SKRIPSI
Oleh:
Pembimbing:
Kajian hukum islam dari waktu ke waktu terus berubah dan berkembang
termasuk dalam hal muamalah, seperti jual beli. Jual beli telah banyak
mengalami perkembangan yang cukup pesat, baik dari segi cara, bentuk, model,
maupun barang yang diperjualbelikan. Apalagi jika ditinjau dari segi objek jual
beli, salah satunya adalah jual beli sarang urung sriti yang terjadi di Desa
Campurejo Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo. Disana terdapat beberapa
warga yang memperjualbelikan sarang burung sriti sebagai usaha sampingannya.
Berangkat dari latar belakang tersebut penulis bermaksud untuk
meninjau bagaimana perspektif hukum Islam terhadap akad jual beli sarang
burung sriti tersebut dan sarang burung sriti sebagai obyek jual beli di di Desa
Campurejo Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo, sehingga dapat diketahui
apakah akad yang digunakan dalam jual beli tersebut sudah sah atau tidak, dan
apakah sarang burung sriti sebagai obyek jual beli itu halal atau haram. Dan
bagaimana dasar hukum terhadap jual beli sarang burung sriti tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif, dengan cara berpikir induktif. Sedangkan teknis penggalian
data menggunakan wawancara. Sumber datanya diperoleh dari informan yakni
pengepul dan pedagang serta petani sarang burung sriti. Dalam mengolah data,
penulis melalui beberapa tahapan, yaitu editing, organizing dan penentuan hasil
data. Kemudian oleh penulis di analisis menggunakan hukum Islam.
Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa (1)
analisa hukum Islam terhadap akad jual beli sarang burung sriti di Desa
Campurejo Kecamatan Sambit Kabupaten adalah sesuai hukum Islam yaitu boleh
atau sah hukumnya karena memenuhi syarat dan rukun akad jual beli dalam
Islam, (2) analisa hukum Islam terhadap sarang burung sriti sebagai objek jual
beli di Desa Campurejo Kecamatan Sambit Kabupaten adalah sesuai hukum
Islam yaitu boleh atau halal hukumnya karena memenuhi kriteria syarat objek
(barang) yang boleh diperjual-belikan menurut hukum Islam.
ii
iii
iv
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain untuk memenuhi
mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.2 Menurut ulama
Hanafi, jual beli adalah saling menukar harta dengan harta melalui cara
tertentu. 3
Rukun dan syarat dalam bermu’a>malah atau akad yang harus
1
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1994), 278.
2
Mardani, Fiqh Ekonomi Islam: Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana, 2013), 101.
3
Yazid Afandi, Fiqh Muamalah (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), 53.
4
Soenarto, Al-Qur‟an Dan Terjemahannya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah/Pentafsir Al-Qur‟an, 1971), 156.
3
2
Dalam melakukan transaksi jual beli, barang atau jasa yang dijadikan
objek akad harus diperbolehkan secara syariat Islam. Jika objek transaksi
dikatakan batal. Seperti apa yang dijelaskan pada ayat Al-qur‟an surat Al-
g
Artinya: “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di
antara kamu dengan jalan dan (janganlah) kamu membawa (urusan)
harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan supaya kamu
dapat memakan sebagian dari pada harta bendaorang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”.5
Dari ayat tersebut dapat dipahami, kita sesama umat muslim
orang lain dengan jalan yang tidak dibenarkan oleh Allah Swt, karena itu
dapat merusaha tata hubungan muamalah umat. Maka umat muslim tidak
boleh rakus terhadap harta yang diberikan oleh Allah Swt, karena sebagian
harta yang dikasih milik Allah Swt itu sebagaian milik orang lain. Allah Swt
sendiri menganjurkan untuk dengan cara yang halal untuk mencari harta,
karena Allah Swt sendiri tidak menanyakan seberapa banyak maupun sedikit
untuk mencarinya. Jadi pada intinya jangan sampai umat Islam mempunyai
Menurut Ulama Hanafiyah, rukun jual beli cukup satu saja yaitu
Syarat jual beli dalam Islam mengikut pada rukun yang disertakan
dalam jual beli. Rukun-rukun yang disebut sebelumnya akan sempurna bila
6
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik Dan Kontemporer (Bogor: Ghalia Indonesia,
2017),78.
5
Di antara sekian contoh aktual dari hal tersebut ialah jual beli sarang burung
Burung walet dan burung sriti sebagai sumber daya hayati memiliki nilai
sarangnya secara alamiah banyak dijumpai di gua dalam hutan dan gua-gua
Selain itu sarang sriti juga dapat dihasilkan secara buatan pada suatu
sriti. Sarang sriti merupakan hasil dari air liur burung sriti yang saat ini
Amerika Serikat, Kanada, Taiwan, dan beberapa negara lain. Di antara negara
Siti Nurani Yaqin, Tinjauan maslahah terhadap jual beli jus cacing sebagai Obat di Kabupaten
7
tubuh.8
pedagang, pengepul dan pabrik yang mengolah sarang burung sriti dan yang
sejumlah uang untuk modal mencari atau membeli sarang dari petani atau
pedagang lain dengan akad yang kurang jelas. Misalnya pengepul memberi
uang 1 juta rupiah kepada pedagang, lalu pedagang memberikan hasil sarang
burung sriti yang dijual kembali kepada pengepul, tanpa diketahui berapa
uang yang dihabiskan oleh pedagang untuk mendapatkan sarang burung itu.
yang masih asli atau susuh, sebenarnya sangat berbeda dengan sarang burung
dedaunan, ranting pohon, rumput, patahan sayap, dan banyak kotoran burung
itu sendiri. Sedangkan di dalam Islam tidak membolehkan jual beli benda
8
Joko Mulyono, Kajian Tentang Usaha Sarang Burung Walet Di Kabupaten Sampang, Skripsi,
(Surabaya: UPN Veteran,2010),1-2.
