Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Muamalah adalah satu aspek dari ajaran yang telah melahirkan peradaban Islam
yang maju di masa lalu. Ia merupakan satu bagian dari syariat Islam, yaitu yang
mengatur kehidupan manusia dalam hubungan dengan manusia, masyarakat dan alam
berkenaan dengan kebendaan dan kewajiban.1

Diantara permasalahan yang paling berkembang dalam kehidupan bermasyarakat


hari ini adalah masalah muamalah, khususnya muamalah maliyah atau interaksi sesama
manusia yang berkaitan dengan uang dan harta dengan segala bentuk macam
transaksinya. Hal ini tidak dapat kita bendung, sebab perubahan itu terjadi seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi.

Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan
orang lain, juga senantiasa terlibat dalam akad atau hubungan muamalah. Praktek
muamalah yang sering dilakukan diantaranya jual beli, pinjam meminjam, utang-piutang
sewa menyewa, gadai dan lain sebagainya. Dalam menjalankan praktek muamalah kita
tak hanya menggunakan rasio akal tapi juga tetap berpegang pada Al-Qur’an dan hadist
sebagai dasarnya. Untuk itu, penting bagi kita sebagai umat muslim memahami Orientasi
dan arti penting fiqh muamalah, sehingga kita dapat bermuamalah sesuai dengan syariat
islam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari fiqh muamalat?

2. Bagaimanakah orientasi dalam pengajaran fiqh muamalah?

3. Apa saja prinsip-prinsip muamalat dalam islam?

4. Apa arti penting pendidikan muamalat islam dalam kehidupan?

1.3 Tujuan Pembahasan


1
Ismail Nawawi, Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), hlm. 9.
1. Mengetahui pengertian dari fiqh muamalat.

2. Mengetahui orientasi dalam pengajaran fiqh muamalah.

3. Mengetahui prinsip-prinsip muamalat dalam islam.

4. Memahami arti penting pendidikan muamalat islam dalam kehidupan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fiqh Muamalat

Fiqh secara bahasa bisa diartikan sebagai “paham/mengetahui”. Secara definitive


Imam Abu Ishak As-Syirazi menerangkan dalam kitabnya Al-luma’ fi Ushulil fiqh
pengertian fiqh sebagai berikut:

‫والفقه معرفة األحكام الشرعية التي طريقها‬


‫االجتهاد‬

Artinya, “Fiqih ialah pengetahuan tentang hukum-hukum syariat melalui metode


ijtihad”.2

Dari definisi di atas, kita bisa memahami bahwa fiqih merupakan pengetahuan
tentang hukum-hukum syariat yang cara mengetahuinya adalah dengan proses ijtihad.
Pengetahuan-pengetahuan tentang hukum syariat yang untuk mengetahuinya tidak perlu
dilakukan ijtihad, bukanlah bagian dari fiqh. Sebagai contoh, untuk mengetahui
keharaman zina, kita tinggal langsung merujuk pada Surat Al-Isra ayat 32.

ِ َ‫َواَل تَ ْق َربُوا ال ِّزنَا ِإنَّهُ َكانَ ف‬


‫اح َشةً َو َسا َء َسبِياًل‬

Artinya, “Janganlah kalian dekati zina, karena sesungguhnya zina itu kotor dan
seburuk-buruknya jalan”.3

Tanpa perlu proses berpikir yang Panjang kitab bisa mengetahui bahwa zina itu haram.

Sedangkan arti muamalat Dikutip dari buku Fiqh Islam, Abd. Rahman Ghazaly
(2016: 3), muamalah adalah hubungan timbal balik antara satu orang dengan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan masing-masing4. Dalam artian lain, muamalah dalam islam
juga dapat didefinisikan sebagai hukum atau bentuk aturan Allah terkait nilai-nilai
kehidupan bermasyarakat yang harus diikuti dan ditaati untuk menjaga kepentingan
manusia. Oleh sebab itu, setiap hukum atau aturan yang melibatkan interaksi manusia

2
Abu Ishak As-Syirazi, Al-Luma’ fî Ushûlil Fiqh,( Jakarta, Darul Kutub Al-Islamiyyah, 2010), hlm 6.
3
Mushaf Al quran, Al-Isra ayat 32
4
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Islam, 2016, halaman 3
yang satu dengan manusia lainnya akan masuk ke dalam konteks muamalah. Misalnya
saja tentang jual beli, utang piutang, ataupun bentuk kerja sama lainnya.5

Dari keterangan yang telah dijelaskan diatas, dapat kita simpulkan bahwa
pengertian fiqh muamalat adalah pengetahuan mengenai hukum-hukum syariat yang
mengatur hubungan timbal balik atara satu orang dengan orang lainnya dalam memenuhi
kebutuhan masing-masing. Terutama dalam hal ekonomi, seperti hubungan jual beli,
utang piutang, ataupun bentuk kerja sama lainnya.

