PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk itu perlu kita ketahui juga bahwasanya dalam islam segala hal yang
berkaitan dengan manusia semuanya sudah diatur secara jelas. Aturan tersebut
salah satunya yakni terdapat dalam kajian tentang fiqh muamalah yang mana
didalamnya mencakup seluruh aturan sisi kehidupan individu dan masyarakat,
baik perekonomian, sosial kemasyarakatan, politik bernegara, serta lainnya.
Para ulama mujtahid dari kalangan para sahabat, tabi’in, dan yang setelah
mereka tidak henti-hentinya mempelajari semua fenomena dan permasalahan
manusia atas dasar ushul syariat dan kaidah-kaidahnya. Yang bertujuan untuk
menjelaskan dan menjawab hukum-hukum permasalahan tersebut supaya dapat
dimanfaatkan pada masa-masanya dan setelahnya.
1.3 Tujuan
1
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Ruang Lingkup Fiqih Muamalah.
4. Untuk Mengetahui Hubungan Fiqih Muamalah.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
bersifat dharuri, seperti sholat lima waktu wajib, zina haram, dan masalah-
masalah qath’i lainnya tidak termasuk fiqih.
Hal itu menunjukan bahwa fikih bersifat Ijtihadi atau zhanni. Pada
perkembangan selanjutnya, istilah fiqih sering dirangkaikan dengan kata
Al-Islami sehingga terangkai Al-Fiqh Al-Islami, yang sering diterjemahkan
dengan hukum Islam yang memiliki cakupan sangat luas. Pada
perkembangan selanjutnya, ulama fiqih membagi fiqih menjadi beberapa
bidang, salah satunya adlah fiqih muamalah.
2. Muamalah
Menurut etimologi, kata muamalah adalh bentuk masdar dari kata
‘amala wajarnya adalah Fa’ala, yufa’ilu, Mufa’latan yang artinya
saling bertindak, saling berbuat dan saling beramal.
3. Fiqih Muamalah
Pengertian fiqih muamalah menurut terminologi dapat dibagi menjadi 2,
yaitu:
a. Pengertian Muamalah dalam arti luas
Diantara definisi yang dikemukakan oleh para ulama tentang
definisi fiqih muamalah adalah:
1. Menurut Ad-Dimyati:
“ aktivitas untuk menghasilkan duniawi menyebabkan keberhasilan
masalah ukhrawi.”
2. Menurut Muhammad Yusuf Musa:
“peraturan-peraturan Allah yang diikuti dan ditaati dalam hidup
bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.”
Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa fiqih muamalah
adalah aturan-aturan (hukum) Allah swt yang ditujukan untuk mengatur
kehidupan manusia dalam urusan keduniaan atau urusan yang berkaitan
dengan urusan duniawi dan sosial kemasyarakatan.
4
Menurut pengertian pengertian ini, manusia, kapanpun dan di mana
pun, harus senantiasa mengikuti aturan yang telah ditetapkan Allah swt.
Sekalipun dalam dalam perkara yang bersifat duniawi sebab segala
aktivitas manusia akan diminta pertanggung jawabannya kelak di akhirat.
Dengan kata lain, dalam Islam, tidak ada pemisahan antara amal
dunia dan amal akhirat, sebab sekecil apapun aktivitas antara amal
dunia harus didasarkan pada ketetapan Allah swt agar kelak selamay di
akhirat.
5
Persamaan pengertian muamalah dalam arti sempit dengan muamalah
dalam arti luas ialah sama sama mengatur hubungan manuia dengan manusia
dalam kaitan dengan pemutaran harta.
Pada pembagian di atas, ada dua bagian yang merupakan disiplin ilmu
tersendiri, yaitu Munakahat dan Tirkah. Hal ini bisa dimaklumi, sebab
sebagaimana penulis kemukakan di atas, Ibn Abidin menetapkan pembagian
di atas dari sudut fiqih muamalah dalam pengertian luas.
1. Al-muamalah Al-Madiyah
Al-muamalah Al-Madiyah adalah mauamalah yang mengkaji segi
objeknya, yaitu benda. Sebagian ulama berpendapat bahwa muamalah al-
madiyah bersifat kebendaan, yakni benda yang halal, haram, dan syubhat
untuk dimiliki, dipeerjualbelikan atau diusahakan, benda yang menimbulkan
kemadaratan dan mendatangkan kemaslahatan bagi manusia, dan lain-lain.
