Anda di halaman 1dari 8

1. Mengapa demografi dan sumber daya manusia penting bagi ketahanan nasional ?

Kemampuan suatu negara dalam membangun kekuatan pertahanannya harus selalu


dikaitkan dengan kemampuan konversi sumber daya nasional yang dimilikinya menjadi suatu
instrumen kekuatan bersenjata yang efektif. Salah satu sumber daya nasional berupa Suber Daya
Manusia (SDM), memainkan peran penting dalam menjaga pertahanan. Kompleksitas
permasalahan pertahanan negara dan semakin variatifnya perkembangan spektrum ancaman
tentunya membutuhan SDM yang handal untuk pelaksanaan ataupun pembuatan kebijakan
pertahanan. Indonesia tidak dapat lagi mengedepankan kekuatan bersenjata dalam menjaga
kedaulatannya. Oleh karena itu, diperlukan penguasaan teknologi dan kapabilitas SDM dalam
mengelola pertahanan.

Pada aspek Demografi, Indonesia yang memiliki populasi terbesar keempat di dunia,
jelas diuntungkan karena memiliki SDM yang melimpah. Namun, jumlah SDM tidak selamanya
menjamin terciptanya sistem pertahanan yang baik dan efisien, tanpa memiliki skill pertahanan
dan dukungan alutsista yang mumpuni. Indonesia pun saat ini mendapatkan bonus demografi,
dimana angkatan muda produktifnya kini berada dalam jumlah terbesar, sementara usia muda
semakin kecil dan usia lanjut masih belum banyak. Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun)
pada 2020-2030 akan mencapai 70 persen. Kondisi ini merupakan peluang emas bagi Indonesia
dalam mengejar pertumbuhan ekonomi dan membangun pertahanan.

Demografi/Kependudukan merupakan aspek pokok dalam Panca Gatra Ketahanan


Nasional dimana dalam demografi tersebut dapat dimunculkan atau tercipta sumber daya
manusia yang merupakan pokok utama dalam sistem ketahanan nasional. Sebagai negara
kepulauan, posisi geopolitik Indonesia sangat strategis dengan diapit dua samudera (Hindia dan
Pasifik) dan dua benua (Asia dan Australia). Indonesia pun memiliki beberapa choke point yang
menjadi jalur lalu lintas kapal internasional di Selat Malaka, Selat Singapura, Selat Sunda, Selat
Lombok. Kondisi ini tentu peluang bagi Indonesia dalam membangun perekonomiannya, namun
perlu diwaspadai intensitas ancaman yang muncul pun semakin tinggi. Sumber Daya yang ada
dalam manusia atau penduduk Indonesia lah yang dapat membesarkan perekonomian dan
meminimalisir munculnya ancaman tersebut. Beberapa ancaman yang belakangan mengemuka
yaitu: terorisme, separatis bersenjata, ancaman kelompok radikal, konflik komunal, kerusuhan
2

sosial, perompakan dan pembajakan laut, imigrasi illegal, illegal fishing, illegal logging dan
smuggling yang sebagian besar dilatarbelakangi oleh masalah demografi dan sumber daya
manusia. Berdasarkan buku putih pertahanan diperkirakan bahwa potensi ancaman luar negeri
berupa agresi militer itu kecil kemungkinannya, akan tetapi tidak berarti tidak ada lagi ancaman
agresi.

2.. Apa yang dimaksud dengan transisi demografi ?

Transisi demografi adalah istilah yang mengacu kepada transisi dari tingkat kelahiran dan
kematian yang tinggi menjadi rendah karena ekonomi suatu negara atau wilayah berkembang
dari ekonomi pra-industrial menjadi ekonomi yang terindustrialisasi. Teori ini diusulkan pada
tahun 1929 oleh ahli geografi Amerika Serikat Warren Thompson yang mengamati perubahan
tingkat kelahiran dan kematian masyarakat-masyarakat industri selama 200 tahun. Sebagian
besar negara maju telah melewati proses transisi demografi dan memiliki tingkat kelahiran yang
rendah, sementara sebagian besar negara berkembang masih mengalami proses transisi ini.
Beberapa pengecualian adalah negara-negara miskin (terutama di Afrika sub-Sahara dan Timur
Tengah) yang melarat dan terkena dampak kebijakan pemerintah atau huru hara, terutama di
Pakistan, Palestina, Yemen, dan Afganistan.

