Anda di halaman 1dari 3

Menjaga kestabilan nilai mata uang sangat penting, maka timbul

pertanyaan bagaimana menjaga kestabilan nilai mata uang kertas saat


ini? Sistem moneter dunia kini dikuasai fiat money yang sangat rentan
dengan fluktuasi (volatile), kecuali beberapa negara yang masih
menggunakan dwi-logam (dinar dan dirham). Robert A. Mundell,
peraih Nobel Ekonomi, mengatakan ketika masyarakat dunia
menggunakan fiat money, maka konsekuensi logisnya mereka telah
memasuki tahapan ekonomi baru, regime of permanent inflation atau
inflasi abadi.
Tidak ada nas dalam Alquran dan hadis yang mewajibkan
menjadikan emas dan perak sebagai uang yang diakui oleh syariat dan menjadi istilah pasar.
Dengan demikian, jelas bahwa permasalahan
uang termasuk dalam masalah al-mashalih al-mursalah. Oleh sebab
itu, apabila pasar menemukan maslahat ketika menjadikan sesuatu
sebagai uang, berarti sikap mereka tidak bertentangan dengan
syariah.36
Penggunaan mata uang emas ataupun perak yang disertai sistem
moneter yang memungkinkan terjadinya penggunaan uang untuk
motif spekulasi mendapatkan bunga (riba), tentu juga tetap akan
mengakibatkan terjadinya inflasi. Karena akan terjadi pertambahan
jumlah uang tanpa pertambahan secara riil barang dan jasa. Maka
sangat jelas maqashid syariah Islam, baik melalui Alquran maupun
hadis, mengharamkan riba dalam kegiatan transaksi ekonomi.
Mempelajari pertumbuhan ekonomi pada masa Daulah
Abasiyah, Al-Maqrizi juga mengemukakan bahwa inflasi terjadi
ketika harga-harga secara umum mengalami kenaikan terus-menerus.
Al-Maqrizi menyadari bahwa penggunaan mata uang emas dan perak tidak serta-merta akan
menghilangkan inflasi dalam ekonomi, karena
inflasi juga dapat terjadi karena faktor alam dan tindakan dari
penguasa yang sewenang-wenang. Inflasi yang disebabkan human
error, terjadi karena tindakan korupsi, administrasi yang buruk, dan
sirkulasi mata uang fulus yang berlebihan.
Saat ini, dinar emas dan dirham perak digunakan sebagai alat investasi, membeli dinar
dan dirham ketika harganya turun, dan menjualnya kembali ketika harganya naik. Sama
dengan Emas batangan, Bitcoin, Dollar/Valuta asing, hingga lembar saham (Teguh &
Sisdianto, 2020). Perkembangan jumlah penduduk dunia saat ini hampir mencapai 8
miliar orang. Tidak dapat dibayangkan, apa yang akan terjadi seandainya dinar/dirham
digunakan oleh semua orang di bumi ini?, alam akan dieksploitasi besar-besaran untuk
mendapatkan bahan baku dinar/dirham. Sehingga alam akan rusak karena tidak lagi
balance, bukan hanya oleh flora dan fauna, tetapi juga oleh umat manusia. Belajar dari
kasus penambangan emas PT Freeport siapa yang diuntungkan dari kegiatan tersebut
selaian kerusakan alam dan ekosistem?

Penggunaan dinar/dirham untuk alat transaksi saat ini sudah tidak relevan lagi, karena
beberapa alasan: 1) nilai tawar dari sebuah produk yang akan ditukar dengan
dinar/dirham sulit untuk ditentukan. 2) dinar/dirham merupakan instrumen investasi,
sama halnya dengan Bitcoin, Dollar (valuta asing), emas antam (dan juga yang digital)
hingga lembar saham. 3) bahan baku dinar/dirham akan habis dan dampaknya akan
merusak lingkungan jika dieksploitasi habis-habisan karena alat transaksi itu digunakan
oleh semua negara.

Anda mungkin juga menyukai