Anda di halaman 1dari 6

NAMA : GLORIA FEBRIANI SINAGA

NIM : 05101282126035

KELAS : ILMU TANAH - A

MATA KULIAH : AGROGEOLOGI

DOSEN PENGAMPU : Ir. WARSITO, M.P.

JENIS MINERAL YANG BERMANFAAT BAGI PERTANIAN

Tanah terbentuk dari batuan-batuan yang mengalami pelapukan. Batuan yang membentuk
tanah tersebut memiliki mineral. Apa itu mineral? Mineral adalah suatu unsur sebagai nutrisi
oleh makhluk hidup. Mineral ini sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan di bumi.
Mineral ini juga terdapat di tanah dan sebagai komponen pembentuk tanah. Mineral dalam
tanah berasal dari pelapukan fisik dan kimia dari batuan yang merupakan bahan induk tanah,
rekristalisasi dari senyawa-senyawa hasil pelapukan lainnya atau pelapukan (alterasi) dari
mineral primer dan sekunder yang ada. Pelapukan fisik dari batuan disebut juga disentegrasi,
adalah proses penghancuran batuan secara fisik tanpa mengubah susunan kimianya. Pelapukan
ini secara umum disebabkan oleh suhu udara. Pelapukan kimia atau pelapukan dekomposisi
adalah proses perubahan susunan kimia pada batuan. Pelapukan kimia pada umumnya
disebabkan oleh hidrolisis air.

Secara umum, batuan mengandung mineral tertentu maupun kumpulan mineral. Mineral
mempunyai komposisi kimia tertentu dan menjadi penyusun komponen (pola kristal) Mineral
mempunyai komposisi kimia tertentu dan menjadi penyusun komponen (pola kristal). Namun
beberapa mineral tidak mempunyai struktur kristal (amorf). Hirarki atau tingkat kemudahan
mineral untuk melapuk disajikan dalam yang dikenal dengan Reaksi Bowen. Pada umumnya
mineral yang mengkristal lebih cepat pada suhu yang sangat tinggi akan lebih mudah
terlapukkan daripada yang mengkristalnya lebih akhir pada suhu yang lebih rendah
(Goldschmidt, 1958).
Gambar Reaksi Bowen

Oleh karena itu, didalam pelapukan batuan terjadi dalam waktu yang berbeda. Ada batuan yang
melapuk dalam waktu ratusan tahun bahkan ada batuan yang melapuk ribuan tahun lamanya.
Hal ini disebabkan dari proses pelapukan fisika ataupun pelapukan kimianya.

Di dalam pertanian, bahan mineral sangat dibutuhkan untuk pertanian untuk kesuburan
tanaman. Kandungan mineral di dalam tanah baik jenis maupun persentasenya sangat
menentukan tingkatcadangan hara yang ada di dalamnya. Mengetahui kandungan mineral
dalam tanah merupakan hal penting karena sangat menentukan kandungan hara di dalam
tanah. Mineral merupakan unsur utama penyusun tanah dan berperan penting dalam
menentukan sifat kimia serta fisika tanah. Mineral merupakan salah satu indikator penting
mengenai pelapukan yang telah terjadi, sehingga keberadaan ataupun absennya suatu jenis
mineral di dalam tanah dapat dijadikan suatu petunjuk bagaimana proses pembentukan tanah
terjadi. Mineral di dalam tanah dapat dibedakan atas mineral primer yang disebut juga mineral
fraksi pasir dan mineral sekunder atau mineral fraksi liat (Prasetyo et al. 2004). Mineral primer
adalah mineral hasil pelapukan fisik dari batuan, sehingga struktur kristal dan jenisnya tetap
sama, hanya ukurannya menjadi lebih kecil, antara 2-0,05 mm. Mineral primer sering pula
disebut mineral pasir. Contoh mineral primer adalah kuarsa, biotit, kalsit, dan dolomit. Mineral
sekunder adalah mineral hasil pembentukan baru atau hasil pelapukan mineral primer yang
terjadi selama proses pembentukan tanah, serta mempunyai komposisi dan struktur yang
berbeda dengan mineral yang terlapuk. Contoh mineral sekunder adalah kaolinit dan smektit.

1. Andesit

Batuan Andesit merupakan batuan beku dari keluarga Andesit-Diorit (Landon 1984;
Darmawidjaya, 1990; Munir, 1996). Batuan ini termasuk golongan batuan intermediet
dengan kadar silika (SiO3) adalah 57.5 persen. Batuan ini umumnya akan menghasilkan
tanah-tanah yang kaya dan subur karena mengandung unsur-unsur basa yang mudah
mengalami proses pelapukan sehingga membentuk tanah dengan tekstur yang halus.
Andesit dapat dibedakan kedalam beberapa kelompok berdasarkan pada kandungan
mineral kelam ada di dalamnya yakni : andesit-amfibol, andesitpiroksin, andesit-biotit,
andesit-amfibol-biotit (Darmawidjaya, 1990). Menurut Hardjowigeno (1993) andesit
termasuk dalam kelompok batuan berwarna kelam karena mengandung SiO3 (silikat) yang
rendah, serta mengandung Fe dan Mg yang banyak. Batuan ini akan menghasilkan tekstur
lapisan atas lempung sampai lempung berliat. (Johannis, 2009).

