Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Batuan Beku, Batuan Sedimen, dan Batuan Metamorf

DISUSN OLEH:

NAMA : ASIANTI KARIM RAHAYAAN

NIM : 201932091

PRODI GOEGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS PATIMURA AMBON

2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1           Latar Belakang


Hampir semua kebutuhan kita sehari-hari diperoleh dari bumi mulai dari perhiasan,
perlengkapan rumah tangga, alat transportasi hingga ke bahan energinya, seperti minyak dan gas
bumi serta batubara. Dan hampir setiap bentuk kegiatan manusia akan berhubungan dengan
bumi, baik itu berupa pembangunan teknik sipil seperti bendungan, jembatan, gedung-gedung
bertingkat yang dibangun diatas permukaan bumi, maupun untuk memenuhi kebutuhannya
seperti bahan-bahan tambang maupun energi seperti migas dan batubara, yang harus digali dan
diambil dari dalam bumi. Di bumi ini terdapat berbagai macam dan jenis batuan.

Di Indonesia, hampir di seluruh pelosok negeri ini terdapat berbagai macam batuan.
Batuan Beku, Batuan Sedimen dan Batuan Metamorf adalah contohnya. Berikut adalah
penjabaran tentang Batuan Beku, Batuan Sedimen dan Batuan Metamorf.
Batuan Beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari Batuan Beku (batuan seperti
granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma). Batuan Beku mencakup
batuan vulkanik dan plutonik.
Batuan Sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari Batuan Sedimen (batuan
seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung partikel-partikel sedimen terikat dengan
matrik atau material lebih halus).
Batuan Metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari Batuan Metamorf (batuan
seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan asal yaitu Batuan Sedimen atau
Batuan Beku tetapi telah melalui perubahan kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi
ekstrim dari perubahan suhu, tekanan atau keduanya).
BAB II
PEMBAHASAN
1      Batuan Beku
Batuan beku atau batuan iqneus adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang
mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik dibawah permukaan bumi
maupun diatas permukaan bumi dimana magma ini dapat berasal dari proses konvergensi antar
batuan sehingga batuan hasil tumbukan mencair sehingga menjadi magma.

Klasifikasi dari batuan beku dapat kita bedakan dari tempat proses pembetukannya
dimana terbagi menjadi dua, yaitu: batuan beku intrusif (batuan yang membeku dibawah
permukaan bumi) dan batuan beku ekstrusif (batuan yang membeku diatas permukaan bumi).
Struktur dari batuan beku ada lima, yaitu Masif (tidak menunjukkan adanyalubang-lubang),
Vesikuler (berlubang-lubang dengan arah yang teratur), Skoria (berlubang-lubang besar tapi
dengan arah yang tidak teratur), Amigdaloidal (lubang-lubang gas telah terisi mineral-mineral
sekunder) dan Xenolitis (struktur yang memperlihatkan adanya fragmen yang masuk kedalam
batuan yang mengintrusi)

Tekstur dari batuan beku meliputi Derajat Kristalisasi merupakan banyaknyakristal yang
terdapat pada batuan (Holokristalin, Holohyalin dan hipokristalin), Granularitas merupakan besar
butir pada batuan beku (Fanerik dan Afanitik), BentukKristal merupakan sifat dari suatu Kristal
dalam batuan, Relasi merupakan hubunganantar Kristal atau mineral satu dengan mineral lainnya
dalam suatu batuan.

Komposisi mineral  batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan indeks
warna dan bentuk kristal atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku adalah Mineral
felsik (mineral yang bewarna terang terutama kwarsa, feldspar, feldspatorid dan muscovite) dan
Mineral mafik (mineral yang berwarna gelap terutama biotic, olivine, piroksin dan amphibol
Batuan beku atau batuan iqneus adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin
dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik dibawah permukaan bumi maupun
diatas permukaan bumi dimana magma ini dapat berasal dari proses konvergensi antar batuan
sehingga batuan hasil tumbukan mencair sehingga menjadi magma.

