Anda di halaman 1dari 32

TUGAS PENGGANTI FINAL LINGKUNGAN

PERTAMBANGAN

DISUSUN OLEH :
JOE SWEIRITTER PONGLIKU (4521046017)
Pengertian Pertambangan

Penambangan adalah sekumpulan kegiatan yang dilakukan


dalam rangka usaha pencarian, Penambangan (penggalian),
pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan Pertambangan
(mineral, batubara, panas bumi, minyak dan gas). indonesia
adalah satu Salah satu wilayah pertambangan batu bara
terbesar di dunia. Penambangan di kawasan hutan dapat
merusak ekosistem hutan. Jika tidak dikelola dengan baik,
pertambangan bisa Menyebabkan kerusakan pada seluruh
lingkungan dalam berbagai bentuk Pencemaran air, tanah dan
udara. Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (UU No. 4 Tahun 2009),
pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan
dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengembangan
mineral atau batubara, termasuk penyelidikan umum,
eksplorasi , studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, transportasi dan pemasaran, dan
kegiatan pascatambang. Paradigma baru kegiatan industri
pertambangan mengacu pada konsep pertambangan yang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, yang meliputi :

 Penyelidikan Umum
 Eksplorasi : Yang terbagi menjadi 2 yaitu : eksplorasi
pendahuluan dan eksplorasi rinci
 Studi kelayakan baik secara teknik,ekonomi dan
lingkungan
 Persiapan produksi : Develompment dan produksi
 Penambangan : Pembongkaran ,Pemuatan,
Pendistribusian dan Penghijauan
 Reklamasi dan Penghijauan Lingkungan
 Mineral dressing atau Pengelolahan
 Metalurgi ekstrasi atau pemurnian
 Pemasaran
 Mine clousure atau Penutupan atau pengakhiran
tambang

Ilmu Pertambangan adalah ilmu yang mempelajari secara teori


dan praktik hal-hal yang berkaitan dengan industri
pertambangan berdasarkan prinsip praktik pertambangan
yang baik dan benar atau good mining practice

PERTAMBANGAN DI INDONESIA
Menurut UU No. 4/2009, kegiatan pertambangan
dikelompokkan atas pertambangan mineral, dan
pertambangan batubara. Pertambangan mineral digolongkan
sebagai berikut :

pertambangan mineral radioaktif


pertambangan mineral logam
pertambangan mineral bukan logam
pertambangan batuan.

Pengaturan mengenai penggolongan bahan galian pada UU


No. 4/2009 dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara di Pasal
2 ayat 2:

Pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud


dikelompokkan ke dalam 5 (lima) golongan komoditas
tambang
 Mineral radioaktif yang memiliki kandungan radium,
thorium, uranium, monasit, dan bahan galian radioaktif
lainnya
 Mineral logam yang meliputi: litium, berilium, magnesium,
kalium, kalsium, emas,tembaga, perak, timbal, seng,
timah, nikel, mangaan, platina, bismuth,molibdenum,
bauksit, air raksa, wolfram, titanium, barit, vanadium,
kromit,antimoni, kobalt, tantalum, cadmium, galium,
indium, yitrium, magnetit, besi,galena, alumina, niobium,
zirkonium, ilmenit, khrom, erbium, ytterbium,dysprosium,
thorium, cesium, lanthanum, niobium,neodymium,
hafnium,scandium, aluminium, palladium, rhodium,
osmium, ruthenium, iridium,selenium, telluride, stronium,
germanium, dan zenotin.
 Mineral bukan logam meliputi : intan, korundum, grafit,
arsen, pasir kuarsa,fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor,
belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika,magnesit, yarosit,
oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar,
bentonit,gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit,
zirkon, wolastonit, tawas, batukuarsa, perlit, garam batu,
clay, dan batu gamping untuk semen
 Batuan meliputi: pumice, tras, toseki, obsidian, marmer,
perlit, tanah diatome,tanah serap (fullers earth), slate,
granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit,basalt, trakhit,
leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung, opal, kalsedon,
chert,kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan,
gamet, giok, agat, diorit, topas,batu gunung quarry besar,
kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, batu kali,
kerikilsungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang,
kerikil berpasir alami (sirtu),bahan timbunan pilihan
(tanah), urukan tanah setempat, tanah merah
(laterit),batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang
tidak mengandung unsur mineral logam atau unsur
mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau
darisegi ekonomi pertambangan
 Batubara meliputi bitumen padat, batuan aspal, batubara,
dan gambut.

Perusahaan pertambangan di Indonesia harus dilakukan


melalui Izin Usaha Pertambangan (IUP).
IUP sendiri terdiri atas dua tahap yaitu :
IUP Eksplorasi: yang meliputi kegiatan penyeledikan
umum, eksplorasi, dan studi kelayakan
IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta
pengangkutan dan penjualan.

