Anda di halaman 1dari 6

94

BAB VI
BAHAN GALIAN

Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 33 ayat 3 berbunyi “Bumi dan air dan

kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan

untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Kekayaan alam yang dimaksudkan

adalah sumber daya mineral yang salah satunya adalah bahan galian. Bahan galian

merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat potensial mencakup di dalamnya

adalah segala jenis sumber daya alam yang dapat memberikan manfaat bagi seluruh

rakyat. Bahan galian didefinisikan sebagai bahan yang dijumpai di alam baik berupa

unsur kimia, mineral, bijih ataupun segala macam batuan, termasuk bahan galian

yang berbentuk padat (misalnya emas, perak, dan lain-lain), berbentuk cair (misalnya

minyak bumi, yodium dan lain-lain), maupun yang berbentuk gas (misalnya gas

alam) (Sukandarrumidi, 1999). Bahan galian yang terdapat di alam ditemukan dalam

bentuk penyebaran yang tidak merata, hal ini sangat tergantung pada jenis batuan

tempat terdapatnya jenis bahan galian tersebut, serta proses dan aktivitas geologi

yang mempengaruhi pembentukannya.

Penggolongan bahan galian diatur dalam Undang-undang republik Indonesia

Nomor 4 tahun 2009 pada bab VI pasal 34 tentang usaha pertambangan. Dalam pasal

tersebut usaha pertambangan dibagi menjadi 3 ayat, yaitu :

1. Usaha pertambangan dikelompokkan atas :

a. Pertambangan mineral, dan

b. Pertambangan batubara.

94
95

2. Pertambangan mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a digolongkan

atas :

a. Pertambangan mineral radioaktif,

b. Pertambangan mineral logam,

c. Pertambangan mineral bukan logam dan

d. Pertambangan batuan.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan suatu komoditas tambang ke dalam

suatu golongan pertambangan mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur

dengan peraturan pemerintah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2010 tentang

pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara pada bab I ketentuan

umum pasal 2 ayat 2 mengelompokkan bahan galian ke dalam 5 (lima) golongan

komoditas tambang, yaitu :

a. mineral radioaktif meliputi radium, rhodium, uranium, monasit, dan bahan

galian radioaktif lainnya;

b. mineral logam meliputi litium, berilium, magnesium,kalium, kalsium, emas,

tembaga, perak, timbal, seng,timah, nikel, mangan, platina, bismut,

molibdenum, bauksit, air raksa, wolfram, titanium, barit, vanadium,kromit,

antimoni, kobalt, tantalum, cadmium, galium, indium, yitrium, magnetit, besi,

galena, alumina, niobium, zirkonium, ilmenit, krom, erbium, yterbium,

dysprosium, thorium, cesium, lanthanum, niobium, neodymium, hafnium,

scandium, aluminium, palladium, osmium, ruthenium, iridium, selenium,

telluride, stronium, germanium, dan zenotin;


96

c. mineral bukan logam meliputi intan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa,

fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika,

magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar,

bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit,

tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping untuk semen;

d. batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome,

tanah serap (fullers earth), slate, granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit,

basalt, trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung, opal, kalsedon, chert,

kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan, gamet, giok, agat, diorit,

topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, batu

kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir

alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat, tanah

merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak

mengandung unsur mineral logam atau unsur mineral bukan logam dalam

jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan; dan

e. batubara meliputi bitumen padat, batuan aspal, batubara, dan gambut.

6.1 Keberadaan Potensi Bahan Galian di Daerah Penelitian

Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009, bab VI pasal 34

tentang usaha pertambangan, maka dapat diindikasikan bahan galian pada daerah

penelitian termasuk dalam ayat (2) yaitu pertambangan batuan. Dan berdasarkan PP

Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2010 tentang pelaksanaan kegiatan usaha

pertambangan mineral dan batubara pada bab I ketentuan umum pasal 2 ayat 2, maka
97

bahan galian pada daerah penelitian termasuk dalam point yaitu golongan komoditas

tambang batuan.

Keberadaan bahan galian pada daerah penelitian tidak terlepas dari jenis

litologi penyusunnya serta aktivitas geologi yang berlangsung di daerah penelitian.

Kedua hal tersebut sangat mempengaruhi proses pembentukan, penyebaran, jumlah

atau volume serta mutu bahan galian tersebut.

Pemetaan bahan galian daerah penelitian didasarkan atas beberapa faktor

yaitu keterjangkauan lokasi oleh sarana transportasi, ketersediaan bahan galian dalam

jumlah yang cukup untuk dikelola dan pemanfaatannya oleh penduduk setempat.

Bahan galian yang dijumpai pada daerah penelitian yaitu bahan galian Batugamping.

Keterdapatan Batugamping ini pada daerah penelitian dijumpai pada sekitar daerah

Desa Lunjen dan Desa Passui.

6.2 Pemanfaatan Bahan Galian di Daerah Penelitian

Untuk mengetahui pemanfaatan dari bahan galian pada suatu daerah maka

diperlukan informasi mengenai bahan galian di daerah penelitian seperti lokasi

keterdapatan, genesa, asosiasi litologi penyusun bahan galian tersebut, karakteristik

fisik serta keterdapatan bahan galian tersebut apakah ekonomis untuk dikelola atau

tidak.

6.2.1 Batugamping

Penyebaran indikasi bahan galian Batugamping terletak pada sebelah barat

hingga selatan daerah penelitian dengan luas wilayah ±10 % dari seluruh luas daerah

penelitian yaitu sekitar 4,9 km2. Tubuh batuan batugamping yang terdapat pada
98

daerah penelitian pada umumnya dijumpai dalam bentuk bukit dan beberapa berupa

bongkah-bongkah.

Foto 6.1 Potensi bahan galian Batugamping pada stasiun


18 daerah Lunjen, difoto ke arah N37°E

Genesa pembentukan Batugamping yaitu terbentuk melalui proses sedimentasi

baik secara mekanik dan kimiawi dari organisme di laut yang mengandung mineral

karbonat misalnya koral dan alga. Batugamping pada daerah penelitian terdiri atas

batugamping klastik dan nonklastik dengan ciri fisik kenampakan segar secara umum

berwarna abu-abu dan pada keadaan lapuk berwarna coklat kehitaman, tekstur

bioklastik, komposisi kimia karbonat, struktur tidak berlapis, memiliki tingkat


99

kekerasan yang tinggi dan masif. Untuk keperluan komersil, bahan galian ini

berpotensi untuk digunakan sebagai bahan bangunan, terutama untuk dijadikan

sebagai pondasi rumah.

Kesampaian daerah untuk bahan galian batugamping pada daerah penelitian

yaitu ± 20 m dari jalan raya dan dapat dilalui oleh kendaraan roda dua dan roda

empat.

Berdasarkan dimensi serta penyebaran dari bahan galian ini maka bahan

galian ini ekonomis untuk ditambang karena secara kuantitatif penyebarannya sangat

luas. Tambang bahan galian di atas dijalankan secara semi-modern dimana penduduk

lokal sudah mulai menggunakan alat berat untuk mengangkut bahan galian berupa

truk, namun masih ada juga yang masih menggunakan cara tradisional.

Foto 6.2 Potensi bahan galian Batugamping pada stasiun 7 daerah Passui,
difoto ke arah N81°E

Anda mungkin juga menyukai