Anda di halaman 1dari 7

GEOPOLITIK DAN SUMBER DAYA ALAM (EMAS)

PENDAHULUAN
Sumber daya alam merupakan kekayaan yang terdapat di alam yang bertujuan
untuk memberikan konstribusi yang positif terhadap kepentingan orang banyak, bukan
hanya dalam kondisi kebutuhan dan kondisi kesulitan akan tetapi juga merupakan
cadangan untuk masa yang akan datang. Indonesia merupakan salah satu negara yang
kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Kekayaan sumber daya alam ini merupakan suatu
karunia Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan kepada negara Republik Indonesia ini.
Ada beberapa jenis kekayaan alam yang terdapat di negara yang sedang berkembang ini,
yaitu kekayaan alam yang dapat diperbaharui (hutan, tanah, lahan subur, air, sungai, laut
dan sebagainya) dan kekayaan alam yang tidak dapat diperbaharui (minyak bumi, gas dan
bahan tambang lainnya).
Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967, bahan tambang terbagi menjadi
tiga golongan, yaitu Golongan A (disebut sebagai bahan strategis), Golongan B (sebagai
bahan vital) dan Golongan C (bahan tidak strategis dan tidak vital). Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980, juga menjelaskan secara rinci bahwa jenis tambang
Golongan A adalah barang yang penting bagi pertahanan, keamanan dan strategis untuk
menjamin perekonomian negara dan sebagian besar hanya diizinkan untuk dimiliki oleh
pemerintah. Contoh Golongan A yaitu minyak bumi, uranium dan plutonium. Sedangkan
bahan Golongan B adalah bahan tambang yang dapat menjamin hidup orang banyak.
Contohnya adalah Emas, Perak, Besi dan tembaga. Bahan Golongan C adalah bahan
tambang yang tidak dianggap langsung mempengaruhi hayat hidup orang banyak
(Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980). Contoh bahan Golongan C adalah garam,
pasir, marmer, batu kapur, tanah liat dan asbes.
Emas, merupakan logam yang paling lunak atau mudah dibentuk karena tekstur,
kepadatan dan titik cairnya yang tinggi dan dipandang sebagai logam berharga. Nilai dari
karakteristiknya membuat emas menjadi alat yang menguntungkan untuk digunakan
dalam kebijakan-kebijakan moneter sampai dengan saat ini. Sekitar 60 % produksi emas
digunakan untuk perhiasan, 40 % untuk investasi (contohnya cadangan bank sentral
sebagai jaminan melawan inflasi atau resesi) dan 10 % untuk industri. Kemampuan emas
yang luar biasa sebagai penghantar panas dan listrik adalah alasan mengapa emas
digunakan dalam peralatan-peralatan industri, keramik dan alat-alat elektronik.
Perusahaan-perusahaan emas aktif di seluruh benua di dunia. Distribusi tempat
produksi yang luas secara geografis menyebabkan gangguan disuatu wilayah karena
2

masalah politik ataupun social, kecil kemungkinannya dapat menyebabkan dampak besar
dalam suplai emas global. Selain dari produksi global melalui pertambangan, daur ulang
emas (yang berkontribusi untuk sekitar sepertiga dari total suplai saat ini) menambahkan
jumlah produksi. Sebagai tambahan, bank-bank sentral juga dapat mempengaruhi sisi
suplai ketika mereka menjual sebagian dari cadangan emas mereka. Penting untuk dicatat
bahwa setelah dua dekade menjadi para penjual netto, kini bank-bank sentral telah secara
efektif menjadi pembeli netto dari emas, mengakibatkan penurunan signifikan disisi
suplai dan bersamaan dengan itu secara simultan peningkatan permintaan.

Dari tahun 1980 sampai 2001, terjadi peningkatan signifikan dalam produksi emas
global yang menyebabkan pasar menjadi jenuh dan mengakibatkan penurunan harga
emas. Karena biaya-biaya produksi mulai melebihi keuntungan dari penjualan, penurunan
dalam produksi emas global terjadi di periode 2001-2008, yang kemudian menyebabkan
kenaikan permintaan dan peningkatan harga emas. Untuk industri pertambangan ini
adalah insentif untuk mulai kembali mendongkrak produksi emas setelah 2008. Salah satu
faktor yang penting adalah emas dianggap sebagai aset yang aman dari kejatuhan nilai
tukar mata uang dan saham dalam pasar keuangan yang tidak stabil sejak 2008. Kendati
demikian, iklim perekonomian global yang sedang pulih seiring dengan peningkatan
produksi global dari tahun 2008 sampai seterusnya, bisa menyebabkan over produksi dan
karenanya dapat menyebabkan jatuhnya harga emas.
3

SUMBER-SUMBER EMAS TERBESAR


Sumber emas terbesar dalam sejarah adalah Witwatersrand Basin di Afrika
Selatan. Witwatersrand menyumbang sekitar 30% dari semua emas yang pernah
ditambang. Sumber utama emas lainnya termasuk tambang Mponeng yang sangat dalam
di Afrika Selatan, tambang Super Pit dan Newmont Boddington di Australia, Tambang
Grasberg Indonesia dan tambang di Nevada, AS. Indonesia berada di posisi ke tujuh
penghasil emas dunia, tambang terbesar emas Indonesia berada di Papua. China saat ini
adalah penambang emas terbesar di dunia, ketika Kanada, Rusia dan Peru juga
merupakan produsen utama.