IUP sendiri diberi kepada badan usaha, koperasi atau


perseorangan oleh Gubernur atau Menteri sesuai dengan
kewenangannya.

TAMBANG
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tambang
adalah endapan, parit, lubang di bawah tanah, atau dapat juga
diartikan sebagai tempat penggalian (penggalian) bahan
galian dari dalam bumi berupa logam, batu bara, dll.

PERTAMBANGAN
Menurut KBBI, pertambangan adalah pekerjaan yang
berhubungan dengan pertambangan. Sedangkan menurut UU
No. 4 Tahun 2009, pertambangan adalah sebagian atau
seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan dan pengembangan mineral atau batubara yang
meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,
konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian. ,
pengangkutan dan pemasaran , serta kegiatan pascatambang.

Penambangan

Berbeda dengan istilah tambang dan pertambangan,


penambangan adalah bagian dari proses, cara, aktivitas
pertambangan. Penambangan adalah salah satu dari kegiatan
pertambangan yang bisa juga didefinisikan sebagai kegiatan
pengambilan endapan bahan tambang yang berharga dan
bernilai ekonomis dari dalam kerak bumi, pada permukaan
bumi, dan di bawah permukaan bumi, baik secara mekanis
maupun manual. Hasil dari kegiatan penambangan ini dapat
berupa emas, batubara, bijih timah, bijih nikel, dan masih
banyak lagi hasil galian lainnya.

Secara ringkas, perbedaan ketiganya dapat diuraikan bahwa


tambang adalah lokasi, pertambangan adalah tahapan,
sedangkan penambangan adalah salah satu tahapan
pertambangan yang berupa pengambilan bahan galian.

KESELAMATAN DALAM DUNIA PERTAMBANGAN


Ditjen Pertambangan dan Batubara telah menerbitkan
dokumen keselamatan pertambangan melalui Surat
Keputusan Kementerian ESDM No. 185.K/37.04/DJB/2019
Direktorat Jenderal Pertambangan dan Batubara No.
Pelaporan Mineral dan Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan Batubara.1. keamanan pertambangan

1. Keselamatan pertambangan adalah segala kegiatan yang


meliputi pengelolaan keselamatan dan keamanan dalam
operasi pertambangan.

2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan

Kesehatan dan keselamatan kerja di tambang mengacu pada


semua kegiatan untuk memastikan dan melindungi
keselamatan dan kesehatan pekerja melalui pengelolaan
produksi keselamatan, kesehatan kerja, lingkungan kerja dan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Keselamatan operasi penambangan

Keselamatan operasi pertambangan adalah semua kegiatan


yang menjamin dan melindungi operasi pertambangan
efisien, dan produksi melalui upaya, antara lain pengelolaan,
sistem, dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan,
pengamanan instalasi, kelayakan sarana prasarana instalasi,
dan peralatan pertambangan, kompetensi tenaga teknik, dan
evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan.
4. Kelayakan Operasi

Kelayakan Operasi adalah serangkaian pengujian secara


berkala terhadap peralatan pertambangan yang menerangkan
bahwa peralatan tersebut telah memenuhi persyaratan
administrasi dan kelayakan teknis untuk melakukan kegiatan
pertambangan.
Petunjuk Teknis ini bertujuan untuk memberikan
standardisasi dalam pemenuhan persyaratan teknis
Keselamatan, Pertambangan, Mineral dan Batubara.

Pengertian pencemaran lingkungan

Pencemaran lingkungan disebabkan oleh Perubahan kondisi


lingkungan (tanah, udara dan air) Bermanfaat (untuk
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan) yang disebabkan
oleh adanya benda asing misalnya. Sampah, limbah industri,
minyak, logam berbahaya, dll, hasil perilaku manusia, yang
mengakibatkan lingkungan Fungsionalitas tetap sama seperti
sebelumnya. Sebagai negara yang dikenal sebagai paru-paru
dunia, Indonesia Ada banyak pulau yang ditutupi hutan lebat.
Namun Dalam beberapa dekade terakhir, banyak negara telah
mengkritik Pelestarian Alam di Indonesia. Ini karena semakin
banyak Banyaknya industri pertambangan yang mulai
bermunculan di Indonesia. Mau tidak mau, industri
pertambangan baru melakukan sesuatu Menghancurkan
lingkungan untuk mencari keuntungan. Penurunan
keseimbangan sumber daya alam seperti hutan, air dan tanah
Lahan yang subur ini terutama disebabkan oleh aktivitas
pertambangannya menghasilkan polutan yang sangat besar,
dari awal penambangan sampai Proses produksi hanya
mementingkan kepentingan pribadi, bukan Fokus pada faktor
kelestarian lingkungan. Indonesia adalah negara yang
berpenduduk maksimum. Laju pertumbuhan penduduk
Indonesia cukup besar, Inilah yang menyebabkan peningkatan
yang begitu besar Ketergantungan pada hasil tambang, baik
minyak, batu bara, emas atau gas alam. Semakin besar
aktivitas penambangan, semakin luas areanya Dampak yang
dihasilkan. Perubahan lingkungan yang disebabkan oleh
aktivitas Penambangan bisa terus-menerus atau tidak dapat
dikembalikan ke keadaan semula

