Anda di halaman 1dari 18

1.

Bahan Galian

1.1. Pengertian Bahan Galian

Istilah bahan galian berasal dari terjemahan bahasa inggris, yaitu Mineral. Dalam
Artikel 3 angka 1 Japanese Mining Law No.289, 20 December 1950 Lastest
Amandement In 1962 telah ditemukan pengertian Mineral.

Mineral merupakan sumber daya alam yang proses pembentukanya memerlukan


waktu jutaan tahun dan sifat utamanya tidak terbarukan. Mineral dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bahan baku dalam industri maupun produksi. Dalam hal demikian
mineral lebih dikenal sebagai bahan galian. (Sukandarrumidi, 1998).

Adapun definisi bahan galian menurut para ahli seperti:

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967, Bahan galian ialah semua unsur-


unsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih, dan segala macam jenis batuan
termasuk batu-batu mulia yang merupakan endapan-endapan dari alam.
2. Sukandarrumidi (1999), Arti bahan galian dapat didefinisikan sebagai bahan
yang dijumpai di alam, baik berupa unsur kimia, mineral, bijih ataupun segala
macam batuan.

Dalam Pengertian ini, bahan galian diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu :

1. Bahan galian yang berbentuk padat.


2. Bahan galian yang berbentuk cair,dan.
3. Bahan galian yang berbentuk gas.

Yang termasuk bahan galian berbentuk padat adalah emas, perak, batugamping,
lempung, dan lain-lain. Bahan galian yang berbentuk cair adalah minyak bumi dan
yodium, dan lain-lain. Sementara itu bahan galian berbentuk gas adalah gas alam.
1.2. Jenis Bahan Galian

Bahan galian merupakan mineral asli dalam bentuk aslinya, yang dapat ditambang
untuk keperluan manusia. Mineral menurut Katili adalah bahan pembentuk batuan,
yang merupakan persenyawaan organik asli dan mempunyai susunan kimia yang
tetap, bersifat homogen baik secara kimia maupun secara fisika. Mineral - mineral
dapat terbentuk menurut berbagai macam proses, seperti kristalisasi magma,
pengendapan dari gas dan uap, pengendapan kimiawi dan organik dari larutan
pelapukan, metamorfisme, presipitasi dan evaporasi, dan sebagainya. (Katili, R.J
dalam Pertiwi, Naurita: 2009).

Bahan galian industri sebagian besar termasuk dalam bahan galian golongan C.
Karena sebagian besar bahan galian golongan C lebih banyak dimanfaatkan dan
diambil oleh masyarakat karena hasil pengolahannya hampir semua berkaitan dengan
kehidupan sehari – hari. Menurut peraturan pemerintah No. 27 tahun 1980 pasal 3
tentang penggolongan bahan galian menyatakan bahwa pada pasal 1 bahan – bahan
galian terbagi atas tiga golongan yaitu sebagai berikut :

1. Golongan A (Golongan bahan galian yang strategis).

Golongan A adalah bahan tambang yang digunakan bagi pertahanan dan keamanan
didalam perekonomian Negara. Misalnya minyak bumi, gas alam, aspal, timah dan
lain - lain.

2. Golongan B (Golongan bahan yang vital).

Golongan B adalah bahan tambang yang menjamin hajat hidup orang banyak.
Misalnya besi, mangan, seng, emas, perak, air raksa, intan, belerang dan lain – lain.
3. Golongan C (Golongan yang tidak termasuk golongan A dan B).

Golongan C adalah bahan galian yang tidak termasuk keduanya, karena golongan
C adalah bahan tambang yang tidak memerlukan pemasaran internasional,
penambangannya mudah dan tidak memerlukan teknologi tinggi karena terdapat
dipermukaan bumi. Misalnya nitrat, phospat, tawas, batu apung, pasir kwarsa,
marmer, batu kapur, tanah liat, pasir dan sebagainya.

Dalam Undang-undang Pertambangan Republik Indonesia No 37 Tahun 1960.