2.2 Orientasi Pengajaran Fiqh Muamalat

Sebagai salah satu cabang ilmu fiqh yang membahas mengenai hukum-hukum
syariat yang mengatur hubungan timbal balik antara satu orang dengan orang lainnya
dalam memenuhi kebutuhan masing-masing, teutama dalam hal ekonomi, bahasan
mengenai fiqh muamalat akan terus berkembang seiring dengan berkembangnya
pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan manusia yang lebih kompleks. Untuk itu,
dalam pengajaran fiqh muamalat, diperlukan orientasi yang digunakan sebagai landasan
dasar dalam pengajaran fiqh muamalat, sehingga dalam pengamalannya tidak terdapat
kaidah-kaidah yang melenceng dari syariat Allah SWT. Dibawah ini akan dijelaskan
mengenai landasan hukum dasar yang digunakan sebagai orientasi dalam pengajaran fiqh
muamalat.

Sumber hukum  fiqih muamalah  secara umum berasal dari tiga sumber utama,
yaitu Al Quran dan Hadits, dan ijtihad.

A.) Al-quran

Seperti yang telah diketahui bahwa Al Qur’an merupakan referensi utama yang
memuat  pedoman dasar bagi umat manusia. Khususnya dalam menemukan dan
menarik suatu perkara dalam kehidupan. Sudah seharusnya setiap muslim
selaluberpegang teguh kepada hukum-hukum yang terdapat di dalam Al Qur’an
sebagai petunjuk agar menjadi manusia yang taat kepada Allah SWT, yaitu mengikuti
segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. 6  Ayat tentang muamalah
antara lain:

5
https://kumparan.com, Pengertian Muamalah dalam Islam serta Jenis dan Tujuannya , 2021
6
Muhammad Mahsun, Dasar-dasar fiqh muamalah, 2016
 QS An Nisa’ Ayat 58 yang artinya:

Sesungguhnya allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada pihak


yang berhak menerimanya dan “menyuruh kamu” jika menetapkan hukum
diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat,

 QS Al Muthaffifin ayat 1-6 yang artinya :

Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang),


2) (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka
minta dipenuhi, 3) dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang
lain), mereka mengurangi, 4) Tidakkah orang-orang itu mengira, bahwa
sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, 5) pada suatu hari yang besar, 6)
(yaitu) pada hari (ketika) semua orang bangkit menghadap Tuhan seluruh alam.“,

 QS Ali Imran ayat 3 yang artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan


berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada allah agar kamu mendapatkan
keberuntungan.

B.) Hadits

Seperti yang telah diketahui bahwa Hadits merupakan sumber hukum bagi
umat Islam yang kedua setelah Al Qur’an. yang digunakan oleh umat Islam sebagai
panduan dalam melaksanakan berbagai macam aktivitas, baik yang berkaitan dengan
urusan dunia maupun urusan akhirat. Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan
kepada Rasulullah SAW, baik berupa perkataan (sabda), perbuatan, maupun
ketetapan yang dijadikan sebagai landasan syari’at Islam. Hadits tentang muamalah
antara lain:

“Sesungguhnya apabila allah mengharamkan atas suatu kaum memakan


sesuatu, maka allah mengharamkan pula hasil penjualannya” (HR. Abu Daud)

“Janganlah kalian berbuat zhalim, ingatlah tidak halal harta seorang


kecuali dengan keridhoan darinya” (HR al-Baihaqi).
Dari Abdullah bin mas’ud r.a dari Nabi SAW beliau bersabda : Riba itu
terdiri 73 pintu. Yang paling ringan diantarannya adalah seperti seseorang laki-laki
yang berzina dengan ibunya, dan sehebat-hebattnya riba adalah merusak
kehormatan seorang muslim. (HR. Ibnu Majah).

C.) Ijtihad

Sumber hukum yang ketiga setelah Al Qur’an dan hadits adalah ijtihad,
yaitu proses menetapkan suatu perkara baru dengan akal sehat dan pertimbangan
yang matang,  dimana perkara tersebut tidak dibahas dalam Al Qur’an dan hadits.

Ijtihad adalah sumber yang sering digunakan dalam perkembangan fiqih


muamalah sebagai solusi terhadap suatu permasalahan yang harus diterapkan

hukumnya,akan tetapi tidak ditemukan dalam Al Qur’an maupun Hadits.