Klasifikasi dari batuan beku dapat kita bedakan dari tempat proses pembetukannya
dimana terbagi menjadi dua, yaitu: batuan beku intrusif (batuan yang membeku dibawah
permukaan bumi) dan batuan beku ekstrusif (batuan yang membeku diatas permukaan bumi).
Batuan beku sering kita jumpai di daerah lereng pegunungan. Batuan Beku sendiri merupakan
batuan yang berasal dari hasil pembentukan magma yang mempunyai tekstur hablur (kristalin).
Pembentukan Batuan Beku berasal dari pembekuan magma yang ada dibawah permukaan bumi
atau hasil pembekuan lava dipermukaan bumi. Magma merupakan cairan kental yang berasal
darilarutan silika dan terbentuk secara alamiah, yang memiliki temperatur tinggi antara 1.500°C
sampai 2.500°C dan bersifat mudah bergerak serta terletak pada kerak bumi bagian bawah. Pada
saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan menuju permukaan bumi, maka
mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa ini disebut dengan penghabluran.

Batuan Beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk mineral penyusun
Batuan Beku. Salah satu klasifikasi Batuan Beku dari kimia adalah dari senyawa oksidanya,
seperti Silikat oksida (SiO2), Titanium oksida (TiO2), Aluminium oksida (AlO2), Besi (II)
oksida (Fe2O3), Besi oksida (FeO), Mangan oksida (MnO), Magnesium oksida (MgO), Kalsium
oksida (CaO), Sodium oksida (Na2O), Potasium oksida (K2O), air (H2O+), Porporus penthoxide
(P2O5), dari persentase setiap senyawa kimia dapat mencerminkan beberapa lingkungan
pembentukan mineral.
Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis magma asal, pendugaan
temperatur pembentukan magma, kedalaman magma asal, dan banyak lagi kegunaan lainya.
Dalam analisis kimia Batuan Beku, diasumsikan bahwa batuan tersebut mempunyai komposisi
kimia yang sama dengan magma sebagai pembentukannya. Batuan Beku yang telah mengalami
ubahan atau pelapukan akan mempunyai komposisi kimia yang berbeda. Karena itu batuan yang
akan dianalisa harusla batuan yang sangat segar dan belum mengalami ubahan. Namun begitu
sebagai catatanpengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan, jarang dilakukan.
Hal ini disebabkan disamping prosesnya lama dan mahal, karena harus dilakukan melalui analisa
kimiawi

Berdasarkan komposisi mineralnya Batuan Beku dibagi menjadi tiga jenis batuan, yaitu:
•            Batuan Beku asam
•            Batuan Beku intermediet
•            Batuan Beku asam
Namun seiring dengan berkembangnya zaman, klasifikasi batuan telah dikembangkan lagi.
Sehingga dapat diklasifikasikan lebih mendetail. Salah satunya adalah klasifikasi batuan dilihat
dari segi kimiawi. Klasifikasi secara kimiawi ini berdasarkan atas persentase kandungan SiO2,
yaitu:
•            Batuan Beku asam yaitu > 66% SiO2.
•            Batuan Beku intermediet yaitu 52% - 66% SiO2.
•            Batuan Beku basa yaitu 45% - 52% SiO2.
•            Batuan Beku ultra basa yaitu < 45% SiO2.

1.         Struktur
Struktur batuan beku umumnya dapat dilihat dilapangan saja dan hanya beberapa saja
yang dapat dilihat dalan hand specimen sample:
•      Masif yaitu Batuan Beku yang tidak menunjukan adanya lubang-lubang ataustruktur aliran.
•      Vesikuler yaitu Batuan Beku yang berlubang-lubang yang disebabkanoleh keluarnya gas
pada waktu pembekuan magma, arah lubang itu teratur.
•      Scoria yaitu Batuan Beku yang berlubang-lubang besar tetapi arah tidak teratur.
•      Amigdaloidal yaitu Batuan Beku yang lubang-lubangnya terisi oleh mineralsekunder.

