PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dikaruniai sumber daya alam dan energi yang melimpah. Potensi sumber
daya dan cadangan mineral metalik tersebar di 437 lokasi di Indonesia bagian barat
dan timur, seperti tembaga dan emas di Papua, emas di Nusa Tenggara, nikel di
Sulawesi dan kepulauan Indonesia Timur, bauksit dan batubara di Kalimantan dan
Sumatera, mineral lainnya yang masih tersebar di berbagai tempat.
Sumberdaya mineral sebagai salah satu kekayaan alam yang dimiliki bangsa
Indonesia, apabila dikelola dengan baik akan memberikan kontribusi terhadap
pembangunan ekonomi Negara. Dalam hal ini, Pemerintah sebagai penguasa sumber
daya tersebut, sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 1945, harus mengatur
tingkat penggunaannya untuk mencegah pemborosan potensi yang dikuasainya dan
dapat mengoptimalkan pendapatan dari pengusahaan sumber daya tersebut sehingga
dapat diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
Sumber daya Mineral dalam hal ini pertambangan memiliki sifat tersendiri yaitu
lokasi penyebaran dan ukurannya terbatas, terdapat di dalam bumi mulai dari
permukaan tanah sampai kedalaman tertentu, hanya dapat ditambang satu kali
karena tak terbarukan (non-renewable resources), waktu pemanfaatannya terbatas
(hanya beberapa tahun), resiko investasi sangat tinggi, padat modal dan teknologi,
persiapan sebelumnya penambangan lama (lebih kurang 5 tahun). Karena letak
potensi sumberdaya mineral pada umumnya di daerah pedalaman (remote areas),
maka pembukaan suatu tambang akan menjadi pemicu pembangunan dan
pengembangan daerah tertinggal dan memberikan dampak ganda yang positif dalam
berbagai sektor (multiplier effect).
Perkembangan korporasi yang semakin pesat saat ini, telah memberikan pengaruh
yang sangat signifikan dalam kehidupan manusia. Terlepas apakah pengaruh
tersebut positif ataupun negatif, keberadaan korporasi telah berkontribusi dalam
perubahan tatanan kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu, kami menyusun makalah tentang sistem pengelolaan air dan limbah
pada PT. Kaltim Prima Coal yang bisa dikatakan sebagai salah satu perusahaan
tambang yang termasuk kategori besar dan banyak berpengaruh pada kehidupan
masyarakat lingkungan tambang tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah keadaan dan ketaatan dokumen lingkungan atau izin lingkungan
PT. KPC ?
2. Bagaimanakah pengendalian pencemaran air pada PT. KPC ?
3. Bagaimanakah keadaan Sediment Pond PT. KPC ?
C. Tujuan
1. Mengetahui berlangsungnya dokumen lingkungan PT. KPC
2. Mengetahui Pengendalian pencemaran air pada PT. KPC
3. Mengetahui sistem sediment pond PT. KPC
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertambangan Mineral dan Batubara
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan
umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang (Pasal 1 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara). Pertambangan Mineral dan Batubara memisahkan antara jenis tambang
mineral dengan batubara, sebagai berikut:
- Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat
fisik dan kimia tertentu serta susunan Kristal teratur atau gabungannya yang
membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.
- Batubara adalah endapan senyawa organik karbonat yang terbentuk secara
alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan.
Adapun jenis-jenis pertambangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yaitu:
Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut IUP, adalah izin untuk
melaksanakan usaha pertambangan (Pasal 1 ayat (7)).
Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk
melakukan tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan
(Pasal 1 ayat (8)).
Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan
sete1ah selesai pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan
operasi produksi (Pasal 1 ayat (9)).
Izin Pertambangan Rakyat, yang selanjutnya disebut IPR, adalah izin untuk
melaksanakan usaha pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat dengan
luas wilayah dan investasi terbatas (Pasal 1 ayat (10)).
Izin Usaha Pertambangan Khusus, yang se1anjutnya disebut dengan IUPK, adalah
Izin untuk melaksanakan usaha pertambangan di wilayah izin usaha pertambangan
khusus (Pasal 1 ayat (11)).
Izin Usaha Pertambangan Khusus Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan
untuk melakukan tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi
kelayakan di wilayah izin usaha pertambangan khusus (Pasal 1 ayat (12)).
Pemegang Izin Usaha Pertambangan dan Izin Usaha Pertambangan Khusus dapat
melakukan sebagian atau seluruh tahapan usaha pertambangan, baik kegiatan
eksplorasi maupun kegiatan operasi produksi. Pemegang Izin Usaha Pertambangan
dan izin usaha Pertambangan khusus dapat memanfaatkan prasarana dan sarana
umum untuk keperluan pertambangan setelah memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan. Serta berhak memiliki mineral, termasuk mineral ikutannya,
atau batubara yang telah diproduksi apabila telah memenuhi iuran eksplorasi atau
iuran produksi, kecuali mineral ikutan radioaktif.
C. Sediment Pond
1. Titik Penaatan Apokayan
Kolam pengendap Apokayan untuk mencover limpasan air hujan dari
cathment area North Waste Dump 4, Pit Utara dan Sebagian Pit Selatan.
Debit = 0,1429 m3/detik (level 18) pH insitu 8,6. Badan air penerima Sungai
Lempak Telah dilakukan pemantauan pH harian dan pencatatan Debit air
limbah.
Pengelolaan air limbah dilakukan secara bertahap melalui beberapa kolam
yang cukup luas untuk pengendapan sedimen, pada kolam berikutnya
penambahan kapur. Diakhir kolam pengendap terdapat beberapa pengelolaan
air limbah: sebelum Pond Apokayan terdapat New Pond yang telah dipasang
pemantau elektrik yang bekerja secara otomatis untuk memantau pH air
limbah kemudian air limbah dialirkan ke Pond Apokaya pada kompartemen
sebelumnya ditambahkan kapur untuk mengendalikan keasaman air limbah.
Status Penaatan:
Pengelolaan Limbah
No. Cair Penaatan Temuan
568.31/K.620/2011; 568.31/K.661/2011;
568.31/K.621/2012; 568.31/K.702/2012;
568.31/K.349/2012; 568.31/K.701/2012;
660/K.161/2013 .
pemantauan
Ketaatan terhadap
3. parameter 100% Parameter yang dipantau sesuai dengan
2013
berdasarkan
Pemantauan Limbah
parameter pH
Hasil evaluasi KLH mengenai Data
- curah hujan,
Teknis Dipersyaratkan
TSS 13732
Mn 665
Fe 372