Undang-undang Pokok Pertambangan Republik Indonesia No 11 Tahun1967 pasal 3,
yang menyebutkan penggolongan bahan galian sebagai berikut :

1. Bahan galian golongan A, merupakan (bahan galian strategis), adalah bahan


galian yang mempunyai peranan penting untuk kelangsungan kehidupan
negara.Dalam pasal huruf a peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang
Penggolongan bahan galian ditentukan golongan bahan galian strategis,bahan galian
strategis dibagi menjadi enam golongan yaitu :

a. Minyak bumi,bitumen cair,lilin bumi, gas alam,


b. Bitumen padat, aspal.
c. Antrasit, batu bara,
d. Uranium, radium, thorium, dan bahan galian radio aktif lainnya.
e. Nikel dan kobalt
f. Timah putih, bahan galian jenis ini di kuasai oleh negara.

2. Bahan galian golongan B, merupakan (bahan galian vital), adalah bahan


galian yang mempunyai peranan penting untuk kelangsungan kegiatan perekonomian
negara dan dikuasai oleh negara dengan menyertakan rakyat. Bahan galian ini dibagi
delapan golongan yaitu :

a. Besi, Mangan, molibden, khrom,wolfram, vanadium, titan.


b. Bauksit, tembaga, timbal, seng.
c. Emas, platina, perak, air raksa, intan.
d. Arsin, antimon, bismut.
e. Yatrium, rtutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya.
f. Berillium, korundum, zirkon, kristalkwarsa.
g. Kriolit, flourspar, barit.
h. Yodium, brom, klor, belerang, , bahan galian ini dapat diusahakan oleh badan
usaha milik negara ataupun bersama-sama dengan rakyat.

3. Bahan galian golongan C, (bukan merupakan bahan galian strategis ataupun


Vital), karena sifatnya tidak langsung memerlukan pasaran yang bersifat
internasional. Bahan galian ini dibagi menjadi sembilan golongan, yaitu :

a. Nitrat-nitrat (garam dari asam sendawa, dipakai dalam campuran pupuk,


HNO3) Pospat-pospat,garam batu ( halite ).
b. Asbes, talk, mika, grafit, magnesit.
c. Yarosit,leusit, tawas (alum), oker.
d. Batu permata, batu setengah permata.
e. Pasir kuarsa, kaolin, fieldspar, gips, bentonit.
f. Batu apung, tras, absidian, perlit, tanah, diatome, tanah serap (fuller earth).
g. Marmer, batu tulis.
h. Batu kapur, dolomit, kalsit.

Granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, tanah pasir, sepanjang tidak mengandung
unsur mineral golongan A maupun B dalam Pasal 1 huruf c peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 1980 tentang penggolongan Bahan-bahan galian. Penggolongan
bahan galian ini adalah didasarkan kepada :

1. Nilai strategis/ekomonis bahan galian terhadap negara.


2. Terdapatnya sesuatu bahan galian dalam alam (genese).
3. Penggunaan bahan galian industri.
4. Pengaruhnya terhadap kehidupan rakyat banyak.
5. Pemberian kesempatan pengembangan pengusahaan.
6. Penyebaran pembangunan didaerah (Peraturan pemerintah Nomor 27 Tahun
1980 tentang Penggolongan Bahan-Bahan Galian).

Sedangkan yang dimaksud dengan unsur-unsur pertambangan rakyat, yaitu:

a. Usaha pertambangan.
b. Bahan galian meliputi bahan galian strategi, vital dan galian C.
c. Dilakukan oleh Rakyat.
d. Domisili di area tambang rakyat.
e. Untuk penghidupan sehari-hari.
f. Diusahakan dengan cara sederhana.

2 . Sifat-Sifat dan Klasifikasi Tanah

2.1. Tekstur Tanah

Tekstur, atau ukuran butir, seringkali mempunyai peranan yang penting dalam
pengklasifikasian tanah serta mempengaruhi sifat-sifat teknis tanah. Secara umum,
tekstur telah digunakan untuk membagi tanah menjadi dua kelompok besar, yaitu tanah
berbutir kasar dan tanah berbutir halus. Ukuran dan distribusi butir-butir mineral yang
terdapat pada suatu tanah tergantung pada banyak faktor, termasuk komposisi mineral,
cuaca, lamanya pelapukan dan cara pemindahan.

Sesuai dengan ukuran butirnya, tanah berbutir kasar dibagi menjadi bongkah
(boulder), kerikil (gravel) dan pasir. Sifat-sifat teknis tanah berbutir kasar seringkali
sangat dipengaruhi oleh tekstur dan gradasinya.

