PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Mineral adalah bahan anorganik yang terbentuk secara alamiah, memiliki
komposisi kimia yang tetap dan struktur kristal beraturan. Umumnya mineral
berasal dari magma yaitu batuan cair dibawah permukaan bumi. Ketika magma
mendingin, kristal mineral terbentuk bagaimana dan dimana magma mendingin
menentukan ukuran dari kristal mineral. Kristal juga dapat terberntuk dari
senyawa terlarut dalam cairan, seperti air. Bila cairan menguap atau perubahan ke
gas, akan meninggalkan mineral seperti kristal.
Mineral tanah adalah mineral yang terkandung di dalam tanah yang
merupakan salah satu bahan utama penyusun tanah. Mineral dalam tanah berasal
dari pelapukan fisik dan kimia dari batuan yang merupakan bahan induk tanah,
rekristalisasi dari senyawa-senyawa hasil pelapukan lainnya atau pelapukan dari
mineral primer dan sekunder yang ada. Mineral mempunyai peran yang sangat
penting dalam suatu tanah, antara lain sebagai indikator cadangan sumber hara
dalam tanah dan indikator muatan tanah beserta lingkungan pembentukannya.
Jenis mineral tanah secara garis besar dapat dibedakan atas mineral primer dan
mineral sekunder. Mineral primer adalah mineral tanah yang umumnya
mempunyai ukuran fraksi pasir (2- 0.05 mm).
Sedangkan mineral sekunder adalah mineral-mineral hasil pembentukan baru
atau hasil pelapukan mineral primer yang terjadi selama proses pembentukan
tanah yang komposisi maupun strukturnya sudah berbeda dengan mineral yang
terlapuk. Jenis mineral ini berukuran halus (<2). Untuk mengetahui stuktur
mineral dan jenis-jenis mineral diperlukan pengidentifikasian mineral. Identifikasi
mineral merupakan suatu kegiatan membuat deskriptif tentang suatu mineral
tertentu. Mineral-mineral tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan sifat fisisnya
seperti ukuran fraksi, warna mineral, ukuran mineral, bentuk mineral dan
persentase mineral.
Berdasarkan uraian diatas, maka praktikum identifikasi mineral fraksi tanah
sangat penting dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis mineral yang menyusun
dalam fraksi tanah terutama fraksi pasir dan debu serta mengetahui karakteristik
tiap-tiap mineral.
Fraksi Tanah
Tanah terdiri dari butir-butir yang berbeda dalam ukuran dan bentuk, sehingga
diperlukan istilah-istilah khusus yang memberikan ide tentang sifat teksturnya dan
akan memberikan petunjuk tentang sifat fisiknya. Tiga golongan pokok tanah
yang kini umum dikenal adalah pasir, liat dan lempung. Tanah disusun dari butirbutir tanah dengan berbagai ukuran. Bagian butir tanah yang berukuran lebih dari
2 mm disebut bahan kasar tanah seperti kerikil, koral sampai batu. Bagian butir
tanah yang berukuran kurang dari 2 mm disebut bahan halus tanah. Bahan halus
tanah dibedakan menjadi Pasir (sand) yaitu butir tanah yang berukuran antara
0,050 mm sampai dengan 2 mm, debu (silt) yaitu butir tanah yang berukuran
antara 0,002 mm sampai dengan 0,050 mm. 3 dan liat (clay) yaitu butir tanah
yang berukuran kurang dari 0,002 mm (Hardjowigeno, 2003).
Pasir merupakan suatu fraksi berukuran 2.0 0.05 mm dan berdasarka system
USDA dibedakan menjadi pasir sangat halus, sedang, kasar dan sangat kasar.
Butiran pasir biasanya tersusun dari kuarsa, tapi mungkin juga fraksi feldspar,
mika dan kadang mineral-mineral berat seperti zircon, tourmaline dan horblende.
