Abstrak
Mineral dan batubara yang terkandung dalam wilayah hukum pertambangan
Indonesia merupakan kekayaan alam tak terbarukan sebagai karunia Tuhan
Yang Maha Esa yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi hajat hidup
orang banyak, karena itu pengelolaannya harus dikuasai oleh Negara untuk
memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha
mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan.
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang rneliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca
tambang. Pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan
bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat.
Amanat UUD 1945 ini merupakan landasan pembangunan pertambangan dan
energi untuk memanfaatkan potensi kekayaan sumber daya alam mineral dan
energi yang dimiliki secara optimal dalam mendukung pembangunan nasional
yang berkelanjutan.Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam,
yang memiliki sifat fisik dan kimia.tertentu serta susunan kristal teratur atau
gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.
Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalarn rangka pengusahaan mineral
atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi,
studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang.
1
Charles Himawan, Hukum Sebagai Panglima, Cet 1, Penerbit Kompas, Jakarta, 2003, Hal. 113-115.
296 PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN
SEGI POSITIF DAN NEGATIF DAMPAK KEBIJAKAN PELARANGAN EKSPOR BAHAN BAKU TAMBANG DAN MINERAL
dan energi untuk memanfaatkan potensi kekayaan sepanjang tidak mengandung unsur-unsur
sumberdaya alam mineral dan energi yang dimiliki mineralgolongan A maupun golongan B dalam
secara optimal dalam mendukung pembangunan skala yang berarti dari segi ekonomi pertam-
nasional yang berkelanjutan.Tambang, mineral dan bangan.
batubara yang terkandung dalam wilayah hukum
pertambangan Indonesia merupakan kekayaan Penggolongan bahan galian di atas tidak terlepas
alam tak terbarukan sebagai karunia Tuhan Yang dari Undang-Undang Pokok Pertambangan 1967
Maha Esa yang mempunyai peranan penting dalam yang menegaskan bahwa penggolongan bahan
memenuhi hajat hidup orang banyak.Oleh karena galian didasarkan pada peranannya yang berbeda
itu, pengelolaannya harus dikuasai oleh Negara terhadap bangsa dan negara. Golongan A adalah
untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi mineral yang sangat penting bagi perekonomian
perekonomian nasional dalam usaha mencapai negara karena mendatangkan devisa yang relatif
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara besar.Golongan B adalah mineral yang menyangkut
berkeadilan. hajat hidup orang banyak, sedangkangolongan C
Pertambangan adalah suatu kegiatan pengam- adalah mineral yang diperlukan untuk bahan
bilan endapan bahan galian berharga dan bernilai industri atau bangunan.
ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara Saat ini kegiatan pertambangan yang lebih
mekanis dan manual pada permukaan bumi, dikenal adalah pertambangan untuk komoditas
dibawah permukaan bumi air. Pemerintah mineral logam antara lain: emas, tembaga, nikel,
Republik Indonesia melalui Peraturan Pemerintahan bauksit dan batubara. Selain komoditas mineral
No 27 tahun 1980 membagi bahan galian menjadi utama dan batubara ini, komoditas batuan memiliki
3 golongan yaitu : peran yang samapentingnya terutama dalam
1. Bahan galian strategis disebut bahan galian memberikan dukungan material untuk pem-
golongan A terdiri dari : minyak bumi,bitumen bangunan infrastruktur antara lain: pendirian sarana
cair, lilin beku, gas alam, bitumen padat, aspal, infrastruktur jalan, pembangunan perumahan dan
antrasit, batu bara muda,uranium radium, gedung perkantoran. Terminologi bahan galian
thorium bahan galian radioaktif lainnya, nikel, golongan C yang sebelumnya diatur dalam UU No
kobalt, timah. 11 Tahun 1967 telah diubah berdasarkan UU No
2. Bahan galian vital disebut pula sebagai bahan 4 Tahun 2009, menjadi batuan, sehingga peng-
galian golongan B terdiri dari besi,molibden, gunaan istilah bahan galian golongan C sudah tidak
khrom, wolfram, vanidium, titan, bauksit, tepat lagi dan diganti menjadi batuan. Kegiatan
tembaga, timbal, seng, emas,platina, perak, air usaha pertambangan mineral dan batubara yang
raksa, arsen, antimon, bismut, ytrium, rhutenium, merupakan kegiatan usaha pertambangan di luar
cerium, dan logamlogam langka lainnya, panas bumi, minyak dan gas bumi serta air tanah
berilium, korundum, zirkon, kristal kuasa, mempunyai peranan penting dalam memberikan
kriolit, fluorspar, barit,yodium, brom, klhor, nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan
belerang. ekonomi nasional dan pembangunan daerah
3. Bahan galian non strategis dan non vital, disebut secara berkelanjutan.
pula sebagai bahan galian golongan C.Terdiri Sementara itu, berdasarkan kriteria komoditas
dari : nitral, nitrit, fosfat, garam batu (halit), tambang mineral yang dapat ditingkatkan nilai
asbes, talk, mika, grafit,magnesit,yarosit, leusit, tambahnya dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga)
tawas (alum), oker, batu permata, batu setengah golongan, yaitumineral logam, mineral bukan logam
permata, pasir kuarsa,kaolin, feldspar, gipsum, dan batuan. Uraian masing-masing jenis komoditas
bentonit, tanah diatomea, tanah serap (fuller tambang mineral tersebut adalah sebagai berikut:
earth), batuapung, trass, obsidian, marmer, batu 1. Kelompok mineral logam merupakan jenis
tulis, batu kapur, dolomit, kalsit, granit, komoditas tambang mineral logam antaralain
andesit,basalt, trakhit, tanah liat, pasir, berupa bijih: tembaga, emas, perak, timah,
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN
297
SEGI POSITIF DAN NEGATIF DAMPAK KEBIJAKAN PELARANGAN EKSPOR BAHAN BAKU TAMBANG DAN MINERAL
timbal dan seng, kromium,molibdenum, bauksit meningkat 500%. Dalam rangka pengen-
platinum group metal, bauksit, bijih besai, pasir dalian ekspor bijih mineral dan mendorong industri
besi, nikel, kobalt,mangan dan antimon. hilir, maka pemerintah mengeluarkan beberapa
2. Kelompok mineral bukan logam terdiri dari peraturan terkait diantaranya, Peraturan Menteri
berbagai jenis komoditi tambang mineralbukan ESDM No 7 Tahun 2012 sebagaimana diubah
logam yang meliputi: kalsit (batu kapur/ dengan PerMen No. 11 tahun 2012, Peraturan
gamping), feldspar, kaolin, bentonit,zeolit, silica, Menteri Perdagangan No 29 tahun 2012 tentang
zircon dan Intan. Ketentuan Ekspor Produk Pertambangan dan
3. Adapun kelompok batuan merupakan jenis Peraturan Menteri Keuangan No. 75 tahun 2012
komoditas tambang batuan, antara lain:Toseki, mengenai Penetapan Harga Ekspor Untuk
Marmer, Onik, Perlit, Slate (batu sabak), Penghitungan Bea Keluar. Pemerintah mengharus-
Granit, Granodiorit, Gabro, Peridotit,Basalt, kan bea keluar bagi 14 mineral tambang diantara-
Opal, Kalsedon, Chert (rijang), Jasper, nya tembaga,emas, perak, timah, timbel, kromium,
Krisoprase, Garnet, Giok, Agat danTopas. molibdenum, platinum, bauksit, bijih besi, pasir
besi,nikel, mangan, dan antimon dengan range bea
Dalam menyongsong kebijakan pelarangan keluar yang akan dipungut bervariasi mulai dari
ekspor barang mentah (raw material) tambang 20% hingga 50% bergantung pada jenis mineral.
dan mineral pada bulan Januari tahun 2014, Peraturan Menteri ESDM No 7 Tahun 2012
terdapat 15 (limabelas) perusahaan yang menyata- diterbitkan dalam rangka untuk mengamankan
kan kesiapan dengan fasilitas pengolahan dan terlaksananya amanat Undang-undang No 4 Tahun
pemurnian yang akan beroperasi pada tahun 2014. 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu-
Dari ke 15 perusahaan tersebut, terdapat bara, khususnya terkait dengan kewajiban
diantaranya 6 perusahaan yang sudah memper- pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri
siapkan diri dengan progres fasilitas pengolahan paling lambat tanggal 12 Januari 2014. Kemudian
dan pemurnian tambang dan mineral mencapai Permen 07 Tahun 2012 tersebut diubah berda-
100% untuk beroperasi pada tahun 2014. Dari sarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber
ke 6 (enam) perusahaan tambang tersebut, antara Daya Mineral RI No. 11 Tahun 2012 tertanggal
lain PT. Delta Prima Steel dan PT. Meratur Jaya 16 Mei 2012 yang menyebutkan bahwa perusa-
Iron Steel dengan hasil produksinya berupa haan pertambangan dapat melakukan ekspor bijih
Sponge Iron, PT. Indo Ferro dengan hasil atau ore mineral dalam hal ini nikel ke luar negeri
produksi berupa Pig Iron, PT. Batutua Tembaga sebelum tahun 2014 apabila telah mendapatkan
Raya dengan hasil pengolahanya berupa Cupper rekomendasi dari Menteri ESDM c.q Direktur
Chatode, PT. Indotama Ferro Allays dan PT. Jenderal.