Dampak negatif terhadap lingkungan


Ini adalah beberapa dampak negatif yang mungkin terjadi
dikarenakan adanya aktivitas penambangan :
Tanah
Tidak hanya air yang tercemar, tanah juga mengalami pencemaran
akibat pertambangan, yaitu terdapatnya lubang-lubang besar yang
tidak mungkin ditutup kembali yang menyebabkan terjadinya
kubangan air dengan kandungan asam yang sangat tinggi. Air
kubangan tersebut mengadung zat kimia seperti Fe, Mn, SO4, Hg dan
Pb. Fe dan Mn dalam jumlah banyak bersifat racun bagi tanaman
yang
mengakibatkan tanaman tidak dapat berkembang dengan baik. SO4
berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan PH tanah, akibat
pencemaran tanah tersebut maka tumbuhan yang ada diatasnya
akan
mati.

Meningkatnya Ancaman Tanah Longsor


Dari hasil pemantauan di lokasi penambangan dengan cara
tradisional di lapangan ditemukan bahwa aktivitas penambangan
berpotensi
meningkatkan ancaman tanah longsor. Dilihat dari teknik
penambangan, dimana penambang menggali bukit tidak denan cara
berjenjang (trap-trap), namun asal menggali saja dan nampak bukaan
penggalian yang tidak teratur dan membentuk dinding yang lurus
dan menggantung (hanging wall) yang sangat rentan runtuh (longsor)
dan dapat mengancam keselamatan jiwa para penambang.

Hilangnya Vegetasi Penutup Tanah


Penambang (pendulang) yang menggali tanah atau material
tidak .Melakukan upaya reklamasi atau reboisasi di areal penggalian,
tapi membiarkan begitu saja areal penggalian dan pindah ke areal
yang baru.Tampak di lapangan bahwa penambang membiarkan
lokasi penggalian begitu saja dan terlihat gersang. Bahkan penggalian
yang terlalu dalam
membetuk kolam-kolam pada permukaan tanah yang kedalamannya
mencapai 3-5 meter.

Erosi tanah
Areal bekas penggalian yang dibiarkan begitu saja berpotensi
mengalami erosi dipercepat karena tidak adanya vegetasi penutup
tanah. Kali kecil yang berada di dekat lokasi penambangan juga
terlihat mengalami erosi pada tebing sisi kanan dan kirinya. Selain itu
telah terjadi pelebaran pada dinding tebing sungai, akibat diperlebar
dan diperdalam guna melakukan aktivitas pendulangan dengan
memanfaatkan aliran kali untuk mencuci tanah.

Air
Penambangan secara langsung menyebabkan pencemaran air, yaitu
dari limbah tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur.
Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna air
sungai menjadi keruh, asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai
akibat endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian
batubara setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya
bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah tersebut
mengandung belerang (b), merkuri (Hg), asam slarida (HCn), mangan
(Mn), asam sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb merupakan
logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia
seperti kanker kulit.

Sedimentasi dan Menurunnya Kualitas Air


Aktivitas penambangan emas secara tradisional yang memanfatkan
aliran
kali membuat air menjadi keruh dan kekeruhan ini nampak terlihat di
saluran primer yakni kali Anafre. Pembuangan tanah sisa hasil
pendulangan turut meningkatkan jumlah transport sedimen.

Hutan
Penambangan dapat menghancurkan sumber-sumber kehidupan
rakyat karena lahan pertanian yaitu hutan dan lahan-lahan sudah
dibebaskan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan adanya perluasan
tambang sehingga mempersempit lahan usaha masyarakat, akibat
perluasan ini juga bisa menyebabkan terjadinya banjir karena hutan
di wilayah hulu yang semestinya menjadi daerah resapan aitr telah
dibabat habis. Hal ini diperparah oleh buruknya tata drainase dan
rusaknya kawan hilir seperti hutan rawa.

Laut
Pencemaran air laut akibat penambangan terjadi pada saat aktivitas
bongkar muat dan tongkang angkut batubara. Selain itu, pencemaran
juga dapat mengganggu kehidupan hutan mangrove dan biota yang
ada di sekitar laut tersebut.

