Anda di halaman 1dari 6

Daerah pemetaan geologi mandiri secara administratif termasuk ke dalam

Desa Pendem, Desa Ngandul, Desa Mojopuro, Desa Hadiluwih, Desa Jati,
Kecamatan Sumberlawang; Desa Brojol, Desa Girinorgo, Desa Doyong, Desa
Soko, Desa Bagor, Kecamatan Miri; Desa Jenalas, Kecamatan Gemolong,
Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Luas daerah pemetaan adalah 4 x 5 km
atau 20 km2 dengan koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) dan
termasuk dalam zona UTM 49S. Daerah pemetaan termasuk pada Peta Rupa Bumi
Indonesia, yaitu Lembar Ngandul (1408-623) dengan skala 1:25.000. Daerah
pemetaan berada di tenggara Waduk Kedungombo dan dapat dijangkau dengan
kendaraan roda dua maupun roda empat melalui jalan provinsi yang melalui
Yogyakarta - Klaten - Solo – Jalan Raya Solo-Purwodadi yang ditempuh selama
sekitar 2 jam.

Kondisi geologi daerah pemetaan terdapat empat satuan batuan dari yang
tertua hingga termuda, yaitu satuan batulanau tufan karbonatan (Miosen Akhir),
satuan batugamping pasiran (Pliosen Awal), satuan breksi andesit (Plistosen
Akhir), dan satuan batupasir tufan (Plistosen Akhir).
I. Potensi Mineral Industri Daerah Pemetaan

Gambar 1. Peta geologi daerah pemetaan

Litologi penyusun daerah pemetaan menunjukkan potensi mineral industri. Secara


umum, batuan penyusun terdiri atas batuan sedimen mixed-silisiklastik dengan
campuran material karbonat dan vulkanik, serta batuan sedimen karbonat. Kondisi
batuan di daerah pemetaan sebagian besar sudah mengalami pelapukan, terutama pada
satuan batulanau tufan karbonatan terdapat material gelas vulkanik yang melimpah dan
membentuk mineral lempung sebagai hasil lapukannya. Selain itu, terdapat litologi
batugamping pasiran sebagai potensi mineral industri yang telah dimanfaatkan oleh
warga sekitar.
Secara umum, potensi mineral industri pada daerah pemetaan adalah
1. Mineral lempung (bentonit?)
2. Batugamping pasiran
II. Area Potensi Mineral Industri
Daerah lokalisir persebaran potensi mineral industri ditentukan berdasarkan
penyebaran dari litologi penyusun daerah.
1. Potensi mineral lempung
Potensi mineral lempung pada daerah pemetaan diperkirakan berada di satuan
batulanau tufan karbonatan di sebelah utara-barat laut kaveling pemetaan.
Diperkirakan persebarannya berlanjut ke sebelah utara dan barat laut. Potensi
mineral lempung juga terdapat pada daerah barat dari satuan batugamping
pasiran, di mana ditemukan napal dari Formasi Kalibeng yang sangat tebal.
2. Potensi batugamping pasiran
Batugamping pasiran menyusun bagian barat-barat daya dari kaveling
pemetaan. Potensi batugamping pasiran sendiri sudah dimanfaatkan oleh warga
sekitar, ditandai dengan kehadiran tambang-tambang milik warga (Gambar 2,
Gambar 3) yang mengambil lapisan-lapisan batugamping sebagai material
konstruksi bangunan.

Gambar 2. Lokasi tambang batugamping pasiran milik warga lokal ditandai dengan
simbol bintang merah
Gambar 3. Tambang batugamping
pasiran milik warga lokal

III. Karakteristik Mineral Industri


Karakterisasi potensi mineral industri daerah pemetaan dilakukan dengan pengamatan
sampel langsung di lapangan secara megaskopis dan analisis petrografi batuan.
1. Mineral lempung
Potensi mineral lempung terdapat pada batulanau tufan karbonatan berwarna
abu-abu cerah dengan ukuran butir lanau, berkomposisi karbonatan dan
mengandung material vulkanik. Secara petrografis, batuan ini dinamakan
tuffaceous allochemic mudrock menurut klasifikasi Mount (1985). Deskripsi
umum batuan secara petrografis adalah berwarna coklat muda, colorless (PPL),
abu-abu, coklat (XPL), ukuran butir <0.01 mm – 0.05 mm, derajat kebolaan
tidak teramati, hubungan antar butir floating grains, matrix supported, sortasi
baik, porositas interpartikel. Semen tidak teramati. Komposisi matriks mud
silisiklastik (40%), mikrit (40%), sparit (10%), komposisi fragmen skeletal
fragments (10%). Kenampakan batuan di lapangan, tampak terdeformasi kuat
dan tidak beraturan, diperkirakan terbentuk akibat sifat swelling dari mineral
lempung dan daerah yang terdeformasi kuat. Mineral lempung di daerah
pemetaan diperkirakan terbentuk sebagai hasil pelapukan dari batuan material
vulkanik yang terendapkan pada lingkungan laut sehingga yang paling mungkin
adalah bentonit.
Gambar 4. Kenampakan petrografi dan lapangan dari
batulanau tufan karbonatan yang memiliki potensi bentonit.

