PENDAHULUAN
Transaksi jual beli adalah suatu aktifitas yang sudah lumrah dan biasa
mereka mendapatkan apa yang mereka butuhkan pengertian dari jual beli
adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara yang
tertentu (akad).1
hidup mereka. Untuk melakukan transaksi jual beli mereka harus mengetahui
rukun dan syarat jual beli agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diharapkan
yang dapat merugikan mereka, seperti jual beli yang mengandung gharar,
maysir, riba, ataupun lainnya. Seperti jual beli yang sudah lumrah terjadi
yaitu jual beli dengan menggunakan taksiran atau mengira-ngira, seperti jual
beli buah cengkih yang masih di atas pohon, atau jual beli ikan yang masih di
dalam kolam.
Padahal dalam islam jual beli itu harus tentu bahwa barang tersebut
milik sendiri, juga diketahui barang yang diperjual belikannya harus diketahui
Dasar hukum jual beli telah diatur dalam Al-Quran. Seperti dalam Q.S
mengkonsumsi harta secara batil. Batil disini bisa diartikan yang dilarang
oleh syara’. Yang dilarang oleh syara’ seperti gharar, maysir ataupun riba,
baik dalam jual beli barang ataupun yang lainnya. Begitupun dalam jual beli
Jual beli yang dimaksudkan disini adalah jual beli hak atas tanah.
Dalam praktik disebut jual beli tanah. Secara yuridis, yang diperjual belikan
adalah hak atas tanah bukan tanahnya. jual beli tanah adalah perbuatan hukum
4
Arba, Hukum Agraria Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2019).
oleh penjual kepada pembeli, yang pada saat itu juga pembeli menyerahkan
Secara umum jual beli tanah dikalangan masyarakat itu beragam, ada
yang sebagai hak guna pakai, hak guna bangunan, ada juga yang tersertifikasi
da nada juga yang tidak tersertifikasi. Jual beli tanah tidak tersertifikasi adalah
praktik jual beli tanah dimana penjual menjual tanahnya tidak mempunyai
Sertifikat tanah secara fisik terdiri dari salinan buku tanah dan surat
ukur yang dijahit menjadi 1 (satu) dalam sampul. Secara yuridis sertifikat
tanah adalah surat tanda bukti hak (Pasal 1 Angka 2 Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997). Sertifikat tanah memiliki sisi ganda. Pada satu sisi
sebagai Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) dan pada sisi lain sebagai
atas tanah. Sebagai tanda bukti hak, Pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor 24
yang kuat. 6 jadi sertifikat tanah adalah bukti kepemilikan dan hak seseorang
dimana dalam peraktik jual beli tanah tersebut terjadi sebuah masalah yang tak
5
Urip Santoso, Pendaftaran Dan Peralihan Hak Atas Tanah (Jakarta Timur: Kencana,
2019), 360.
6
Zainal Abidin Sangadji, Kompetensi Badan Peradilan Umum Dan Peradilan Tata
Usaha Negara (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), 35–36.
diduga oleh penjual ataupun pembeli di kemudian hari. Walaupun sebenarnya
apabila jual beli tanah yang menggunakan sertifikat dan yang tidak itu berbeda
harga jualnya.
Dalam hukum ekonomi Islam jual beli tanah atau transaksi jual beli
tanah tentulah bukan sesuatu yang dilarang, asalkan memiliki kejelasan hak
milik, kewajiban yang dilakukan dipenuhi, serta tidak berefek kepada sosial
masyarakat dan juga jual beli atau transaksi tersebut haruslah sesuai dengan
syariat islam.7
Garut, praktik jual beli tanah sudah lumrah dilakukan oleh masyarakat dan
Desa tersebut banyak yang melakukan transaksi jual beli tanah, dimana
transaksi jual beli tanahnya ada yang tanpa sertifikat atau tidak tersertifikasi.
Dimana praktek transaksi jual belinya, pihak penjual menjual tanahnya dengan
hanya menggunakan surat pembayaran pajak saja atau biasa mereka sebut
dengan tupi, atau bisa di sebut dengan akta dibawah tangan. Si pembeli pun
menyetujui jual beli tersebut dengan pegangan surat pembayaran pajak yang
menjadi tolak ukur yang di setujui kedua belah pihak (penjual dan pembeli)
atas, dalam praktek transaksi jual beli tersebut akan ada pihak yang dirugikan,
dimana terjadi sengketa terhadap hak kepemilikan tanah maka pihak kedua
7
Hasbi Umar, Filsafat Fiqh Muamalat Kontemporer (Jakarta: Rajagrapindo Persada,
2014), 207–208.
tidak bisa apa-apa karena bukti jual beli yang kurang akurat. Seperti yang
terjadi pada pembeli dimana beliau membeli tanah dari penjual seluas 21
tumbak, tetapi setelah beliau membelinya, ada pemilik tanah sebelahnya yang
atas kasus ini. Karena tanah tersebut dijual tanpa sertifikat sebagai penguat
dan penjelas tanah tersebut, dan dalam penjualan tanah tersebut hanya
menggunakan surat pembayaran pajak dan saksi saja, dan ternyata saksi
ini terjadi bisa berakibat ketidak selarasan dengan prinsip hukum islam,
Kabupaten Garut?
2. Bagaimana perspektif hukum Islam tentang jual beli tanah yang
Kabupaten Garut.
Kecamatan Cihurip.
dengan masalah yang telah diteliti. Bab ini membahas tentang tinjauan
beli secara umum dan jual beli tanah yang tidak tersertifikasi.
analisis data.