Umumnya fraksi pasir mempunyai dimensi relatif seragam dan bisa dinyatakan
berbentuk bulat, meski tidak selamanya rata dan kadang mempunyai permukaan
cukup bergerigi. Debu adalah fraksi dengan ukuran 0.05-0.002 mm. partikel debu
mirip partikel pasir tetapi mempunyai ukuran luas permukaan yang lebih besar per
satua massa dan sering dilapisi oleh lempung yang mengikat kuat. Fraksi liat
dengan ukuran kurang dari 0.002 mm merupakan fraksi koloid. Partikel liat
mencirikan bentuk lempeng atau bentuk jarum dan biasanya termasuk dalam
kelompok aluminosilikat. Karena liat mempunyai luas permukaan per satuan
massa lebih besar dan aktifitas fisika kimia aktif, liat berperan sebagai penentu
yang mempunyai pengaruh besar pada sifat tanah (Bahrul, 2003).
batuan volkan
intermedier hingga ultra basis, plagioklas bearsal dari batuan intermedier hingga
basis orthoklas bersumber dari batuan masam, muskovit bearasal dari batuan
granit dan metamorf dan kuarsa terbentuk dari batuan masam (Bahrul, 2003).
Mineral primer dihasilkan dari hasil pembekuan magma yang berasal dari
lapisan astenosfor bumi. Mineral ini merupakan penyususn utama batuan beku
yang terdapat pada kerak litosfer. Variasi jenis batuan beku dihasilkan dari variasi
kristalisasi cairan magma membentuk mineral primer yang dapat dilihat pada seri
pembentukan mineral dari Bowen. Seri Reaksi Bowen (Bowen Reaction Series)
menggambarkan proses pembentukan mineral pada saat pendinginan magma
dimana ketika magma mendingin, magma tersebut mengalami reaksi yang
spesifik. Suhu merupakan faktor utama dalam pembentukan mineral. Mineralmineral terbentuk dan terpisah dari batuan lelehan magma dan mengkristal
sebagai magma mendingin (kristalisasai fraksional). Suhu magma dan laju
pendinginan menentukan ciri dan sifat mineral yang terbentuk (tekstur), dan laju
pendinginan yang lambat memungkinkan mineral yang lebih besar dapat
terbentuk. Deret Reaksi Bowen (Bowen Reaction Series) adalah suatu skema
yang menjelaskan proses pembentukan mineral pada saat pendinginan magma
dimana ketika magma mendingin, magma tersebut mengalami reaksi yang
spesifik. Dan faktor utama dalam Deret Reaksi Bowen adalah suhu (T).
Mineral-mineral terbentuk dan terpisah dari batuan lelehnya (magma) dan
mengkristal sebagai magma mendingin (kristalisasi fraksional). Bowen
kemudian membaginya menjadi dua cabang; kontinyu dan diskontinyu. Deret
Continuous, deret ini mewakili pembentukan feldspar plagioclase. Dimulai
dengan feldspar yang kaya akan kalsium (Ca-feldspar, CaAlSiO) dan berlanjut
reaksi dengan peningkatan bertahap dalam pembentukan natrium yang
mengandung
feldspar
(CaNa-feldspar,
CaNaAlSiO)
sampai
titik
kesetimbangan tercapai pada suhu sekitar 9000C. Saat magma mendingin dan
kalsium kehabisan ion, feldspar didominasi oleh pembentukan natrium feldspar
(Na-Feldspar, NaAlSiO) hingga suhu sekitar 6000C feldspar dengan hamper
100% natrium terbentuk ()
Deret Discontinuous Pada deret ini mewakili formasi mineral ferromagnesium silicate dimana satu mineral berubah menjadi mineral lainnya pada
rentang temperatur tertentu dengan melakukan reaksi dengan sisa larutan
magma. Diawali dengan pembentukan mineral Olivine yang merupakan satusatunya mineral yang stabil pada atau di bawah 18000C. Ketika temperatur
berkurang dan Pyroxene menjadi stabil (terbentuk). Sekitar 11000C, mineral
yang mengandung kalsium (CaFeMgSiO) terbentuk dan pada kisaran suhu
9000C Amphibole terbentuk. Sampai pada suhu magma mendingin di 6000C
Biotit mulai terbentuk (Husain, 2012).
Menurut Djauhari Noor (2009), berbagai jenis mineral yang umum
dijumpai sebagai penyusun batuan adalah sebagai berikut :
1. Olivine
Olivine adalah kelompok mineral silikat yang tersusun dari unsur besi (Fe)
dan magnesium (Mg). Mineral olivine berwarna hijau, dengan kilap gelas,
terbentuk pada temperatur yang tinggi. Mineral ini umumnya dijumpai pada
batuan basalt dan ultramafic. Batuan yang keseluruhan mineralnya terdiri dari
mineral olivine dikenal dengan batuan Dunite.
