalam melakukan setiap
transaksi keuangan mereka.
Agama Islam mengatur setiap segi kehidupan umatnya. Mengatur hubungan
seorang hamba dengan tuhannya yang biasa disebut dengan muamalah ma’allah dan
mengatur pula hubungan dengan sesamanya yang biasa disebut dengan muamalah
ma’annas. Nah hubungan dengan sesama inilah yang melahirkan suatu cabang ilmu
dalam Islam yang dikenal dengan Fiqih muamalah. Aspek kajiannya adalah sesuatu yang
berhubungan dengan muamalah atau hubungan antara umat satu dengan umat yang
lainnya. Mulai dari jual beli, sewa menyewa, hutang piutang dan lain-lain.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari, setiap muslim pasti melaksanakan
suatu transaksi yang biasa disebut dengan jual beli. Penjual menjual barangnya dan
pembeli membelinya dengan menukarkan barang itu dengan sejumlah uang yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak. Jika zaman dahulu transaksi ini dilakukan secara
langsung dengan bertemunya kedua belah pihak, maka pada zaman sekarang jual beli
sudah tidak terbatas pada satu ruang saja. Dengan kemajuan teknologi, dan maraknya
penggunaan internet, kedua belah pihak dapat bertransaksi dengan lancar.
B. Rumusan Masalah
Berdasaran uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang ditetapkan oleh
penulis adalah sebagai berikut :
a. Apa pengertian dan pembagian dari fiqih muamalah?
b. Apa pengertian, hukum, dalil, dan rukun jual beli menurut 4 madzhab?
c. Apa pengertian dari ihwal khiyar
C. Tujuan
Berdasarkan dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a. Mengetahui pengertian dan pembagian dari fiqih muamalah
b. Mengetahui pengertian, hukum, dalil, dan rukun dari jual beli menurut 4 madzhab
c. Mengetahui pengertian dari ihwal khiyar
BAB II
PEMBAHASAN
Penetapan pembagian fiqh mu’amalah yang dikemukakan ulama fiqh sangat berkaitan
dengan definisi fiqh mu’amalah yang mereka buat yaitu dalam arti luas dan arti sempit.
Menurut Ibn Abidin, fiqih muamalah dalam arti luas dibagi menjadi lima bagian :
a. Al Muamalah Al Madiyah
Al-Muamalah Al-Madiyah adalah muamalah yang mengakaji segi objeknya, yakni
benda. Sebagian ulama berpendapat bahwa Al-Muamalah Al-Madiyah bersifat
kebendaan, yakni benda yang halal, haram, dan syubhat untuk dimiliki, diperjual
belikan, atau diusahakan, benda yang menimbulkan kemadharatan dan mendatangkan
kemaslahatan bagi manusia, dll. Semua aktivitas yang berkaitan dengan benda,
seperti al- bai’ (jual beli) tidak hanya ditujukan untuk memperoleh keuntungan
semata, tetapi jauh lebih dari itu, yakni untuk memperoloh ridha Allah SWT. Jadi kita
harus menuruti tata cara jual beli yang telah ditentukan oleh syara’.
b. Al Muamalah Al Adabiyah
Al-Muamalah Al-Adabiyah adalah muamalah ditinjau dari segi cara tukar-menukar
benda, yang sumbernya dari pancaindra manusia, sedangkan unsur-unsur penegaknya
adalah hak dan kewajiban, seperti jujur, hasut, iri, dendam, dll. Al-Muamalah Al-
Adabiyah adalah aturan-aturan Allah yang ditinjau dari segi subjeknya (pelakunya)
yang berkisar pada keridhaan kedua pihak yang melangsungkan akad, ijab kabul,
dusta, dll.
Sedangkan jual beli barang terbagi menjadi beberapa macam. Ditinjau dari beberapa
aspek yaitu :
Setelah memahami pengertian secara umum rukun jual beli diatas. Selanjutnya kita ulas
bagaimana penjelasan rukun jual beli menurut ulama fiqih.
SIGHAT
1. Madzhab Hanafi
Rukun jual beli hanya satu yaitu ijab qabul yang menunjukkan terjadinya pertukaran
kepemilikan antara penjual dan pembeli, baik ijab qabul tersebut secara lisan maupun
perbuatan. Sebagian ulama juga ada yang mengatakan ada dua yaitu ijabb qabul dan
serah terima antara barang yang diperjualbelikan dan harga yang harus dibayarkan.