Model transisi demografi dapat digunakan untuk memprediksi penurunan tingkat


kelahiran apabila suatu masyarakat menjadi semakin kaya; namun, beberapa data yang baru
dikumpulkan tampaknya membantah hal ini, karena tingkat kelahiran dapat kembali meningkat
setelah tingkat kemajuan tertentu telah tercapai. Selain itu, dalam jangka panjang, transisi
demografi akan dihentikan oleh tekanan evolusi yang menghasilkan tingkat kelahiran dan
kematian yang lebih tinggi.

Teori transisi demografi merupakan sebuah teori yang didukung oleh banyak ahli dalam
ilmu sosial karena adanya korelasi historis yang kuat antara penurunan tingkat kesuburan dengan
kemajuan sosial dan ekonomi. Para ahli masih memperdebatkan apakah industrialisasi dan
pendapatan yang lebih tinggi mengakibatkan penurunan jumlah penduduk, atau apakah jumlah
penduduk yang lebih rendah mengarah ke industrialisasi dan pendapatan yang lebih tinggi. Para
ahli juga memperdebatkan sejauh mana faktor-faktor yang terkait mempengaruhi transisi
3

demografi ini, seperti pendapatan per kapita yang tinggi, tingkat pendapatan perempuan yang
tinggi, tingkat kematian yang rendah, jaminan usia tua, dan bertambahnya permintaan sumber
daya manusia

Konsep Transisi Demografi. Transisi demografi sudah terlihat di beberapa negara –


negara maju. Konsep transisi demografi sendiri menjelaskan bagimana negara maju tersebut
telah melewati tahapan transisi demografi. Setidaknya terdapat tiga tahap perkembangan transisi
demografi, antara lain:

a. Tahap 1: Kelahiran tinggi dan kematian tinggi.

b. Tahap 2: Tingkat kelahiran masih tinggi, namun tingkat kematian cendrung


rendah.

c. Tahap 3: Kelahiran mengalami penurunan dan kematian juga menurun sehingga


menjadi stabil.

Menurut Blacker, transisi demografi terbagi menjadi 5 tahapan, yaitu:

a. Tahapan 1. Pada tahap ini masyarakat berada pada kondisi pra industri di mana
tingkat kelahiran dan kematian cukup tinggi. Ada berbagai macam faktor yang
menyebabkan peningkatan kelahiran seperti belum tersedianya program Keluarga
Berencana dan alat kontrasepsi. Sedangkan meningkatnya kematian akibat kondisi
kurangnya ketersediaan pangan akibat gagal panen, pendapatan yang rendah hingga
wabah penyakit yang tidak terkontrol. Tidak heran pada tahap ini peran anak sangat
penting untuk menunjang perekonomian keluarga sebab pendidikan tidaklah penting.

b. Tahapan 2. Tingkat moralitas atau kematian turun secara perlahan, namun


populasi tetap meningkat. Penurunan kematian dialami di negara – negara berkembang
seperti di Laos, Yaman, Palestina, dan Afganistan. Ada 2 faktor yang menyebabkan
penurunan tingkat kematian yaitu, adanya perbaikan penyediaan makanan dari hasil
pertanian serta perbaikan di bidang kesehatan masyarakat untuk mengurangi kematian.

c. Tahapan 3. Tingkat kematian mengalami penurunan dengan cepat dan juga diikuti
oleh penurunan di tingkat kelahiran akan tetapi tidak secepat tingkat kematian. Penurunan
4

kelahiran sendiri disebabkan oleh beberapa faktor yaitu adanya penggunaan alat
kontrasepsi dan program Keluarga Berencana yang mulai diterapkan oleh masyarakat,
perubahan menuju industrisasi dari pertanian menjadi masyarakat industri, adanya
urbanisasi, perubahan sudut pandang wanita boleh bekerja.

d. Tahapan 4. Kondisi kelahiran dan kematian berada pada posisi rendah atau nol,
sehingga jumlah penduduk dapat dikatakan dalam keadaan stabil. Beberapa teori
mengatakan jika pada tahapan 4 penduduk di suatu negara akan tetap berada pada tingkat
ini. Contoh negara yang berada pada tahap ini yaitu Amerika Serikat, Argentina, Kanada,
Selandia Baru, Australia dan keseluruhan Benua Eropa.

e. Tahapan 5. Model transisi demografi sendiri pada kenyataannya hanya sampai


tahapan 4, hingga akhirnya disetujui menjadi 5 tahapan namun tetap berdasarkan teori
transisi demografi menurut Blacker. Pada tahapan 5 tingkat kematian lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat kelahiran yang berada dalam kondisi stabil. Hal ini
disebabkan dari gaya hidup masyarakat yang tidak sehat seperti banyak mengkonsumsi
makanan instan, minum minuman alkohol dan lain sebagainya. Kejadian ini pernah
terjadi di Negara Prancis sebelum Perang Dunia II dan juga Negara Jerman pada tahun
1970 an.