Dengan kata lain, al-muamalah al-madiyah adalah aturan-aturan yang
telah ditetapkan syara’ dari segi objek benda. Oleh karena itu, berbagai
aktivitas muslim yang berkaitan dengan benda seperti al-bai’ (jual-beli) tidak
hanya ditujukan untuk memperoleh keuntungan semata, tetapi lebih jauh dari
6
itu, yakni untuk memperoleh rida Allah. Konsekuensinya, harus menuruti tata
cara jual-beli yang telah ditetapkan syara’.
2. Al-Muamalah Al-Adabiyah
Al-Muamalah Al-Adabiyah maksudnya, muamalah ditinjau dari segi cara
tukar-menukar benda, yang sumbernya dari pancaindera manusia, sedangkan
unsur-unsur penegaknya adalah hak dan kewajiban, seperti jujur, hasud, iri,
dendam, dan lain-lain.
Dalam bahasa yang lebih sederhana, Al-Muamalah Al-Adabiyah adalah
aturan-aturan Allah yang berkaitan dengan aktivitas manusia dalam hidup
bermasyarakat yang ditinjau dari segi subjeknya, yaitu manusia sebagai
pelakunya. Dengan demikian, maksud adabiyah antara lain berkisar dalam
keridaan dari kedua belah pihak yang melangsungkan akad, ijab kabul, dusta,
dan lain-lain.
7
7) Perseroan atau perkongsian (asy-syirkah)
8) Perseroan harta dan tenaga (al-mudharabah)
9) Sewa menyewa tanah (al-musaqah al-mukharabah)
10) Upah (ujral al-amah)
11) Gugatan (asy-syuf’ah)
12) Sayembara (al-ji’alah)
13) Pembagian kekayaan bersama (al-qismah)
14) Pemberian (al-hibbah)
15) Pembebasan (al-ibra’), damai (ash-shulhu)
16) Beberapa masalah mu’ashirah (muhaditsah), seperti masalah
bunga bank, asuransi, kredit, dan masalah lainnya.
a. Ibadah
b. Muamalah
a . Ibadah
b. Muamalah
c. Uqubah(pidana islam)
a. Ibadah
b. Muamalah
c. Munakahat
d. Uqubah
8
Diantara beberapa pembagian ilmu fiqih tersebut, yang banyak menjadi
rujukan para ulama adalah yang pertama. Tapi muamalah disini dimaknai
secara arti umum, artinya ada pembagian secara spesifik dengan istilah sama
dengan arti yang berbeda. Hal ini akan menjadi keanehan manakala muamalah
dimaknai sebagai arti umum yang mencakup beberapa hal di dalam ilmu fiqih
secara general dengan pemaknaan ilmu fiqih secara khusus. Hal ini berbeda
konteks dalam hubungan nya dengan pembagian secara umum dengaan istilah
muamalah secara khusus.
BAB III
9
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa sesuai dengan judul makalah “Definisi dan Ruang
Lingkup Fiqih Muamalah”. Penulis menyimpulkan bahwa fiqih muamalah
dalam arti luas merupakan bagian dari fiqih secara umum, disamping fiqih
ibadah yang mencakup bidang-bidang fiqih lainnya, seperti fiqih
munakahat, fiqih muamalah dalam arti sempit, dan lain-lain. Adapun, fiqih
muamalah dalam arti sempit merupakan bagian dari fiqih muamalah dalam
arti luas yang setara dengan bidang fiqih di bawah cangkupan arti fiqih
secara luas
3.2 Saran
Untuk penulisan makalah ini, penulis merasa masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu penulis meminta kepada pembaca memberikan
saran terhadap makalah ini agar menjadi acuan ataupun pembelajaran
untuk kedepannya dalam melakukan penulisan-penulisan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
10
Syafe’i, Rahmat. 2001. Fiqih Muamalah. CV PUSTAKA SETIA: Bandung.
Suhendi, Hendi. 2002. Fiqh Muamalah. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta.
11