Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kerusakan yang paling gawat baru sekarang diketahui. Sesungguhnya kerusakan yang terjadi
di Desa Awar-Awar merupakan sebagian kecil dari kerusakan alam yang terjadi di Indonesia
akibat penambangan pasir ilegal. Sawah-sawah yang merupakan tempat para petani mengadu
nasib untuk mendapatkan sesuap nasi, hilang lenyap digenangi air laut karena  pengerukan pasir
yang menyisahakan saluran air yang menjadi tempat mengalirnya air laut untuk menggenangi
sawah-sawah tersebut. Korban yang ditimbulkan dari penambangan pasir illegal ini bukan hanya
lahan pertanian tetapi juga manusia. Beberapa warga yang punya  perhatian terhadap lingkungan
hidup dan menentang adanya penambangan pasir illegal nyawanya dihabiskan. Kerusakan itu
bukan sekedar nafsu manusia modern yang hanya mau memanfaatkan alam untuk meningkatkan
konsumsinya, melainkan anehnya, juga berdasarkan sebuah legitimasi teologis. Berabat-abat
lamanya manusia mengeksploitasi alam berdasarkan anggapan bahwa ia telah dibenarkan dalam
perintah Tuhan kepada manusia yang diciptakanya: “Beranakcuculah dan bertambah banyak,
penuhilah bumi dan taklukan itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan  burung- burung di udara
dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kejadian 1, 28).

 Perintah sang pencipta itu ternyata oleh manusia modern diartikan sebagai cek blangko
untuk menjadikan diri penguasa mutlak atas seluruh alam. Kekuasaan itu lantas diartikan sebagai
wewenang untuk memanfaatkan alam secara habis-habisan demi kebutuhan dan keinginan apa
saja, tanpa perhatian pada keutuhan alam sendiri. Perintah pencipta dijadikan dasar sebuah
ideology yang mensyahkan manusia menjadikan seluruh dunia menjadi alat dan tambang bagi
perealisasian segala apa yang dapat dibayangkannya. Kasus terbunuhnya Salim Kancil menjadi
pintu untuk membongkar jaringan tambang pasir illegal di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Kasus penambangan illegal ini telah terjadi sejak awal 2014 namun baru akhir-akhir ini
terungkap. Kasus ini pun langsung mencuat dan menjadi trending topik di Indonesia setelah
kasus ISPA yang terjadi di Kalimantan dan Sumatera. Kasus ini masih menjadi misteri karena
belum terungkap siapa saja dalang di balik kasus yang telah merenggut nyawa seorang petani
antitambang. Kasus ini menjadi semakin hangat diperbincangkan karena ada banyak pihak yang
ikut terlibat dalam kasus penambangan illegal sekaligus pembunuhan terhadap Salim.
Disebutkan pula dalam beberapa sumber bahwa otak di  balik kejadian ini yaitu Kepala Desa
Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Selain itu, ada pula
wakil ketua DPRD, aparat polisi dan pihak-pihak lainnya yang iut terlibat dalam kasus ini. Dari
berbagai berita yang terlansir di media massa dan ditayangkan di televisi, disebutkan  bahwa
kasus penambangan liar atau illegal ini bukan hanya merugikan pihak keluarga Salim, namun
juga merugikan lingkungan sebab aktivitas tambang dilakukan di beberapa titik sampai  pasir
tidak bisa lagi ditambang. Dalam jangka waktu tertentu bukan tidak mungkin akan terjadi kasus
tanah longsor dan banjir yang dapat merugikan warga setempat. Berdasarkan permasalahan yang
ada, kami hendak menganalisis kasus pertambangan liar ini dan mengkaji berbagai aspek
sehingga kasus ini tidak lagi menimbulkan kebingungan di masyarakat. Analisis ini penting
untuk memberikan opini baru yang kritis, segar, dan apa adanya kepada para pembaca mengenai
kasus yang terjadi di Lumajang, Jawa Timur.
BAB II

TINJUAN PUSAKA

2.1 Definisi Pertambangan

Pertambangan merupakan suatu aktivitas penggalian, pembongkaran, serta  pengangkutan suatu