Dampak terhadap Manusia


Dampak pencemaran Pencemaran akibat penambangan batubara
terhadap manusia, munculnya berbagai penyakit antara lain :
1. Limbah
pencucian zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia jika airnya dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit kulit
pada manusia seperti kanker kulit. Kaarena Limbah tersebut
mengandung belerang (b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan
(Mn), Asam sulfat (H2sO4), di samping itu debu menyebabkan polusi
udara di sepanjang jalan yang dijadikan aktivitas pengangkutan. Hal
ini menimbulkan merebaknya penyakit infeksi saluran pernafasan,
yang dapat memberi efek jangka panjang berupa kanker paru-paru,
darah atau lambung.
Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan dan
masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh proses penambangan dan
penggunaannya.produk buangannya, berupa abu ringan, abu berat,
dan kerak sisa pembakaran, mengandung berbagai logam berat
: seperti arsenik, timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium,
kadmium, barium, cromium, tembaga, molibdenum, seng, selenium,
dan radium, yang sangat berbahaya jika dibuang di lingkungan.
Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia,
Pertambangan
emas juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup
yang cukup parah, baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air
Penambangan Batubara secaralangsung menyebabkan pencemaran
air, yaitu dari limbah penducian batubara tersebut dalam hal
memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut
mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh,
Asam,
dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat endapan pencucian
emas tersebut. Limbah pencucian emas setelah diteliti mengandung
zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri
(Hg),
Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), dan Pb. Hg
dan Pb merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit
kulit pada manusia seperti kanker kulit.

Rekomendasi Upaya Pengelolaan Lingkungan


Alternatif Solusi
Pencegahan pencemaran
adalah tindakan mencegah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan/atau komponen lain
ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia agar kualitasnya tidak turun
sampai
ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat
berfungsi
sesuai dengan peruntukannya. Dalam bentuk, pertama, remediasi,
yaitu
kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada
dua jenis
remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-
site).
Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini
lebih
murah dan lebih mudah, terdiri atas pembersihan, venting (injeksi),
dan
bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan
kemudian
dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah
tersebut
dibersihkan dari zat pencemar. Caranya, tanah tersebut disimpan di
bak/tangki
yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki
tersebut.
Selanjutnya, zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang
kemudian diolah
dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh
lebih mahal
danrumit.
Kedua, bioremediasi, yaitu proses pembersihan pencemaran tanah
dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi
bertujuan untuk
memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang
kurang
beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air). Ketiga,
penggunaan alat
(retort-amalgam) dalam pemijaran emas perlu dilakukan agar dapat
mengurangi
pencemaranHg.
Keempat, perlu adanya kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan dan
Upaya
Pemantauan Lingkungan atau kajian Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
(AMDAL) dalam menyusun kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan
pertambangan. Sebelum dilaksanakannya, kegiatan penambangan
sudah dapat
diperkirakan dahulu dampaknya terhadap lingkungan. Kajian ini
harus dilaksanakan, diawasi dan dipantau dengan baik dan terus-
menerus
implementasinya, bukan sekedar formalitas kebutuhan administrasi.
Kelima, penyuluhan kepada masyarakat tentang bahayanya Hg dan
B3 lainnya perlu dilakukan. Bagi tenaga kesehatan perlu ada
pelatihan surveilans risik kesehatan masyarakat akibat pencemaran
B3 di wilayah penambangan.
Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan
sumber daya alam tersebut selayaknya dikelola dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Oleh karena itu,
pengelolaan sumberdaya alam harus berorientasi kepada konservasi
sumberdaya alam (natural resource oriented). Pengelolaan sumber
daya alam yang memerhatikan kepentingan lingkungan dan
kepentingan manusia akan berdampak pada tercapainya mandat
yang telah ditetapkan dalam Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 yang
menyatakan “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

Guna menegaskan pentingnya keseimbangan pengelolaan sumber


daya alam dan kepentingan manusia, Pemerintah Indonesis
mengeluarkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. UU ini dibentuk untuk menjamin
kepastian hukum dan memberikan perlindungan terhadap hak setiap
orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
sebagai bagian dari perlindungan terhadap keseluruhan ekosistem.

UUPPLH ini melegitimasi instrumen kebijaksanaan dalam


pengelolaan lingkungan, yaitu Baku Mutu lingkungan, Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan perizinan lingkungan.
Namun demikian, walaupun peraturan perundangan telah
memberikan pedoman yang jelas mengenai pengelolaan sumber
daya alam, dalam realitasnya masih terjadi ketimpangan dan
pelanggaran di dalam eksploitasi kekayaan alam Indonesia. Salah
satunya terjadi dalam industri pertambangan mineral dan batubara.