7
najis, maka dari itu penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai hal ini,
apakah sarang burung sriti termasuk didalam benda yang najis atau tidak.9
suatu permasalahan yang sangat ingin dan perlu diteliti, sehingga saya
mengambil penelitian ini dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual
Ponorogo”
B. Rumusan Masalah
Ponorogo?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap objek jual beli sarang burung
C. Tujuan Penelitian
yang dilakukan dalam transaksi jual beli sarang burung sriti di Desa
9
Bapak Jarwanto dan Bapak Sidul, Hasil Wawancara, Ponorogo, 20 Desember 2019
8
sriti yang masih asli dalam praktik jual beli yang di lakukan di Desa
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang penulis harapkan dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
garis ilmiah kepada semua pihak lebih khusus bagi para pengusaha yang
E. Telaah Pustaka
Pertama, Skripsi dari Pangat salah satu Mahasiswa UIN Raden Fatah
Tinjauan fiqh Muamalah terhadap jual beli pupuk kandang di Desa Langkan
data yang dikumpulkan berupa sumber data primer dan sumber data sekunder.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa praktek jual beli yang dilakukan di
ucapankan jual beli melainkan Ijarah, seperti ku bayar upah pupuk ini dengan
berdasarkan rukun dan syarat jual beli yang telah ditentukan oleh Hukum
Islam maka jual beli tersebut tidak diperbolehkan karena pupuk tersebut
10
Nurani Yaqin yang berjudul “Tinjauan maslahah terhadap jual beli jus
adanya pengolahan cacing yang dijadikan jus. Menurut para ahli cacing
mengandung kadar protein yang sangat tinggi. Salah satu pendapat yang
hukum Islam terhadap jual beli jus cacing sebagai obat di kabupaten
hukumnya adalah boleh, jual beli jus cacing sudah mememenuhi rukun dan
10
Pangat, Tinjauan fiqh muamalah terhadap jual beli pupuk kandang di Desa Langkan
Kecamatan Banyuasin III Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatra Selatan, Skripsi, (Palembang:
UIN Raden Fatah,2018)
11
syarat dan boleh melakukan transaksi ini karena cacing yang digunakan untuk
Islam. Karena selain menimbulkan efek kemaslahatan untuk obat, cacing juga
penjualnya.11 Kesamaan dalam skripsi ini adalah dalam objek jual belinya
yang tidak lazim yaitu dari cacing yang dianggap masyarakat sebagai
binatang yang menjijikkan sama halnya dengan air liur burung sriti.
shqfi‟i dan madhhab maliki tentang jual beli katak untuk di konsumsi”.
metode istinba>t Hukum Madhha>b Sha>fi’i dan Madhha>b Ma>liki tentang jual
Madhha>b Sha>fi’i dan Madhha>b Ma>liki tentang jual beli katak relevansinya
Siti Nurani Yaqin, Tinjauan maslahah terhadap jual beli jus cacing sebagai Obat di
11
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa dari segi obyek tentang
jual beli Katak untuk dikonsumsi, Madhhab Shafi'i berpendapat tidak sah,
alasannya bukan dilihat dari wujud objeknya tetapi adanya manfaat dari
adalah dalam objek jual belinya yang tidak lazim yaitu katak yang dianggap
masyarakat sebagai binatang yang menjijikkan sama halnya dengan air liur
burung sriti.
Adapun mengenai hukum bekicot sebagai obyek jual beli para ulama
memperselisihkannya.
apakah bekicot sebagai obyek jual beli itu halal atau haram. Dan bagaimana
dasar hukum ulama terhadap jual beli bekicot di Kecamatan Gerih Kabupaten
Ngawi perspektif hukum Islam, hal ini untuk mengetahui bagaimana hukum
12
Akur Budi Syahrony, Studi komparatif istinbat hukum madhhab shqfi‟i dan madhhab maliki
tentang jual beli katak untuk di konsumsi, Skripsi (Ponorogo: IAIN Ponorogo,2018).
13
islam menjelaskan halal haram jual beli bekicot yang telah dipaparkan dalam
Islam.
bekicot. Imam Malik mempunyai prinsip bahwa bekicot adalah hewan yang
mengenai metode istinbat yang digunakan dalam menentukan hukum jual beli
akad transaksinya yang menurut peneliti masih simpang siur karena terjadi
akad bertingkat antara pengepul, pedagang dan petani sarang burung sriti.
Lalu
Bariatul Ismi, Hukum Bekicot (Halzun) Menurut Imam Malik Dan Relevansinya Dengan
13
yang kedua dari segi objeknya juga berbeda yaitu sarang burung sriti, sejauh
F. Metode Penelitian
deskripsi berupa kata-kata tulisan atau dari orang-orang dan prilaku yang
Ponorogo.
14
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung : Transito, 1996), 18.
15
Julia Brannen, Memadu Metode Penelitian Kualitatf dan Kuantitatif (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002). 11.
15
2. Kehadiran Peneliti
Ponorogo.
3. Lokasi Penelitian
karena itu, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana usaha tersebut dapat
a. Data
b. Sumber Data
data langsung dari lapangan. Pada skripsi ini data primer berasal dari
kesamaan pembahasan.16
sebagai berikut:
a. Teknik Observasi
b. Teknik Wawancara
16
Dudung Abdurahman, Pengantar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Kurnia Kalam
Semesta, 2003), 66
17
Nasutions, Metode Penelitian, 57.
18
Arief Furchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh Metodologi Penelitian Mengenai Tokoh
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 51.
17
penelitian.19
6. Analisis Data
yaitu berangkat dari teori yang bersifat khusus menuju ke umum yaitu
data-data yang bersifat nyata dari lapangan. 20 Begitu juga dalam skripsi ini
a. Perpanjangan pengamatan
b. Ketekunan pengamatan
data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan
sistematis.22
19
Abdurahman, Pengantar Metodologi, 67.
20
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012) 28.
21
Andi Prastowo, Metode penelitian kualitatif dalam perspektif rancangan (Jogjakarta: AR-
RUZZ Media, 2014), 266.
22
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung: ALFABETA,
2013), 272.
18
1. Pra Lapangan
Desember 2019
lapangan dan di lapangan. Kegiatan yang dilakukan peneliti pada saat pra
teori yang digunakan sebagai alat penelitian, memilih subyek yang akan
terkait.
G. Sistematika Pembahasan
membagi beberpa pembahasan menjadi lima bab dan akan diikuti dengan
BAB I : PENDAHULUAN
Setelah itu adalah Telaah pustaka untuk apakah penelitian ini jika
sistematika pembahasan.
untuk menganalisis data yang diperoleh dari lapangan. Isi dari bab
hukum, hikmah jual beli, rukun dan syarat dan jenis-jenis jual beli
yang dilarang dalam Islam, murabahah dan hukum jual beli barang
mutanajiz.