Century Metalindo dengan hasil pengolahan Rekomendasi tersebut akan diberikan dengan
berupa Silica Manganese. Sementara itu, ke 9 persyaratan sebagai berikut:
perusahaan lainya progress fasilitas kesiapan 1. Status IUP Operasi Produksi dan IPR clear and
pengolahan dan pemurnian untuk beroperasi pada clean dalam arti bahwa setiap perusahaan
tahun 2014 masih dibawah 75%.2 pertambangan wajib memiliki IUP Operasi
Dalam tiga tahun terakhir setelah UU No. 4 Produksi yang telah disetujui.
Tahun 2009 diterbitkan, secara nasionalada 2. Perusahaan pertambangan harus melunasi
beberapa jenis bijih tambang dan mineral yang kewajiban pembayaran keuangan kepada
realisasinya mengalami peningkatan secara besar- negara.
besaran, diantaranya ekspor bijih nikel meningkat 3. Perusahaan pertambangan wajib menyampai-
sebesar 800%, bijih besimeningkat 700%, dan bijih kan rencana kerja dan atau kerja samadalam
2
Sumber: Badan Geologi, Kementerian ESDM
298 PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN
SEGI POSITIF DAN NEGATIF DAMPAK KEBIJAKAN PELARANGAN EKSPOR BAHAN BAKU TAMBANG DAN MINERAL
pengelolaan dan atau pemurnian mineral di Berdasarkan amanat UU No. 4 Tahun 2009
dalam negeri. dimaksud, maka akan berlaku efektif pada Januari
4. Perusahaan pertambangan wajib menanda- 2014 untuk komoditas tambang mineral logam,
tangani pakta integritas. mineral bukan logam dan batuan dalam bentuk
bahan mentah (raw material/ores).
C. Perkembangan Industri Pertambangan Dalam rangka pelaksanaan berbagai pasal
Indonesia didalam UU Minerba tersebut, kemudian peme-
Ada dua hal yang memungkinkan Indonesia rintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP)
dapat berkembang menjadi Negara industri No.23 Tahun 2010 tertanggal 1 Februari 2010
maju.Pertama; Indonesia merupakan negara yang tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertam-
memiliki kekayaan mineral terlengkap di dunia, bangan Mineral dan Batubara,dimana didalam
walaupun bukan aktor utama dunia dalam peraturan ini mengisyaratkan bahwa pemegang Izin
keseluruhan raw material, namun Indonesia Usaha Pertambangan (IUP) operasi produksi dan
memiliki hampir sebagian besar sumber mineral Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Operasi
penting.Kedua, Indonesia memiliki sumber energi produksi harus mengutamakan kebutuhan mineral
yang relatif besar dan beragam jenisnya, mulai dari dan/atau batubara untuk kepentingan dalam negeri.
minyak bumi, gas, batubara dan sumber-sumber Untuk itu, dalam menunjang pembangunan industri
energi terbaharukan lainnya. dalam negeri perlu penataan kembali pemberian
Namun demikian, hingga saat ini Indonesia izin usaha pertambangan untuk mineral bukan
belum dapat mengembangkan industrinya dengan logam dan batuan. Selanjutnya dalam rangka
baik, dikarenakan hasil tambang mineral yang memberi kesempatan lebih besar kepada peserta
diekploitasi di perut bumi Indonesia masih di Indonesia untuk lebih berpartisipasi dalam kegiatan
ekspor dalam bentuk raw material dengan nilai usaha pertambangan mineral dan batubara serta
tambah yang sangat rendah. Di satu sisi memang dalam rangka memberikan kepastian hukum bagi
dalam hal raw material dan perdagangan komo- pemegang Kontrak Karya dan Perjanjian Karya
ditas, Indonesia memegang posisi kunci.Tapi Pengusahaan Pertambangan Batubara yang
sebagian besar perusahaan tambang telah mengikat bermaksud melakukan perpanjangan dalam
kontrak penjualan hasil tambang dengan negara- bentuk Izin Usaha Pertambangan, maka kemudian
negara maju, sehingga Indonesia tidak dapat diterbitkan PP No. 24 tahun 2012 tertanggal 21
mengendalikan harga komoditas tambangnya. Februari 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 tahun 2010 tentang