Dalam hal perusahaan, Nevada Gold Mines yang dimiliki mayoritas oleh Barrick
Gold adalah kompleks penambangan emas tunggal terbesar di dunia, yang memproduksi
hingga 3,5 juta ons setahun. Meskipun tambang-tambang emas baru masih ditemukan,
lokasi yang menyimpan emas secara besar menjadi semakin langka. Akibatnya, sebagian
besar produksi emas saat ini berasal dari tambang tua yang telah digunakan selama
beberapa dekade. Proses penambangan skala besar membutuhkan modal yang mahal,
menggunakan banyak mesin-mesin berat dan keahlian untuk menambang area yang luas
di dalam maupun di bawah permukaan tanah. Saat ini, sekitar 60% operasi penambangan
4

dunia adalah tambang permukaan, sedangkan sisanya adalah tambang bawah tanah.
PRODUKSI EMAS DI INDONESIA
Saat ini, Indonesia memproduksi sekitar 4% dari produksi emas global,
setengahnya berasal dari pertambangan raksasa Grasberg, tambang emas terbesar di
dunia, di wilayah barat Pulau Papua. Tambang ini, yang diyakini memiliki cadangan
emas terbesar di dunia (67,4 juta ons), dimiliki secara mayoritas oleh perusahaan
Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. yang bermarkas di Amerika Serikat (AS) dan
menjadikan perusahaan ini pembayar pajak terbesar kepada Pemerintahan Indonesia.
Namun, banyak ketegangan mengelilingi aktivitas-aktivitas di pertambangan ini.
Serangkaian serangan kekerasan (termasuk pembunuhan, perampokan dan sabotase) telah
terjadi sejak era Reformasi.
Dua alasan dibalik situasi ini adalah perjuangan yang berkelanjutan untuk
kemerdekaan Papua oleh Gerakan Papua Merdeka dan rasa ketidaksukaan dari
masyarakat Papua (dan orang-orang Indonesia lainnya) terhadap sebuah perusahaan asing
yang berhasil mendapatkan keuntungan yang tidak proposional dari sumber daya alam
negara ini. Berlokasi di sebuah provinsi dengan salah satu tingkat kemiskinan
relatif tertinggi di Indonesia, membuat isu ini menjadi lebih sensitif. Masalah-masalah
terkait yang telah disebutkan telah menganggu tingkat produksi secara sementara pada
masa lalu dan ganggungan - kemungkinan - akan terjadi lagi di masa mendatang karena
alasan-alasan dibaliknya tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu pendek atau
menengah.
Produksi emas Indonesia telah menjadi agak tidak stabil selama satu dekade yang
lalu. Karena produksi emas di Indonesia - sejauh ini - melebihi permintaan emas
domestik, kebanyakan hasil produksi dikirimkan keluar negeri. Kendati begitu,
Pemerintah Indonesia saat ini menstimulasi pendirian industri-industri pengolahan
nasional dalam rangka meningkatkan keuntungan dengan mengekspor produk-produk
bernilai tambah sambil menghindari eksploitasi berlebihan sumber daya alam Indonesia
yang terjadi saat ini. ‘Nasionalisme sumber daya’ diresmikan melalui Undang-Undang
(UU) Pertambangan 2009, memiliki dampak-dampak bagi para investor asing karena UU
ini mencakup persyaratan percepatan divestasi (dalam waktu 10 tahun setelah tambang
beroperasi secara komersil, perusahaan pertambangan harus secara mayoritas dimiliki
pihak swasta/publik Indonesia).
5