Gambar batu andesit

2. Zeolite

Zeolite memiliki sifat fisika dan kimia penting, antara lain: derajat hidrasi yang tinggi,
volume ruang kosong tinggi, struktur kristal stabil bila dipanaskan, mempunyai
kemampuan menukar kation, ukuran pori yang seragam yang menyebakan dapat
digunakan sebagai penapis molekul (molecular sieve), kemampuan menyerap gas dan sifat
katalitik. Air yang terserap ke dalam pori-pori zeolit dapat keluar kembali jika dipanaskan
(reversible), tetapi struktur kerangka tiga dimensinya tetap kuat dan tidak berubah. Zeolite
dapat menyerap ion ammonium, kalium dan menyerap molekul yang diameternya lebih
kecil dari diameter pori zeolite. Air yang ada di dalam ruang pori zeolite mudah dilepaskan
dengan pemanasan, ion-ion bermuatan positif (Ca, Mg, K, Na) yang berada dalam ruang
pori zeolite dan ion-ion alkali dalam tanah serta beberapa logam berat dalam tanah (Hg,
Cd, Pb yang berasal dari pencemaran) dapat saling dipertukarkan. Logam berat yang masuk
ke ruang pori zeolite melalui proses pertukaran kation mencegah masuknya zat-zat toksik
ke dalam tanaman (daun dan biji) yang dikonsumsi mahluk hidup. Padatan zeolite
mengandung kerangka yang memiliki gugus aktif bermuatan negatif sebagai gugus asam,
yang memungkinkan zeoilt dapat digunakan sebagai katalis. Karena sifat tersebut, zeolite
alam disebut sebagai mineral multi guna yang diaplikasi di bidang pertanian untuk
pembenah tanah dan pupuk lepas lambat, perkebunan, peternakan, perikanan, serta
bidang lingkungan hidup. Zeolite memiliki sifat fisika dengan pori-pori berukuran
nanometer yang dapat menyimpan air, dan sifat kimia karena adanya muatan negatif pada
dinding pori-pori yang ditempati kation-kation dan dapat melakukan pertukaran kation
yang ada diluar struktur zeolite. Melihat aspek kegunaan zeolite alam yang multifungsi,
timbul pertanyaan sudahkah potensi zeolite alam Indonesia telah dimanfaatkan secara
optimal untuk kesejahteran bangsa. Apakah kita ingin menjadi bangsa yang mengekspor
zeolite, kemudian mengimpor zeolit dalam produk lain yang bahan bakunya dari Indonesia.
Khusus dalam bidang ketahanan pangan nasional, potensi dan kompetensi zeolite sebagai
pembenah tanah (Suwardi, 2009; Al-Jabri, 2010) adalah sesuatu yang tidak diragukan lagi.
Gambar batu zeolit

Melalui beberapa pendapat dan refrensi jurnal, kedua mineral tersebut yang menurut saya
sangat baik untuk pertanian. Namun, masih ada beberapa mineral yang lain juga baik untuk
pertanian. Oleh karena itu, mineral ini sangat dibutuhkan dalam komposisi tanah ideal.
Mineral ini berperan dalam pembentukan hara,sebagai kapasitas tukar kation dan sebagai
unsur fisika dan kimia tanah.

DAFTAR PUSTAKA

https://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi-mainmenu-78/leaflet-
mainmenu-91/56-mineral-tanah

Aini, L. N., Mulyono, M., & Hanudin, E. 2016. Mineral Mudah Lapuk Material Piroklastik
Merapi dan Potensi Keharaannya Bagi Tanaman. PLANTA TROPIKA: Jurnal Agrosains
(Journal of Agro Science), 4(2), 84-94.
Al-Jabri, M. 2010. Penggunaan Mineral Zeolite sebagai Pembenah Tanah Pertanian
dalam Hubungan dengan Standardisasinya dan Peningkatan Produksi Tanaman
Pangan. Jurnal Zeolit. 9 (1):1-12.

Al-Jabri, M., & Soegianto, R. (2017, October). Teknologi Zeolite untuk Pengembangan
Pertanian yang Sangat Menjanjikan. In Prosiding Seminar Nasional Pengembangan
Teknologi Pertanian.

Darmawidjaya, M.I. 1992. Klasifikasi Tanah. Dasar Teori Bagi Peneliti dan Pelaksana
Pertanian di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Goldschmidt, V.M., 1958. Geochemistry. Oxford University Press. 730p.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisi Pertama. Akademika


Pressindo, Jakarta.

Haumahu, J.P. 2009. Mineral pada Tanah yang Terbentuk dari Batuan Andesit dan
Bahan Lepas di Desa Hative Besar. Jurnal Budidaya Pertanian. 5(2):74-80.

Landon, J.R. 1984. Booker Tropical Soil Manual. Longman Inc, New York.

Munir, H.M. 1996. Geologi dan Mineralogi Tanah. Pustaka Jaya, Jakarta.

Purwanto, S., Gani, R. A., & Sukarman, S. (2018). Karakteristik Mineral Tanah Berbahan
Vulkanik dan Potensi Kesuburannya di Pulau Jawa. Jurnal Sumberdaya Lahan,
12(2), 83-98.

Suwardi. 2009. Application of zeolite as carrier of humic acid for improvement of crop
production. Journal of Indonesian Zeolit. 8 (1): 1-6.

Anda mungkin juga menyukai