D. Kebijakan Terkait Dengan Tambang dan Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral Mineral dan Batubara.
Bertitik tolak dari dikeluarkanya Undang- Disamping itu, dalam rangka meningkatkan
Undang Nomor 4 Tahun 2009 pada tanggal12 efektivitas pelaksanaan pengendalian ekspor bijih
Januari 2013 tentang Pertambangan Mineral dan mineral dan mendorong industri hilir, maka
Batubara, dimana materi pokok yang terkandung pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan
didalam UU ini mengatur penghiliran hasil tambang seperti halnya Peraturan Menteri (Perman) ESDM
mineral dan batubara dan melarang ekspor bahan No 7 Tahun 2012 yang kemudian diubah dengan
mentah hingga tahun 2014. Oleh karena itu, UU Permen ESDM No 11 Tahun 2012 tentang
inimengamanahkan pembangunan smelter sehing- Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui
ga produksi tambang dalam negeri dapat diproses Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral.
sebelum diekspor.Adapun tujuan daripada UU Peningkatan Nilai Tambah dan kewajiban
Minerba dimaksud, agar Indonesia bisa mera- pengolahan dengan batasan minimum pengolahan,
sakan nilai tambah dari produk - produk tambang hal ini dilakukan dengan Kegiatan Pengolahan dan
dan mineral sehingga dapat mendongkrak produk Pemurnian Mineral antara lain meliputikegiatan
domestik bruto dan menyerap tenaga kerja. pengolahan dan pemurnian mineral logam,
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN
299
SEGI POSITIF DAN NEGATIF DAMPAK KEBIJAKAN PELARANGAN EKSPOR BAHAN BAKU TAMBANG DAN MINERAL
pengolahan mineral bukan logam dan pengolahan antara lain adalah untuk menjamin terpenuhinya
batuan, serta pengolahan dan pemurnian mineral kebutuhan didalam negeri, melindungi kelestarian
logam tertentu, pengolahan mineral bukan logam sumber daya alam, mengantisipasi kenaikan harga
tertentu, dan pengolahan batuan tertentu wajib yang cukup drastis dari komoditi ekspor tertentu
memenuhi batasan minimum pengolahan. di pasaran internasional dan atau menjaga
Sementara itu, dalam rangka miningkatkan kestabilan harga komoditi tertentu di dalam negeri.
efektivitas pelaksanaan pengaturan ekspor Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan
beberapa jenis produk pertambangan, maka bahwa meningkatkan produk bahangalian industri
pemerintah melalui KementerianPerdagangan juga diperlukan proses pengolahan dengan kecermatan
telah menerbitkan Permendag No 29/M-AG/ tinggi yang pada akhirnya dapat meningkatkan
PER/5/2012 sebagaimana telah disempurnkan multiguna dari bahan galian tersebut sehingga
dengan Permendag No. 52/M-AG/PER/8/2012 pemasarannyapun menjadi lebih luas. Kecermatan
tentang Ketentuan Ekspor Produk Pertambangan, kerja diperlukan dalam semua tahap kegiatan
dimana peraturan ini mengatur hal-hal yang sehingga diperoleh banyak bahan galian yang
berkaitan dengan tata cara dan perizinan pelak- berguna dan sedikit endapan pengotornya
sanaan kegiatan ekspor berbagai jenis produk sehingga hasil yang didapatkan lebih maksimal yang
pertambangan dengan mempertimbangkan adanya sesuai dengan hasil pesanan konsumen.