PONOROGO
20
Pada bab ini berisikan paparan dan temuan penelitian yang meliputi
usaha jual beli sarang burung. Dan masalah yang inti mengenai
dan bagaimana hukum objek jual beli sarang burung sriti tersebut.
BAB V : PENUTUP
hasil analisis dari bab empat dimana hasil tersebut adalah jawaban
menunjukan makna jual dan beli. 24 Para ahli menggunakan istilah البيع
Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang
yang mempunyai nilai atas dasar kerelaan atau kesepakatan antara dua
dibenarkan oleh syara’.26 Jual beli merupakan sebuah aktifitas yang baik
karena dengan jual beli atau berdagang itu mendatangkan manfaat dan
saling menciptakan keuntungan kepada orang lain. Selain itu dalam Al-
qur‟an ada juga anjuran untuk tidak memakan harta sesama manusia
g
23
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah kontemporer (Jakarta: Rajawalipers, 2016), 21.
24
Enang Hidayat, Fiqh Jual beli (Bandung: PT Remaja Posdakarya, 2015), 9.
25
Ibid., 10.
26
Huda, Fiqh Muamalah, 52.
20
21
Dengan mengacu ayat di atas, maka perdagangan itu ada yang halal
syara‟ adalah tukar menukar harta (transaksi) dengan harta untuk memiliki
diartikan peralihan hak dan pemilikan dari satu tangan ke tangan lain. Ini
sendiri sebelum menjadi milik seseorang dan ini merupakan cara yang
27
Soenarto, Al-Qur‟an Dan Terjemahannya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah/Pentafsir Al-Qur‟an, 1971), 122.
28
Taqyuddin An-Nabhani, An-Nidlam Al-Iqtishadi Fil Islam :terj, Moh.Maghfur Wachid :
“Membangun Sistem Ekonomi Alternatif : Perspektif Islam”( Surabaya :Risalah Gusti, 2002), 150.
29
Abdurrahman as- sa‟di dkk, Fiqh al – bay‟ wa asy – syira‟ pengumpul dan penyusun
Naskah: Abu Muhammad Asyraf bin abdul maqsud, terj: Abdullah (Jakarta: Senayan Publishing,
2008), 143.
30
Amir Syarifuddin, Garis - Garis Besar Fiqh(Jakarta: Kencana, 2013), 189.
22
bukunya Fikih Ekonomi Syariah “jual beli adalah transaksi tukar menukar
uang dengan barang berdasarkan suka sama suka menurut cara yang
ditentukan syariat baik dengan ija>b dan qabu>l yang jelas, atau dengan
yang dimaksud dengan jual beli adalah saling tukar menukar barang untuk
mendapatkan sebuah manfaat sesuai dengan syariat Islam. Untuk itu jual
beli sangat di perhatikan dalam Islam karena jual beli adalah sarana bagi
a. Al-Qur‟an
kemampuan manusia;32
31
Rozalinda, Fikih dan Ekonomi Syariah (prinsip dan relasinya dalam keuangan ekonomi
syariah),(Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 64.
32
Heri Sudarsono, konsep ekonomi islam:suatu pengantar (Yogyakarta: Ekonisia, 2002),
29.
23
g
b. As-sunnah
(HR. Bukhari)38
secara baṭ> hil, harus menimbang dan menakar secara pas atau adil
juga tidak mengandung unsur penipuan karena hal itu sangat dibenci oleh
dan
36
Heri, Konsep Ekonomi, 35.
37
Hadits Riwayat Ahmad, 4:141, Hasan Li ghoirihi.
38
Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Terjemah Sahih Bukhari Hadits Riwayat
Bukhari No.1970.
26
qabu>l saja. Menurut mereka yang menjadi rukun jual beli itu hanyalah
kerelaan kedua belah pihak untuk berjual beli. Namun karena unsur
tersebut dari kedua belah pihak.Akan tetapi menurut jumhur ulama rukun
Terdapat beberapa hal yang harus terpenuhi dalam akad jual beli,
antara lain;
1) Jelas
2) Adil
39
M. Hasan Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2003),118.
40
Oni Sahroni dan A, Karim, Maqashid bisnis & keuangan islam (Depok: Raja Grafindo
Persada,2015),66.
27
Karena setiap akad berisi hak dan kewajiban setiap peserta akad.
dengan cara yang bathil itu diharamkan. Oleh karena itu Allah
Yaitu dua pihak terdiri dari bai’ (penjual) dan mustari (pembeli).
Disebut juga aq> id, yaitu orang yang melakukan akad dalam jual beli,
dalam jual beli tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua orang yang
orang Islam, dan ini disyaratkan bagi pembeli saja dalam benda-
baginya. Maka orang gila atau bodoh tidak sah jual belinya,
Ibid., 70
41
42
Gitbiah, Fiqh Kontemporer (Palembang: Karya Sukses Mandiri, 2015),154
28
dipaksa.
digolongkan haram.
sah barang tersebut dan atau telah mendapat izin dari pemilik sah
barang tersebut.
Ibid., 155
43
29
perjanjian jual beli atas sesuatu barang yang belum ditangan atau
d. Ada nilai tukar pengganti barang, yaitu sesuatu yang memenuhi tiga
syarat;44
3) Jika jual beli itu dilakukan dengan cara barter, maka barang yang
syara‟ seperti Babi dan Khamr karena kedua jenis barang tersebut
Syarat jual beli dalam Islam mengikut pada rukun yang disertakan
Ibid., 156.
44
30
Jual beli yang dilakukan oleh orang yang tidak waras maka jual beli
itu tidak sah. Untuk objek jual beli terdapat 4 hal yang perlu
diperhatikan diantaranya:
2) Dapat diserahterimakan/dipindahkan,
3) Ada manfaatnya,
berikut:46
a. Barang ada, atau tidak ada di tempat, tetapi pihak penjual mengatakan
bangkai, khamar dan darah tidak sah menjadi objek jaul beli, karena
46
Abdul Rahman Ghazaly, Dkk, Fiqh Muamalah (Jakarta: Prenada
Media Group, 2012), 75-76.