2. Amphibole/Hornblende
Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau
kristal yang menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi
(Fe), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan
Oksigen (O). Hornblende tampak pada foto yang berwarna hijau tua kehitaman.
Mineral ini banyak dijumpai pada berbagai jenis batuan beku dan batuan
metamorf.
3. Biotite
adalah
III.
METODOLOGI
Hasil
Sampel
Maros
Jenis mineral
Kuarsa
Ca-plagioklas
K-Feldspar
Ortoklas
2.
Mamuju
Putih kecoklatan
Peach
Putih buram
Hitam kehijauan
Piroksin
Kuarsa
Hijau kehitaman
Putih terang
Ortoklas
4.
Putih terang
Olivin
K-Feldspar
Warna mineral
Peach
Putih buram
Olivin
Hitam kehijauan
Tanjung
Kuarsa
Putih terang
Bunga
Ortoklas
Putih buram
Piroksin
Hijau kehitaman
Kuarsa
Putih terang
Olivin
Hitam kehijauan
Barombong
K-Feldspar
Peach
Muscovit
Putih
Ortoklas
Putih buram
Gambar
4.2 Pembahasan
Pada hasil praktikum identifikasi mineral di ketahui bahwa pada keempat sampel
tersebut terdapat delapan jenis mineral yang ditemukan. Adapun delapan mineral
tersebut olivine, piroksin, biotit, orthoklas,amphibol, K-feldspar, Ca-plagioklas,
dan kuarsa. Kedelapan jenis mineral ini di identifikasi dengan melihat sifat fisik
mineral tersebut diantaranya warna dan bentuk mineral tersebut.
Berdasarkan praktikum diketahui bahwa mineral olivine di temukan pada
sampel Tanjung Bunga dan Mamuju. Olivin memiliki warna hitam kehiajuan dan
serta bentuk mineral orthorombik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Noor
(2009), mineral olivine memiliki warna hitam kehijauan, kilap gelas dan terbentuk
pada temperature yang tinggi. Mineral olivin memiliki kandungan besi yang lebih
besar daripada magnesium sehingga memiliki warna hijau kehitaman.
Mineral piroksin ditemukan pada sampel Tanjung Bunga, Mamuju, dan
Barombong. Berdasarkan praktikum ditemukan bahwa piroksin memiliki warna
hijau kehitaman dan bentuk mineral orthorombik. Piroksin memiliki warna hijau
kehitaman sebab memiliki kandungan magnesium yang lebih besar daripada besi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Margono (2012), bahwa piroksin memiliki warna
yang gelap, dan merupakan senyawa silium oksida terutama dari magnesium dan
kapur.
Mineral biotit ditemukan pada sampel Tanjung Bunga dan Maros. Biotit
memiliki warna hitam. memiliki bentuk berlembar-lembar (pipih). Biotit memiliki
warna hitam sebab mengandung unsur besi. Hal ini sesuai dengan pendapat Noor
(2009), bahwa warna gelap dipunyai mineral mengindikasikan terdapatnya unsur
besi.
Mineral orthoklas ditemukan pada sampel Tanjung Bunga, Mamuju dan
Barombong. Mineral orthoklas memiliki warna putih abu-abu atau putih buram.
Mineral orthoklas ini termasuk dalam mineral non-ferromagnesium karena
kandungan besi dan magnesiumnya yang sedikit. Oleh sebab itu, mineral ini
memiliki warna putih buram sebab kandungan silica yang banyak dibandingkan
dengan besi dan magnesium. Hal ini sesuai dengan pendapat Noor (2009), bahwa
yang besar (SiO2). Hal ini sesuai dengan pendapat Noor (2009), bahwa kuarsa
memiliki tersusun dari silica dioksida, berwarna putih, kilap kaca dan belahan
tidak teratur.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Keempat sampel mayoritas memiliki kandungan mineral yang sama seperti
mineral kuarsa yang terdapat pada keempat sampel di daerah yang berbeda. Selain
itu, untuk mengindentifikasi suatu mineral selain melihat dari segi warna kita juga
dapat membedakannya dari segi bentuk dan kilapnya.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum yang selanjutnya waktu praktikumnya lebih
lama sehingga mahasiswa mampu memahami praktikum lebih dalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Husain, Salahuddin. Batuan Beku dan Volkanisme. 2012. Jurusan Teknik
Geologi Fakultas Teknik UGM.