3. Jelaskan mengapa catatan tentang mobilitas penduduk dalam registrasi penduduk hanya
memuat data tentang mobilitas penduduk permanen saja !

Mobilitas penduduk adalah semua gerakan penduduk yang melintasi batas wilayah
tertentu dalam periode waktu tertentu. Batas wilayah pada umumnya dipergunakan batas
administrasi misalnya : provinsi, kabupaten, kelurahan atau pedukuhan. Mobilitas penduduk
dapat dibagai dalam dua bentuk, yaitu mobilitas permanen atau migrasi dan mobilitas non
permanen atau mobilitas sirkuler. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu wilayah ke
wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Umumnya ada tiga sumber data
mobilitas penduduk yaitu : Sensus penduduk, registrasi penduduk dan survei penduduk. Data
kependudukan yang didapat dari hasil registrasi penduduk kurang dapat dipercaya. Misalnya,
penduduk yang meninggalkan desanya seharusnya melaporkan kepergiannya ke Kepala Desa,
5

tetapi karena letak kantor desa yang jauh dari tempat tinggal orang tersebut, ia tidak melaporkan
kepergiannya. Di samping itu dengan membaiknya situasi keamanan, para petugas keamanan
tidak pernah menanyakan surat keterangan jalan bagi yang bepergian, begitu pula bagi yang
datang di suatu daerah. Berikut sumber data mobilitas penduduk :

a. Sensus Penduduk. Pelaksanaan sensus penduduk di Indonesia sebelum tahun


2000 dibagi menjadi dua yaitu sensus lengkap dan sensus sampel. Sensus lengkap adalah
pencacahan seluruh penduduk dengan responden kepala rumah tangga. Responden ini
memberikan informasi mengenai karakteristik demografi anggota keluarganya.
Pertanyaan yang diajukan sangat sederhana. Sebagai contoh pertanyaan yang diajukan
pada sensus penduduk tahun 1990 untuk sensus lengkap adalah sebagai berikut, Nama-
nama anggota rumah tangga, Hubungan dengan kepala rumah tangga, Umur, Jenis
kelamin, Status Perkawinan. Hal-hal yang spesifik, seperti ketenagakerjaan, kesehatan,
pendidikan, ekonomi, pertanian, dan mobilitas penduduk ditanyakan dalam sensus
sampel (Mantra, 2013:189).

b. Registrasi Penduduk. Registrasi penduduk mencatat kejadian-kejadian


kependudukan yang terjadi setiap saat, misalnya kelahiran, kematian, mobilitas penduduk
keluar, dan mobilitas penduduk masuk, baik itu permanen maupun nonpermanen, catatan
mobilitas penduduk permanen lebih lengkap dibanding dengan mobilitas penduduk non
permanen. Orang-orang yang pindah domisisli harus mempunyai surat pindah dari daerah
asal, selanjutnya disampaikan pada kantor kelurahan/desa dimana mereka menetap
(Mantra, 2013:197).

c. Survei Penduduk. Data mobilitas penduduk bisa juga didapatkan dari


penelitian survey yang dilaksanakan di suatu wilayah. Umumnya penelitian mobilitas
penduduk yang dilaksanakan oleh Instansi, lembaga tertentu, atau perseorangan berskala
mikro. Biasanya yang diteliti aspek-aspek ekonomi, proses, dan dampak mobilitas
terhadap tingkat ekonomi rumah tangga daerah asal (Mantra, 2013:198)

Yang tercatat dalam registrasi penduduk hanya yang mobilitas permanen saja karena
mobilitas tersebut memiliki atau disertai dokumen atau administrasi yang lebih lengkap dan legal
yang digunakan sebagai dasar untuk pencatatan atau registrasi. Sedangkan mobilitas non
6

permanen tidak disertai dengan administrasi atau dokumen karena sifatnya hanya sementara saja
yang apabila dilakukan pencatatan atau registrasi rentan muncul masalah duplikasi atau tumpang
tindih yang berimplikasi pada massalah lainnya.