32
dalam tanah, karena ikan dan mas ini belum di miliki penjual.
Islam adalah:47
Jual beli pesanan adalah jual beli yang dilakukan dengan cara
Jual beli barter adalah jual beli dengan cara tukar- menukar barang.
Jual beli mutlak adalah jaul beli barang dengan sesuatu yang telah
Marfu‟ah, Jual Beli Yang Benar, (Semarang: PT Sindu Press, 2009), 19.
47
33
Jual beli kontan adalah jual beli suatu barang yang pembayarannya
Jual beli kredit adalah jual beli suatu barang yang pembayarnya tidak
Jual beli lelang adalah jual beli yang dilakukan dihadapan orang banyak
a. Bat> hil
Ba>thil adalah jual beli yang tidak memenuhi rukun dan syarat jual
1) Jual beli atas barang yang tidak ada ( bai’ al-ma’dum), seperti jual
beli janin di dalam perut ibu dan jual beli buah yang tidak tampak.
2) Jual beli barang yang zatnya haram dan najis, seperti babi, bangkai
dan khamar.
3) Jual beli bersyarat, yaitu jual beli yang ijab kabulnya dikaitkan
beli.
Ibid., 22.
48
b. Fas> id
keabsahannya.Misalnya :
1) Jual beli barang yang wujudnya ada, namun tidak dihadirkan ketika
berlangsungnya akad.
2) Jual beli dengan menghadang dagangan di luar kota atau pasar, yaitu
Jual beli bisa ditinjau dari beberapa segi. Dilihat dari segi kacamata
hukum jual beli terbagi menjadi dua macam, yang pertama yaitu jual beli
yang sah menurut hukum dan batal menurut hukum, dan yang kedua dari
a. Ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli dapat
1) Jual beli benda yang kelihatan ialah pada waktu melakukan akad jual
adalah untuk jual beli tidak tunai (kontan), salam pada awalnya
3) Jual beli barang yang tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah jual beli
yang dilarang oleh agama Islam karena barangnya masih gelap atau
dari cucian atau barang titipan orang lain yang akibatnya dapat
penjualan bawang merah dan wortel serta yang lainnya yang masih
50
Taqiyyudin Abi Bakr Bin Muhammad al-Husaini, Kifayah al- Akhiyar Juz 1 (Surabaya
:Syirkah Piramida, t.t), 329.
51
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1994), 178-179.
36
perbuatan ghara>r.
2) Akad jual beli melalui utusan, perantara, tulisan atuu surat menyurat
jual beli sama halnya dengan ijab> dan qabul> dengan ucapan,
misalnya via pos dan giro. Jual beli seperti ini dibolehkan menurut
syara‟.
kepada kasir. Jual beli dengan cara demikian dilakukan tanpa si>ghah
Syafi’iyah tentu hal ini dilarang sebab ija>b dan qabu>l sebagai rukun
7. Benda Mutanajiz
tersebut harus suci. Jika barang tersebut najis, maka tidak sah diperjual-
Pertama, barang yang terkena najis berupa benda padat. Kedua, barang
berupa benda padat, para ulama sepakat bahwa barang tersebut boleh
dan sah diperjual-belikan. Hal ini karena meski barang tersebut terkena
najis, namun barang bisa disucikan. Sehingga meski terkena najis tidak
dibuang bagian yang terkena tikus itu saja jika sudah bersih maka
minyak itu bebas dari najiz. Sesuai dengan Hadits Nabi yang berbunyi:
Majmu berikut;
“Jika barang yang terkena berupa najis berupa benda padat, seperti baju,
benda cair, masih ditafsil oleh para ulama.Jika benda cair tersebut
tersebut tidak bisa disucikan, seperti susu yang terkena najis, maka
52
Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad Al-Hushny, Kifâyatu al-Akhyar fi hilli Ghâyati al-
Ikhtishâr (Surabaya: Al-Hidayah, 1993), 242.
39
“Jika barang yang terkena najis berupa benda cair, maka harus dilihat
terlebih dahulu. Jika tidak mungkin untuk disucikan, seperti cuka, susu,
madu dan lainnya, maka tidak boleh diperjual-belikan tanpa ada
perbedaan ulama.”
diperjual-belikan.53
Faidah hadits:
1) Sucinya air liur unta. Ini merupakan kesepakatan kaum muslimin. Hal
ini karena Nabi melihat air liur untanya mengalir ke pundaknya „Amr
53
Bincang Syariah, “Barang terkena najiz apakah boleh diperjualbelikan?” dalam
https://bincangsyariah.com/kalam/barang-terkena-najis-bolehkah-djualbeli/ , (diakses pada
tanggal 31 oktober 2020, jam 15.00).
54
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al-Bassam, Taudhiih al-Ahkaam min Buluugh al-
Maraam (I/177-178)
40
2) Semisal dengan air liur, menurut pendapat yang benar adalah air
1. Pengertian Akad
Kata akad berasal dari bahasa Arab yaitu al-aqd yang secara
antara kedua belah pihak yang ditandai dengan ija>b qabu>l. Dengan
55
Ummu Waraqah, “Hukum Seputar Unta – Kitab Bulughul Maram” dalam
http://www.ummuwaraqah.com/2017/12/024-hukum-seputar-unta-kitab-bulughul.html , (diakses
pada tanggal 31 oktober 2020, jam 15.10).
56
Abdul Rahman Ghazaly, Ghufron Ihsan dan Sapiudin Shidiq. Fiqh Muamalat (Jakarta:
Kencana, 2010), 50-51.
41
demikian ija>b dan qabu>l adalah suatu perbuatan atau pernyataan untuk
orang atau lebih, sehingga terhindar dari suatu ikatan yang tidak
perkara, baik ikatan secara nyata maupun ikatan secara maknawi, dari
suatu segi ataupun dua segi.58 Dalam menafsirkan QS. Al Ma‟idah (5):1 :
2. Pembagian Akad
Pembagian akad dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi tujuannya
dan segi jenisnya. Dari segi tujuannya atau ada tidaknya kompensasi
a. Akad Tabarru’a>t
80.
59
Soenarto, Al-Qur‟an dan terjemahannya, 156.
