LANDASAN TEORI
1
Muhamad Qustulani, Modul Matakuliah Hukum Ekonomi Syariah (Jl. Perintis Kemerdekan 2
Cikokol Tangerang: PSP Nusantara Press, 2018), 2.
2
Desmal Fajri, Hukum Ekonomi Syariah (Jl. Sumatra Ulak Karang Padang, Sumbar: LPPM
Unipersitas Bung Hatta, 2022), 3–4.
3. Muhammad Sauqi Al-Fanjari mengartikan ekonomi syariah adalah
Hukum dan ekonomi dua hal yang tidak boleh dipisahkan, sebab
dua hal ini saling melengkapi seperti dua sisi mata uang. Hukum ekonomi
pranata, dan lembaga baik yang bersifat perdata maupun yang bersifat
negara. 4
3
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama
(Jakarta: Kencana, 2012), 5.
4
Fajri, Hukum Ekonomi Syariah, 4.
Fathurrahman Djamil mengartikan hukum ekonomi yaitu
5
Fajri, 4.
6
Fajri, 4.
7
Fajri, 4–5.
8
Qustulani, Modul Matakuliah Hukum Ekonomi Syariah, 5.
9
Andri Soemitro, Hukum Ekonomi Syariah Dan Fiqh Muamalah Di Lembaga Keuangan Dan
Bisnis Kontemporer (Jakarta: Prenada Media, 2019), 4.
Beberapa dasar hukum Islam tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Al-Qur’an 10
dan asli, dan merupakan sumber serta rujukan yang pertama bagi
ayat 80:
َ B اBَ نB ْلB َسBرBْ َأB اB َمBَ فBىBٰ Bَّ لBوBَ Bَ تBنBْ B َمBوBَ Bۖ Bَ هَّللاB َعB اBَ َأ طB ْدBَ قBَ فB َلB وB ُسBَّBرBلB اB ِعB ِطBُ يBنBْ Bَم
B اBًظB يBِ فB َحB ْمB ِهB ْيBَ لB َعBك
Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami
Sunnah berasal dari al- Qur'an. Al-Qur'an sebagai sumber pokok bagi
makan harta dengan cara yang tidak sah, antara lain melalui suap yaitu
sebagai berikut:
10
Qustulani, Modul Matakuliah Hukum Ekonomi Syariah, 6–8.
ٱِإْل ْث ِمBِاس ب ۟ ْأ ۟ ۟ ْأ
ِ َّ ٰ َو ِل ٱلنBا ِّم ْن َأ ْمBًَواَل تَ ُكلُ ٓوا َأ ْم ٰ َولَ ُكم بَ ْينَ ُكم بِ ْٱل ٰبَ ِط ِل َوتُ ْدلُوا بِهَٓا ِإلَى ْٱل ُح َّك ِام لِتَ ُكلُوا فَ ِريق
memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan
Penyayang kepadamu.”
11
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2007), 149.
Hadist memberikan ketentuan-ketentuan hukum muamalat yang
ini perikatan mana yang sah dan yang halal serta perikatan
3. Ijma’
Ijma dibagi dua yaitu ijma qauli dan ijma sukuti. Ijma qauli ialah
12
Qustulani, Modul Matakuliah Hukum Ekonomi Syariah, 9.
13
Zahrah, Ushul Fiqih, 308.
kebulatan yang dianggap ada, apabila seseorang mujtahid
batalnya.14
4. Qiyas
5. Istihsan
itu berlawanan dengan dalil lain pada sebagian kasus tertentu”. Ibnul
menghindarkan masyaqat.
6. Urf
14
Qustulani, Modul Matakuliah Hukum Ekonomi Syariah, 11.
15
Qustulani, 11.
16
Zahrah, Ushul Fiqih, 402.
Urf (tradisi) adalah bentuk-bentuk muamalah (hubungan
oleh ekonomi, sosial, budaya, dan politik dari bangsa. Ekonomi Islam
1. Prinsip tauhid.
harta benda adalah milik Allah semata dan pengusaha tidak hanya
2. Prinsip keadilan.
3. Prinsip al-maslahah.
Kemaslahatan adalah tujuan pembentukan Hukum Islam
akhirat.
6. Prinsip tazkiyah.
7. Prinsip falah.
SWT. Oleh karena itu, dalam Islam tidak ada dikotomi antara
nanti.
riba, transaksi atas dasar suka sama suka; dan Transaksi tidak ada
unsur paksaan.
1. menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar
merelakan.
2. Pemilikan harta benda dengan jalan tukar menukar yang sesuai dengan
aturan syara.
4. Tukar menukar benda dengan benda lain dengan cara yang khusus
(dibolehkan)
yang dibolehkan.
