Anda di halaman 1dari 11

Nama : Wiwit Sri Rahayu

NIM : 1902075

Kelas : 1B/D3 Keperawatan

Mata kuliah : Al Islam Kemuhammadiyahan II

Dosen : Drs. Mawardi., M.Pd

MUAMALAH

Pengertian Muamalah

Secara etimologi kata “muamalah” berasal dari kata ” ‘amala yu’amilu muamalat” yang berarti
saling melakukan, saling bertindak dan saling mengamalkan. Sehingga dengan kata lain
muamalah ini melibatkan lebih dari satu orang dalam pelaksanaan praktiknya, sehingga dengan
begitu akan timbul adanya hak dan juga kewajiban.

Secara terminologi, “muamalah” memiliki dua arti, yakni dalam arti luas dan dalam arti sempit.
Berikut penjelasannya:

Muamalah dalam arti sempit adalah suatu kegiatan tukar menukar barang yang bermanfaat
dengan menggunakan cara yang sesuai dengan syariat Islam.

Muamalah dalam arti luas adalah suatu aturan Allah SWT yang berisi aturan masalah hubungan
manusia dengan usaha mereka untuk mendapatkan kebutuhan jasmani sesuai dengan ajaran
Islam.

Muamalah menurut Al-Qur’an adalah suatu aturan-aturan dan hukum yang mengatur tata cara
memenuhi kebutuhan dunia sesuai dengan ajaran Islam atau sesuai dengan syariat.

Sedangkan pengertian fiqih muamalah adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan muamalah
yakni kegiatan transaksi yang dilakukan berdasarkan hukum syariat Islam yang juga
berhubungan dengan perilaku manusia dalam kehidupannya serta didasari dalil-dalil Islam
secara terperinci.
Sumber Hukum Muamalah

Adapun sumber hukum muamalah terdiri dari tiga sumber utama yaitu Al-Qur’an, Al-Hadits dan
Ijtihad. Berikut penjelasannya:

1. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah sumber utama dalam Islam dan sebagai pedoman utama dalam kehidupan
dan aturan apapun yang ada di dunia. Termasuk sumber hukum muamalah yang terdapat pada
Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 58

‫ ِميعًا‬6‫انَ َس‬66‫ ِه ۗ إِ َّن هَّللا َ َك‬6ِ‫ ْد ِل ۚ إِ َّن هَّللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم ب‬6‫وا بِ ْال َع‬66‫اس أَ ْن تَحْ ُك ُم‬ ِ ‫ا‬66َ‫ َؤ ُّدوا اأْل َ َمان‬6ُ‫أْ ُم ُر ُك ْم أَ ْن ت‬66َ‫إِ َّن هَّللا َ ي‬
ِ َّ‫ت إِلَ ٰى أَ ْهلِهَا َوإِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن‬
‫صيرًا‬
ِ َ‫ب‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak
menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepada kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”

Q.S Ali-Imran ayat 3

َ ‫ص ِّدقًا لِ َما بَ ْينَ يَ َد ْي ِه َوأَ ْنزَ َل التَّوْ َراةَ َواإْل ِ ْن ِج‬


‫يل‬ ِّ ‫َاب بِ ْال َح‬
َ ‫ق ُم‬ َ ‫ك ْال ِكت‬
َ ‫نَ َّز َل َعلَ ْي‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda
dan bertakwalah kamu kepada Allah agar kamu mendapat keberuntungan.”

2. Hadits

Hadits adalah sumber hukum kedua bagi umat Islam setelah Al-Qur’an. Hadits adalah segala
sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah SAW, baik berupa perkataan (sabda), perbuatan,
maupun ketetapan yang dijadikan sebagai landasan dalam syari’at Islam. Adapun hadits yang
membahas tentang muamalah adalah sebagai berikut;

1. Dari Abdullah bin mas’ud r.a dari Nabi SAW beliau bersabda : Riba itu terdiri 73 pintu. Yang
paling ringan diantarannya adalah seperti seseorang laki-laki yang berzina dengan ibunya, dan
sehebat-hebattnya riba adalah merusak kehormatan seorang muslim. (HR. Ibnu Majah).
2. Janganlah kalian berbuat zhalim, ingatlah tidak halal harta seorang kecuali dengan keridhoan
darinya (HR al-Baihaqi).

3. Ijtihad

Ijtihad adalah sumber hukum ketiga setelah al-Qur’an dan hadits, ijtihad merupakan proses
untuk menetapkan perkara baru dengan akal sehat serta pertimbangan yang matang yang
mana perkara tersebut tidak ada dalam Al-Qur’an dan hadits maksudnya adalah tidak dibahas
sedetail mungkin.

Biasanya ijtihad digunakan dalam perkembangan fiqih muamalah sebagai suatu solusi terhadap
permasalahan yang harus diterapkan hukumnya.