42
Arab berarti kebaikan. Ada tiga bentuk akad tabarru’, yaitu sebagai
berikut;60
1) Meminjamkan uang
2) Meminjamkan jasa
3) Memberikan sesuatu
b. Akad Tija>rah
antara lain
1) Akad-akad investasi,
2) Jual-beli,
3) Sewa-menyewa.61
60
Neneng nurhasanah, Mudharabah dalam teori dan praktik (Bandung: PT Refika Aditama,
2015), 42-43.
61
Ibid., 46-47.
43
akad ini dapat terdiri dua orang atau lebih. Pihak yang berakad dalam
transaksi jual beli di pasar biasanya terdiri dari dua orang yaitu pihak
benda yang ada dalam transaksi jual beli, dalam akad hibah, dalam akad
62
Hasby Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, cet ke-3 (Jakarta: Bulan Bintang,
1989), 84.
44
berbeda pula tujuannya. Dalam akad jual beli, tujuan pokoknya adalah
Adapun syarat dari akad yaitu terdiri atas dua macam syarat, ada
syarat yang bersifat umum dan ada syarat yang bersifat khusus, syarat-
sah akad orang yang tidak cakap bertindak, seperti orang gila,
boros.
mempunyai hak
4) Janganlah akad itu akad yang dilarang oleh syara’, seperti jual
63
Qomarul Huda, Fiqh Mu‟amalah(Yogyakarta: TERAS, 2011), 28-29.
45
menjadi batal.
wajib ada dalam sebagian akad. Syarat khusus ini dapat juga disebut
4. Subtansi Akad
Substansi akad sebagai maksud pokok atau tujuan yang ingin dicapai
dengan adanya akad yang dilakukan. Hal ini merupakan sesuatu yang
64
Abdul Rahman Ghazaly, Ghufron Ihsan dan Sapiudin Shidiq. Fiqh Muamalat(Jakarta:
Kencana, 2010), 54-55.
46
upah sewa.
bangunan akad. Akad akan tetap sah sepanjang motif yang bertentangan
Misalnya, seseorang menyewa sebuah gedung, akad sewa tetap sah dan
5. Akad Mura>bahah
a. Pengertian Mura>bahah
dari bentuk jual beli yang bersifat amanah ( bai’ al-amanah).Jual beli
barang, harga asli pembelian penjual yang diketahui oleh pembeli dan
antara penjual dan pembeli dengan suatu harga tanpa melihat harga
asli barang.66
65
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010),
58-59.
66
Wiroso, Jual Beli Murabahah (Yogyakarta : UII Prees, 2005), 14.
47
(ِّْ لZ’ )بح رatau al-rabh ( َّ ) رَبح الyang memiliki arti kelebihan
atau
keuntungan.68
mengatakan bahwa mura>bahah adalah jual beli barang pada harga asal
67
Ibid
68
M. Syaf ‟i‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani, 2001),
102.
48
sekian”. Kemudian orang itu pun membelinya, maka jual beli ini
Jual beli dengan sistem murab> ahah merupakan akad jual beli
firman Allah:70
69
Ibid., 103
70
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik Dan Kontemporer (Bogor: Ghalia Indonesia
2017), 91.
71
Soenarto, Al-Qur‟an Dan Terjemahannya, 122.
49
c. Rukun Mura>bahah
Sebagai bagian dari jual beli, maka pada dasarnya rukun dan
syarat jual beli murabahah juga sama dengan rukun dan syarat jual
beli secara umum. Rukun jual beli menurut mazhab Hanafi adalah ija>b
saling
menurut jumhur ulama ada 4 rukun dalam jual beli itu, yaitu penjual,
72
Wiroso, Jual Beli Murabahah,16.
50
1) Penjual (Ba‟i)
2) Pembeli (Musytari)
73
Muhammad, Model-Model Akad Pembiayaan di Bank Syariah (Panduan teknis
pembuatan Akad/Perjanjian Pembiayaan Pada Bank Syariah) (Yogyakarta : UII Press, 2009), 58.
74
Karnaen A. Perwata Atmadja dan M. Syafi‟i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank
Islam (Yogyakarta : Dana Bhakti wakaf, 1992), 25.
51
kategori najis.
penjualan tersebut tidak sah, sebab jual beli adalah salah satu
syara>’.
satu pihak.75
4) Harga (Tsaman)
5) Ija>b qabu>l.
dan ukhrawi.
d. Syarat-Syarat Mura>bahah
dalam pengadaan barang, juga pihak bank syariah atau BMT harus
75
Hendi, Fiqh Muamalah,71-72.
53
memenuhi rukun jual beli, ada syarat yang harus dipenuhi supaya
menjadi sah sehingga tidak terjadi rusak pada akad tersebut. Adapun
unsur keterbukaan.76
Secara prinsip, jika syarat dalam (1), (4)atau (5) tidak terpenuhi,
3) Membatalkan kontrak.
PONOROGO
Ponorogo
1. Dusun Bibis I
2. Dusun Bibis II
3. Dusun Kebatan I
4. Dusun Kebatan II
53
54
1. Letak Geografis
Timur, Indonesia. Desa ini merupakan daerah yang dilalui jalan raya
lahan sendiri maupun hanya bekerja sebagai buruh tani. Beberapa anggota
kurang lebih 120 MDPL77. Dengan curah hujan 200,00 mm dan suhu rata-
Arjowinangun/Al Jawahirriyyah
1 Kantor Desa 1
2 Gedung TPQ 3
3 Gedung SD/MI 2
4 Gedung TK/RA 3
5 MTs dan MA 1
7 Pasar Desa 1
8 Polindes 1
.9 PAUD 1
. 10 Poskamling 15
11 Masjid 5
12 Mushola 11
prasarana dan sarana yang ada di desa sudah cukup lengkap mengingat
petani baik yang memiliki lahan sendiri maupun hanya bekerja sebagai
Dari bentuk tubuhnya, burung Sriti berbeda dengan apa yang dikenal
dengan burung walet. Rata-rata panjang tubuh sriti adalah 9 cm. Walet
memiliki ekor yang lebih pendek dan mengkotak sementara Sriti memiliki
kecil.