6. Aqad yang tegak atas dasar penukaran harta dengan harta, maka
pertukaran harta atas dasar saling rela. Atau memindahkan hak milik
dengan ganti yang dapat dibenarkan (yaitu berupa alat tukar yang sah).21
20
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT RajaGrapindo Persada, 2016), 67–68.
21
Suhrawardi dan Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), 139.
Jual-beli adalah aktifitas ekonomi yang hukumnya boleh
berdasarkan kitabullah dan sunnah rasul-Nya serta ijma' dari seluruh umat
Islam.22
1. Al-Quran
2. As-Sunnah
3. Ijma'
22
Ahmad Sarwat, Fiqih Jual-Beli (Jakarta Selatan: Rumah Fiqih Publishing, 2018), 8.
23
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2018), 279–82.
1. penjual dan pembeli
Syaratnya adalah:
a. Berakal, agar dia tidak terkecoh. Orang yang gila atau bodoh tidak
tangan walinya.
syaratnya adalah:
nyiakan (memboroskan).
ini sekian.”
Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi
hukumnya, jual beli ada dua macam, jual beli yang sah menurut hukum
dan batal menurut hukum, dari objek jual beli dan segi pelaku jual beli.
Ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli dapat dikemukakan
pendapat Imam Taqiyuddin's bahwa jual beli dibagi menjadi tiga bentuk:
البيوع ثالثة بيع عين مشاهدة وبيع شـئ موصـوف في الذمة وبيع عين غايبة لم تشاهد
24
Suhendi, Fiqh Muamalah, 75–81.
"Jual beli itu ada tiga macam: 1) jual beli benda yang kelihatan, 2) jual beli
yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji, dan 3) jual beli benda yang
tidak ada."
Jual beli benda yang kelihatan ialah pada waktu melakukan akad
jual beli benda atau barang yang diperjualbelikan ada di depan penjual dan
pembeli. Hal ini lazim dilakukan masyarakat banyak dan boleh dilakukan,
untuk jual beli yang tidak tunai (kontan), salam pada awalnya berarti
ditetapkan ketika akad. Dalam salam berlaku semua syarat jual beli dan
2. Dalam akad harus disebutkan segala sesuatu yang bisa memper tinggi
kapas, sebutkan jenis kapas saclarides nomor satu, nomor dua, dan
didapatkan di pasar.
Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah jual
beli yang dilarang oleh agama Islam karena barangnya tidak tentu atau
atau barang titipan yang akibatnya dapat menimbulkan kerugian salah satu
pihak
Ditinjau dari segi pelaku akad (subjek), jual beli terbagi menjadi tiga
Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan adalah akad yang
alakukan oleh kebanyakan orang. Bagi orang bisu diganti dengan isyarat
kehendak. Hal yang dipandang dalam akad adalah maksud atau kehendak
via Pos dan Giro. Jual beli ini dilakukan antara penjual dan pembeli tidak
berhadapan dalam satu majelis akad, tetapi melalui Fos dan Giro, jual beli
bentuk ini hampir sama dengan bentuk jual beli salam, hanya saja jual beli
salam antara penjual dan pembeli saling berhadapan dalam satu majelis
akad, sedangkan dalam jual beli via Pos dan Giro antara penjual dan
ijab dan kabul, seperti seseorang mengambil rokok yang sudah bertuliskan
label harganya, dibandrol oleh penjual dan kemu dian diberikan uang
dengan cara demikian dilakukan tanpa sighat ijab kabul antara penjual dan
pembeli, menurut sebagian Syafi'iyah tentu hal ini dilarang sebab ijab
kabul sebagai rukun jual beli. Tetapi sebagian Syafi'iyah lainnya, seperti
dengan cara yang demikian, yakni tanpa ijab kabul terlebih dahulu.
Selain pembelian di atas, jual beli juga ada yang dibolehkan dan
ada yang dilarang jual beli yang dilarang juga ada yang batal ada pula
yang terlarang tetapi sah. Jual beli yang dilarang dan batal hukumnya
beli seperti ini dilarang, karena barangnya belum ada dan tidak
tampak.
4. Jual beli dengan muhaqallah. Bagalah berarti tanah, sawah, dan kebun,
di ladang atau di sawah. Hal ini dilarang agama sebab ada persangkaan
riba di dalamnya.
mangga yang masih kecil-kecil, dan yang lainnya. Hal ini dilarang
karena barang tersebut masih samar, dalam artian mungkin saja buah
tersebut jatuh tertiup angin kencang atau yang lainnya sebelum diambil
oleh si pembelinya.
menyentuh berarti telah membeli kain tersebut. Hal ini dilarang karena
7. Jual beli dengan munabadzah, yaitu jual beli secara lempar melempar,
8. Jual beli dengan muzabanak, yaitu menjual buah yang basah dengan
buah yang kering, seperti menjual padi kering dengan bayaran padi
dengan tunai atau $ 15,- dengan cara utang". Arti kedua ialah seperti
seseorang berkata. "Aku jual buku ini kepadamu dengan syarat kamu
10. Jual beli dengan syarat (iwadh mahjul), jual beli seperti ini, hampir
sama dengan jual beli dengan menentukan dua harga, hanya saja di sini
yang butut ini kepadamu dengan syarat. kamu mau menjual mobilmu
padaku."