4. Jelaskan perbedaan antara teori mobilitas penduduk yang dikemukakan oleh Mitchel
(teori kebutuhan dan tekanan) dengan teori yang dikemukakan oleh Charles Colby (teori daya
tarik dan daya dorong) !

a. Teori Mitchel (teori kebutuhan dan tekanan), menyatakan bahwa :

“Ada beberapa kekuatan (forces) yang menyebabkan orang-orang terikat


pada daerah asal dan ada juga kekuatan yang mendorong orang-orang untuk
meninggalkan daerah asal. Kekuatan yang mengikat orang-orang untuk tetap
tinggal di daerah asal disebut kekuatan sentripetal (centripetal forces) dan
sebaliknya kekuatan yang mendorong seseorang untuk meninggalkan daerah asal
disebut dengan kekuatan sentrifugal (centrifugal forces) apakah seseorang akan
tetap tinggal di daerah asal ataukah pergi meninggalkan daerah asal untuk
menetap di daerah lain tergantung pada keseimbangan antara kedua kekuatan
tersebut.”

Kekuatan sentripetal, yakni kekuatan yang bersifat mengikat penduduk


untuk tetap tinggal di daerah asalnya, karena disebabkan oleh berbagai factor
yakni seperti terikat akar tanah warisan, terikat akan adanya orang tua yang sudah
lanjut usia, adanya kegotong-royongan yang baik dan daerah asal merupakan
tempat kelahiran nenek moyang mereka.

Kekuatan sentrifugal, adalah kekuatan yang mendorong penduduk untuk


meninggalkan daerah asalnya, karena disebabkan oleh berbagai factor yakni
terbatasnya sarana kerja dan fasilitas pendidikan. Apabila salah satu kekuatan
lebih besar dari kekuatan lainnya, maka seseorang akan mengambil keputusan
untuk tetap tinggal di daerah asal atau akan pindah ke daerah lain yang lebih
menjanjikan.
7

b. Teori Charles Colby (teori daya tarik dan daya dorong), berpendapat bahwa :

“ Suatu organisme yang dinamik, proses perkembangan kota dipengaruhi


oleh 2 gaya sentripetal atau gaya tarik cenderung untuk menahan baik penduduk
maupun fungsi-fungsi tertentu di pusat kota atau di pusat kawasan dan menarik
fungsi lainnya ke dalam pusat tersebut.”

Gaya sentripetal semata-mata terfokus pada zona pusat kota, dan


menjadikan zona tersebut pusat daya tarik dari seluruh bagian kota, sedangkan
gaya sentrifugal disebabkan oleh kombinasi antara dorongan dari zona pusat dan
kualitas daya tarik wilayah pinggiran. Di sisi lain, gaya sentrifugal adalah gaya
yang mendorong kegiatan untuk pindah dari kawasan pusat kota menuju wilayah
pinggiran yang seringkali bertujuan untuk menghindarkan kemacetan dan biaya
yang tinggi di pusat berlawanan yaitu gaya sentripetal dan gaya sentrifugal kota
bersifat dinamis dalam artian selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu termasuk
pula pola penggunaan lahannya. Hal itu disebabkan oleh kekuatan-kekuatan
dinamis kota seperti penambahan dan pengurangan bangunan, pengubahan
bangunan-bangunan, penambahan maupun pengurangan fungsi-fungsi, perubahan
jumlah penduduk, perubahan struktur penduduk, perubahan tuntutan masyarakat,
perubahan nilai-nilai kehidupan serta aspek-aspek kehidupan (politik, sosial,
ekonomi, budaya, teknologi, psikologi, religious dan fisikal).

Perbedaan dari dua teori diatas adalah adanya perbedaan daya tarik yang
melatarbelakangi terjadinya mobilitas atau perpindahan baik dari kota ke desa atau sebaliknya
dari desa ke kota. Pada teori Mitchel mobilitas penduduk lebih dilatarbelakangi oleh factor
ekonomi (kebutuhan dan tekanan yang bersifat memaksa atau menjadi tuntutan) dimana harapan
penduduk untuk mendapatkan ekonomi atau pendapatan yang lebih besar dengan mendekat pada
pusat keramaian yang berarti pula sebagai pusat ekonomi dimana memiliki lapangan pekerjaan
yang lebih luas dan biasanya dilakukan oleh kalangan menengah ke bawah yang masih dalam
rangka meningkatkan taraf perekonomian. Sedangkan teori Colby mobilitas penduduk lebih
dilatarbelakangi oleh faktor kepuasan terutama batin untuk mencari ketenangan atau suasana
yang diinginkan (mencari daya tarik tersendiri dan adanya daya dorong untuk mencari kepuasan)
dengan cenderung menghindari pusat keramaian dan ini biasa dilakukan oleh kalangan ekonomi
8

menengah keatas yang sudah tidak lagi mementingkan pendapatan tetapi lebih kepada kebutuhan
batiniah yang diutamakan dan biasanya bersifat alamiah bukan karena keterpaksaan akan sebuah
kondisi baik internal maupun eksternal.

Anda mungkin juga menyukai