Sighat dalam jual beli adalah segala sesuatu yang menunjukkan kesukarelaan kedua
belah pihak yang bertransaksi. Terbagi menjadi dua yaitu ucapan dan segala yang
mewakilinya baik tulisan maupun utusan, dan serah terima tanpa ucapan sekalipun.
2. Madzhab Syafii
Jual beli hanya sah dengan adanya sighat (redaksi, pernyataan) berupa kata kata,
tulisan atau utusan, atau isyarat bagi orang bisu. Sedangkan serah terima tanpa
disertai ucapan ijab qabul menjadikan jual beli menjadi tidak sah. Yang dimaksud
dengan ucapan ialah kata kata yang menunjukkan pemilikan dan pemindahan
kepemilikan seperti “saya jual” atau “saya beli barang ini”. Kata kata seperti ini yang
diucapkan oleh penjual yaitu ijab dan yang diucapkan oleh pembeli adalah qabul.
3. Madzhab Maliki
Jual beli sah dengan setiap ucapan yang menunjukkan kesukarelaan. Jika kata kata
yang digunakan dalam ijab qabul adalah kata kata yang pasti maka jual beli harus jadi
dan tidak boleh dibatalkan sekalipun dengan sumpah bahwa maksudnya tidak akan
menjual atau membeli.
4. Madzhab Hambali
Setiap redaksi ijab qabul yang menunjukkan makna jual beli sah digunakan. Tidak
hanya redaksi tertentu. Qabul boleh mendahului ijab namun dengan syarat kalimat
tersebut harus berupa kalimat perintah seperti “juallah kepada saya dengan harga
sekian”. Maka jual beli tersebut sah dilakukan. Penjual dan pembeli sama sama
berhak untuk membatalkan transaksi selama keduanya masih dalam tempat yang
sama dan belum berpisah meskipun akad yang telah selesai dilakukan. Inilah yang
disebut dengan khiyar majlis
5. Xx
a. Ijab harus berkesesuaian dengan Kabul dalam ukuran, mata uang, ssspesifikasi
barang, dan tenggat waktu
b. Ijab dan qabul ditempat yang sama
c. Ijab dann qabul tidak dipisahkan oleh suatu jeda yang menunjukkan penolakan.
d. Masing masing penjual dan pembeli dapat mendengar ijab dan qabul
AQID
Aqid (pelaku transaksi) baik penjual maupun pembeli harus memenuhi beberapa syarat:
1. Mumayyiz (sudah berusia tamyiz sekitar 7-10 thn). Jual beli tidak sah apabila
dilakukan anak kecil yang belum tamyiz dan ataupun orang gila.
Menurut madzhab hambali, jual beli yang sepele oleh anak kecil sah sekalipun ia
belum tayiz dan tanpa seizing walinya. Sedangkan jual beli barang berharga oleh
anak yang belum tamyiz sekalipun dengan izin wali atau orang tuanya tetaplah tidak
sah.
Menurut madzhab syafii, tidak sah jual beli oleh empat orang yaitu anak kecil
(sekalipun sudah tamyiz), orang tidak waras, budak (meskipun mukallaf), orang buta.
Transaksi jual beli mereka batal atau gugur
2. Rasyid (cakap mengelola keuangan)
Jual beli tidak sah dilakukan anak kecil sekalipun ia telah tamyiz atau orang gila atau
orang idiot atau orang dungu kecuali jika wali dari anak yang telah tamyiz tersebut
mengizinkan.
3. Atas keinginan sendiri.
Jual beli karena dipaksa tidak sah karena Allah SWT berfirman dalam QS An Nisa
ayat 29 “janganlah kamu mengambil atau memakan harta saudaramu dengan cara
yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka
diantara kamu”
Nabi pernah bersabda yaitu “ jual beli hanya atas saling suka”
Dengan adanya sabda tersebut, para tokoh ulama fiqih berbeda pendapat yaitu :
1. Madzhab hambali. Syarat jual beli adalah kedua belah pihak bertransaksi atas
kemauannya sendiri secara lahir dan batin.
2. Madzhab hanafi. Setiap akad yang dipaksakan kepada seseorang hukumnya adalah
sah karena kaidah para ulama madzhab hanafi adalah “setiap orang yang dipaksa
berucap, maka ucapannya adalah sah”
3. Madzhab maliki. Pemaksaan yang membatalkan jual beli ialah pemaksaan tanpa
landasan yang benar. Hal ini terbagi menjadi dua yaitu :
i. Semata mata pemaksaan agar menjual
ii. Pemaksaan agar menjual dengan harga tertentu.