2.   Tekstur
Tekstur adalah hubungan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk
massa dasar dari batuan. Untuk Batuan Beku, pengamatan tekstur meliputi:
•         Derajat Kristalisasi yang terbagi menjadi 3, yaitu:
  Holokristalin yaitu apabila batuan terdiri dari massa kristalseluruhnya.
  Holohyalin yaitu batuan terdiri dari massa gelas seluruhnya.
  Hipokrislatin yaitu sebagian terdiri dari massa kristal dan massa gelas.
•         Granularitas terbagi menjadi 2, yaitu:
  Fanerik yaitu apabila kristal-kristalnya jelas sehingga dapat dibedakan dengan mata biasa,
antara lain:
-         Halus dengan diameter < 1 mm.
-         Sedang dengan diameter 1 sampai 5 mm.
-         Kasar dengan diameter 5 sampai 30 mm.
-         Sangat kasar dengan diameter > 30 mm.
  Afanitik yaitu apabila kristal-kristalnya sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan dengan
pandangan mata biasa.

•         Bentuk Kristal, terbagi menjadi 3, yaitu:


  Euhedral yaitu apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
  Subhedral yaitu apabila sebagian dari batas-batas mineral sudah tidak tampak lagi.
  Anhedral yaitu apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
•         Relasi terbagi menjadi 2, yaitu:
  Equigranular yaitu bila secara relative ukuran kristal pembentuk batuan berukuran sama
besar.
  Inequigranular yaitu bila ukuran kristal pembentuknya tidak sama.

3.         Komposisi Mineral
Untuk menentukan komposisi mineral kita cukup menggunakan indeks warna dari bentuk
kristal, sebagai dasar penentuan mineral penyusun batuan. Atas dasar warna mineral sebagai
penyusun batuan beku dapat dikelompokan menjadi dua:
•            Mineral Felsik yaitu yang berwarna cerah terutama kwarsa, feldspar, feldspatoid dan
muscovite.
•         Mineral Mafik yaitu yang berwarna gelap terutama biotic, piroksen, amphiboldan olivine.
Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya. Mineral penyusun batuan
tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui
jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan. Batuan
Beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang  tersusun atas mineral-
mineral felsik,misalnya kuarsa, potash feldsfar dan muskovit. Batuan Beku yang berwarna gelap
sampai hitam umumnya Batuan Beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya
hampir sama banyak. Batuan Beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah Batuan
Beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.