Berdasarkan data JATAM, sekitar 44% daratan Indonesia telah


diberikan untuk sekitar 8.588 izin usaha tambang. Jumlah itu seluas
93,36 juta hektare atau sekitar empat kali lipat dari luas Provinsi
Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Izin-izin ini telah
mengakibatkan dampak yang besar terhadap hak asasi manusia dan
lingkungan. Catatan akhir tahun 2020 JATAM melaporkan terjadinya
45 konflik pertambangan, dan 22 kasus merupakan kasus
pencemaran dan perusakan lingkungan.
Laporan ini diperkuat oleh temuan Anggota Komisi VII DPR RI, Abdul
Wahid yang menduga terjadinya pelanggaran hukum seperti
kegiatan penambangan di kawasan hutan tanpa izin persetujuan
penggunaan kawasan hutan dari Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK), pembiaran lahan pasca tambang tanpa reklamasi,
serta pembuangan limbah yang dapat merusak lingkungan hidup.

Temuan lainnya diungkapkan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH)


Samarinda, Lilly Yurlianty menyatakan limbah yang dihasilkan sektor
pertambangan sangat berdampak pada pencemaran lingkungan,
misalkan seperti tercemar air sungai yang menjadi sumber bahan
baku air minum, terancamnya ekosistem, dan kerusakan struktur
tanah sehingga menimbulkan banjir.

Dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,


hingga Papua, ada jejak konflik sosial dan kerusakan
lingkungan di wilayah lingkar pertambangan.

 Pertambangan pasir laut - Makassar, Sulawesi Selatan


nelayan di Pulau Kodingareng, Makasar, Sulawesi Selatan,
terlihat lesu menyaksikan pertambangan pasir merusak
terumbu karang tempat biasa mengambil ikan

 Pembanguan Makassar New Port yang mengambil pasir laut


dari wilayah sekitar Pulau Kodingareng, Makassar, Sulawesi
Selatan.
Berdasarkan riset Walhi Sulsel akhir tahun lalu, masyarakat di
Pulau Kodingareng mengalami kerugian hingga Rp80 miliar
akibat tambang pasir laut ini.
tambang pasir juga diklaim sebagai penyebab abrasi yang
merusak 27 rumah dan fasilitas umum di garis pantai.

Pertambangan nikel - Halmahera Timur, Maluku Utara


Di Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara, pertambangan
disebut-sebut telah "memporakporandakan" kehidupan
masyarakat.

Warga Maba Pura, Halmahera Timur, Maluku Utara, Muh Ruh


menceritakan, polusi udara yang tercemar debu tambang
menyebabkan beberapa masyarakat menderita sesak nafas
hingga muntah darah.

"Debu itu seperti kristal, pecahan kaca halus yang jika masuk
pernafasan akan mengiris-iris orang dalam jika terus dihirup,"
kata Ruh.

Bukan hanya kesehatan, pertambangan juga merusak hutan


dan mencemari laut tempat warga mencari makan. Akibatnya
masyarakat kini harus membeli air untuk minum karena
sumber air telah tercemar, padahal ratusan tahun kami
mendapatkan air gratis dari alam
 Pertambangan biji seng - Kabupaten Dairi, Sumatera Utara
Bendungan dibangun di tanah rawan gempa, yaitu patahan
Bahorok dan patahan Lae Renun sehingga potensi jebol
sangat besar. Jika terjadi, maka limbah beracun akan mengalir
ke sungai hingga ke Aceh. Rusak semua kehidupan,

 Pertambangan emas - Kepulauan Sangihe


Perusahaan Tambang Mas Sangihe (TMS) telah mengantongi
izin lingkungan dan izin usaha produksi pertambangan emas
di gunung purba seluas lebih dari 3.500 hektare, dari total
42.000 hektare izin wilayah yang meliputi setengah bagian
selatan Pulau Sangihe.

Juru bicara gerakan masyarakan bernama Save Sangihe Island,


Samsared Barahama, mengatakan pertambangan emas itu
juga dapat "menenggelamkan" Pulau Sangihe.

"Dari total 70.000 hektare pulau, 42.000 jadi wilayah


tambang, pulau kami akan tenggelam dalam kerusakan, dari
hilangnya hutan sebagai sumber air masyarakat. Lalu
tercemarnya pesisir dan tanah oleh limbah beracun yang
menyebabkan hilangnya pekerjaan masyarakat (nelayan dan
petani)," kata Samsared.

Manajer Tambang PT Tambang Mas Sangihe (TMS), Bob Priyo


Husodo, memiliki pandangan berbeda terkait penolakan
warga dan potensi kerusakan yang akan ditimbulkan jika
perusahaan beroperasi.

"Situasi di desa kami [lingkar tambang] aman sebenarnya, itu


ada yang mempolitisir. Tapi sudah lah, prinsipnya kami akan
fokus pada pembebasan lahan, kami mendekati satu per satu
[warga] untuk pembebasan lahan. Semuanya positif,
dukungan masyarakat mengalir,
Berdasarkan data JATAM, sekitar 44% daratan Indonesia telah
diberikan untuk sekitar 8.588 izin usaha tambang.