11. Jual beli gharar, yaitu jual beli yang samar sehingga ada kemung kinan
jelek.
12. Jual beli dengan mengecualikan sebagian benda yang dijual, seperti
seseorang menjual sesuatu dari benda itu ada yang dikecualikan salah
satu bagiannya, misalnya A menjual seluruh pohon-pohonan yang ada
dikebunnya, kecuali pohon pisang. Jual beli ini sah sebab yang
13. Larangan menjual makanan hingga dua kali ditakar. Hal ini me
Jual beli yang dimaksudkan disini adalah jual beli hak atas tanah.
Dalam praktik disebut jual beli tanah. Secara yuridis, yang diperjual
belikan adalah hak atas tanah bukan tanahnya. jual beli tanah adalah
untuk selama-lamanya) oleh penjual kepada pembeli, yang pada saat itu
beragam, ada yang sebagai hak guna pakai, hak guna bangunan, ada
25
Urip Santoso, Pendaftaran Dan Peralihan Hak Atas Tanah (Jakarta Timur: Kencana, 2019),
360.
26
Arba, Hukum Agraria Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2019).
juga yang tersertifikasi da nada juga yang tidak tersertifikasi. Jual beli
tanah tidak tersertifikasi adalah praktik jual beli tanah dimana penjual
pembeli.
Sertifikat tanah secara fisik terdiri dari salinan buku tanah dan
surat ukur yang dijahit menjadi 1 (satu) dalam sampul. Secara yuridis
memiliki sisi ganda. Pada satu sisi sebagai Keputusan Tata Usaha
Negara (KTUN) dan pada sisi lain sebagai Tanda Bukti Hak
Dalam hukum ekonomi Islam jual beli tanah atau transaksi jual
27
Zainal Abidin Sangadji, Kompetensi Badan Peradilan Umum Dan Peradilan Tata Usaha
Negara (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), 35–36.
berefek kepada sosial masyarakat dan juga jual beli atau transaksi
Sinjai, dengan kesimpulan bahwa jual beli dengan tinjauan hukum adat
dan hukum islam jual beli dengan akta dibawah tangan sah saja apabila
sah bila menggunakan akta otentik dika dilakukan di hadapan PPAT atau
Tinjauan Hukum Jual Beli Hak Milik Atas Tanah Menurut Peraturan
bahwa proses jual beli hak milik atas tanah yang dilakukan di lokasi
karena masih dipengaruhi oleh hukum adat, dimana kedua belah pihak
kekeluargaan.
28
Hasbi Umar, Filsafat Fiqh Muamalat Kontemporer (Jakarta: Rajagrapindo Persada, 2014), 207–
208.
bahwa jual beli tanah yang dilakukan masyarakat Gapura dalam hal ini
dilarang, sebab tanah yang dijadikan objek jual belinya bukanlah sah milik
penjual. Jadi dalam hal ini jual beli yang dilakukan oleh masyarakat
Gapura hukumnya haram, karena tidak sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan syara’.
khusus yang membahas mengenai jual beli tanah yang penulis jabarkan.
bidang-bidang kajian hukum islam ada dua, yaitu bidang ibadah dan
hubungan orang-orang mukalaf antara yang satu dengan yang lainnya baik
Menurut Hendi Suhendi inti jual beli ialah suatu perjanjian tukar-
menukar benda atau barang yang menyukai nilai secara sukarela diantara
29
Marzuki, Pengantar Studi Hukum Islam: Prinsip Dasar Memahami Berbagai Konsep Dan
Permasalahan Hukum Islam Di Indonesia (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2017), 12–31..
kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain
pepohonan, rumah, dan lain-lain, menurut madzhab syafi’I itu turut terjual,
tetapi tidak termasuk barang yang bisa diambil sekaligus seperti padi,
sedangkan hak atas tanah adalah ha katas sebagian tertentu atas permukaan
bumi yang terbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang kali lebar yang
Sertifikat adalah salinan buku tanah dan surat ukur setelah dijahit
adalah pemberian surat tanda bukti hak, sebagai alat pembuktian yang
kuat. Jadi jual beli tanah yang tidak tersertifikasi adalah jual beli tanah
satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah
30
Suhendi, Fiqh Muamalah, 68–87.
31
Arba, Hukum Agraria Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2019), 7.
dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.
32
Suhendi, Fiqh Muamalah, 42.