2      Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses pengendapan batuan, dengan
proses dari pelapukan batuan oleh suhu yang tinggi, pengikisan batuan oleh air dan
angin,transportasi batuan dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah, deposisi yaitu ketika
proses transportasi tidak bisa lagi membawa batuan dimana ditransportasi oleh media air dan
angina atau dipengaruhi oleh gaya gravitasi, dan proses lithifikasi dimana dibagi menjadi yaitu
kompaksi (proses perubahan butiran yang lebih padat) dan sedimentary (proses perekatan antar
butir batuan).
Batuan Sedimen merupakan batuan yang terbentuk karena lithifikasi dari hancurnya
batuan yang lain (detritus) atau lithifikasi reaksi kimia tertentu yang berada di alam. Lithifikasi
sendiri merupakan proses-proses yang meliputi kompaksi, sementasi,authogenic dan diagenesa,
yaitu proses terubahnya material pembentuk batuan yang bersifat lepas menjadi batuan kompak.
Batuan ini dibentuk oleh proses yang ada di permukaan bumi.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang
berupa bahan lepas.  Menurut Pettijohn (1975), Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk
dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas
kimia maupun organisme, yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang
kemudian mengalami pembatuan. Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi
berupa Batuan Sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti
Batuan Sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.
Volume Batuan Sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5% yang
diketahui di litosfer dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana Batuan Beku
metabeku mengandung 95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan-batuan
sedimen menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapan dari Batuan Beku sebesar
25% saja. Batuan Sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal sekali.
Ketebalan Batuan Sedimen antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan yang
tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat, setiap singkapan memiliki
ketebalan yang berbeda dan singkapan umum yang terlihat ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di
dasar lautan dipenuhi oleh Batuan Sedimen dari pantai ke pantai. Ketebalan dari lapisan itu
selalu tidak pasti karena setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki
bervariasi dari yang lebih tipis dari 0,2 kilometer sampai lebih dari 3 kilometer, sedangkan
ketebalan rata-rata sekitar 1 kilometer (Endarto, 2005).
Batuan Sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan antara
beberapa sentimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai
sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam Batuan Sedimen.
Dibanding dengan Batuan Beku, Batuan Sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak
bumi. Batuan Sedimen hanya 5% dari seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari
jumlah 5% ini, batu lempung adalah 80%,batupasir 5% dan batu gamping kira-kira 80%
(Pettijohn, 1975).
Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga dari yang terakumulasi
di tepi-tepi cekungan yang melengser kebawah akibat gaya gravitasi. Meskipun secara teoritis
dibawah permukaan air tidak terjadi erosi, namun masih ada energi air, gelombang dan arus
bawah permukaan yang mengikis terumbu-terumbu karang di laut dan hasil kikisannya
terendapkan di sekitarnya.
Oleh Koesoemadinata (1979) telah membedakan Batuan Sedimen menjadi 5 golongan, yaitu:

•         Golongan Detritus
Golongan ini berdasarkan besar butirannya, golongan ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
  Golongan detritus halus, bisa dikenali melalui butiran penyusun batuannya yang relatif
berukuran halus, 0 (diameter) kurang dari  mm sebagai hasil sedimentasi mekanis.
  Golongan detritus kasar, dapat dikenali melalui butiran penyusun batuannya yang relatif
berukuran kasar, 0 (diameter) lebih besar dari  mm dan pada umumnya dihasilkan oleh
sedimentasi mekanis.

•         Golongan Karbonat
Golongan karbonat disusun oleh kelompok mineral karbonat (kalsit, dolomit, aragonit) dan
cangkang binatang karang. Golongan ini terbentuk sebagai hasil sedimentasi mekanis (batu
gamping terumbu) dan sedimentasi kimia (batu gamping kristalin, dolomit). Golongan ini dapat
terbentuk sebagai hasil:
  Sedimentasi mekanis    : Gamping Bioklastik
  Sedimentasi organis      : Gamping Terumbu
  Sedimentasi kimiawi     : Gamping Kristalin

•         Golongan Evaporit
Golongan evaporit ini diberikan terhadap batuan garam, karena asal sebab terjadinya disebabkan
oleh proses evaporasi air laut. Golongan ini umumnya terdiri dari batuan monomineralik. Nama
batuan sama dengan nama mineralnya. Sebagai contoh adalah gipsum (Ca SO4 2H2O), anhidrit
(CaSO4) dan halite (NaCl).
•         Golongan Sedimen Silika
Golongan batuan ini termasuk juga batuan yang memiliki sifat monomineralik, serta pada
umumnya tersusun oleh mineral silika. Dapat terbentuk secara sedimentasi kimiawi atau organik.
Contoh batuannya adalah rijang (chert), radiolarid dan diatomed.

•         Golongan Batu Bara


Golongan ini terbentuk oleh adanya akumulasi zat-zat yang kaya akan unsur karbon, yang pada
umunya terdiri dari tumbuhan. Termasuk jenis sedimentasi organis. Contohnya adalah gambut,
bituminous dan antrasit.

1.      Sifat-sifat utama yang dimiliki Batuan Sedimen yaitu:

•            Perlapisan (bedding, stratifikasi) yang menandakan adanya proses sedimentasi.Hal ini


berlaku untuk segala macam batuan sedimen walaupun tidak selalu nyata dalam contoh”hand
speciment”.