4. Madzhab syafii
Jual beli paksa sama sekali tidak berlaku kecuali jika yang dipaksa berniat sahnya
transaksi saat dipaksa. Sehingga dalam kondisi ini ia tidak sedang dipaksa.
Pemaksaan dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu pemaksaan tanpa landasan yang
benar dan pemaksaan dengan landasan yang benar
MA’QUD ALAIH
Berarti objek transaksi, yaitu harga yang dibayarkan dan barang yang diperjualbelikan.
Ada beberapa syarat bagi ma’qud alaih yaitu :
Menurut madzhab syafii. Transaksi jual beli yang sah dengan 22 syarat. 13 syarat bagi
sighat (redaksi ijab qabul), 4 syarat bagi pelaku transaksi (aqid), dan 5 syarat bagi objek
transaksi (ma’qud alaih).
Menurut madzhab hanafi. Syarat jual beli dibagi menjadi 4 bagian yaitu :
1. Syarat berlakunya (in’iqad). Jual beli hanya berlaku apabila syarat ini dipenuhi
a. Terkait dengan pelaku transaksinya
i. Harus akil. Maka jual beli yang dilakukan oleh orang yang tidak waras
tidak berlaku.
ii. Harus tamyiz
iii. Transaksi terdiri dari lebih dari 1 orang.
b. Terkait dengan akad
Ijab harus berkesesuaian dengan Kabul yaitu pembeli menerima setiap apa yang
diwajibkan oleh penjual
c. Terkait dengan barang yang diperjualbelikan
i. Harus ada
ii. Harus dimiliki oleh seseorang
iii. Harus milik penjual apabila ia ingin menjualnya sendiri atau milik orang
yang mewakilkan kepada penjual
iv. Harus berharga menurut syariat
v. Penjual mampu menyerahkannya kepada pembeli disaat transaksi atau
tidak lama setelah itu
d. Terkait dengan mendengar sighat
Masing masing penjual dan pembeli harus saling mendengar ucapan satu sama
lain.
e. Terkait dengan tempat
Ijab dan qabul harus diadakan di satu tempat yang sama, kalau tidak sama maka
jual beli tidak sah. Yang dimaksud dengan tempat adalah lokasi dimana transaksi
berlangsung. Sekalipun keduanya dalam keadaan jalan kaki atau berkendara.
2. Syarat terlaksananya (nafadz). Jual beli hanya terlaksana apabila syarat ini terpenuhi
a. Barang yang diperjualbelikan adalah milik dari si penjual atau dikuasakan
kepadanya
b. Brang yang diperjualbelikan tidak mengandung hak orang lain selain si penjual
3. Syarat sahnya (shihhah) yang tanpanya jual beli tidak sah
a. Syarat umum
i. Semua syarat berlakunya jual beli (in’iqad) yang telah disebutkan diatas
ii. Transaksi jual beli tidak untuk suatu jangka waktu tertentu
iii. Barang yang diperjualbelikan dan harga yang dibayarkan harus diketahui
sedemikian jelas sehingga melenyapkan perselisihan
iv. Harus mengandung manfaat lebih
v. Harus steril dari syarat yang cacat hukum
b. Syarat khusus
i. Serah terima langsung saat transaksi sebelum berpisah
ii. Khusus dalam jual beli murabahah, tauliyah, dan wadhiah harga modal
harus diketahui oleh pembeli.
4. Syarat mengikatnya (luzum). Hanya dengan syarat ini jual beli bersifat mengikat.
Jual beli ialah tidak adanya syarat khiyar, Karena jual beli dengan syarat khiyar tidak
bersifat mengikat
Menurut madzhab hambali. Syarat jual beli ada banyak, ada yang berkaitan dengan
sighat, berkaitan dengan aqid, dan berkaitan dengan ma’qud alaih
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Fiqih Muamalah adalah
fiqih yang membahas tentang bagaimana hubungan antar manusia dengan manusia dalam
sebuah hubungan masyarakat, yang mana aturan-aturan tersebut ada sebagai suatu
petunjuk kepada manusia agar sesuai syariat agama.
Adapun mengenai kaidah dasar dan hukum fiqih muamalah adalah sebagai berikut:
a. Hukum asal dalam muamalat adalah mubah
b. Konsentrasi Fiqih Muamalah untuk mewujudkan kemaslahatan
c. Meninggalkan intervensi yang dilarang
d. Menghindari eksploitasi
e. Memberikan toleransi dan tanpa unsur paksaan
f. Tabligh, amanah, siddhiq, dan fathonah sesuai sifat Rasulullah