Tanah berbutir halus dibagi menjadi lanau dan lempung. Butir-butir yang
membentuk lanau dan lempung mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga tidak
bisa dibedakan dengan mata telanjang. Sifat-sifat teknis lanau dan lempung lebih
dipengaruhi oleh kekuatan permukaan dan kekuatan listrik butiran daripada oleh
kekuatan gravitasi sebagaimana yang berlaku pada tanah berbutir kasar. Oleh karena
itu, tekstur tanah berbutir halus mempunyai pengaruh yang lebih kecil terhadap sifat-
sifat teknis daripada tekstur tanah berbutir kasar. Lanau biasanya mempunyai
plastisitas yang lebih rendah daripada lempung dan dalam keadaan kering mempunyai
kekuatan yang rendah atau sama sekali tidak mempunyai kekuatan.

Sesuai dengan Klasifikasi Unified, ukuran tekstur tanah ditunjukkan pada Tabel 1.
Meskipun ukuran butir yang ditunjukkan pada Tabel 1 hanyalah pilihan, namun nilai-
nilai tersebut diusulkan dalam rangka menyeragamkan definisi. Perbedaan utama
antara lanau dengan lempung adalah plastisitasnya. Lanau pada dasarnya terbentuk
melalui pelapukan mekanis, sehingga sebagian besar sifat-sifatnya menyerupai sifat-
sifat bahan induknya, sedangkan lempung dihasilkan melalui pelapukan mekanis dan
kimia dan pada dasarnya berukuran koloidal.

Untuk membedakan lempung dari lanau di lapangan, terdapat beberapa pengujian


sederhana. Dalam keadaan kering, lanau mempunyai kekuatan yang sangat rendah,
sehingga segumpal lanau mudah dihancurkan dengan jari tangan. Di sisi lain, segumpal
lempung yang kering sulit dihancurkan dengan jari tangan. Apabila segumpal lanau
yang ditambah air ditempatkan pada telapak tangan dan digoyang-goyang, maka
permukaan lanau tersebut akan mengkilap (ada lapisan air) dan apabila lanau tersebut
diremas (squeeze), maka lapisan air akan hilang. Pada lempung berair yang digoyang-
goyang, air tidak muncul ke permukaan sehingga permukaannya tidak mengkilap.

Tabel 1. Ukuran Tekstur Tanah (Yoder, 1975)


2.2. Struktur Tanah

Pola dimana individu butir dalam masa tanah tersusun disebut struktur primer
(primary structure). Untuk tanah berbutir kasar, struktur primer sering kali dapat dilihat
dengan mata telanjang atau dengan bantuan kaca pembesar (hand lens). Cara untuk
mengamati struktur tanah berbutir halus (lanau dan lempung) sejauh ini berkembang
lambat. Namun demikian, teknologi di bidang mikroskop elektron yang dikembangkan
akhir-akhir ini memberi harapan untuk memudahkan pengamatan struktur tanah
berbutir halus.

Meskipun dalam banyak kasus struktur primer tidak dapat diamati dan mungkin
sangat bervariasi, namun para ahli telah berusaha menetapkan dan mengklasifikasikan
berbagai struktur primer tanah. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.1, beberapa
kelompok struktur primer tersebut adalah:

a. Butir tunggal (single-grained).


b. Sarang lebah (honeycomb).
c. Flokulen (flocculent).

Gambar 1. Tiga jenis struktur primer tanah (PUPR, 2006)

Sering kali tanah menunjukkan struktur jenis yang lain, yang dikenal dengan
struktur sekunder. Istilah tersebut menggambarkan pola retak, patahan atau bentuk
kerenggangan lain yang terjadi pada formasi tanah. Baik struktur primer maupun
struktur sekunder sering mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat-sifat teknis
tanah (permeabilitas, elastisitas, kompresibilitas, kekuatan geser).
2.3. Horizon Tanah

Pedologi merupakan ilmu mengenai proses pelapukan tanah serta pembentukan


profil tanah. Faktor cuaca yang terutama mempengaruhi pembentukan profil tanah
adalah tingkat aliran permukaan (surface runoff) dan suhu.

Profil tanah merupakan hasil pelapukan alamiah yang merubah tanah induk.
Profil tipikal tanah, sebagaimana yang berlaku pada bidang teknik sipil, terdiri atas tiga
lapis atau tiga horizon sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.