•            Klastik atau fragmen yang menandakan butiran-butirannya pernah lepas, terutama pada
golongan karbonat.

•            Sifat jejak atau bekas zat hidup, seperti cangkang atau rumah organisme (koral),
terutama pada golongan karbonat.

•            Jika bersifat hablur maka akan bersifat monomineralitik. Contohnya Gipsum, kalsit,
dolomit, halit dan sebagainya.
Sifat-sifat tersebut dapat dipakai untuk mengenal Batuan Sedimen. Didalam pemerian Batuan
Sedimen secara megaskopis faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah:

•            Komposisi mineral

•            Tekstur

•            Struktur

2.      Berdasarkan cara terjadinya Batuan Sedimen dibagi atas:

A.    Batuan Sedimen Klastik


Batuan Sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali dari batuan detritus atau
pecahan batuan asal.Batuan asal bisa terdiri dari Batuan Beku, Batuan Sedimen atau Batuan
Metamorf. Didalam pemerian Batuan Sedimen klastik yang bertekstur kasar komposisi
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:

•         Komposisi
Seperti telah disebutkan diatas bahwa pada Batuan Sedimen klastik bertekstur kasar pemerian
komposisi mineralnya dibedakan atas:
  Fragmen adalah butiran pembentuk batuan yang berukuran paling besar. Fragmen dapat
berupa butiran mineral, batuan dan fosil.
  Matrik adalah bagian dari butiran pembentuk batuan yang berukuran lebih kecil dari fragmen.
Biasamya berkomposisi sama dengan fragmen.
  Semen adalah bahan pengikat antara matrik dan fragmen. Dalam Batuan Sedimen klastik
dikenal ada tiga macam semen, yaitu karbonat (kalsit, dolomit), silikat (kalsedon, kuarsa), dan
oksida besi (hematit, limonit).

•         Tekstur
  Ukuran Besar Butir (Grain Size)
Dalam pemerian ukuran butir digunakan pedoman ukuran dari “SkalaWentworth ”.
  Derajat Pemilahan (Sortasi)
Merupakan gambaran tingkat keseragaman dari butiran pembentuk Batuan Sedimen. Dapat
dibagi menjadi 3, yaitu:
-         Pemilahan baik (well sorted)
-         Pemilahan sedang (moderately sorted)
-         Pemilahan buruk (poorly sorted)
  Derajat Pembundaran (Roundness)
Merupakan nilai membulat atau meruncingnya fragmen pembentuk Batuan Sedimen. Dalam hal
ini diberikan 6 kategori, yaitu:
-         Sangat Menyudut (Very angular)
-         Menyudut (angular)
-         Menyudut tanggung (sub-angular)
-         Membulat tanggung (sub-rounded)
-         Membulat (rounded)
-         Membulat baik (well rounded)

•            Struktur
  Struktur perlapisan dimana struktur ini merupakan sifat utama dari Batuan Sedimen klastik
yang menghasilkan bidang-bidang sejajar sebagai hasil dari proses pengendapan
  Permeabilitas adalah kemampuan batuan tersebut untuk melewatkan fluida dalam medium
berpori-pori yang saling berhubungan.
  Porositas adalah perbandingan antara volume batuan yang tidak terisi oleh padatan  terhadap
volume  batuan  secara  keseluruhan.

B.     Batuan Sedimen Non-Klastik


Batuan Sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil kegiatan
organisme (sedimentasi organis) misalnya reaksi yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau
reaksi organik (sedimentasi kimia). Contohnya gipsum, dolomit dan sebagainya.
•            Batuan Sedimen Organik
Batuan Sedimen yang dihasilkan oleh aktifitas organisme, terdapat sisa organisme yang biasanya
tetap tinggal ditempatnya. Contoh dari Batuan Sedimen macam ini adalah gamping koral,
diaotema dan lain-lain. Pada batuansedimen organik selalu terlihat struktur-struktur
organismenya dengan jelas, walaupun sering kali juga terdapat rekristalisasi.
•            Batuan Sedimen Kimia