keharusan memenuhi batasan minimum pengola- Dengan adanya UU Minerba, semua jenis bijih/
han. barang tambang dan mineral harus diolah dan
Selain hal tersebut, berdasarkan pertimbangan/ dimurnikan terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai
usulan Menteri ESDM sebagaimanadisampaikan tambah baru kemudian boleh di ekspor.Pada Pasal
melalui Surat Nomor 3038/30/MEM.B/2012 102 UU minerba, Pemegang IUP dan IUPK wajib
perihal Kebijakan Pengendalian Penjualan Bijih meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral
(Raw Material atau Ore) Mineral ke luar negeri dan/atau batubara dalam pelaksanaan penam-
serta dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan bangan, pengolahan dan pemurnian, serta
ketersediaan sumber daya mineral di dalam negeri, pemanfaatan mineral dan batubara.Kewajiban ini
maka perlu mengatur mengenai pengenaan Bea baru direncanakan berlaku pada 2014. Melihat
Keluar terhadap barang ekspor berupa bijih (raw kebijakan pelarangan tersebut, baru akan
material atau ore) mineral. Berkaitan dengan hal diberlakukan pada tahun 2014, sebagian para
itu, pada tanggal 16 Mei 2012 pemerintah melalui pelaku usaha telah menaikkan produksi dan eskpor
Kementerian Keuangan telah menerbitkan secara besar-besaran. Hal ini dilakukan, karena
Permenkeu No.75/PMK.011/2012 yang kemu- pada umumnya para pelaku usaha berpendapat
dian disempurnakan dengan Permenkeu No 128/ bahwa untuk mendirikan pabrik pengolahan dan
PMK.011/2013 tentang perubahan atas peraturan pemurnian dibidang tambang dan mineral diperlu-
menteri keuangan nomor 75/pmk.011/2012 kan biaya cukup tinggi, sehingga kesempatan pada
tentang penetapan barang ekspor yang dikenakan masa transisi ini tampak dimanfaatkan oleh para
bea keluar dan tariff bea keluar, dimana materi pelaku usaha untuk memproduksi dan mengekpor
pokok didalam perubahan tersebut terkait dengan secara besar-besaran karena dirasa biaya
penjualan berbagai jenis bijih (raw material atau produksi masih relative murah. Sebagaimana telah
ore) mineral ke luar negeri dikenakan tariff bea diketahui bersama , bahwa pasar raw material
keluar ekspor sebesar 20%, terkecuali untuk tambang dan mineralsebagian besar adalah untuk
produk Marmer dan Travertine dalam bentuk ekspor, akan tetapi ada juga yang dipasarkan di
balok dengan ketebalan >4 cm dan produk Granit dalam negeri bahkan untuk memenuhi kebutuhan
balok dengan ketebalan > 4 cm dikenakan tarif akan bahan baku lebih lanjut sebagai industry
bea keluar sebesar 10%. didalam negeri juga melakukan impor meskipun
Adapun tujuan dari kebijakan pengenaan bea sebenarnya raw material awal berasal dari dalam
keluar ekspor komoditas tambang dimaksud, negeri juga.
300 PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN
SEGI POSITIF DAN NEGATIF DAMPAK KEBIJAKAN PELARANGAN EKSPOR BAHAN BAKU TAMBANG DAN MINERAL
Bahwa dalam hal ini penulis juga melakukan mengamanahkan pembangunan smelter sehingga
wawancara dengan Direktur PT. Citra Properasri produksi tambang dalam negeri dapat diproses
Mandiri adalah pemilik sah terhadap tanah/lahan sebelum diekspor. Tujuan UU Minerba sangatlah
berdasarkan SertifikatHakGuna Usaha (HGU) mulia: agar Indonesia bisa merasakan nilai tambah
No.02 MantangBesar, SuratUkur No.0003 dari produk- produk tambang, mendongkrak
MantangBesar/2001, tanggal 13-11-2001, Luas produk domestik bruto, dan menyerap tenaga
171,9034 Hayang terletakdikenal umum di Pulau kerja.