India serta Sabah dan Serawak di Malaysia Walaupun demikian, jumlah total
dengan burung walet. Yaitu cukup disediakan rumah (kosong lebih baik)
yang atapnya dipasang plafon dan diberi sekat-sekat untuk burung membuat
79
Adiwicaksana, Pengelolaan Sarang Burung Walet Di Taman Nasional Betung Kerihun
Propinsi Kalimantan Barat, Skripsi (Bogor:IPB, 2006), 20-21.
59
datang dan dapat memancing burung sriti. Lalu dipasang media sarang seperti
daun pinus atau cemara di depan rumah agar sriti mau bersarang dirumah
buatan itu. Setelah banyak burung yang bersarang, harus menunggu sekitar 3
Ada beberapa jenis sarang burung sriti, jenisnya dilihat dari bahan apa
yang digunakan burung sriti dalam membuat sarangnya, seperti, pinus, daun
padi, daun bambu, cemara, rumput laut dan lain-lain. Dan harganya
sriti, karena pada saat itu harganya sangat tinggi sehingga banyak yang
sriti digusur atau dibiarkan tidak terurus. Karena tidak sesuai dengan waktu
yang lumayan lama dan harganya murah. Berikut daftar harga sarang burung
dimiliki oleh pak Sidul dan beberapa orang lainnya yang berada di Desa
mengetahui dari temannya kalau sarang burung sriti juga laku dijual, lalu
bapak Panut. Awalnya mereka mencari sarang berdua dan hasil penjualan
dibagi dua. Kemudian selang beberapa tahun bapak Sidul sudah tidak
juga.
Pada saat itu harga sarang burung sriti sekitar 1 (satu) juta
rupiah per kilogram dan meningkat drastis pada masa pemerintahan Gus
Dur yakni mencapai 2,5 (dua setengah) juta rupiah. Sehingga sejak saat
berkembang, bapak Sidul yang awalnya mencari sarang sriti sendiri pada
sekitar tahun 2004 mulai memiliki anak buah beberapa orang yang
mencari sarang sriti, dan dijual ke beliau. Saya sendiri selaku peneliti
pedagang lain.80
Disini ada yang menurut saya perlu diteliti, yaitu pada akad
Dari beberapa pedagang saya memilih pak Jarno dan pak Agus
petani atau pedagang lain atau bisa juga mencari sendiri di alam. Namun
Pengepul dalam hal ini yaitu bapak Sidul. Atau pedagang meminta
paling murah
tinggi
modal.
mendapatkannya.
pinus kepada pak Sidul (pengepul). Namun pak Jarno tidak memiliki
modal untuk membeli, akhirnya meminta modal kepada pak sidul sebesar
500.000 (limaratus ribu rupiah). Setelah diberi modal pak Jarno pergi ke
(empatratus ribu rupiah). Setelah dapat, sarang tersebut oleh pak Jarno
dijual kembali kepada yang memberi modal atau pengepul dengan harga
ribu rupiah). Dan pak Jarno mendapat untung 150.000 (seratus limapuluh
dihabiskan.
sehingga jika ada orang lain yang menawar untuk membeli sarangnya
akan ditolak jika harganya tidak jauh beda. Pencari sarang mengunduh
ribu rupiah) per kilogram, dan jika sudah sepakat maka jual beli pun
terjadi.81
berupa sarang burung sriti yang masih asli atau alami. Sarang burung sriti
mudah berkembang biak di tempat yang sedikit lembab dan teduh seperti
peluang usaha.
81
Darman (petani sarang), Hasil wawancara, Ponorogo, 9 Maret 2020.
64
sarang burung sriti, bahwa untuk mendapatkan sarang burung sriti harus
karena bahaya dan harganya murah. Sekarang sudah banyak warga yang
budidaya burung sriti ini, warga yang memiliki rumah kosong bisa
sriti bisa didapatkan dengan membeli kepada para petani sarang atau jika
bersedia bisa berburu di alam. Sarang burung sriti yang didapat bisa
disimpan paling lama enam bulan, jika lebih dari itu sarang bisa lapuk
atau rusak. Sarang burung sriti diperjualbelikan dalam keadaan alami dan
masih kotor. Terdiri dari beberapa zat yang ada dialamnya, diantaranya
dedaunan, liur, ranting pohon, bulu dan kotoran burung itu sendiri.
sejak lama. Kurang lebih sejak tahun 1980 an. Hingga saat ini sarang
menyatakan bahwa beliau telah melakoni bisnis sarang bururng sriti sejak
ada yang berpendapat halal dan ada yang mengatakan haram. Hukumnya
Namun hukum sarang bururng sriti menjadi halal bagi yang tidak merasa
petani sarang baik dari dalam kota (Ponorogo) dan sampai ke luar kota
awal waktu musim hujan sarang bururng sriti mulai membuat sarang dan
bagi mereka sama sekali tidak menjijikkan. Pencari atau penjual menjual
KABUPATEN PONOROGO
A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Jual Beli Sarang Burung Sriti
burung srtiti adalah untuk mengetahui apakah akad yang dilakukan oleh pihak
qabu>l yang menyatakan kehendak pihak lain. Tindakan hukum satu pihak,
dua pihak dan karenanya tidak memerlukan qabu>l. Pada zaman pra modern
secara tegas kehendak sepihak dari akad, akan tetapi sebagian lain
tentang aneka ragam akad khusus mereka tidak membedakan antara akad dan
wakaf
67
68
semacamnya.85
tegas lagi tujuan akad adalah maksud bersama yang dituju dan yang hendak
diwujudkan oleh para pihak. Akibat hukum akad dalam hukum Islam disebut
“hukum akad” (al-aqd). Tujuan akad untuk akad bernama sudah ditentukan
secara umum oleh pembuat hukum Syariah, sementara tujuan akad untuk
akad tidak bernama ditentukan oleh para pihak sendiri sesuai dengan maksud
lima, yaitu:
2. Melakukan pekerjaan
3. Melakukan persekutuan
4. Melakukan pendelegasian
5. Melakukan penjaminan
sumber daya hewani yang dilakukan beberapa kelompok orang untuk ajang
beberapa anak buah atau pedagang. Beliau sebagai pengepul yang memberi
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah Studi Tentang Teori Akad dalam Fiqih
85
sriti.