Sebagian dari sedimen macam ini dihasilkan oleh proses penguapan, terutama didaerah
aride, contohnya adalah endapan gipsum, garam dan lain-lain. Batuan Sedimen kimiawi biasanya
hanya terdiri dari satu macam susunan mineral saja, yang jelas walaupun bersifat hablur tetapi
kilapnya adalah non-metalic. Pemerian Batuan Sedimen kimiawi meliputi warna, komposisi
mineral, kilap, ukuran butir dan mineral. Teksturnya kristalin, amorf, gelas,fibrous dan
sebagainya.

3      Batuan Metamorf
Batuan Metamorf merupakan batuan yang terbentuk karena perubahan dari batuan induk
oleh suatu proses metamorphose. Batuan induk atau batuan asal tersebut berasal dari Batuan
Sedimen, Batuan Beku dan Batuan Metamorf itu sendiri. Prosesmetamorphose adalah proses
dimana batuan asal mengalami penambahan tekanan atau temperatur, bisa juga oleh kenaikan
dari suhu dan temperatur secara bersamaan. Prosesmetamorphose ini berlangsung dari fase padat
ke fase padat tanpa melalui fase cair. Hal ini sering disebut dengan proses isokimia, dimana
komposisi kimia batuan tidak berubah, yang berubah adalah susunan mineraloginya.

Batuan asal atau batuan induk baik berupa Batuan Beku, Batuan Sedimen maupun
Batuan Metamorf dan telah mengalami perubahan mineralogi, tekstur dan struktur sebagai akibat
adanya perubahan temperatur (di atas proses diagenesa dan di bawah titik lebur 200oC sampai
350oC kurang dari T kurang dari 650oC sampai 800oC) dan tekanan yang tinggi (1 atmosfer
kurang dari P kurang dari 10.000 atmosfer) disebut Batuan Metamorf. Proses metamorphose
tersebut terjadi di dalam bumi pada kedalaman lebih kurang 3 km sampai 20 km. Winkler (1989)
menyatakan bahwasannya proses-proses metamorphose itu mengubah mineral-mineral suatu
batuan pada fase padat karena pengaruh atau responterhadap kondisi fisika dan kimia di dalam
kerak bumi yang berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk
pelapukan dan diagenesa.
Batuan Beku dan Batuan Sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia,
fisika,biologi dan kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi merupakan
sistem yang dinamis, sehingga pada saat pembentukannya, batuan-batuan mungkin mengalami
keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan yang luas di dalam
tekstur dan mineraloginya. Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur di
atas diagenesa dan di bawah pelelehan, maka akan menunjukkan sebagai proses metamorphose.
Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai dengan waktu, yang
dapat menghasilkan batuan polimetamorfik. Sifat-sifat yang mendasar dari perubahan
metamorfik adalah batuan tersebut terjadi selama batuan berada dalam kondisi padat. Perubahan
komposisi di dalam batuan kurang berarti pada tahap ini, perubahan tersebut adalah isokimia
yang terdiri dari distribusi ulang elemen-elemen lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang
sangat reaktif. Pendekatan umum untuk menggambarkan batas antara diagenesa dan
metamorphose adalah menentukan batas terbawah dari metamorphose sebagai kenampakan
pertama dari mineral yang tidak terbentuk secara normal di dalam sedimen-sedimen permukaan,
seperti epidot dan muskovit. Walaupun hal ini dapat dihasilkan dalam batas yang lebih basah.
Sebagai contoh, metamorphose shale yang menyebabkan reaksi kaolinit dengan konstituen lain
untuk menghasilkan muskovit. Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen telah menunjukkan
bahwa reaksi ini tidak menempati pada temperatur tertentu tetapi terjadi antara 200°C sampai
350°C yang tergantung pada pH dan kandungan potasium dari material-material disekitarnya.
Mineral-mineral lain yang dipertimbangkan terbentuk pada awal metamorphose adalah laumonit,
lawsonit, albit, paragonit atau piropilit. Masing-masing terbentuk pada temperatur yang berbeda
di bawah kondisi yang berbeda, tetapi secara umum terjadi kira-kira pada 150°C atau
dikehendaki lebih tinggi. Di bawah permukaan, temperatur di sekitarnya 150°C disertai oleh
tekanan lithostatikkira-kira 500 bar.