Tujuan Muamalah

Secara umum tujuan muamalah adalah untuk menciptakan suatu hubungan yang baik dan
harmonis antar sesama manusia sehingga dapat menciptakan masyarakat yang rukun dan
tentram. Karena dalam kegiatan muamalah terdapat sifat tolong menolong.

Selain itu, setiap orang tidak terlepas dari dua kewajiban yakni Hablum minallah yaitu suatu
hubungan terhadap Allah dan Hablum minannas yaitu suatu kewajiban sebagai makhluk sosial
terhadap sesama atau hubungan kepada sesama. Sesuai dengan syariat Islam, seperti
muamalah.

Ruang Lingkup Muamalah

Adapun ruang lingkup muamalah adalah seluruh kegiatan muamalah manusia berdasarkan
hukum-hukum Islam, baik itu berupa perintah maupun larangan yang terkait dengan hubungan
manusia dengan manusia lainnya.

Ruang Lingkup Muamalah dilihat Dari Segi Aspeknya

Dilihat dari segi aspeknya muamalah terbagi menjadi dua jenis yakni muamalah adabiyah dan
madiyah. Berikut ini penjelasannya:
1. Muamalah Adabiyah

Muamalah adabiyah merupakan muamalah yang berkaitan dengan bagaimana cara tukar
menukar barang yang ditinjau dari segi subjeknya yakni manusia. Adapun muamalah adabiyah
ini mengatur tentang batasan-batasan manusia yang boleh dilakukan maupun tidak boleh
dilakukan oleh manusia terhadap suatu benda yang berhubungan dengan adab maupun akhlak
seperti kejujuran, kesopanan, menghargai sesama, saling meridhoi, dengki, dendam dan
sebagainya yang berkaitan dengan aktivitas manusia dalam menjalankan dan mengelola suatu
benda.

2. Muamalah Madiyah

Muamalah madiyah adalah muamalah yang berkaitan dengan objek muamalah maupun
bendanya. Dalam muamalah madiyah ini menetapkan suatu aturan secara syara’ yang terkait
dengan objek bendanya. Jadi muamalah madiyah ini tentang suatu benda, apakah benda ini
halal, haram atau syubhat. Dan bagaimana jika benda tersebut menyebabkan kemaslahatan
serta kemudharatan bagi manusia.

Sehingga tujuan dari muamalah madiyah ini adalah memberikan suatu pedoman bahwa
kebutuhan seperti benda yang hendak dimiliki juga harus sesuai dengan syariat Islam dan
sesuai dengan kebutuhan, bukan hanya sekedar suka ataupun mencari keuntungan semata.

Adapun ruang lingkup dari muamalah madiyah diantaranya adalah:

Jual-beli ( bai’ )

Gadai ( rahn )

Jaminan dan tanggungan ( Kafalah dan Dhaman )

Pemindahan hutang ( hiwalah )

Mudharabah

Mukhabarah
Syirkah

Masalah seperti bunga bank, kredit, asuransi dan lain sebagainya.

Ruang Lingkup Muamalah dilihat Dari Segi Tujuannya

Adapun ruang lingkup muamalah dilihat dari tujuannya adalah sebagai berikut:

1. Hukum Keluarga (Ahkam Al Ahwal Al-Syakhiyyah)

Yakni suatu hukum yang berkaitan dengan urusan keluarga serte pembentukan keluarga
dengan tujuan untuk membangun serta memelihara keluarga sebagai bagian terkecil. Isi dari
hukum keluarga terdiri dari hak dan kewajiban suami istri, anak dan hubungan keluarga satu
dengan yang lainnya.

2. Hukum Perdata (Al Ahkam Al Maliyah)

Yakni suatu hukum yang mengatur tentang hubungan individu dalam bermuamalah dan bentuk
hubungannya. Seperti jual beli, sewa menyewa, hutan piutang, perserikatan, perjanjian dan lain
sebagainya.

3. Hukum Pidana (Al-Ahkam Al-Jinaiyyah)

Yakni hukum yang berkaitan dengan segala bentuk kejahatan, pelanggaran, hukum, serta
ketentuan-ketentuan sanksi hukumnya. Yang tujuannya untuk menjaga ketentraman dan
keamanan hidup umat manusia termasuk harta kekayaaan dan kehormatannya.

4. Hukum Acara (Al-Ahkam Al-Murafa’at)

Yakni hukum yang berkaitan dengan sumpah, persaksian, tata cara mempertahankan hak dan
memberi putusan siapa yang bersalah sesuai dengan hukum yang berlaku.