petani dapat peneliti lihat bahwa memang benar ada kesenjangan, dimana saat
kepada pedagang itu tidak ditargetkan akan dapat berapa kilogram sarang,
akan tetapi pengepul hanya berkata yang penting mendapatkan barang dan
nanti akan dibeli lagi dengan harga tertentu tergantung negosiasi tanpa ada
kejelasan di awal. Setelah itu pedagang yang diberikan modal itu berkeliling
Saat pedagang tiba di tempat petani dan sarang sriti siap untuk di
pedagang menawar sarang milik petani dengan harga yang murah sekitar
Rp.300.000 (tiga ratus ribu rupiah) per kilogram dan petani setuju maka
terjadilah kesepakatan jual beli. Dan jika sarang sriti yang di dapatnya adalah
Disini petani tidak begitu mengetahui harga terbaru dari sarang sriti
modal Rp.600.000 (enam ratus ribu rupiah) maka harus dijual lagi kepada
pengepul atau pemberi modal. Sarang sriti yang di dapatkan tadi dijual lagi
dihabiskan. Seperti yang sudah peneliti jelaskan pada bab tiga, bahwa ada
yang perlu diteliti dalam akad transaksi jual beli sarang burung sriti di Desa
Petani atau Pedagang lain dengan harga yang tidak diketahui oleh Pengepul.
kesesuaiannya dengan akad murab> ahah meskipun ada sedikit perbedaan, letak
barang berupa sarang burung sriti adalah dari Pengepul sarang tersebut, dan
harus dijual lagi kepadanya. Sementara mura>bahah adalah jual beli barang
Menurut Syafi‟i Antonio, secara istilah mura>bahah adalah jual beli barang
Istilah yang hampir sama juga diberikan oleh Hulwati yang menyatakan
bahwa mura>bahah secara istilah adalah menjual suatu barang dengan harga
86
Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syari‟ah(Yogyakarta: AMP
YPKN, 2002), 75.
87
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syari‟ah Dari Teori Ke Praktek (Jakarta: Gema
Insani, 2001), 101.
71
adalah jual beli dengan harga awal ditambah dengan keuntungan tertentu.
Dan juga sesuai dengan pendapat Imam Syafi‟i yang mengatakan jika
“belikan aku barang seperti ini dan aku akan memberimu keuntungan
sekian”. Kemudian orang itu membelinya, maka jual beli ini adalah sah.
bi asy-syira‟.
Hulwati, Ekonomi Islam Teori dan Praktiknya dalam Perdagangan Obligasi Syari‟ah di
88
Pasar Modal Indonesia dan Malaysia (Jakarta: Ciputat Press Group, 2009),76.
72
4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang
sesudah pembelian.
keterbukaan.89
Secara prinsip, jika syarat dalam (1), (4)atau (5) tidak terpenuhi,
yang dijual,
3. Membatalkan kontrak.
memenuhi rukun akad jual beli pada umumnya dan mura>bahah pada
dengan kata lain kepada orang yang memang sudah dipercaya dan dikenal
baik oleh Pengepul. Setelah barang diterima, jika Pengepul bertanya berapa
jawaban palsu. Namun akan tetap dibeli jika kiranya Pengepul masih bisa
antara lain:
1. Jujur
3. Bertanggung jawab
B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Objek Jual Beli Sarang Burung Sriti
ialah memperoleh keutungan ataupun laba. Keuntungan atau laba itu istilah
ekonomi yang
74
dengan barang atau saling tukar menukar. 91 Adapun secara istilah jual beli
adalah menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling
merelakan. 92
Dalam suatu transaksi jual beli harus memenuhi rukun dan
syarat yang telah ditentukan, jika salah satu tidak terpenuhi maka jual beli
tersebut tidak sah atau batal karena tidak terpenuhinya rukun atau syarat.
Untuk melihat status hukum sarang burung sriti sebagai obyek jual
maka terlebih dahulu dilihat dari aspek rukun dan syarat yang harus
diperjualbelikan adalah93
1. Suci barangnya.
oleh syara‟ barang yang diharamkan itu seperti minuman keras dan kulit
binatang babi atau anjing yang belum disamak. Adapun hadits yang
90
M. Azzam Abdul Aziz, Fiqh Muamalah (Jakarta : SinarGrafika,2011),20.
91
Sohari Aahrani Dan Ruf‟ahAbdullah, Fikih Muamalah (Bogor: Ghalia Indonesia,2011),
65.
92
Atik Abidah, Fiqh Muamalah (Ponorogo: Stain Ponorogo Press,2006), 55.
93
Abdul rahman, et. al. fiqih muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010), 75.
75
2. Bermanfaat
menjual babi, kala, cecak dan yang lainnya. Adapun jual beli binatang
harimau, buaya dan ular boleh dijual kalau hendak mengambil kulitnya
untuk disamak, buat dijadikan sepatu dan lain-lain dan tidak sah untuk
permainan.95
4. Boleh diserahkan saat akad berlangsung atau pada waktu yang disepakati
bentuk, takaran, sifat dan kualitas barang. Apabila dalam suatu transaksi
jual beli tersebut tidak sah karena perjanjian tersebut mengandung unsur
penipuan.
terhadap barang milik penjual yang ada di bawah penguasaan orang lain
pembeli.97
Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti tentang hukum jual beli
kalangan atas dan biasa juga di ekspor ke luar negeri. Dimana sarang burung
sriti ini masih alami belum diolah atau dibersihkan.Di dalamnya selain
96
Ibid.
97
Abdul Ghofur Anshori, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Islam Di Indonesia (Yogyakarta:
Citra Media, 2006), 36.
77
bahan utama yaitu liur burung, masih terdapat zat lainnya seperti kotoran
Seperti yang kita ketahui air liur binatang adalah zat yang menjijikan
terlebih lagi masih bercampur dengan kotoran burung itu, sementara jual
beli bahan yang najis itu diharamkan. Maka dari itu disini peneliti akan
mengkaji lebih dalam lagi mengenai hal ini,akan peneliti bahas menganai
bahan utama sarangnya yaitu air liur burung sriti yang diperjualbelikan.
boleh, karena hal itu termasuk urusan dunia, dan kaidahnya: “Asal dalam
98
Sidul, hasil wawancara, Ponorogo, 7 maret 2020.