endapan mineral yang terkandung dalam suatu area berdasarkan  beberapa tahapan kegiatan
secara efektif dan ekonomis, dengan menggunakan peralatan mekanis serta beberapa peralatan
sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini (Sulton, 2011). Hakikatnya pembangunan sektor
tambang dan energi mengupayakan suatu proses  pengembangan sumber daya mineral dan
energy yang potensial untuk dimanfaatkan secara hemat dan optimal bagi sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Sumber daya mineral merupakan suatu sumber daya yang bersifat tidak
terbaharui (unrenewable). Oleh karena itu,  penerapannya diharapkan mampu menjaga
keseimbangan serta keselamatan kinerja dan kelestarian lingkunga hidup maupun masyarakat
sekitar (Sulton, 2011). Salim (dalam Sulto 2011) menyatakan bahwa paradigma baru kegiatan
industri  pertambangan ialah mengacu pada konsep pertambangan yang berwawasan lingkungan
dan  berkelanjutan, yang meliputi; 1) Penyelidikan Umum ( prospecting ), 2) Eksplorasi:
eksplorasi  pendahuluan, eksplorasi rinci, 3) Studi Kelayakan : teknik, ekonomik, lingkungan
(termasuk studi amdal), 4) Persiapan produksi (development, construction), 5) Penambangan
(pembongkaran, pemuatan, pengangkutan, penimbunan), 6) Reklamasi dan Pengelolaan
Lingkungan, 7) Pengolahan (mineral dressing ), 8) Pemurnian/metalurgi ekstraksi, 9) Pemasaran,
10) .

2.2 Penggolongan Hasil Tambang

Dalam penggolongan hasil tambang, Ngadiran (dalam Sulto 2011) menjelaskan bahwa izin usaha
pertambangan meliputi izin untuk memanfaatkan bahan galian tambang yang  bersifat ekstraktif
seperti bahan galian tambang golongan A, golongan B, maupun golongan C. Ada banyak jenis
sumberdaya alam bahan tambang yang terdapat di bumi Indonesia. Dari sekian jenis bahan
tambang yang ada itu dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
1.) Bahan galian strategis golongan A, terdiri atas : minyak bumi, aspal, antrasit, batu  bara,
batu bara muda, batu bara tua, bitumen, bitumen cair, bitumen padat, gas alam, lilin
bumi, radium, thorium, uranium, dan bahanbahan galian radio aktif lainnya (antara lain
kobalt, nikel dan timah);
2.) Bahan galian vital golongan B, terdiri atas: air raksa, antimon, aklor, arsin, bauksit,  besi,
bismut, cerium, emas, intan, khrom, mangan, perak, plastik, rhutenium, seng, tembaga,
timbal, titan/titanium, vanadium, wolfram, dan bahan-bahan logam langka lainnya (antara
lain barit, belerang, berrilium, fluorspar, brom, koundum, kriolit, kreolin, kristal, kwarsa,
yodium, dan zirkom); dan
3.) Bahan galian golongan C, terdiri atas; pasir, tanah uruk, dan batu kerikil. Bahan ini
merupakan bahan tambang yang tersebar di berbagai daerah yang ada di Indonesia.
Berdasarkan jenis pengelolaannya, kegiatan penambangan terdiri atas dua macam yaitu
kegiatan penambangan yang dilakukan oleh badan usaha yang ditunjuk secara langsung
oleh negara melalui Kuasa Pertambangan (KP) maupun Kontrak Karya (KK), dan
penambangan yang dilakukan oleh rakyat secara manual. Kegiatan penambangan oleh
badan usaha  biasanya dilakukan dengan menggunakan teknologi yang lebih canggih
sehingga hasil yang diharapkan lebih banyak dengan alokasi waktu yang lebih efisien,
sedangkan penambangan rakyat merupakan aktivitas penambangan dengan menggunakan
alat-alat sederhana.

2.3 Peraturan Pemerintah tentang Pertambangan

Sebagai kegiatan usaha, industri pertambangan mineral dan batubara merupakan industri
yang padat modal

 (high capital),
 padat resiko
 (high risk),
 dan padat teknologi
 (high technology).

Selain itu, usaha pertambangan juga tergantung pada faktor alam yang akan mempengaruhi
lokasi dimana cadangan bahan galian. Dengan karakteristik kegiatan usaha  pertambangan
mineral dan batubara tersebut maka diperlukan kepastian berusaha dan kepastian hukum di dunia
pertambangan mineral dan batubara (Putri, 2012). Tahun 2009 merupakan babak baru bagi
pertambangan mineral dan batubara di Indonesia dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 4

Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba). Perubahan
mendasar yang terjadi adalah perubahan dari sistem kontrak karya dan perjanjian menjadi sistem
perijinan, sehingga Pemerintah tidak lagi berada dalam posisi yang sejajar dengan pelaku usaha
dan menjadi pihak yang memberi ijin kepada pelaku usaha di industri pertambangan mineral dan
batubara. Kehadiran UU Minerba tersebut menuai pro dan kontra. Ada sementara kalangan yang
berpendapat bahwa  beberapa kebijakan dalam UU Minerba tersebut tidak memberikan kepastian
hukum terkait dengan kegiatan usaha di bidang pertambangan mineral dan batubara dan
memberikan hambatan masuk bagi pelaku usaha tertentu. Industri mineral dan batubara
menyangkut kepentingan banyak orang, oleh karena itu kondisi di industri tersebut harus berada
di dalam  persaingan usaha yang sehat. Salah satu syarat terciptanya persaingan yang sehat
tersebut adalah tidak adanya hambatan masuk yang berlebihan ke dalam industri tersebut,
termasuk hambatan yang berasal dari kebijakan Pemerintah (Putri, 2012). Undang-undang
Mineral dan batu bara mengandung pokok-pokok pikiran sebagai  berikut:

 Mineral dan batubara sebagai sumber daya yang tak terbarukan dikuasai oleh negara dan
pengembangan serta pendayagunaannya dilaksanakan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah bersama dengan pelaku usaha.
 Pemerintah selanjutnya memberikan kesempatan kepada badan usaha yang berbadan
hukum Indonesia, koperasi, perseorangan, maupun masyarakat setempat untuk
melakukan pengusahaan mineral dan batu bara berdasarkan izin, yang sejalan dengan
otonomi daerah, diberikan oleh Pemerintah dan atau pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya masing-masing.
 Dalam rangka penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah, pengelolaan
pertambangan mineral dan batubara dilaksanakan berdasarkan prinsip eksternalitas,
akuntabilitas, dan efisiensi yang melibatkan pemerintah dan pemerintah daerah.
 Usaha pertambangan harus memberi manfaat ekonomi dan sosial yang sebesar- besar
bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.
 Usaha pertambangan harus dapat mempercepat pengembangan wilayah dan mendorong
kegiatan ekonomi masyarakat/pengusaha kecil dan mencegah serta mendorong
tumbuhnya industri penunjang pertambangan.
 Dalam rangka terciptanya pembangunan berkelanjutan, kegiatan usaha pertambangan
harus dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip lingkungan hidup, transparansi, dan
partisipasi masyarakat.
 Pertambangan mineral dan batubara dikelola dengan berazaskan manfaat, keadilan, dan
keseimbangan; keberpihakan pada kepentingan bangsa; partisipatif, transparasnsi dan
akuntabilitas; berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Dalam rangka mendukung
pembangunan nasional yang berkesinambungan, maka tujuan pengelolaan mineral dan
batubara adalah :
 Menjamin efektifitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha  pertambangan secara
berdaya guna, berhasil guna, dan baerdaya saing;
 Menjamin manfaat pertambangan mineral dan batubara secara berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan hidup;
 Menjamin tersedianya mineral dan batubara sebagai bahan baku dan atau sebagai sumber
energi untuk kebutuhan dalam negeri;
 Mendukung dan menumbuh kembangkan kemampuan nasional agar lebih mampu
bersaing di tingkat nasional, regional, dan internasional;
 Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan Negara, serta menciptakan
lapangan kerja untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat

2.4 Dampak Pembangunan Pertambangan

Kegiatan pertambangan pada dasarnya merupakan proses pengalihan sumberdaya alam


menjadi modal nyata ekonomi bagi negara dan selanjutnya menjadi modal social. Modal yang
dihasilkan diharapkan mampu meningkatkan nilai kualitas insan bangsa untuk menghadapi hari
depannya secara mandiri. Dalam proses pengalihan tersebut  perlu memperhatikan interaksi
antara faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup sehingga dampak yang terjadi dapat
diketahui sedini mungkin. Menurut Salim (2007) dalam Ali Sulton (2011) setiap kegiatan
pembangunan dibidang pertambangan pasti menimbulkan dampak positif maupun dampak
negatif. Dampak positif dari kegiatan  pembangunan dibidang pertambangan adalah:
1. Memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional

2. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

3. Menampung tenaga kerja, terutama masyarakat lingkar tambang

4. Meningkatkan ekonomi masyarakat lingkar tambang

5. Meningkatkan usaha mikro masyarakat lingkar tambang

6. Meningkatkan kualitas SDM masyarakat lingkar tambang

7. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lingkar tambang.

Dampak negatif dari pembangunan di bidang pertambangan adalah:

1. Kehancuran lingkungan hidup


2. Penderitaan masyarakat adat
3. Menurunnya kualitas hidup penduduk local
4. Meningkatnya kekerasan terhadap perempuan
5. Kehancuran ekologi pulau-pulau
6. Terjadi pelanggaran HAM pada kuasa pertambangan
BAB II

ANALISIS

3.1 Kajian Hak Asasi Manusia

Dalam kasus penambangan pasir illegal yang terjadi di desa Selok awar-Awar, Lumajang Jawa
Timur terlihat setidaknya ada 13 pelanggaran HAM yang terjadi. Hal ini disebabkan gamangnya
sikap kepolisian dalam merespon konflik perusakan lingkungan. Hal itu juga yang menyebabkan
polisi kerap terkesan tidak netral bahkan cenderung berpihak pada pemilik modal. Bentuk
pelanggaran yang ada antara lain, Pertama hilangnya hak atas lingkungan yang baik dan sehat,
juga hak atas kesehatan akibat banyaknya truk pasir yang lewat dan menerbangkan debu-debu.
Ketiga, hilangnya hak atas air bersih dan hak atas pekerjaan. Sebab praktik tambang menganggu
lahan pertanian yang berdampak pada gagalnya panen warga. Kelima, hilangnya hak atas
pangan. Keenam hak atas pemukiman yang baik. Juga hak atas pelayanan publik.