5. Hukum Perundang-Undangan (Al-Ahkam Al-Dusturiyyah)

Yakni hukum yang mengatur tentang perundangan-undangan yang berlaku untuk membatasi
hubungan hakim dengan terhukum.
6. Hukum Kenegaraan (Al-Ahkam Al-Duwaliyyah)

Yakni hukum yang berkaitan dengan hubungan antara penguasa (pemerintah) dengan
rakyatnya, hubungan antar kelompok masyarakat dalam suatu negara maupun antar negara.

7. Hukum Keuangan dan Ekonomi (Al-Ahkam Al-Iqtishadiyyah Wa Al-Maliyyah)

Yakni hukum yang berkaitan dengan hak-hak fakir miskin yang ada dalam harta orang kaya,
mengatur sumber keuangan negara, pendistribusian dan permasalahan pembelanjaan negara
dalam rangka kepentingan kesejahteraan rakyatnya.

Prinsip-Prinsip Muamalah

Adapun prinsip dalam muamalah diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Hukum asal muamalah pada dasarnya mubah kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

2. Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan yang mendatangkan kemaslahatan dan


manfaat serta menghindarkan mudharat.

3. Muamalah didasarkan pada tujuan memelihara nilai keseimbangan (tawazun) dari berbagai
segi kehidupan.

4. Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai suatu keadilan serta menghindari unsur-
unsur kedzaliman.

TABEL PERBEDAAN PROSES BISNIS ILAM DAN NON ISLAM

No.Proses Bisnis Syariah

No.Proses Bisnis Konvensional

1.Kegiatan Ekonomi diorientasikan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat

1.Motovasi dalam kegiatan berbisnis didasari oleh keinginan dunia tanpa memperhatikan
akhirat

2.Memiliki Pemahaman Terhadap Bisnis yang Halal dan Haram(Modal, Proses,dll)


2.Tidak Memiliki Pemahaman Terhadap Bisnis Yang Halal dan Haram (Modal,Proses,dll)

3.Benar secara Syar'i dalam Implementasi

3.Proses pemasaran bisnis konvensional menghalalkan segala cara

4.Proses Bisnis Syariah selalu didahului akad/perjanjian

4.Proses Konvensional Tidak Selalu didahului akad/perjanjian dalam pelaksanaanya

Karakteristik Bisnis Bisnis Islami Bisnis Non-Islami

Asas Aqidah islam (nilai-nilai Sekulerisme (Nilai-nilai


transendental) materialisme)

Motivasi Dunia – Akhirat Dunia

Orientasi Profit, zakat dan benefit (non Profit, Pertumbuhan,


materi) Pertumbuhan, Kelangsungan
Keberlangsungan &
Keberkahan

Etos Kerja Tinggi, Bisnis adalah bagian Tinggi, Bisnis adalah


dari ibadah kebutuhan duniawi

Sikap Mental Maju dan produktif, Maju dan produktif sekaligus


Konsekuensi keimanan dan konsumtif, Konsekuensi
manifestasi kemusliman aktualisasi diri

Keahlian Cakap dan ahli dibidangnya, Cakap dan ahli dibidangnya,


Konsekuensi dari kewajiban Konsekuensi dari motovasi,
seorang muslim reward dan punishment

Amanah Terpercaya dan .Tergantung kemauan individu


bertanggungjawab (pemilik capital ) Tujuan
menghalalkan segala cara
Tujuan tidak menghalalkan
segala cara
Modal, Sumber Daya Manusia Halal, Sesuai dengan akad Halal dan haram sesuai
kerjanya dengan akad kerjanya atau
sesuai keinginan pemilik
modal

Sumber Daya, Manajemen Halal, Visi dan misi organisasi Halal dan Haram, Visi dan misi
Strategik terkait erat dengan misi organisasi ditetapkan Jaminan
penciptaan manusia di dunia halal bagi setiap masukan,
bersadasarkan pada
kepentingan material belaka

Manajemen Operasi Jaminan halal bagi setiap Tidak ada jaminan halal bagi
masukan, proses dan setiap masukan, proses dan
keluaran. Mengedepankan keluaran, Mengedepankan
produktivitas dalam koridor produktivitas dalam koridor
syariah manfaat

Manajemen Keuangan Jaminan halal bagi setiap Tidak ada jaminan halal bagi
masukan, proses dan keluaran setiap masukan, proses dan
keuangan. Mekanisme keluaran keuangan.
keuangan dengan bagi hasil Mekanisme keuangan dengan
bunga

Manajemen Pemasaran Pemasaran dalam koridor Pemasaran menghalalkan


jaminan halal segala cara

Manajemen SDM SDM Profesional dan SDM profesional, SDM adalah


berkepribadian Islam, SDM factor produksi, SDM
adalah pengelola bisnis, SDM bertanggungjawab pada diri
bertanggung jawab pada diri, dan majikan
majikan dan Allah
Tabel diatas menunjukkan bahwa, bisnis Islami selalu dikendalikan oleh syariah. Syariah sebagai
etika dalam kerangka ekonomi dan bisnis Islami harus selalu menonjol. Dengan demikian, bisnis
yang dikendalikan oleh syariah, bertujuan mencapai empat hal utama, yaitu : (1) target hasil :
profit-materi dan benefit-non materi, (2) pertumbuhan, artinya terus meningkat, (3)
keberlangsungan dalam kurun waktu selama mungkin, dan (4) keberkahan atau keridhaan
Allah.