Siolong, Desa Mantang Besar, Kecamatan Berbeda dengan harapan awal, pasca-
Mantang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau,3s penetapan UU ini eksploitasi pertambangan justru
erta Kepala Dinas Pertambangan Dan Energi melonjak tajam.Pemilik tambang berlomba
Kabupaten Bintan Kepulauan Riau,4 dan juga Legal menambang sebanyak-banyaknya sebelum
Consultan PT. Gunung Sion berkedudukan di dilarang.Akibatnya, produksi sejumlah komoditas
Kabupaten Bintan Kepulauan Riau,5 dari ketiga tambang melonjak. Contohnya produksi bauksit
narasumber tersebut pada intinya dimana tertkait tahun 2009 sebanyak 783.000 mt, tahun 2011
aturan serta kebijakan tersebut banyak hal yang menjadi 17.634.000 mt, atau melonjak 2.150
harus dikaji terlebih dahulu sebelum menerapkan persen. Hal serupa terjadi pada komoditas ore
aturan serta undang-undang tersebut. nikel, di mana produksi pada 2009 hanya
5.802.000 wmt, tapi tahun 2011 sudah
E. Dampak Kebijakan Pelarangan Ekspor 15.973.000, atau meningkat 175 persen.7
Tambang Dan Mineral Pelaksanaan kebijakan pelarangan ekspor
Di Indonesia, industri pertambangan mineral bahan mentah sudah di depan mata, tetapi
logam dikuasai oleh investor asing dan BUMN, Indonesia masih belum memiliki smelter memadai
serta perusahaan swasta. Perusahaan-perusahaan untuk mengimbangi produksi tambang. Tercatat
tersebut didirikan berdasarkan peraturan perun- setidaknya ada tiga komoditas yang akan defisit
dang-undangan Indonesia dalam bentuk badan smelter pada tahun 2014, yaitu tembaga, bauksit,
hukum Indonesia.Dalam dokumen kontrak karya dan nikel. Produksi bauksit nasional pada 2011
pertambangan, perusahaan pertambangan asing mencapai 17,6 juta ton.8Saat ini, Indonesia belum
juga diwajibkan melepaskan saham kepemilikan. memiliki smelter bauksit. Rencana pembangunan
Hak penguasaan Negara sebagai konsep sejumlah smelter bauksit, hingga 2014, hanya
sampai saat ini belum mempunyai pengertian serta mampu menampung 7,1 juta ton. Gap antara
makna yang jelas dan tegas yang dapat diterima produksi tambang dan kapasitas smelter 10,5 juta
oleh semua pihak dalam hubungannya dengan ton, dengan asumsi semua pembangunan smelter
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam lancar.
nasional sehingga mengundang banyak penafsiran Komoditas nikel mengalami hal serupa.
yang berimplikasi kepada inplementasinya.6 Pertambangan nikel Indonesia menghasilkan 15,9
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang juta ton nikel tahun 2011. Smelter nikel eksisting
Pertambangan Mineral dan Batubara adalah bom Indonesia memiliki kapasitas 9,03juta ton. Sampai
waktu untuk Indonesia.UU ini mengatur penghiliran dengan tahun 2014, diperkirakan akan ada
hasil tambang mineral dan batubara dan melarang tambahan sejumlah smelter baru, dengan kapasitas
ekspor bahan mentah tahun 2014. UU ini total 4,15 juta ton. Gap antara produksi tambang
3
Wawancara dengan Direktur PT. Citra Properasri Mandiri pada Januari 2016.
4
Wawancara dengan Kepala Dinas Pertambangan Dan Energi Kabupaten Bintan Kepulauan Riau pada Tanggal 23 Januari
2013.
5
Wawancara dengan Legal Consultan PT. Gunung Sion pada tanggal 21 Agustus 2014.
6
Abrar Saleng, Hukum Pertambangan, UII Press, Jakarta, 2004, Hal 2.
7
Data Kementerian ESDM Tahun 2012.
8
Ibid.
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN
301
SEGI POSITIF DAN NEGATIF DAMPAK KEBIJAKAN PELARANGAN EKSPOR BAHAN BAKU TAMBANG DAN MINERAL
dan smelter pada tahun 2014 mencapai 2,72 juta pekerjaan. Pengurangan tenaga kerja juga akan
ton. terjadi pada perusahaan pendukung kegiatan
Untuk komoditas tembaga, produksi tembaga tambang, seperti perkapalan dan alat berat.