Horizon paling bawah, disebut bahan induk (parent material) atau Horizon C,
terdiri atas tanah asli yang belum mengalami pelapukan. Horizon C dapat merupakan
bahan pindahan atau bahan endapan, sedangkan Horizon A dan B merupakan zona-
zona yang telah mengalami pelapukan. Horizon yang ditunjukkan pada Gambar 2
merupakan penyederhanaan daripada horizon menurut pedologi (pedologi membagi
horizon menjadi horizon-horizon yang lebih kecil).

Gambar 2. Profil Tipikal Tanah (Yoder, 1975)

Adanya profil tanah merupakan hasil penghancuran dan penempatan kembali


komponen tanah oleh air yang meresap (water seeping) ke dalam tanah. Dalam
bentuk yang paling sederhana, kandungan lempung pada Horizon A akan makin
menurun, karena lempung dari horizon tersebut akan terendapkan pada Horizon B.
Oleh karena itu, Horizon A terutama terdiri atas lanau nonplastis, sedangkan Horizon
B terdiri atas lempung kelanauan atau lempung.
Kedalaman dan karakter profil tanah sangat dipengaruhi oleh cuaca, topografi dan
waktu. Pada daerah-daerah yang curah hujannya rendah, terjadinya profil tanah
kurang berkembang, sebagaimana halnya pada lereng terjal. Kedalaman pelapukan
sangat dipengaruhi oleh umur dan topgrafi. Perlu diingat bahwa profil yang
disebutkan di atas hanya terjadi apabila air mengalir ke bawah melalui tanah. Dalam
hal tersebut, perkembangan karakter dan kedalaman profil tergantung pada jumlah air
yang melewati tanah. Tanah muda dan tanah yang terjadi pada lereng terjal akan
membentuk profil yang dangkal, sedangkan tanah tua dan tanah yang terjadi pada
cekungan akan membentuk horizon yang dalam.

2.4. Bahan Induk

Dalam praktek rekayasa jalan raya dan lapang terbang, kegiatan dalam bidang
geologi dan pedologi tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Para ahli geologi dan
pedologi biasanya telah membuat peta daerah-daerah yang dapat memberikan
informasi rinci mengenai jenis-jenis tanah dan konsistensinya. Meskipun informasi
yang diperoleh dari peta tanah menurut geologi dan pertanian sering kali tidak
memberikan gambaran yang tepat tentang kasus-kasus rekayasa (engineering
problems), namun apabila seseorang telah memiliki latar belakang yang cukup
tentang proses geologi dan mekanika pembentukan tanah, maka dia dapat
memperoleh data dengan cara menafsirkan informasi geologi dan pedologi. Tanah
yang berasal dari bahan induk yang identik serta di bawah pengaruh kondisi cuaca
dan pelapukan yang juga identik, akan terbentuk menjadi tanah yang sama. Namun
demikian, tanah yang terbentuk tersebut jangan diharapkan selalu seragam. Masing-
masing kasus hendaknya diselidiki secara rinci, dimana semua ketidakkonsistenan
mengenai profil tanah, muka air tanah dan jenis bahan induk harus diselidiki. Untuk
keperluan tersebut, seseorang harus memiliki pengetahuan tentang geologi serta
memahami distribusi tanah dan kelompok tanah.
Berdasarkan proses pembentukannya, bahan atau batuan induk dapat dibagi
menjadi batuan sedimen, batuan beku dan batuan metamorf. Batuan-batuan tersebut
dapat diidentifikasi dan dibedakan berdasarkan genesa proses pembentukanya.

2.4.1. Batuan Sedimen

Gambar 3. Beberapa jenis batuan sedimen.

Batuan sedimen terbentuk melalui akumulasi sedimen (butir-butir halus)


dalam air. Sedimen dapat terdiri atas partikel-partikel atau fragmen mineral
(sebagaimana pada kasus batu pasir (sandstone) atau batu serpih (shale)), sisa-sisa
binatang (beberapa batu kapur), sisa-sisa tumbuhan (batu bara dan gambut), produk
ahir proses kimia atau penguapan (garam, gipsum), atau kombinasi bahan-bahan
tersebut.