Bisnis Islami dikendalikan oleh aturan syariah, seperti berupa halal haram, baik dari cara
memperolehnya maupun pemanfaatannya. Sementara bisnis non Islami dilandaskan pada
sekularisme yang bersendikan pada nilai-niali material. Bisnis non Islami tidak memperhatikan
aturan halal dan haram dalam setiap perencanaan, pelaksanaan dan segala usaha yang
dilakukan dalam meraih tujuan-tujuan bisnis.

AKHLAK BISNIS

definisi akhlak bisnis Islami, yakni :

serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan
hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan
pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram

Pembagian

Menurut jenis kegiatannya, bisnis dapat dibedakan menjadi empat macam : pertama, bisnis
ekstraktif yaitu bisnis yang begerak dalam jenis kegiatan pertambangan atau menggali bahan
tambang yang terkandung dalam perut bumi. Kedua, bisnis agraris yaitu bisnis yang bergerak
dalam bidang pertanian yang termasuk juga didalamnya perikanan, peternakan dan
perunggasan, perkebunan dan kehutanan.

Ketiga ,bisnis industri yaitu bisnis yang bergerak dalam bidang industri manufaktur. Dan yang
keempat , bisnis yang bergerak dalam bidang jasa. pendidikan, perbankan, kesehatan,
pariwisata adalah bisnis yang berada dalam jenis ini.
Dari sisi kegunaan dan kemanfaatannya, bisnis dapat pula dibedakan menjadi empat macam
kegunaan. (1) Kegunaan bentuk yang mengubah bahan mentah menjadi benda yang
bermanfaat. (2) Kegunaan tempat yaitu bidang transportasi. (3) Kegunaan waktu yang bergerak
dalam bidang penyimpanan. (4) Kegunaan kepemilikan yaitu yang bergerak dalam bidang
perdagangan. Pada jenis bisnis kepemilikan, ia tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan manusia
yang terdiri dari kebutuhan fisiologik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga
diri dan kebutuhan aktualisasi diri, yang oleh Abraham Maslow di sebut teori hirarki kebutuhan
manusia.

Di samping perbedaan diatas dapat pula dibedakan dari sisi motifnya, antara bisnis yang
menjalankan usahanya untuk mencari keuntungan (profit motive) dan bisnis yang tidak
bermotif keuntungan (non profit motive). Pada bisnis non profit walaupun bersifat social
seperti yayasan atau lembaga pendidikan, namun demkian dari sudut pandang nilai, akhlak
bisnis tetap diperlukan. Apalagi dalam bisnis profit motif, dimana posisi keuntungan merupakan
alasan logis dan kompensasi atas resiko yang ditanggung oleh bisnis. Jika keuntungan itu
diidentifikasi sebagai satu-satunya tujuan bisnis, maka disinilah akan muncul persoalan akhlak
dalam bisnis. Walaupun demikian harus dicatat bahwa, keuntungan dalam bisnis tetap
merupakan hal yang signifikan. Dengan laba, bisnis dapat terjaga keberlangsungannya. Laba
merupakan intensif atau pendorong agar bekerja dapat dilakukan secara lebih efisien. Laba
yang dicapai merupakan ukuran standar perbandingan dengan bisnis lainnya.

Dari sisi pelaku, bisnis pada dasarnya secara sederhana dapat dilakukan oleh individu-individu
tertentu, namun ketika manusia semakin menyadari akan keterbatasan dirinya serta besarnya
manfaat kerjasama pada satu sisi dan semakin besarnya tantangan dunia bisnis yang dihadapi,
maka semakin banyak bisnis yang hanya mungkin dapat dilaksanakan oleh suatu usaha bersama
antar individu-individu yang terkoordinasi dalam suatu organisasi. Pada tingkatan inilah lalu
muncul istilah manajemen yang bertujuan menjalankan organisasi. Melalui manajemen yang
efektif, sebuah organisasi bisnis akan semakin kohesif sehingga membawa akibat pada
pengertian bisnis itu sendiri yang pada awalnya bersifat aktivitas, kemudian bergeser menjadi
sebuah entitas bisnis, yakni dalam bentuk perusahaan, persekutuan, koperasi atau perseroan
terbatas.

Anda mungkin juga menyukai