2.3 PRINSIP-PRINSIP MUAMALAH

Hakikat diturunkannya syari’at Islam adalah mendatangkan kemaslahatan dan


menghindarkan kerusakan, yang tercermin dalam bentuk perintah dan larangan dari
Allah SWT dan Rasul-Nya.

Setiap bentuk perintah yang mesti dikerjakan, pasti di situ juga mengandung
kemaslahatan bagi manusia. Sebaliknya, setiap bentuk larangan yang mesti ditinggalkan,
pasti juga mengandung kemudharatan bagi manusia. Walaupun seringkali hikmah dari
perintah dan larangan tersebut terungkap jauh setelah dalilnya diturunkan.

Demikian pula dengan ketentuan dalam muamalah, yaitu jelas untuk kemaslahatan
manusia secara umum. Ketentuan-ketentuan muamalah secara syari’at islam yang tidak
akan mengabaikan aspek penting dalam kesinambungan hidup manusia.

A.) Prinsip Umum

Dalam prinsip umum muamalah terdapat 4 hal yang utama, yaitu:


 Hukum asal dalam muamalah pada dasarnya adalah mubah kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.

 Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan kemaslahatan /


manfaat dan menghindarkan mudharat dalam masyarakat.

 Pelaksanaan muamalah didasarkan dengan tujuan memelihara nilai keseimbangan


dari berbagai segi kehidupan, antara lain meliputi keseimbangan antara
pembangunan material dan spiritual, pemanfaatan serta pelestarian sumber daya.

 Muamalah dilakukan dengan memelihara nilai keadilan dan menghindari unsur-


unsur kedzaliman.

B.) Prinsip Khusus

Sedangkan prinsip khusus muamalah dibagi menjadi dua, yaitu yang


diperintahkan dan yang dilarang:

 Objek transaksi harus yang halal, artinya dilarang melakukan aktivitas ekonomi
atau bisnis terkait yang haram.

 Adanya keridhaan semua pihak terkait muamalah tersebut, tanpa ada paksaan.

 Pengelolaan dana / aset yang amanah dan jujur.

Sedangkan yang dilarang dalam muamalah antara lain:

 Riba, merupakan setiap tambahan / manfaat yang berasal dari kelebihan nilai
pokok pinjaman yang diberikan peminjam. Riba juga sebagai suatu kegiatan yang
menimbulkan eksploitasi dan ketidakadilan yang secara ekonomi menimbulkan
dampak sangat merugikan masyarakat

 Gharar yaitu mengandung ketidakjelasan, spekulasi, taruhan, bahaya, cenderung


pada kerusakan.

 Tadlis atau penipuan, misalnya penipuan dalam transaksi jual beli dengan
menyembunyikan terdapatnya kecacatan barang yang diperjualbelikan.

 Berakad dengan orang-orang yang tidak pandai dalam hukum, seperti orang gila,
anak kecil, terpaksa dan lain sebagainya.7

7
Muslich, Ahmad Wardi, (2010). Fiqh Muamalah. Jakarta: Penerbit Amzah.
2.4 Arti Penting Fiqh Muamalat Dalam Kehidupan

Agama islam bukan hanya tentang ibadah saja, sesuatu yang keliru apabila agama
islam hanya dipandang dari segi ibadahnya saja, karena syariat agama islam merupakan
syariat agama yang sempurna, bukan hanya mencakup kaidah penghambaan terhadap
tuhan, melainkan juga mencakup hubungan antara makhluk satu dengan makhluk
lainnya, termasuk dalam hubungan ekonomi dan bisnis.

Menurut Muhammad Syafi’i Antonio sebagaimana dikutip oleh M. Arfin Hamid


dalam bukunya Membumikan Ekonomi Syariah di Indonesia: Perspektif
Sosioyuridis, menyatakan bahwa Islam seringkali disalahpahami sebagai agama ritual
bukan sebagai sebuah sistem yang komprehensif dan mencakup seluruh aspek
kehidupanm termasuk permasalahan dalam pembangunan ekonomi. Ini
merupakan pandangan keliru yang semestinya diluruskan. Sebab Islam sebagai
ajaran yang komprehensif dan universal mengandung pengertian sebagai syariah
yang mengatur dan merangkum seluruh aspek kehidupan, baik perkara ibadah
(ritual) maupun muamalah (interaksi sosial). Ibadah diperlukan untuk menjaga ketaatan
dan keharmonisan hubungan manusia dengan Allah SWT (habluminallah) dan ibadah
juga merupakan sarana untuk mengingatkan secara berkelanjutan tugas manusia
sebagai khalifah dimuka bumi. Sedangkan muamalah merupakan rules of game
atau aturan main manusia dalam hubungannya antar sesama (habluminannâs)
pada kehidupannya sebagai makhluk sosial.8
Ekonomi syariah adalah bagian integral dari sistem Islam yang sempurna.
Jika ekonomi konvensional dengan sebab situasi kelahirannya terjadi
sekulerisasi dengan pemisahan antara ekonomi dana agama. Maka keistimewaan
terpenting ekonomi syariah atau ekonomi Islam adalah keterkaitannya secara
sempurna dengan Islam itu sendiri, yaitu akidah dan syariah (‘Assal & Karim, 1977:
17-18)9 Ekonomi syariah menjadi bagian dari Islam yang sempurna, maka tidak
mungkin memisahkannya dari sistem aturan Islam yang lain yakni akidah, ibadah
dan akhlak.10

