Anda di halaman 1dari 3

Tarikh diartikan sejarah, yaitu penafsiran terhadap peristiwa zaman lampau yang dipelajari secara

kronologis.

Al-tasyri’ merupakan istilah teknis tentang proses pembentukan fikih atau peraturan perundang-
undangan.

1.1 Pengertian Tarikh Tasyri Islam


Konsep tasyri’ menurut bahasa berarti penetapan atau pemberlakuan. Sementara itu,
pengertian tasyri’ menurut istilah syara’ dan undang-undang adalah pembuatan/pembentukan
Undang-undang yang berlangsung sejak diutusnya Rasulullah SAW., dan berakhir hingga
wafatnya. Lebih dari itu sebagian ulama mengatakan bahwa tasyri’ adalah mencakup
perkembangan fiqih Islam, proses kodifikasinya, serta ijtihad yang dilakukan oleh para ulama
di sepanjang sejarah kehidupan umat Islam. Hal itu dimaksudkan untuk mengetahui hukum-
hukum bagi perbuatan orang dewasa, dan ketentuan-ketentuan hukum serta peristiwa yang
terjadi di kalangan mereka. 
Dengan demikian, tasyri’ akan menjelaskan bagaimana cara seseorang ulama menetapkan
suatu ketentuan hukum atau fiqih yang bersumber kepada nash atau syari’at, baik yang
bersumber dari wahyu Allah ataupun dari penjelasan Rasulullah dengan mengkait-kaitkan
kondisi sosio-kultural yang melingkupinya. Oleh karena itu rentang dan lingkup kajian tarikh
tasyri’ dimulai sejak pertama kali wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW hingga
masa kini. Sedangkan tarikh diartikan sebagai sejarah, yaitu penafsiran terhadap peristiwa
zaman lampau yang dipelajari secara kronologis.
Lebih jauh Muhammad Ali al-Sayis mengatakan bahwa tarikh tasyri’ adalah ilmu
yang membahas keadaan hukum Islam secara pereodik dari masa kerasulan hingga masa kini
kaitannya dengan bagaimana epistemologi para fuqaha, mujtahid dalam merelasikan antara
teks suci dan konteks secara holistikal, hingga melahirkan produk fiqih tertentu. Inilah yang
membedakan secara prinsip antara produk fiqih (perjumpaan kompromistik antara teks suci
dan masalah sosial) dengan produk penalaran, yaitu produk yang murni digali dan
dikembangkan dari masalah-masalah sosial kaitannya dengan penalaran rasional.
Atas dasar itulah aturan perundang-undangan atau fiqih Islam mempunyai ciri-ciri tertentu
dan berbeda dengan hukum dan perundang-undangan yang tidak bersumber kepada agama.
Beberapa ciri produk fiqih tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1.    Tasyri’ Islam atau pembentukan hukum Islam bersumber dari Allah SWT. Oleh sebab itu
hukum Islam sesuai dengan kebutuhan manusia, berbeda dengan Undang-Undang yang
dibentuk oleh suatu badan atau bangsa tertentu.
2.    Tasyri’ Islam atau pembentukan hukum Islam bersifat menyeluruh. 
Maksudnya, dalam menetapkan suatu hukum selalu mencakup hak-hak dan kewajiban secara
menyeluruh dan terpadu   
3.    Aturan perundang-undangan islam bertujuan untuk mendatangkan manfaat dan menolak
mudharat. Setiap perintah disertai dengan janji mendapat pahala serta melarang pekerjaan-
pekerjaan yang jahat dengan menjanjikan ancaman dan azab. Dengan demikian umat manusia
didorong untuk mengamalkan suatu perintah atau meninggalkan larangan karena kesadaran
hukum.
4.    Hukum islam memiliki kekuatan untuk mendorong umat Islam untuk mematuhi atau
tunduk kepadanya. Hal ini disebabkan oleh karena ketentuan-ketentuan dalam hukum Islam
mempunyai dua macam sanksi, yakni balasan di dunia dan balasan di akhirat. Bagi hukum
Islam, sanksi di akhirat adalah jauh lebih berat daripada ganjaran yang ada di dunia. Oleh
karena itu setiap orang mukmin memiliki kesadaran yang mampu mendorong dirinya untuk
mentaati ketentuan-ketentuan hukum Islam dan melaksanakan perintah-perintah serta
menjauhi laranganNya, meskipun mereka berkesempatan dan mampu untuk menghindari diri
dari kutukan hukum di dunia. Keadaan ini dimaksudkan untuk membentuk masyarakat
bahagia di dunia dan akhirat.
5.    Tasyri’ atau pembentukan hukum islam memiliki suatu ciri yang khusus, yakni dasar-
dasar hukumnya adalah umum, artinya kita dapat memperoleh semua segi hukum yang
bermacam-macam karena aturan perundang-undangan islam dasarnya adalah Al-Qur’an dan
al-Hadist.  

Secara umum ruang lingkup kajian tarikh tasyri’ hanya dibatasi pada keadaan perundang-
undangan Islam dari zaman-ke zaman dimulai dari zaman Rasul hingga zaman masa kini
yang ditinjau dari sudut pertumbuhan perundang-undangan Islam. Sementara itu menurut
Kamil Musa dalam al-Madkhal ila Tarikhi al-Tasyri’ al-Islami mengatakan bahwa ruang
lingkup tarikh tasyri’ tidak hanya terbatas pada sejarah pembentukan al-Qur’an dan al-
Sunnah, melainkan juga mencakup pemikiran, gagasan, dan ijtihad para ulama pada kurun
waktu tertentu. Secara spesifik ruang lingkup kajian tarikh tasyri’ islami itu adalah sebagai
berikut:
a.    Ibadah
    Bab Ibadah khusus berbicara tentang hubungan manusia dengan Tuhan. Pembentukan
hukumnya bersumber pada nash-nash syariat langsung, oleh karena itu ketetapan hukum yang
berhubungan dengan lapangan ibadah ini bersifat abadi, tidak memerlukan perubahan dan
sesuai dengan segala zaman dan tempat.
b.    Hukum Keluarga
    Lapangan pembahasan hukum  keluarga adalah lebih luas daripada lapangan munakahat,
karena membahas masalah pernikahan, warisan, wasiat dan wakaf.
c.    Muamalat
    Bab muamalat berisi tentang hak-hak manusia dalam hubungannya dengan satu sama lain.
d.    Jinayat atau hudud
Pembahasannya meliputi aturan-aturan yang mengatur tata cara melindungi dan menjaga
keselamatan hak-hak dan kepentingan ketentraman manusai. 
e.    Hukum Kenegaraan
Hukum ini membahas tentang hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya dalam berbagai
ruang kehidupan.
f.    Hukum Internasional
Lapangan pembahasan hukum internasional ini terdapat dua pembagian yang spesifik,
pertama berkenaan dengan hukum perdata Internasional, yaitu aturan-aturan yang
menerangkan hukum mana yang berlaku, dari dua hukum atau lebih. Kedua adalah hukum
publik Internasional, lapangan hukum ini mengatur antara Negara Islam dengan Negara lain
yang bukan dalam lapangan keperdataan.

Anda mungkin juga menyukai