Batas atas metamorphose diambil sebagai titik dimana kelihatan terjadi pelelehan batuan.
Di sini kita mempunyai satu variabel, sebagai variasi temperatur pelelehan sebagai fungsi dari
tipe batuan, tekanan lithostatik dan tekanan uap. Satu kisaran dari 650°C sampai 800°C menutup
sebagian besar kondisi tersebut. Batas atas darimetamorphose dapat ditentukan oleh kejadian dari
batuan yang disebut migmatit.
1.            Faktor yang mempengaruhi terbentuknya Batuan Metamorf
•            Metamorphosethermal atau kontak, yaitu metamorphose yang diakibatkan oleh kenaikan
temperatur. Jenis ini biasanya ditemukan pada kontak antara tubuh intrusi magma atau ekstrusi
magma dengan batuan disekitarnya.
•            Metamorphose dinamo atau dislokasi (kataklastik), yaitu salah satu jenismetamorphose
yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Tekanan yang berpengaruh adalah hidrostatis
(mencakup ke segala arah) dan stress(tekanan secara searah). Semakin dalam ke arah kerak
bumi, pengaruh tekanan hidrostatis akan semakin besar. Pada permukaan bumi didapatkan pada
daerah sesar atau patahan.
•            Metamorphose regional, yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan dan temperatur secara
bersama-sama. Biasanya didapatkan pada geosinklin yang mengalami penurunan terus menerus
(daerah tumbukan atau subdunction zone).
2.      Tekstur
  Kristaloblastik
Tekstur yang terjadi saat tumbuhnya mineral dalam suasana padat (tekstur batuan asalnya tidak
tampak lagi).Dalam pembentukkan Batuan Beku mineral tumbuh pada suasana
cair.Kristaloblastik terbagi menjadi:

  Lepidoblastik
Tekstur Batuan Metamorf yang didominasi oleh mineral-mineral pipih yang memperlihatkan
orientasi sejajar seperti mineral-mineral biotit,muscovite dan sebagainya.
  Nematoblastik
Terdiri dari mineral-mineral berbentuk prismatic menjarum (acicular,rod-like) yang
memperlihatkan orientasi sejajar, misalnya mineral amphibol, silimanit, piroksen dan lain-lain.
  Granoblastik
Tekstur pada Batuan Metamorf yang terdiri dari mineral-mineral yang berbentuk butiran-butiran
dengan sisi kristal yang bergigi (sutered). Contohnya Kuarsa, Garnet dan lain-lain.
  Porfiroblastik
Tekstur pada Batuan Metamorf dimana suatu kristal besar (fenokris) tertanam pada masa dasar
relative halus. Identik dengan porfiritik.
  Idioblastik
Tekstur pada Batuan Metamorf dimana bentuk mineral-mineral penyusunnya berbentuk
euhedral.
  Xenoblastik
Sama dengan idioblastik tetapi bentuk mineral-mineralnya adalahanhedral.
  Palimpsest (Tekstur Sisa)
•         Blastoporfiritik yaitu suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porforitik.
•         Blasto-opitik yaitu suatu tekstur sisa dari batuan asal yang
opitik.