Jumlah itu seluas 93,36 juta hektare atau sekitar empat kali
lipat dari luas Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan
Utara.

Akibatnya, kata koordinator JATAM Merah Johansyah, "Di


mana ada tambang, di situ ada penderitaan warga. Di mana
ada tambang, di situ ada kerusakan lingkungan. Tidak akan
pernah bisa berdampingan."

Merah menjelaskan, penderitaan masyarakat muncul karena


pengurus negara telah gagal memastikan hak masyarakat
mendapatkan informasi ketika tambang beroperasi, ditambah
terjadinya "kongkalikong" demi kepentingan ekonomi dan
politik.

Negara juga kata Merah tidak memberikan ruang veto bagi


masyarakat untuk menolak tambang yang diputuskan sepihak
dari atas ke bawah.

"Terjadilah konflik dari ujung barat hingga timur Indonesia di


wilayah pertambangan karena warga tidak dilibatkan,"
katanya.

Sebaliknya, ujar Merah, ketika penolakan warga terjadi,


negara menggunakan aparaturnya untuk "meredam".

"Di Sulawesi Selatan, masyarakat yang merobek uang suap


dari perusahaan dipenjara. Di Banyuwangi, warga yang
menolak dicap PKI. Di Wadas, anak-anak muda yang menolak
dicap anarko,

Konflik tambang di Indonesia


Organisasi nirlaba Jaringan Advokasi Tambang (JATAM)
mencatat 45 kasus konflik tambang sepanjang 2020 atau
meningkat empat kali lipat dari tahun sebelumnya.
Sebanyak 13 di antaranya melibatkan aparat kepolisian.

Awal 2020
Warga penolak tambang emas PT Bumi Suksesindo (PT
BSI), Banyuwangi, Jawa Timur ditetapkan sebagai
tersangka perusakan setelah terjadi bentrok dengan pihak
perusahaan yang juga berujung pada penganiayaan warga.

April - Desember 2020

Sedikitnya 13 orang di Bangka Belitung dilaporkan PT


Timah ke aparat kepolisian dengan tuduhan menghalang-
halangai aktivitas pertambangan yang diatur dalam Pasal
162 UU Minerba.

Mei 2020

Setidaknya 11 orang ditangkap saat menggelar aksi Hari


Buruh di kawasan PT Indonesia Weda Bay Industrial Park
(IWIP) Halmahera Tengah, Maluku Utara, pada 1 Mei 2020.
Aksi ini berujung pembakaran warung, pos, smelter dan
salah satu mobil. Terduga pembakar dijerat KUHPidana.

Dalam aksi tersebut, buruh menuntut beberapa


permintaan, di antaranya tolak pemutusan hubungan kerja,
kembalikan izin resmi untuk buruh di PT IWIP, PT IWIP
harus melakukan pembatasan sosial (lockdown) selama
masa pandemi Covid-19 dan bayar upah pokok 100 persen,
dan lainnya.
4 Agustus 2020

Sebanyak tiga orang nelayan yang melakukan aksi


merobek amplop berisi uang sebagai penolakan ganti rugi
perusahaan tambang PT Boskalis dijerat dengan Pasal 35
UU Mata Uang. Nelayan dituduh merendahkan mata uang.
Namun, pihak nelayan mengklaim tak tahu bahwa di dalam
amplop terdapat uang.

12 September 2020

Penangkapan 11 orang yang terdiri dari tujuh nelayan, tiga


aktivis pers mahasiswa, dan satu aktivis lingkungan dalam
aksi penolakan tambang PT Boskalis di Makassar. Seorang
peserta aksi diduga dianiaya polisi dengan tuduhan
meledakkan bom molotov.

Desember 2020

Sebanyak 12 orang peserta aksi protes terhadap PT Virtue


Dragon dijerat Pasal 170 KUHP tentang tindakan
pengrusakan dan sejumlah pasal lainnya oleh Polda
Sulawesi Tenggara. Aksi damai berujung rusuh di kawasan
industri Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara.
Berdasarkan catatan akhir tahun 2020 JATAM, terjadi 45
konflik pertambangan, yaitu 22 kasus pencemaran dan
perusakan lingkungan, 13 kasus perampasan lahan, delapan
kasus kriminalisasi warga yang menolak tambang (korban
kriminalisasi 69 orang), dan dua kasus pemutusan hubungan
kerja.

Jumlah itu meningkat dibandingkan tahun 2019 dengan 11


konflik. Sehingga, total konflik tambang yang muncul di era
kepemimpinan Presiden Joko Widodo sejak 2014 adalah 116
kasus.