nasional tahun 2011 mencapai 20,2 juta ton, Ketiga, sektor pertambangan nonmigas
sedangkan smelter tembaga yang eksisting hanya (termasuk minerba) menyumbang 16,28persen
mampu menampung 1 juta ton.9 Adapun rencana ekspor nasional.13 Apabila ekspor bahan mentah
pembangunan sejumlah smelter tembaga hingga menurun akibat laranganekspor, neraca perda-
2014 hanya menambah kapasitas smelter menjadi gangan akan kian defisit. Hal ini akan berdampak
1,2 juta ton. Setidaknya akan ada 18 juta ton terhadap kian lemahnya nilai tukar rupiah yang
tembaga yang tidak dapat diolah. mendongkrak biaya impor. Tingginya biaya impor
akanberpengaruh terhadap sejumlah produk yang
F. Dampak lahirnya Undang-undang No. 4 masih mengandalkan komponen impor. Undang-
Tahun 2009 tentang Pertambangan Undang Minerba sudah ditetapkan sejak 2009,
Mineral dan Batubara (Minerba) Serta tetapi hingga kini program penghiliran seperti jalan
Strategi Jalan Keluar. di tempat.Pemerintah belum berhasil menciptakan
Implikasi dari minimnya smelter adalah banyak iklim usaha yang membuat investor tertarik
bahan mentah tambang yang tidakdapat dijual, membangun industri smelter di Indonesia.
pada akhirnya membuat pelaku tambang Berdasarkan data dari Kementerian ESDM,
mengurangi kapasitas produksi atau bahkan perusahaan yang sudah dikatakan siap dalam
menutup usahanya. Hal ini akan berdampak pada menghadapi Undang-Undang Minerba ini hanya
tiga hal. Pertama, berkurangnya penerimaan sebanyak 15 perusahaan.Sedangkan masih ada 97
negara.Kedua, pengurangan tenaga kerja di sektor perusahaan yang belum ada progres yang berarti.
tambang, dan ketiga, semakin tergerusnya neraca Permasalah yang sering dihadapi oleh perusa-
perdagangan.10 haan dalam pembangunan smelteradalah birokrasi
Pertama, pendapatan pemerintah dari sektor dan tata ruang. Pertama, birokrasi dan regulasi di
pertambangan dapat berupapenerimaan pajak Indonesia seringmenghambat proses penghiliran.
(PPh), penerimaan bukan pajak (royalti tambang), Perizinan yang rumit, pembebasan lahan, hingga
dan deadrent (sewa lahan).Penerimaan royalti tumpang tindih peraturan menjadi penghalang
sektor minerba mencapai Rp 13 triliun per tahun, utama.Contohnya, aturan divestasitambang
sedangkan pajak dari sektor tambang dan galian menyebabkan pemilik tambang enggan mem-
Rp 55 triliun.11Penerimaan ini berpotensi anjlok bangun smelter. Aturan divestasi tambang
jika produksi tambang minerba menurun. memaksa pemilik tambang mendivestasikan
Kedua, berkurangnya produksi tambang akan sahamnya kepada pemerintah(pemda, BUMN,
berimplikasi terhadap pengurangan tenaga kerja. BUMD) dalam waktu 10 tahun.Apabila tambang
Saat ini pekerja sektor pertambangan dan galian terintegrasi dengan smelter tentunya investor rugi
mencapai 1,6 juta pekerja.12 Angka tersebut besar apabila smelter yang bernilai investasi besar
meningkat dibandingkan Januari 2009 yang hanya turut di divestasikan.
1,1 juta, atau ada peningkatan 40 persen. Kenaikan Kedua, tata ruang.Investasi sering terkendala
ini disinyalir akibat peningkatan produksi tambang ketidakjelasan tata ruang. Masih adatumpang tindih
secara drastis yang membutuhkan banyak tenaga antara peta kehutanan, peta pertambangan, dan
kerja.Dengan adanya larangan ekspor bahan rencana tata ruangwilayah.Tumpang tindih ini,
mentah, para pekerja harus bersiap kehilangan misalnya dengan kawasan lain, menjadi penyebab
9
Ibid.
10
Wawancara dengan Direktur PT. Citra Properasri Mandiri pada Januari 2016.
11
Data Dari Kementerian Keuangan Tahun 2012.
12
Data Dari Badan Pusat Statistik Tahun 2012
13
Data Dari Bank Indonesia Tahun 2012.
302 PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN
SEGI POSITIF DAN NEGATIF DAMPAK KEBIJAKAN PELARANGAN EKSPOR BAHAN BAKU TAMBANG DAN MINERAL
304 PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN
SEGI POSITIF DAN NEGATIF DAMPAK KEBIJAKAN PELARANGAN EKSPOR BAHAN BAKU TAMBANG DAN MINERAL
Daftar Pustaka
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PERBATASAN DAN KEMARITIMAN
305