2. Batugamping pasiran
Batugamping pasiran yang berpotensi menjadi mineral industri berwarna coklat
muda dengan ukuran butir pasir halus-sedang, berkomposisi material karbonat
dan cangkang Moluska. Secara petrografis, batuan ini dinamakan sandy
allochem limestone (Mount, 1985), sorted biosparite (Folk, 1962), floatstone
(Embry & Klovan, 1971). Deskripsi umum batuan secara petrografis adalah
berwarna coklat, colorless (PPL), abu-abu, coklat (XPL), ukuran butir 0.02 mm
– 3 mm, hubungan antar butir floating grains, long contact, grain supported,
sortasi buruk, porositas interpartikel, intrapartikel. Komposisi skeletal
fragments berupa foraminifera plangtonik dan bentonik, alga hijau, alga merah
(55%), litik batuan sedimen karbonat campuran silisiklastik (20%), feldspar
(5%), sparit (20%). Kenampakan batuan di lapangan adalah batugamping
berlapis dengan kedudukan perlapisan pada satuan ini relatif memiliki
kemiringan ke tenggara dengan derajat kemiringan sekitar 20°.
Gambar 5. Kenampakan petrografis
batugamping pasiran

IV. Program Eksplorasi Mineral Industri


Tahapan eksplorasi yang dapat dilakukan pada daerah berpotensi antara lain
1. Studi pra-lapangan: tahap eksplorasi ini telah dilakukan sebelum tahapan
pemetaan di lapangan melalui geologi regional, struktur geologi regional,
mengamati citra DEM yang kemudian digunakan untuk membuat peta geologi
tentatif dan peta geomorfologi tentatif
2. Reconnaissance: sebelum dilakukan pemetaan terlebih dahulu dilakukan
reconnaissance untuk melihat gambaran umum dari daerah pemetaan mengenai
potensi-potensi letak singkapan dan singkapan kunci dari daerah pemetaan.
3. Prospeksi: dilakukan dengan melakukan pemetaan geologi dengan skala
1:25.000 pada daerah 20 km2 yang kemudian menghasilkan peta geologi, peta
geomorfologi, kolom stratigrafi, dan sampel batuan. Tahap prospeksi juga dapat
didukung dengan metode geolistrik untuk mengetahui sebaran potensi di bawah
permukaan.
4. Eksplorasi umum: dilakukan pemetaan lebih detil pada daerah prospek mineral
industri, yaitu dengan skala 1:10.000 sampai 1:5.000. Analisis yang dilakukan
juga lebih detil, seperti analisis geokimia sehingga diketahui penyebaran
mineral industri secara vertikal dan horizontal serta kadar mineral industri.
5. Eksplorasi detil: dilakukan pada daerah yang prospek dengan kadar yang
ekonomis, skala lebih besar yaitu 1:2.000 hingga 1:100. Analisis yang
dilakukan spesifik pada komoditas mineral industri yang dituju sehingga
diketahui karakteristik dan rekomendasi pemanfaatannya.
Pemetaan geologi yang dilakukan merupakan tahapan prospeksi. Perlu dilakukan
tahapan eksplorasi selanjutnya jika kebutuhan mineral industri meningkat dan pada
tahapan eksplorasi umum menunjukkan nilai yang ekonomis.
V. Saran Pemanfaatan
Berdasarkan tahap prospeksi yang telah dilakukan, pemanfaatan mineral industri pada
daerah pemetaan antara lain
1. Mineral lempung: keterdapatan mineral lempung yang kemungkinan besar
merupakan bentonit dan memiliki sifat swelling, mineral lempung ini dapat
digunakan sebagai fluida pengeboran, absorbent, filter, bleach, dan campuran
pada semen.
2. Batugamping pasiran: dapat digunakan sebagai material konstruksi karena
terdapat campuran pasir dan campuran dalam pembuatan semen karena
kandungan karbonatnya yang tinggi.

Daftar Pustaka

Azarine, A., 2018, Geologi Daerah Pendem, Kecamatan Sumberlawang, dan Sekitarnya,
Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Laporan Pemetaan Geologi: tidak
dipublikasikan

Anda mungkin juga menyukai