3.      Struktur
Struktur pada Batuan Metamorf merupakan hubungan antara butiran dengan butiran
lainnya dalam Batuan Metamorf. Kebanyakan Batuan Metamorf mempunyai struktur foliasi.
•         Foliasi
Foliasi adalah sifat perlapisan (foliates atau daun) atau berdaun. Namun harus dibedakan
dengan lapisan sedimen. Disini terjadi penyusunan kristal-kristal daripada mineral secara
pertumbuhan dalam arah panjang dari mineral. Foliasi ini dapat berjenis-jenis:
  Slatycleavage
Struktur yang khas pada batuan sabak (slate), seperti schistocity, tanpa ada segregation bedding
(perlapisan akibat pemisahan macam-macam mineral). Mineral-mineral sangat halus dan tidak
dapat dilihat secara megaskopis (belahan-belahan sangat kecil dengan mika-mika mikroskopis).
Contohnya Slate (batu sabak), batu lempung yang mengalami metamorphose dengan fasies
rendah.
  Phyllitic
Struktur pada batuan filit, tingkatanya lebih tinggi dari slate, sudah ada segregation bedding
tetapi tidak sebaik batuan yang berteksturschistocity (foliasi diperlihatkan oleh kepingan-
kepingan halus mika).
  Schistose
Foliasi yang diperlihatkan secara jelas oleh kepingan-kepingan mika, memberikan belahan yang
rata atau tidak putus-putus (closed schistochity). Sering juga merupakan perulangan antara
mineral-mineral pipih dengan mineral-mineral berbutir.

  Gneissic
Foliasi diperlihatkan oleh penyusun mineral-mineral yang granular dan memperlihatkan belahan-
belahan yang tidak rata (perlapisan mineral membentuk jalur yang terputus-putus atau open
schistocity).
•         Non-foliasi
Struktur non-foliasi ini dalam Batuan Metamorf dicirikan dengan tidak terdapatnya suatu
penjajaran daripada mineral-mineral yang ada dalam Batuan Metamorf, yaitu:
  Hornfelsik atau hornfels
Struktur khas pada batuan hornfels (metamorf thermal) dimana butir-butirnya equidemensional
tidak menunjukkan pengarahan atau orientasi.
  Kataklastik
Struktur yang terdiri dari pecahan-pecahan atau fragmen-fragmen batuan maupun mineral.
Kelompok mineral atau batuan tersebut tidak menunjukkan arah. Contohnya Breksi patahan,
biasanya dijumpai pada zona-zona sesar atau patahan.
  Milonitik
Sama dengan struktur kataklastik, hanya butirannya lebih halus, dan dapat dibelah-belah seperti
schistose. Struktur milonitik ini dapat dipakai untuk ciri adanya sesar suatu daerah.
Hubungannya dengan kataklastik, disini pergerakan sesarnya lebih kuat, sehingga fragmennya
akan lebih halus karena adanya penggerusan oleh sesar dan biasanya menunjukkan orientasi.

4.      Komposisi
Pada hakekatnya komposisi mineral Batuan Metamorf dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

•            Mineral Stress
Suatu mineral yang berbentuk dan stabil dalam kondisi tekanan dan suhu (T), dimana mineral ini
dapat berbentuk pipih atau tabular, prismatic. Contonya Mika, kyanit, klorit, staurolit, serpentin,
epidot.
•            Mineral Anti Stress
Suatu mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi tekanan dimana biasanya berbentuk
equidimensional. Contohnya kuarsa, kalsit, feldspar, kordierit dan granit.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
 Batuan beku atau sering di sbut dengan igneos rock adalah batuan yang terbentuk
dari satu atau beberapa miniral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma.
Berdasarkan stuktur batuan ini bias dibedakan lagi jadi batuan beku plutonik dan
vulkanik
 Batuan sedimen atau erring disebut degan sedimentary rocks adalah batuan yang
terbentuk akibar proses pembatuan atau lithifikasi dari hasil proses pelapuan dan
erosi yang kemudian tertransportasi dan seterrusnya terendapkan. Batuan sedimen
biasanya digolongkan lagi jadi beberapa bagian diantaranya batuan sedimen
klasik dan batuan sedimen non klasik
 Batuan metarof atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses
perubahan temperature dan tekanan dari batuan yang telah ada sebelimnya
berubah tektur dan strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur
dan struktur yang baru pula.

Anda mungkin juga menyukai