Pada aspek Demografi, Indonesia yang memiliki populasi terbesar keempat di dunia,
jelas diuntungkan karena memiliki SDM yang melimpah. Namun, jumlah SDM tidak selamanya
menjamin terciptanya sistem pertahanan yang baik dan efisien, tanpa memiliki skill pertahanan
dan dukungan alutsista yang mumpuni. Indonesia pun saat ini mendapatkan bonus demografi,
dimana angkatan muda produktifnya kini berada dalam jumlah terbesar, sementara usia muda
semakin kecil dan usia lanjut masih belum banyak. Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun)
pada 2020-2030 akan mencapai 70 persen. Kondisi ini merupakan peluang emas bagi Indonesia
dalam mengejar pertumbuhan ekonomi dan membangun pertahanan.
sosial, perompakan dan pembajakan laut, imigrasi illegal, illegal fishing, illegal logging dan
smuggling yang sebagian besar dilatarbelakangi oleh masalah demografi dan sumber daya
manusia. Berdasarkan buku putih pertahanan diperkirakan bahwa potensi ancaman luar negeri
berupa agresi militer itu kecil kemungkinannya, akan tetapi tidak berarti tidak ada lagi ancaman
agresi.
Transisi demografi adalah istilah yang mengacu kepada transisi dari tingkat kelahiran dan
kematian yang tinggi menjadi rendah karena ekonomi suatu negara atau wilayah berkembang
dari ekonomi pra-industrial menjadi ekonomi yang terindustrialisasi. Teori ini diusulkan pada
tahun 1929 oleh ahli geografi Amerika Serikat Warren Thompson yang mengamati perubahan
tingkat kelahiran dan kematian masyarakat-masyarakat industri selama 200 tahun. Sebagian
besar negara maju telah melewati proses transisi demografi dan memiliki tingkat kelahiran yang
rendah, sementara sebagian besar negara berkembang masih mengalami proses transisi ini.
Beberapa pengecualian adalah negara-negara miskin (terutama di Afrika sub-Sahara dan Timur
Tengah) yang melarat dan terkena dampak kebijakan pemerintah atau huru hara, terutama di
Pakistan, Palestina, Yemen, dan Afganistan.
Teori transisi demografi merupakan sebuah teori yang didukung oleh banyak ahli dalam
ilmu sosial karena adanya korelasi historis yang kuat antara penurunan tingkat kesuburan dengan
kemajuan sosial dan ekonomi. Para ahli masih memperdebatkan apakah industrialisasi dan
pendapatan yang lebih tinggi mengakibatkan penurunan jumlah penduduk, atau apakah jumlah
penduduk yang lebih rendah mengarah ke industrialisasi dan pendapatan yang lebih tinggi. Para
ahli juga memperdebatkan sejauh mana faktor-faktor yang terkait mempengaruhi transisi
3
demografi ini, seperti pendapatan per kapita yang tinggi, tingkat pendapatan perempuan yang
tinggi, tingkat kematian yang rendah, jaminan usia tua, dan bertambahnya permintaan sumber
daya manusia
a. Tahapan 1. Pada tahap ini masyarakat berada pada kondisi pra industri di mana
tingkat kelahiran dan kematian cukup tinggi. Ada berbagai macam faktor yang
menyebabkan peningkatan kelahiran seperti belum tersedianya program Keluarga
Berencana dan alat kontrasepsi. Sedangkan meningkatnya kematian akibat kondisi
kurangnya ketersediaan pangan akibat gagal panen, pendapatan yang rendah hingga
wabah penyakit yang tidak terkontrol. Tidak heran pada tahap ini peran anak sangat
penting untuk menunjang perekonomian keluarga sebab pendidikan tidaklah penting.
c. Tahapan 3. Tingkat kematian mengalami penurunan dengan cepat dan juga diikuti
oleh penurunan di tingkat kelahiran akan tetapi tidak secepat tingkat kematian. Penurunan
4
kelahiran sendiri disebabkan oleh beberapa faktor yaitu adanya penggunaan alat
kontrasepsi dan program Keluarga Berencana yang mulai diterapkan oleh masyarakat,
perubahan menuju industrisasi dari pertanian menjadi masyarakat industri, adanya
urbanisasi, perubahan sudut pandang wanita boleh bekerja.
d. Tahapan 4. Kondisi kelahiran dan kematian berada pada posisi rendah atau nol,
sehingga jumlah penduduk dapat dikatakan dalam keadaan stabil. Beberapa teori
mengatakan jika pada tahapan 4 penduduk di suatu negara akan tetap berada pada tingkat
ini. Contoh negara yang berada pada tahap ini yaitu Amerika Serikat, Argentina, Kanada,
Selandia Baru, Australia dan keseluruhan Benua Eropa.