78
Di antara faedah yang dapat dipetik dari hadits ini adalah bolehnya
Adapun liurnya, maka hukumnya juga halal atau boleh, karena liur
burung sriti tidak najis, tidak ada dalil yang menajiskannya, bahkan
Ash-Shan‟ani berkata:
99
Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Terjemah Sahih Bukhari, HR. Bukhari no. 6129,
6203 dan Muslim no. 2150
100
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al-Bassam, Taudhiih al-Ahkaam min Buluugh al-
Maraam (I/177-178)
79
dengan peristiwa dimana pada suatu hari seekor kucing sedang menjilati
burung sriti ini yang dimanfaatkan adalah air liurnya, namun zat yang ada
pada sarang burung sriti ini bukan hanya liur saja namun ada zat lain
seperti kotoran burung, dengan kata lain air liur burung sriti ini masih
kotoran tersebut.
tersebut. Dalam hal ini diqiyaskan kepada minyak goreng. Dalam bentuk
101
Para pejalan, “hukum membudidaya sarang burung walet,” dalam
https://www.youtube.com/watch?v=CoFwGQwD-c , diakses pada tanggal 08 april 2020, jam
11.00)
80
ada masalah bagi orang yang memiliki. Yang jadi masalah, bila minyak
persoalan terakhir, pendapat yang paling shah}ih (qaul ashah) dari kalangan
Artinya: “Suatu ketika beliau Rasulillah Saw ditanya tentang bangkai tikus
yang mati dalam minyak samin. Beliau menjawab: “Jika minyak
itu dalam kondisi keras, maka buang bekas bagian yang terjatuhi
tikus dan sekelilingnya. Namun, jika ia dalam kondisi cair,maka
buanglah!”103
minyak itu berbentuk cair maka minyak tersebut menjadi najis, namun jika
minyak tersebut keras bisa dibuang bagian yang terkena najis tersebut
bukan najis. Karena sarang burung sriti berbentuk zat keras atau padat
maka bisa dibersihkan kotorannya, dan sarang sriti tersebut menjadi bebas
liurnya hukumnya halal. Dan hukum jual belinya pun halal atau boleh.
104
Jaih Mubarak, Fikih Kontemporer Halal Haram Bidang Peternakan(Bandung: Cv
Pustaka Setia, 2003), 107.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
bab sebelumnya atas permasalahan yang telah dirumuskan dan sesuai dengan
1. Tinjauan Hukum Islam terhadap akad jual beli sarang burung sriti di
sesuai dengan hukum Islam yaitu halal atau boleh hukumnya karena
memenuhi syarat akad jual beli menurut hukum Islam pada umumnya
2. Tinjauan Hukum Islam terhadap objek jual beli sarang burun sriti di
menentukan hukum jual beli sarang burung sriti yang dimanfaatkan air
hewan unta dan kucing, yang menurut Rosululloh Saw hukumnya tidak
najis. Sehingga air liur burung sriti yang terdapat pada sarang burung sriti
tersebut hukumnya tidak najis dan objek sarang burung yang ada
82
yang terkena tikus maka hukumnya tidak najis danboleh dimanfaatkan.
Demikian pula sarang burung sriti yang terdapat kotoran, benda tersebut
tidak najis akan tetapi termasuk benda mutanajis karena terkena kotoran,
jika sarang burung sriti telah dibersihkan dari kotorannya maka sebagai
obyek jual beli adalah halal atau boleh hukumnya karena sudah
sarang burung sritit sebagai obyek jual beli, meskipun menjijikkan akan
B. Saran
1. Jika suatu benda tersebut masih menjadi perdebatan tentang hukum dan
hukum sarang burung tersebut akan lebih baik bertanya juga kepada tokoh
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku:
A. Perwata Atmadja,Karnaen dan M. Syafi‟i Antonio. Apa dan Bagaimana
BankIslam. Yogyakarta: Dana Bhakti wakaf. 1992.
Aahrani, Sohari Dan Ruf‟ah Abdullah. Fikih Muamalah. Bogor: Ghalia Indonesia.
2011.
Al-Zuhaily, Wahbah. al-fiqh al-islami wa adillatuh, Juz IV. Damsyik: Daar Al-
Fikr. 1989.
Anwar, Syamsul. Hukum Perjanjian Syariah Studi Tentang Teori Akad dalam
Fiqih Muamalah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2010.
Rozalinda. Fikih dan Ekonomi Syariah (prinsip dan relasinya dalam keuangan
ekonomi syariah). Jakarta: Rajawali Pers. 2016.
Sahroni, Oni dan A. Karim. Maqashid bisnis & keuangan islam. Depok: Raja
Grafindo Persada. 2015.
Nurani Yaqin, Siti.“Tinjauan maslahah terhadap jual beli jus cacing sebagai Obat
di Kabupaten Ponorogo”.Skripsi. Ponorogo: IAIN Ponorogo.2018.
Pangat. “Tinjauan fiqh muamalah terhadap jual beli pupuk kandang di Desa
Langkan Kecamatan Banyuasin III Kabupaten Banyuasin Provinsi
Sumatra Selatan”.Skripsi. Palembang: UIN Raden Fatah. 2018.
Syahrony, Akur Budi. “Studi komparatif istinbat hukum madhhab shqfi‟i dan
madhhab maliki tentang jual beli katak untuk di konsumsi”. Skripsi.
Ponorogo: IAIN Ponorogo. 2018.
Referensi Internet:
Bincang Syariah, Barang terkena najiz apakah boleh diperjualbelikan?. Dikutip
dari https://bincangsyariah.com/kalam/barang-terkena-najis-bolehkah-
djualbeli/ [Diakses pada tanggal 31 oktober 2020]
NU ONLine, Ekonomi Syariah: Kedudukan Barang Suci dan Barang Najis dalam
Jual Beli, Dikutip dari https://islam.nu.or.id/post/read/95069/kedudukan-
barang-suci-dan-barang-najis-dalam-jual-beli [diakses pada tanggal 08
april 2020]
Ummu Waraqah, Hukum Seputar Unta – Kitab Bulughul Maram. Dikutip dari
http://www.ummuwaraqah.com/2017/12/024-hukum-seputar-unta-kitab-
bulughul.html [diakses pada tanggal 31 oktober 2020]