Setidaknya 55 pulau kecil 'terancam hilang'

Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) menemukan ada 55


pulau-pulau kecil di Indonesia yang telah dieksplotasi untuk
pertambangan mineral dan batu bara.

Sialnya pejabat daerah tidak pernah menjadikan Undang-


Undang tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil sebagai pijakan untuk menerbitkan izin-izin tambang.

Itu mengapa menurut Kepala Kampanye JATAM, Melky


Nahar, Kementerian Kelautan dan Perikanan harus bertindak
lebih tegas. Ia khawatir jika dibiarkan pulau-pulau kecil ini
akan lenyap.

"Kami khawatirkan dalam jangka panjang pulau-pulau ini bisa


lenyap. Maka KKP sebagai salah satu kementerian yang
tugasnya untuk menjaga pulau-pulau kecil meski harus lebih
serius karena data KKP pada 2011 sekitar 28 pulau kecil
tenggelam. Tugas KKP akan makin berat saatnya lebih serius
karena KKP belum maksimal,"

Sesuai dengan pasal 36 ayat (1) undang-undang nomor 32


tahun 2009 tentang perlindungan dan pengolahan lingkungan
hidup (UUPPLH) menyebut bahwa "Setiap usaha dan/atau
kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKL-UPL wajib
memiliki izin lingkungan".

Hah -- hal apa saja yg perlu di perhatikan agar terhindar dari


dampak negativ akibat kerusakan linkungan tambang yaitu :

1. Mencabut izin operasi perusahaan pertambangan yang


melangar AMDAL

Apabilah kedapatan persuhan terkait dalam hal ini melangar


ketentuan amdal, pemerintah harus bersikap bijak dalam
menyikapi hal ini dan harus di lakukan pemberhentian izin
usaha tambang.

2. Setiap perusahan pertambangan perlu melakukan


pengawasan yang intensif

Perusahaan pertambangan harus terus melakukan penelitian


terhadap endapan dari pembuangan limbah penambangan
apakah aman dilepas ke alam. Sebelum limbah hasil
penambangan dibuang, perusahan harus mengolah terlebih
dahulu limbah tersebut agar nantinya tidak mencemari
lingkungan sekitar tambang.

3. Menjaga keanekaragaman hayati di sekitar lokasi


pertambanganSebagian besar daerah pertambangan berada
di lokasi yang mempunyai beraneka macam tumbuhan dan
hewan, perusahan boleh mendirikan perusahaan di lokasi
tersebut dengan syarat telah memperoleh izin dari
pemerintah. Terpenting lagi perusahaan tidak dapat menepati
lokasi kawasan konservasi.
4. Perusahan pertambangan wajib melakukan reklamasi

Tentunya pelaksanan reklamasi paska tambang sangat perlu


di lakukan, karena hal inilah yang paling berakibat fatal
jikalaub tidak di perhatikan dan tidak di laksanakan reklamasi.

5. Adanya edukasi terhadap masarakat  tentang bahayanya


pertambangan ilegal

Hal ini dikarenakan dalam penambangan terdapat limbah


hasil tambang dan biasanya penambang ilegal sudah pasti
tidak memikirkan hal itu dan akan berdampak negativ.
Disinilah peran perusahaan dan pemerintah melakukan
edukasi terhadap masarakat tentang bahayanya terhadap
lingkungan.

Saya rasa dengan terpenuhinya segala ketentuan yang


seharusnya di penuhi perusahan pertambangan, maka
semakin kecil kemungkinan kerusakan lingkungan itu terjadi.
Dan kami sebagai penyambung lidah masyarakat dalam hal ini
Mahasiswa tidak akan pernah bosan membuka mata
pemerintah agar lebih bijak dari mengawasi perusahan
pertambaangan yg ada di Indonesia yg kita cintai ini.

6. Berikan edukasi di setiap warga sekitar tentang bahaya


pertambangan ilegal
Memberikan edukasi tentang bahaya melakukan
penambangan ilegal juga perlu dilakukan. Selain dapat
merusak lingkungan sekitar akibat tidak sesuai dengan
prosedur penambangan, tidak jarang juga terjadi kecelakaan
kerja. Untuk itu pemerintah harus melakukan tindakan
pencegahan seperti sosialisasi terhadap warga sekitar agar ke
depannya mereka sadar bahwa melakukan kegiatan
penambangan, tidak dapat dilakukan secara sembarang guna
menjaga lingkungan di sekitar agar tidak tercemar dan rusak
di kemudian hari. Selain itu, pemberian edukasi juga
mengajak warga di sekitar untuk tidak ikut merusak alam dan
lingkungan. Jika dari kedua belah pihak (warga dan
perusahaan pertambangan) saling memahami tentang bahaya
yang diakibatkan dari pertambagan ilegal, sudah tentu
lingkungan akan tetap lestari.