Disamping itu, batuan sedimen sering disebut juga batuan sedimen bersifat
silika (siliceous)atau gampingan (calcareous), dimana batuan sedimen bersifat silika
adalah batuan yang mengandung banyak silika. Batuan yang mengandung banyak
kalsium karbonat (batu kapur) disebut batuan bersifat gampingan.

2.4.2. Batuan Beku

Gambar 4. Beberapa jenis batuan beku.

Batuan beku terdiri atas bahan cair (magma) yang telah mendingan dan
memadat. Terdapat dua jenis batuan beku, yaitu batuan ekstrusif dan batuan intrusif.
Batuan beku ekstrusif terbentuk dari magma yang tertumpah ke permukaan bumi
pada saat letusan vulkanik atau kegiatan geologi yang sejenis. Karena pada saat
tumpah magma bersentuhan dengan atmosfir yang memungkinkan cepat mendingin,
maka batuan yang terbentuk mempunyai penampilan dan struktur yang menyerupai
kaca. Riolit, andesit dan basal merupakan contoh batuan ekstrusif.

Batuan beku intrusif terbentuk jauh di bawah permukaan bumi. Karena


terperangkap di bawah permukaan, maka magma mendingin dan mengeras secara
perlahan-lahan yang memungkinkan terbentuknya struktur kristal. Oleh karena itu,
batuan beku intrusif mempunyai penampilan dan struktur sperti kristal; contoh,
granit, diorit dan gabro. Akibat proses pergerakan dan erosi kulit bumi, batuan beku
intrusif dapat muncul ke permukaan sehingga dapat ditambang.

2.4.3. Batuan Metamorf

Gambar 5. Beberapa jenis batuan sedimen.

Batuan metamorf umumnya merupakan batuan sedimen atau batuan beku yang
telah mengalami perubahan akibat tekanan dan panas dalam bumi serta reaksi kimia.
Karena proses pembentukan tersebut kompleks, maka batuan metamorf sulit
ditentukan secara pasti asal kejadiannya.

Beberapa jenis batuan metamorf mempunyai ciri yang nyata, yaitu mineralnya
tersusun dalam bidang atau lapisan yang sejajar. Pemisahan batuan pada bidang
tersebut akan lebih mudah daripada pemisahan pada arah lain. Batuan metamorf yang
mempunyai ciri tersebut disebut batuan pipih (foliated); contoh, geneis (gneisses) dan
sekis (schists) (terbentuk dari batuan beku) dan slate (terbentuk dari batuan sedimen,
yaitu batuan serpih). Tidak semua batuan metamorf berbentuk pipih; marmer
(terbentuk dari batu kapur) dan kuarsit (terbentuk dari batu pasir) merupakan batuan
metamorf tanpa proses pemipihan.

2.5. Klasifikasi Tanah

Tujuan pengklasifikasian tanah adalah untuk membagi tanah menjadi kelompok-


kelompok sedemikian rupa sehingga tanah yang termasuk dalam suatu kelompok
mempunyai karakteristik yang sama serta pada situasi penambangan dan rekayasa
tertentu menunjukkan kinerja yang sama. Sistem pengklasifikasian juga merupakan
media untuk pertukaran informasi dan pengalaman. Namun demikian, sistem
pengklasifikasian hendaknya dipandang sebagai langkah pertama dalam
mengevaluasi tanah karena pengujian untuk pengklasifikasian (gradasi serta batas cair
dan batas plastis) dilakukan terhadap contoh tidak asli dimana sifat-sifat tanah dalam
keadaan aslinya mungkin tidak benar-benar terwakili.

Pada sebagian besar kasus, tanah digunakan dalam keadaan aslinya di alam,
tidak sebagaimana halnya dengan bahan bangunan lain. Pada disain bangunan beton
dan baja, seseorang dapat menetapkan jenis bahan yang harus digunakan. Dalam hal
tersebut, pertama-tama dia dapat memilih bahan dan kemudian menetapkan kekuatan
ijin bahan tersebut, atau sebaliknya. Cara tersebut tidak mungkin dilakukan terhadap
tanah, karena seseorang harus mengidentifikasi tanah dan kemudian, jika
memungkinkan, menarik kesimpulan tentang data yang diperlukan untuk disain. Agar
hal tersebut dapat dilakukan oleh setiap orang, maka tanah harus dideskripsikan
secara rinci sesuai dengan sistem klasifikasi standar.