8
Hamid, M. A. (2008). Membumikan ekonomi Syariah di Indonesia (perspektif sosioyuridis). Jakarta: eLSAS
9
‘Assal, A. M., & Karim, F. A. A. K. (1977). An-Nizhâm al-Iqtishâdi fî al-Islâm. Cairo
10
Qal’ah, M. R. (2000). Mabâhits al-Iqtishâd fî al-Islâmî. Kuwait: ar an-Nafas.
Husîn Syahâtah menyatakan bahwa fikih muamalah (fikih ekonomi
syariah) memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam. Tidak ada manusia
yang lepas dari aktivitas ekonomi dalam menjalani kehidupannya. Oleh sebab itu
hukum mempelajari fikih muamalah adalah fardhu ‘ain bagi setiap muslim. Seorang
muslim memiliki kewajiban untuk memahami bagaimana muamalahnya sebagai
kepatuhan kepada syariat yang Allah tetapkan. Apabila tidak memahami perkara
muamalah ini, maka tanpa disadari bisa terjerumus kepada sesuatu yang diharamkan
maupun syubhat. Seorang Muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, sudah
seharusnya berusaha keras menjadikan muamalahnya sebagai amal shaleh dan
dilakukan ikhlas untuk Allah semata.Memahami hukum muamalah wajib bagi
setiap muslim, namun untuk menjadi pakar (ahli ilmu/ulama) dalam bidang ini
hukumnya fardhu kifayah.11
Berdasarkan keterangan diatas, bisa kita ketahui bahwa sangat penting bagi kita
sebagai umat islam, memahami juga mengamalkan fiqh muamalat, agar dalam
bermuamalat kita tidak melenceng dari syariat agama islam, terlebih lagi dewasa ini
system muamalat semakin bermacam dan permasalahan dalam muamalah pun semakin
kompleks seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka dari itu
kita harus membekali diri kita dengan ilmu muamalah yang cukup, sehingga kita siap
untuk menghadapi tantangan zaman.

11
Syafe’i, R. Fiqh Muamalah. Bandung: Pustaka Setia. 2001
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Dalam syariat agama islam tidak hanya mengajarkan ibadah seorang hamba terhadap
tuhannya, suatu hal yang keliru apabila agama islam hanya dipandang dari segi
ibadahnya saja, agama islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin atau dengan
kata lain merupakan agama yang sempurna untuk seluruh umat secara syariatnya,
sehingga selain mengatur hubungan seorang hamba terhadap tuhannya, juga mengatur
hubungan antar makhluk satu dengan yang lainnya.

Dalam ilmu fiqh sendiri atau ilmu yang mempelajari hukum-hukum syariat islam itu
terbagi menjadi beberapa cabang, salah satunya yaitu fiqh muamalat atau cabang ilmu
fiqh yang membahas mengenai syariat hubungan antara manusia satu dengan lainnya
untuk memenuhi kebutuhan masing-masing, terutama dalam hal bisnis dan ekonomi.

Dalam pengaplikasiannya fiqh muamalat diperbolehkan menggunakan Ijtihad


sebagai sumber hukumnya, selama tidak ada dalil quran dan hadits yang menentangnya,
karena dalam pengamalan muamalah akan terus berkembang dan permasalahan
didalamnya akan semakin kompleks, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Untuk itu kita sebagai umat muslim harus mempelajari dan mengamalkan fiqh
muamalat dalam melakukan bisnis atau kegiatan ekonomi lainnya, agar kita siap untuk
menghadapi segala macam bentuk tantangan zaman yang dewasa ini sudah semakin
kompleks permasalahannya, utamanya dalam hal bisnis dan ekonomi, sehingga dalam
bermuamalah kita mendapatkan ridho dari allah SWT dan yang kita lakukan menjadi
berkah bagi kita dan orang-orang disekitar kita.

Anda mungkin juga menyukai