7. Pilih cara yang tepat untuk mengurai dampak kerusakan


lingkungan
Di dalam perusahaan pertambangan sendiri, bisa mendesign
sedemikian rupa struktur bangunan serta alat pertambangan
agar tidak terlalu merusak alam. Seperti contoh dalam
melakukan flotasi bisa dilakukan tanpa menggunakan tenaga
pompa untuk dapat menarik sumber daya alam dari dalam
bumi. Perusahaan hanya perlu memanfaatkan gaya gravitasi
atau taliling yang dialirkan untuk memindahkan hasil
pertambangan. Sehingga dapat dipastikan proses tersebut
tidak merusak lingkungan dan tentunya ramah lingkungan.
8. Setiap perusahaan pertambangan perlu melakukan
monitoring di lingkungan sekitar
Monitoring di sini artinya setiap perusahaan pertambangan
harus terus melakukan penelitian terhadap sedimen atau
endapan dari pembuangan limbah penambangan apakah
aman untuk dapat dilepas ke alam. Sebelum limbah hasil
penambangan dibuang, perusahaan wajib mengolah terlebih
dahulu limbah tersebut agar nantinya tidak mencemari
lingkungan sekitar. Oleh karena itu, perusahaan
pertambangan harus melaksanakan AMDAL berdasarkan
peraturan yang sudah ditetapkan.

9. Menerapkan Prinsip 4R
Apa saja 4R itu? Reduce, Reuse, Recycle dan juga Replant.
Prinsip ini berguna untuk menaggulangi adanya bencana
banjir yang sering terjadi. Apa maksud dari prinsip tersebut?

Yang pertama yaitu Reduce yaitu mengurangi pemakian


barang yang tidak berguna. Reuse yaitu memakai ulang
barang yang masih bisa digunakan. Recycle yaitu mendaur
ulang barang ataupun sampah untuk menjadi barang yang
berguna. Replant yaitu menimbun sampah organik untuk
dijadikan kompos.

Dengan menggunakan prinsip tersebut diharapkan sampah


yang ada di berbagai daerah dikurangi dengan kesadaran
masing-masing masyarakat.

10. Reboisasi
Hutan di berbagai negara menjadi paru-paru dunia. Jika ada
hutan yang dirusak maka beberapa negara lain juga akan
mendapatan efek tersebut. Tentunya yang akan menerima
pertama akibatnya yaitu negara yang sudah merusak
lingkungannya sendiri.

Untuk itu jangan pernah merusak hutan yang ada. Jika and
ingin menebang pohon, maka anda harus memiliki sikap
tebang pilih dan menanam benih untuk pohon yang baru.

11. Bioremidiasi
Limbah tidak hanya terjadi di industri saja, ada juga limbah
rumah tangga. Tapi, yang sering menyebabkan efek yang
terasa adalah limbah industri.

Untuk itu suatu industri haruslah mengetahui apa itu


bioremidiasi. Terutama untuk industri yang mengeluarkan
banyak limbah berbahaya berupa zat-zat toksik. Dampaknya
tidak hanya mencari lingukungan saja, tapi bisa mengganggu
kesehatan masyarakat di daerah sekitar.

Bioremidiasi ini yaitu pemanfaatan mikroba ataupun tanaman


dari kontaminasi. Jadi limbah yang akan dibuang harus di
bersihkan dahulu kontaminasinya. Jadi dengan adanya
bioremidiasi ini limbah yang akan dibuang tidak menimbulkan
dampak buruk bagi lingkungan.

12. Rehabilitasi Lahan


Adanya rehabilitasi ini juga menjadi salah satu upaya untuk
mengembalikan lahan secara ekologis.

Rehabilitasi ini juga menjadi upaya untuk mengembalikan


lingkungan fisik untuk bisa di fungsikan lagi.

Tanggung jawab yang membuat rehabilitasi ini adalah


pengusaha yang sudah melakukan penambangan di lahan
tersebut. Jika hal ini tidak dilakukan, maka tanah akan
menjadi tandus dan mati.

13. Reklamasi Pantai


Reklamasi pantai merupakan kegiatan pemulihan pantai
untuk menyelamatkan lahan yang ktitis dan mati untuk
menjadi lahan yang lebih produktif.
Adanya lahan kritis dikarenakan ulah penambangan pasir
yang dilakukan oleh manusia. Nah dengan reklamasi pantai
dan penanaman tembakau ini menjadi Cara Menanggulangi
Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Ulah Manusia.

Jika di perhitungkan antara penambangan pasir dan biaya


yang dibutuhkan untuk reklamasi pantai tidaklah seberapa.
Justru lebih banyak biaya yang digunakan untuk mereklamasi
pantai.

Anda mungkin juga menyukai