Berikut ini diberikan tabel yang menunjukkan klasifikasi tanah menurut Sistem
Sistem Klasifikasi Unified (Tabel 2 dan 3).
Tabel 2. Sistem Klasifikasi Unified Identifikasi dan Deskripsi
Tabel 3. Sistem Klasifikasi Unified Identifikasi dan Deskripsi (Lanjutan)
3 . Pekerjaan Galian

Bahan galian pada hakekatnya merupakan semua produk dari pertambangan yang
didapatkan dengan cara pelepasan dari batuan induknya di dalam kerak struktur bumi,
yang terdiri atas mineral-mineral. Mineral adalah zat padat yang ada di alam dan dapat
dibuat dari satu elemen atau lebih elemen yang digabungkan bersama (senyawa kimia).

Pengertian bahan galian adalah jenis sumber daya alam yang berasal dari bawah
perut bumi. Oleh karena itulah bahan galian atau hasil tambang merupakan
pengambilan hasil bumi yang berasal dari batuan induk yang berasal dari dalam kerak
bumi. Bahan galian memiliki beberapa kandungan unsur zat mineral didalamnya.

Kandungan unsur zat mineral bahan galian yang paling tinggi adalah kandungan
air. Selain terdapat kandungan mineral berupa air, kandungan unsur zat yang ada pada
bahan galian juga terdapat dalam bentuk gas. Kandungan air dalam bahan galian
memiliki karakteristik homogen atau cenderung sama pada setiap jenisnya. Sedangkan
kandungan gas dalam bahan galian memiliki karakteristik heterogen atau berbeda-beda
pada setiap jenisnya.

Dalam suatu pekerjaan galian harus memperhatikan material yang akan digali,
apakah batuan atau tanah serta memperhatikan sifat fisik dan karakteristik material
yang akan mempengaruhi pemilihan dan pemakaian alat-alat berat. Sifat fisik dan
karakteristik material yang harus diperhatikan seperti:

1. Pengembangan dan Penyusutan Material


2. Berat Material
3. Bentuk Material
4. Hohesivitas Material
5. Kekerasan Material
6. Daya dukung Material
3.1. Jenis Jenis Material Galian Tanah

1. Tanah Lepas : Material yang tidak memiliki daya ikat dan tidak perlu
dihancurkan terlebih dahulu, mudah dicangkul/sekop, misalnya pasir.
2. Tanah Biasa : Material yang masih memiliki daya ikat namun mudah
dilepaskan dari asalnya dengan cangkul maupun sekop, misalnya tanah hasil
pelapukan batuan.
3. Tanah Keras : Material yang sukar dilepaskan dengan cangkul maupun
sekop. Dapat digali dengan power shovel berkekuatan besar.
4. Tanah Cadas : Material yang sulit untuk dicangkul maupun sekop, dapat
dilakukan proses shovel bila dilakukan mekanisme dinamit berkekuatan
rendah.
5. Batuan : Batuan terbagi menjadi tiga yaitu Batuan Beku, Batuan Sedimen
dan Batuan Metamorf. Langkah untuk mengidentifikasi Langkah apa yang
harus digunakan untuk proses penggalian yaitu dengan mengidentifikasi
awal jenis batuan terkait. Penggalian dapat dilakukan setelah proses
peledakan dengan mengikuti jenis batuan yang akan digali. Jenis peledakan
(Blasting) meliputi peledakan rendah, peledakan sedang dan peledakan
tinggi.

3.2. Metode Galian

Metode Penggalian yang digunakan bergantung pada material apa yang ada
pada area target (cangkul/eksavator), dan akan dilepaskan dari asalnya
menggunakan alat dan metode berdasarkan material yang akan digali. Kemudian,
material yang digali akan diangkut dengan alat/kendaraan apa (missal dumtruck).
3.3. Penggunaan, Pemilihan dan Pemeliharaan Alat Berat

Gambar 6. Diagram Alir Pengantar Manajemen Alat-Alat Berat.

Dalam penggunaan alat berat terdapat manajemen alat-alat berat, seperti


manajemen pemilihan alat berdasarkan material galian terkait, manajemen
aplikasi dan produktivitas alat, serta menejemen perawatan alat berat dengan
tujuan tercapainya efisiensi penggunaan alat berat, produktivitas alat dan biaya
operasi serta ketersediaan alat dan biaya perbaikan.

Anda mungkin juga menyukai