3. Jelaskan mengapa catatan tentang mobilitas penduduk dalam registrasi penduduk hanya
memuat data tentang mobilitas penduduk permanen saja !
Mobilitas penduduk adalah semua gerakan penduduk yang melintasi batas wilayah
tertentu dalam periode waktu tertentu. Batas wilayah pada umumnya dipergunakan batas
administrasi misalnya : provinsi, kabupaten, kelurahan atau pedukuhan. Mobilitas penduduk
dapat dibagai dalam dua bentuk, yaitu mobilitas permanen atau migrasi dan mobilitas non
permanen atau mobilitas sirkuler. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu wilayah ke
wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Umumnya ada tiga sumber data
mobilitas penduduk yaitu : Sensus penduduk, registrasi penduduk dan survei penduduk. Data
kependudukan yang didapat dari hasil registrasi penduduk kurang dapat dipercaya. Misalnya,
penduduk yang meninggalkan desanya seharusnya melaporkan kepergiannya ke Kepala Desa,
5
tetapi karena letak kantor desa yang jauh dari tempat tinggal orang tersebut, ia tidak melaporkan
kepergiannya. Di samping itu dengan membaiknya situasi keamanan, para petugas keamanan
tidak pernah menanyakan surat keterangan jalan bagi yang bepergian, begitu pula bagi yang
datang di suatu daerah. Berikut sumber data mobilitas penduduk :
Yang tercatat dalam registrasi penduduk hanya yang mobilitas permanen saja karena
mobilitas tersebut memiliki atau disertai dokumen atau administrasi yang lebih lengkap dan legal
yang digunakan sebagai dasar untuk pencatatan atau registrasi. Sedangkan mobilitas non
6
permanen tidak disertai dengan administrasi atau dokumen karena sifatnya hanya sementara saja
yang apabila dilakukan pencatatan atau registrasi rentan muncul masalah duplikasi atau tumpang
tindih yang berimplikasi pada massalah lainnya.
4. Jelaskan perbedaan antara teori mobilitas penduduk yang dikemukakan oleh Mitchel
(teori kebutuhan dan tekanan) dengan teori yang dikemukakan oleh Charles Colby (teori daya
tarik dan daya dorong) !
b. Teori Charles Colby (teori daya tarik dan daya dorong), berpendapat bahwa :
Perbedaan dari dua teori diatas adalah adanya perbedaan daya tarik yang
melatarbelakangi terjadinya mobilitas atau perpindahan baik dari kota ke desa atau sebaliknya
dari desa ke kota. Pada teori Mitchel mobilitas penduduk lebih dilatarbelakangi oleh factor
ekonomi (kebutuhan dan tekanan yang bersifat memaksa atau menjadi tuntutan) dimana harapan
penduduk untuk mendapatkan ekonomi atau pendapatan yang lebih besar dengan mendekat pada
pusat keramaian yang berarti pula sebagai pusat ekonomi dimana memiliki lapangan pekerjaan
yang lebih luas dan biasanya dilakukan oleh kalangan menengah ke bawah yang masih dalam
rangka meningkatkan taraf perekonomian. Sedangkan teori Colby mobilitas penduduk lebih
dilatarbelakangi oleh faktor kepuasan terutama batin untuk mencari ketenangan atau suasana
yang diinginkan (mencari daya tarik tersendiri dan adanya daya dorong untuk mencari kepuasan)
dengan cenderung menghindari pusat keramaian dan ini biasa dilakukan oleh kalangan ekonomi
8
menengah keatas yang sudah tidak lagi mementingkan pendapatan tetapi lebih kepada kebutuhan
batiniah yang diutamakan dan biasanya bersifat alamiah bukan karena keterpaksaan akan sebuah
kondisi baik internal maupun eksternal.