Karena  banyaknya truk-truk pasir yang lewat merusak jalan disana. Warga juga
kehilangan hak atas  penikmatan warisan budaya. Dimana biasanya melakukan upacara Malesti
di pantai Watu Kecak, tapi kini tidak bisa diakses sebab sudah rusak, Kemudian hilangnya hak
kebebasan  berkekspresi, hak berkumpul dan berserikat. Terakhir, hilangnya hak hidup
sebagaimana dialami Salim Kancil. Dalam hal ini semua LSM yang ada sudah berkordinasi
untuk mengecek fakta di lapangan dan masih terus berkomunikasi untuk mengusut tuntas kasus
tersebut.
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Latar belakang terjadinya kasus pertambangan illegal yaitu ketamakan pemerintah


setempat yang ingin memperoleh keuntungan bagi diri sendiri dengan memanfaatkan vakumnya
kegiatan pertambangan PT. IMMI. Selain itu, banyaknya pengangguran dan  besarnya
pendapatan para pekerja tambang membuat warga sekitar menjadi tergiur untuk berprofesi
sebagai penambang pasir. Kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh pemerintah, terutama
kepala Desa Selok Awar-awar yang bekerja sama dengan  beberapa pihak tertentu tidak
memperhitungkan dampak terhadap lingkungan maupun masyarakat akibat kegiatan
pernambangan yang mereka lakukan.

Kasus penambangan liar yang berlangsung sejak lama ini menimbulkan keresahan bagi
sebagian masyarakat di Lumajang karena dampak-dampak yang terjadi akibat kegiatan
pertambangan. Akibatnya, sejumlah warga melakukakn aksi demonstrasi yang dipimpin oleh
aktivis antitambang di desa tersebut. Karena resah dengan aksi demonstrasi yang dilakukan oleh
warga, kepala desa dan sejumlah pihak melakukan aksi pembunuhan terhadap Salim Kancil dan
penganiayaan terhadap Tosan, para aktivis antitambang di Lumajang.

Dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan pertambangan di Lumajang yaitu antara lain
1) terjadinya kerusakan lingkungan seperti hilangnya biodiversitas di tempat  pertambangan; 2)
terjadinya kerusakan jalan akibat aktivitas lalu lalang truk tambang  pasir; 3) terjadi pelanggaran
HAM yaitu terbunuhnya Salim Kancil dan penganiayaan terhadap Tosan para aktivis
antitambang setempat; 4) Pendapatan para petani menurun akibat gagal panen karena masuknya
air pantai ke sawah sebagai dampak dari aktivitas tambang.

 Nilai-nilai dasar yang diperjuangkan yaitu nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dalam kasus ini masyarakat yang ikut melakukan aktivitas pertambangan pada dasarnya hanya
membutuhkan pendapatan untuk dapat melanjutkan kehidupan. Namun, seharusnya mereka juga
memperhatikan hukum atau peraturan pertambangan yang berlaku sehingga tidak mengambil
hasil tambang dengan semena-mena tanpa memedulikan lingkungan sekitar. Selain itu, para
aktivis tambang yang dianiaya adalah contoh konkret pejuang yang menuntut keadilan di tengah
masyarakat sehingga mereka tidak takut terhadap resiko yang akan terjadi, termasuk kehilangan
nyawa mereka sendiri.

4.2 SARAN

Pemerintah seharusnya lebih tegas dalam memberi ijin pertambangan dan sebagai
petinggi suatu daerah sudah sepatutnya ia tidak melanggar peraturan yang ada hanya demi
keuntungan pribadi. Selain itu, sudah sepatutnya pemerintah bersikap bijaksana karena dalam
kepemimpinannya sehingga seluruh rakyatnya dapat sejahtera. Jika pemerintah bersikap tegas
dan bijaksana, sangat kecil kemungkinannya dapat terjadi kasus pembunuhan yang sangat
merugikan bagi sebagian pihak. Di samping itu, masyarakat juga harus sadar bahwa segala
kegiatan, dalam hal ini kegiatan tambang, juga merupakan tanggung jawab mereka dan bukan
hanya pemerintah sehingga diharapkan masyarakat turut andil dalam menegakkan keadilan dan
bukannya malah menimbulkan masalah-masalah baru.

Anda mungkin juga menyukai