KONFLIK TAMBANG EMAS DI TIMIKA


Relasi kerjasama antar elit Amerika, Pemerintah Indonesia, elit lokal Timika
Papua, dapat dibentuk dalam kontrak karya (KK) dimana keberadaan perusahan
membawah dampak positf dan juga negatif. Dampak positif kerjasama merupakan
mewujudkan perdamaian dan memberikan nilai tambah yang menguntungkan. Dampak
negatif kehadiran kapitalis Amerika perusahan PT.Freeport Indonesia menciptakan timbul
penyebab konflik pertambangan, antara kelompok masyarakat dengan perusahaan
kadang-kadang menjadi potensi konflik di ranah kehidupan masyarakat. Ketika perusahan
menghadapi persoalan eksternal maupun internal senantiasa memanfaatkan kekuatan
militerisme Indonesia, sebagai pelindung serta pengendalian sosial dalam menghadapi
konflik sosial yang timbul. Sehingga perusahan konsisten mengeruk dan ekploitasi
industry tambang, untuk mencapai nilai target.
Tindakan dan interaksi merupakan pusat perhatian antar aktor elit dalam jaringan
sosial, komunikasi bisnis terlihat sebagai interaksi simbolis, akhirnya tindakan
stakeholder perusahan yang bergerak di bidang industri tambang menjadikan landasan
yang kabur seperti mead menjelaskan perbedaan perilaku tertutup dengan perilaku
terbuka. Yang disebut perilaku tertutup adalah dimana perusahan Amerika selama
melakukan kerjasama dengan Pemerintah Indonesia dan elit lokal, rahasia manajemen
tidak bisa publik mengetahui tetapi yang bisa dirasakan oleh berbagai kelompok
masyarakat adalah sebuah sikap tertutup bisa dilihat dari makna dan simbol memberi
tindakan social yang mempengaruhi satu individu dengan individu lainnya. Dalam bentuk
asset barang (gedung, kendaraan, besi, perumahan, dan tempat eksploitasi tambang emas)
terutama nilai tambah penghasilan (pendapatan) sangat kabur dapat dilihat dan sekaligus
menikmati oleh masyarakat pada umumnya dan lebih khusus lagi masyarakat lokal yang
hidup di tempat eksploitasi. Sedangkan perilaku terbuka adalah perusahan membuka
lapangan kerja bagi masyarakat dunia pada umumnya dan lebih khususnya lagi
masyarakat lokal Timika Papua, akhirnya banyak bekerja di perusahan dan juga
6

perusahan memberikan peluang dan kesempatan untuk masyarakat lokal bisnis ekonomi
mikro. Perusahan juga memiliki jaringan otoriter dengan keamanan aparatur negara
sebagai untuk melindungi tempat eksploitasi tambang, dengan memberikan dana
keamanan yang cukup besar sehingga aparat keamanan juga menjalankan fungsi dengan
tegas dan profesional tetapi juga pihak lain seringkali dapat dirugikan. Dalam hal ini,
asumsi Marx mengangkap bahwa subordinasi kelas buruh dan subordinasi kelas brojuis
adalah watak kapitalisme yang paling penting, karena dengan posisi dan cara seperti
itulah kelas borjuis akan dapat leluasa menyerap nilai tambah (surplus volue) dari tenaga
kerja tidaklah keliru jika dikatakan kapitalisme baru benar-benar disebut kapitalisme
apabila jantung hidupnya, yaitu rasionalisasi perolehan laba berkelanjutan melalui
eksploitasi tenaga kerja, memasuki ranah produksi masyarakat dalam sistem kapitalistik
kerap kali dapat dinikmati oleh berbagai kalangan.
Relasi kerjasama antar elit kapitalis Amerika, Pemerintah Indonesia dan elit lokal
Timika Papua, dapat dibentuk berdasarkan komitmen dan janji pertukan jaringan
informasi bisnis politik ekonomi antar kedua negara, yang sedang berjalan dan bergerak
di bidang industri pertambangan emas di Timika Papua, menjadi kepentingan berbagai
stakeholder. Fakta membuktikan bahwa sekelompok orang yang terlibat dalam kerjasama
ini, mendapatkan fasilitas yang cukup mewah ketimbang masyarakat yang tidak terlibat
(bekerja) justru dapat diskriminasi, dialienasikan, dikucilkan, diintimidasi dan diabaikan
komoditas-komoditas pemilikannya. Akhirnya timbul konflik vertikal antar perusahan
dengan masyarakat, tetapi karena jaminan perlindungan aparat keamanan sehingga
konflik teratasi dengan baik dan konflik juga diterima sebagai sesuatu yang baik.
Kapitalis Amerika adalah pemilik modal (uang) yang mendominasi bisnis politik
ekonomi, terutama dibidang industri pertambangan, pertanian. Sedangkan Pemerintah
Indonesia penguasa atas sumber daya alam (SDM) terdapat di nusantara republik
Indonesia. Kelompok elit lokal adalah pemilik tunggal atas tanah ulayat industri tambang
emas di Timika Papua. Kelompok tersebut adalah aktor yang bermain panggung PT.
Freeport Indonesia. Pasca perpanjangan kontrak telah berakhir keputusan tertinggi adalah
ke tiga aktor untuk diperpanjangan atau sebaliknya. Pembangun bagi masyarakat
proletariat yang di wilayah Timika mendapat pelayanan khusus melalui mitra kerja yang
dibangun oleh PT. Freeport dalam bentuk lembaga kemasyarakatan yakni lembaga
pengembangan masyarakat Amungme Kamoro (LPMAK), lembaga adat Amungme
(LEMASA), lembaga adat Kamoro (LEMASKO), Yayasan Wharsting, dan Yayasan
Juamako). Lembaga yang tersebut kelola dana satu persen dari perusahan PT.Freeport
Indonesia sebagai dana jaminan sosial (CSR) dalam bentuk program, akhir lembaga juga
tidak bekerja sesuai tujuan lembaga tetapi justru keluar dari tujuan yang sebenarnya
sehingga hak masyarakat dapat diabaikan akhirnya terjadi konflik vertikal horizontal.
7

Segi lain, dengan terjadi konflik kedua mitra evaluasi program kerja dan memperhatikan
program apa saja yang belum dikerjakan dan sudah dikerjakan,

Anda mungkin juga menyukai